PENDAHULUAN
1.1
Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki pemerintah
Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957
dengan nama PT. Permina. Kemudian, berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun
1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sesuai akta pendiriannya,
perusahaan Pertamina adalah perusahaan perseroan (persero) yang bermaksud
menyelenggarakan usaha dibidang minyak dan gas bumi, baik didalam maupun diluar
negeri, serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang
minyak dan gas bumi tersebut (www.pertamina.com, diakses pada 16 Agustus 201).
Sebagai perusahaan besar dan berskala nasional, Pertamina tentunya
membutuhkan public relations dalam mendukung kinerja dan kegiatan perusahaan.
Menurut Dr. Rex Harlow, Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan
mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antar organisasi dengan
publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama;
melibatkan manajemen dalam persoalan/permasalahan, membantu manajemen
mampu menanggapi opini public; mendukung manajemen dalam mengikuti dan
memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai system peringatan dini
dalam mengantisipasi kecendrungan
komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. Manajemen yang dimaksud
dalam Public Relations adalah manajemen komunikasi yang artinya aktivitas utama
public relations yaitu melakukan fungsi-fungsi manajenen komunikasi antara
Publik Relations untuk memahami dunia kerja media massa. Selain itu, media massa
juga dapat digunakan dalam mempromosikan organisasi kepada publik eksternal
(Iriantara, 2005: 250).
Komunikasi yang dikembangkan dalam praktik public relations adalah
komunikasi dua arah. Komunikasinya bukan hanya dari organisasi kepada khalayak
melainkan juga sebaliknya dari khalayak kepada Public Relations . Inilah satu hal
yang ditekankan oleh Oemi. Beliau mengatakan dalam menjalankan eksternal public
relations, organisasi pun harus pandai menerima informasi. Konsekuensinya, dalam
praktik media relations pun bukan hanya memberikan informasi yang diberikan
melalui media massa, melainkan juga mengikuti dan mengelola informasi yang
disampaikan melalui media massa (dalam Iriantara, 2005:30).
Didalam melakukan kegiatan media relations, public relations tentu akan
berhubungan dengan salah seorang personil media massa seperti redaktur, penerbit,
penulis tajuk rencana, kolumnis, para penyiar berita, dan wartawan. Hubungan yang
baik dengan para personil media massa adalah penting sekali untuk melaksanakan
publisitas. Namun, diantara semua personil media tersebut, wartawan adalah personil
yang paling dekat dengan kegiatan public relations. karena ketika wartawan ingin
mendapatkan informasi dari suatu organisasi atau lembaga, maka sumber yang paling
berwenang terhadap informasi tersebut adalah public relations dari organisasi atau
lembaga tersebut (Moore, 2004:215). Untuk itu seorang public relations harus dapat
menjaga hubungan baik dengan wartawan. Karena dengan demikian, wartawan akan
selalu nyaman berkerja sama dengan public relations dan selanjutnya kegiatan media
relations tersebut tentu akan berjalan dengan baik.
Wartawan adalah ujung tombak dari suatu media. Karena melalui wartawan,
media akan mendapatkan berita yang selanjutnya akan dimuat dalam media, sehingga
suatu jalinan atau ikatan yang baik antara perusahaan yang diwakili oleh Public
Relations dan media yang diwakili oleh wartawan. Padahal ketika hubungan baik itu
terjadi, maka akan lebih mudah dan menyenangkan dalam menjalin kerjasama antara
keduanya.
Pendekatan utama yang dapat dilakukan untuk menjalin suatu hubungan baik
antara public relations dengan wartawan adalah dengan saling memenuhi kebutuhan
tersebut. Ketika perusahaan dalam keadaan krisis, maka wartawan membutuhkan
informasi dari public relations, dan ketika perusahaan membutuhkan publisitas, maka
public relations yang membutuhkan wartawan. Namun karena sebagian besar
perusahaan mengalami situasi krisis yang sangat jarang, maka public relations akan
lebih banyak melakuka n kegiatan publisitas dibanding dengan penanganan krisis,
sehingga public relations lah yang jauh lebih membutuhkan wartawan.
Jika ingin menjalin hubungan baik dengan media tak ada kata lain kecuali
menempatkan wartawan dan media sebagai nomor satu. Ini tidak berarti bahwa public
relations tidak memiliki otoritas pada perusahaan. Akan tetapi, saat ini public
relations membutuhkan citra baik yang terbentuk dimasyarakat. Citra itu akan cepat
terbentuk jika public relations menempatkan wartawan sebagaimana mestinya.
Membina hubungan dengan wartawan secara profesional tentu secara
psikologis akan membuat wartawan senang, lebih merasa diorangkan, dihargai dan
dilayani dengan baik. Jika seorang wartawan merasa tidak dilayani dengan baik oleh
perusahaan, jangan harap mereka menyampaikan liputan dengan baik dan menarik
menurut public relations. Kalaupun tidak ada masalah buruk wartawan akan
mencari-cari berita yang buruk. Atau bisa jadi ia akan bercerita dengan teman
sesama wartawan tentang buruknya pelayanan media relations suatu perusahaan
tertentu. Wartawan lain akan mempunyai kerangka pikir yang bisa jadi sama dengan
wartawan yang pernah dikecewakan oleh public relations tadi. Perlu diketahui, sekali
wartawan kecewa ia akan mempengaruhi puluhan bahkan ratusan orang yang
mengkonsumsi medianya. Kalau sudah begini, maka perusahaan akan mengalami
kerugian. Untuk itu, Public Relations harus membuat konsep pelayanan media
relations yang baik, positif dan profesional agar wartawan
nyaman diajak
Pertamina seperti kupon gratis Pertamax kepada setiap wartawan yang datang.
Dengan demikian, wartawan tidak hanya menjadi mitra kerja namun sekaligus
menjadi konsumen Pertamina. Untuk kegiatan tertentu, public relations Pertamina
juga menyelenggarakan Press Visit dengan mengundang sejumlah wartawan untuk
meliput kegiatan maupun peristiwa mengenai Pertamina di sejumlah wilayah di
nusantara dimana seluruh biaya transportasi dan akomodasi ditanggung sepenuhnya
oleh Pertamina.
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, maka peneliti
merasa tertarik melakukan penelitian tentang bagaimana persepsi wartawan terhadap
kinerja Public Relations khususnya khususnya kegiatan media relations PT.
Pertamina (Persero) Kantor wilayah Sumatera Utara.
1.2
Perumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
Pembatasan masalah
Sesuai dengan masalah penelitsian yang dirumuskan di atas, selanjutnya
1.4
1.5
Kerangka Teori
Dalam melaksanakan penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan
berpikir untuk mendukung pemecahan masalah dengan jelas dan sistematis, Kerlinger
menyebutkan bahwa teori adalah sekumpulan konstruk (konsep), defenisi dan dalil
yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang
fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variable, dengan maksud
menjelaskan dan meramalkan fenomena (Rakhmat, 2004:6). Setiap penelitian
memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau
menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat
pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi,
2001:39). Adapun teori-teori yang dianggap relevan adalah public relations, media
relations, hubungan antara public relations dan media massa, wartawan professional,
kebutuhan media, etika media dan persepsi.
I.5.1
Public Relations
Menurut Kriyantono, public relations adalah suatu fungsi manajemen dalam
melakukan kegiatan komunikasi, dimana yang menjadi tujuan dasar dari Public
Relations tersebut merupakan tujuan-tujuan komunikasi. Dalam realitas praktik Public
Relations di perusahaan, tujuan Public Relations antara lain menciptakan pemahaman
public, membangun citra korporat, membangun opini publik yang favorable serta
membentuk goodwill dan kerjasama (Kriyantono, 2008:5).
Menurut Oemi, pengertian public mengacu pada sekelompok orang yang
menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan
yang sama pula. Hal yang menonjol dalam public adalah perhatian dan kepentingan,
buka kehidupan atau hubungan antar anggotanya. Emory S. Bogardus dalam bukunya
The Making Public Opinion, menyatakan bahwa public adalah sejumlah besar orang
dimana sumber antara satu dengan yang lainnya bias tidak saling mengenal, akan
tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah.
Menurut Webster, istilah relations pada hakikatnya dimaksudkan dengan kegiatan
membentuk suatu pertalian relasi atau menjalin hubungan satu sama lain. Lebih teknis
lagi menurut Echlos, kegiatan yang dimaksud merupakan komunikasi dalam
menciptakan hubungan yang harmonis diantara dua pihak, dimana satu dengan yang
lainnya sama-sama memperoleh keuntungan sehingga terikat dalam suatu hubungan
kefamilian yang akrab (dalam Suhandang, 2004: 34). Cutlip, Center, dan Broom
menyatakan
bahwa
Public
Relations
adalah
fungsi
manajemen
yang
PUBLIC RELATIONS
CIVE-PRESIDENT
PUBLIC RELATIONS
COUNSELING FIRM
PUBLIC AFFAIRS
DIRECTOR
INSTITUTIONAL
PROMOTION DIRECTOR
INFORMATIONS
SERVICES DIRECTOR
EMPLOYEE
COMMUNICATIONS
MANAGER
CORPORATE PRESS
RELATIONS MANAGER
PRODUCT
PUBLICITY
MANAGER
I.5.2
Media Relations
Media relations yang dilakukan oleh Public Relations merupakan suatu sarana
media komunikasi. Media komunikasi ini diperlukan karena menjadi sarana yang
sangat penting dan efisien dalam berkomunikasi dengan publik. Agar komunikasi
dengan publik tersebut dapat terpelihara, maka segala kepentingan media masssa
terhadap organisasi mesti direspon oleh organisasi tersebut. Tujuannya adalah untuk
keberhasilan program. Dengan kata lain, media relations adalah alat untuk
mempromosikan organisasi melalui media massa.
Menurut Iriantara, secara struktural, media relations bisa merupakan bagian
atau salah satu unit kerja pada divisi atau departemen Public Relations, namun bisa
juga merupakan salah satu unit kerja pada salah satu fungsi yang berada dalam divisi
atau departemen public relations. Iriantara menyebutkan bahwa ada empat
departemen yang umumnya terdapat 4 bidang public relations yaitu media relations,
community relations, costumer relations, dan employe relations. Meskipun dalam
kondisi sebenarnya, bisa saja bidang-bidang kerja tersebut tidak hanya 4 tetapi 5, 6
atau 7 sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Dalam lingkup bidang kerja media relations, tentu saja ada kegiatan-kegiatan
yang dilakukan untuk menunjang bidang kerja lain. Misalnya, kegiatan media
relations dimaksudkan untuk menopang dan menunjang kegiatan untuk mencapai
sasaran community relations, customer relations atau employe relations.
Media relations itu pada dasarnya berkenaan dengan pemberian informasi atau
memberi tanggapan pada media massa atas nama organisasi atau klien. Karena
berhubungan dengan media massa itulah, maka ada yang menyebutkan bahwa media
relations itu merupakan fungsi khusus didalam satu kegiatan atau program public
relations. Letak kekhususannya ada pada pelibatan media massa yang berada diluar
kendali organisasi untuk bisa menopang pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu,
Public Relations harus dapat memahami media massa.
Dalam memahami media massa, penting juga bagi Public Relations untuk
mengetahui bagaimana cara kerja media. Cara kerja media disini bukan hanya yang
berkenaan dengan proses media massa yang memproduksi isi media masa, tetapi juga
bagaimana produk media massa itu dipersepsi oleh khalayaknya. Mengetahui proses
produksi ini penting untuk menyelaraskan tindakan yang dilakukan public relations
dengan keseluruhan proses produksi isi media massa. Sedangkan mengetahui
bagaimana isi itu dipersepsi khalayak penting untuk menduga dampak yang akan
timbul, khususnya pada public yang menjadi target sasaran (Iriantara, 2005:154).
Menurut Moore, kegiatan media relations dapat dilakukan dengan caracara sebagai berikut:
a. Kontak Pribadi
b. Konfrensi Pers
c. Pengiriman Siaran Berita
d. Prasaji Media
e. Makan Bersama Media Manajemen
f. Lembar Guntingan
g. Piranti Media
h. Jasa Penyebaran Publisitas (Moore, 2004:217)
I.5.3
dekat.
Keduanya
merupakan
salah
satu
cabang
ilmu
komunikasi.
Pada
pelaksanaannya antara Public Relations dengan media massa merupakan mitra kerja
yang berkerjasama untuk membangun antara keduanya.
Tugas seorang public relations adalah membina hubungan yang baik dengan
publik organisasi. Ringkasnya, tugas public relations adalah membangun hubungan
dengan stakeholder organisasi. Akan tetapi bukan sekedar menjalin hubungan yang
baik saja, melainkan bagaimana hubungan tersebut memiliki makna bagi pencapaian
tujuan organisasi. Tujuan organisasi menjalin hubungan yang baik dengan publik bisa
beragam. Satu diantaranya adalah untuk meningkatkan atau menjaga citra organisasi
dimata publik atau stakeholder. Bisa juga untuk mempertinggi atau memelihara
reputasi atau memelihara reputasi organisasi. Citra atau reputasi yang baik merupakan
asset yang sangat penting. Bila satu organisasi sangat baik reputasinya, maka para
karyawan pun akan bangga berkerja di organisasi itu. Pihak-pihak yang berhubungan
dengan organisasi pun akan merasa ikut terangkat gengsinya.
Menjalin hubungan dengan media massa merupakan salah satu cara untuk
menjaga dan meningkatkan citra atau reputasi organisasi dimata stakeholder-nya.
Media massa merupakan suatu lembaga independent yang menyediakan informasi
bagi lapisan masyarakat. Fungsinya sebagai to inform (memberi informasi), to
educate (mendidik) dan to entertain (menghibur) membuat media massa menjadi
suatu bagian yang tidak dapat terpisahkan dari masyarakat.
Perkembangan media massa dewasa ini sangat pesat, baik media cetak
maupun media elektronik. Seperti di Indonesia, perubahan tatanan politik telah
I.5.4
Wartawan Profesional
Pekerjaan seperti pemimpin redaksi, redaktur, wartawan atau reporter disebut
sebagai profesi. Seperti juga dokter, pengacara, akuntan, dan pendeta, profesi
wartawan adalah profesi yang bukan sekedar mengandalkan keterampilan seorang
tukang, namun wartawan merupakan sebuah profesi yang membutuhkan watak,
semangat, dan cara kerjanya berbeda dengan seorang tukang.
Wartawan sebagai profesional dalam menjalankan tugasnya dibimbing oleh
kode etik. Ini sama halnya dengan profesi dokter, pengacara, atau akuntan yang
senantiasa berpijak pada kode etik mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. Dalam
halnya Indonesia, kode etik yang saat ini dikenal adalah Kode Etik Jurnalistik yang
I.5.5
Kebutuhan Media
Salah satu hal yang penting untuk dipahami para praktisi public relations
adalah apa yang dibutuhkan media massa dari organisasi. Pada dasarnya, kebutuhan
utama media dari organisasi adalah infromasi yang kemudian disampaikan kepada
khalayak media massa. Memang dalam praktiknya, disamping informasi, media lokal
sering memandang organisasi sebagai salah satu sumber pendapatan melalui iklan
yang dipasang organisasi pada media lokal.
Frauenrath dan Nur menyebut ada dua nilai berita yakni dampak dan
kecepatan. Dampak berkaitan dengan pengaruh yang ditimbulkan dan peristiwa yang
diberitakan. Dalam dampak ini ada dua factor yang berpengaruh yakni kepentingan
dan kedekatan. Sedangkan dari sisi pengaruh yang ditimbulkan, informasinya
I.5.6
etik tersebut berfungsi untuk mendesak wartawan untuk berusaha keras melenyapkan
distorsi dan penindasan berita, memastikan bahwa informasi yang diperolehnya
benar-benar telah akurat, mengoreksi ketidakakuratan, dan melindungi kerahasiaan
sumber-sumber informasinya. Foto-foto yang ditampilkan harus diperoleh dengan
cara yang benar, serta tidak memancing kesedihan dan kesusahan kecuali demi
kepentingan umum. Menurut Bland, wartawan tidak boleh mengambil keuntungan
dan informasi rahasia sebelum informasi tersebut dipublikasikan, mengubah
kebenaran demi kepentingan periklanan atau untuk mendorong penjualan produk-
produk komersial. Misalnya ras dan warna kulit. Status perkawinan, jenis kelamin
atau hal-hal yang berbau seksual, selayaknya hanya disebutkan apabila memang
benar-benar relevan dengan isi beritanya.
Menurut Sumandira sebagai salah satu upaya penegakan indepedensi media
sekaligus penerapan prinsip pers mengatur diri sendiri secara mandiri (self regulated),
maka Dewan Pers masa bakti 2000-2003 sesuai dengan kewenangan dan fungsi yang
dimilikinya, telah membuat sekaligus menetapkan dua kode etik. Pertama, kode
praktik media pers. Kedua, kode etik bisnis pers. Dalam kode etik praktik media pers,
diatur tentang akurasi, privasi, pornografi, diskriminasi, liputan kriminalitas, cara-cara
yang tidak dibenarkan, sumber rahasia, dan hak jawab dan bantahan (dalam Iriantara,
2005:164).
I.5.7
Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
Gambar 2
Variabel Psikologis diantara rangsangan dan tanggapan
Penalaran
Rangsangan
tanggapan
Persepsi
Pengenalan
Perasaan
Sumber: Sobur, 2003:447
Dari bagan diatas digambarkan bahwa persepsi dan kognisi diperlukan dalam
kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit berpengaruh
atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara menahan
dampak dari rangsangan. Secara singkat persepsi didefenisikan sebagai cara manusia
menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap
rangsangan. Penalaran adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan
rangsangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah konnotasi
emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik diri sendiri atau bersama-sama
dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.
Sobur juga menjelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama,
yaitu:
1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan
dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa
factor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi
kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada
kemampuan seseorang untuk mengadakan pengaktegorian informasi
yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi dan kompleks
menjadi sederhana.
1.6
Kerangka Konsep
Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian
yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai
dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001: 33). Konsep
adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan objek atau
1.7
Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam konsep akan dibentuk
menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:
Gambar 3
Model Teoritis
Kinerja Public
Relations khususnya
Media Relations
Persepsi Wartawan
Karakteristik
Responden
1.8
Operasional Variabel
Variabel Teoritis
Variabel Operasional
Kontak Pribadi
Konfrensi Pers
Prasaji Media
Makan
Bersama
Media
Manajemen
Lembar Guntingan
Piranti Media
1. Seleksi
Persepsi Wartawan
2. Interpretasi
3. Reaksi
Karakteristik Responden
Jenis kelamin
Usia
Asal media
Gaji
Lamanya
berkerjasama
dengan
Pertamina
Prioritas pekerjaan
1.9
caranya untuk mengukur suatu variable. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah
suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan
variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46). Maka variabel-variabel dalam
operasional ini didefenisikan sebagai berikut
a.
1. Kontak Pribadi, yaitu komunikasi antar pribadi yang pernah terjadi antara
personil Public Relations Pertamina kepada wartawan yang mewakili
medianya.
2. Konfrensi Pers, yaitu konfrensi pers yang dilakukan oleh Public Relations
yang meliputi persiapan, proses maupun pasca konfrensi pers dengan para
wartawan dari berbagai media massa.
3. Pengiriman Siaran Berita, yaitu bentuk publisitas yang berisi berita mengenai
Pertamina yang dikirimkan kepada media dimana wartawan tersebut berasal.
4. Prasaji Media, yaitu suatu bentuk kegiatan yang mengundang media tempat
wartawan tersebut berasal, dimana kegiatan tersebut adalah kegiatan
launching atau pralaunching di Pertamina.
5. Makan Bersama Media Manajemen, yaitu kegiatan makan bersama yang
diadakan public relations dengan wartawan yang mewakili beberapa media
massa.
6. Lembar Guntingan, yaitu lembar guntingan (clip sheets) yang memuat kisah
berita beserta ilustrasinya direproduksi dalam format surat kabar untuk
menunjukkan kepada redaktur dari suatu media tertentu dimana wartawan
tersebut berasal yang memuat bagaimana berita dan gambar itu akan muncul
dalam surat kabar dimana wartawan berasal.
7. Piranti Media, yaitu piranti media (clip sheets) yang berisi lembaran siaran
berita, foto, biografi dan lain-lain yang diberikan kepada wartawan ketika
terjadi peristiwa khusus di Pertamina.
8. Jasa Penyebaran Publisitas, yaitu pembuatan dan penyebaran berita dan
gambar dengan biaya rendah yang disebarkan kepada redaktur media dimana
wartawan tersebut berasal.
b. Persepsi Wartawan
1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti
pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan
kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengaktegorian informasi yang diterimanya, yaitu proses
mereduksi informasi dan kompleks menjadi sederhana.
3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah
laku sebagai reaksi
c. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin wartawan
2. Usia, yaitu usia wartawan
2. Asal media, yaitu asal media wartawan
4. Gaji, yaitu besarnya gaji rata-rata perbulan yang diterima wartawan dari media
tempatnya berkerja.
3. Lamanya menjadi wartawan, yaitu lama wartawan tersebut dalam menjalani
profesinya sebagai wartawan.
4. Lama bekerjasama dengan media, yaitu lamanya wartawan telah berkerjasama
dengan Pertamina melalui kegiatan media relations yang dilakukan oleh
Public Relations Pertamina.
5. Latar Belakang Pendidikan, adalah latar belakang pendidikan akademis
terakhir wartawan.
5. Prioritas pekerjaan, yaitu prioritas pekerjaan wartawan dalam menjalani
pekerjaannya sebagai wartawan