Anda di halaman 1dari 37

MODUL PROFESSIONAL IMAGE

Oleh : Dra. Sri Wuryatmi, MM

PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2012

MODUL 1 Tujuan Insruksional Khusus: memberikan dasar/fondasi dari kegiatan PR yang menciptakan dan mempertahankan image. Pokok Bahasan : PENGENALAN IMAGE Sub Pokok Bahasan 1.1 Pengertian Image Image atau citra merupakan kesan yang ditimbulkan sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman. Selain dari pengertian tersebut, beberapa pakar komunikasi, mengartikan image sebagai berikut: a) Menurut Bill Canton, Image adalah kesan, perasaan, gambaran diri public terhadap suatu perusahaan; kesan yang sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi. b) Frank Jefkins mengartikan image sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. c) Jalaludin Rakhmat, mengartikan image sebagai penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. Berdasarkan pengertian di atas, bisa diketahui bahwa image identik dengan persepsi, dan kesalahan umum yang sering terjadi adalah adanya anggapan bahwa persepsi dan realitas memiliki perbedaan yang signifikan. 1.2 Macam-Macam Image Frank Jeffkins dalam buku Public Relation (1984) dan Essential of Public Relation (1998), mengemukakan jenis citra, yaitu: a) Mirror Image (Cerminan Citra); yaitu bagaimana manajemen berpikir tentang pihak luar dalam melihat organisasi/perusahannya. b) Current Image (Citra yang Nampak); yaitu citra yang terlihat oleh pihak luar berdasarkan pengalaman, informasi dan pemahaman, dan mungkin saja bertentangan dengan mirror image. c) Wish Image (Citra yang diinginkan); yaitu citra yang diharapkan dari organisasi atau produk yang ditawarkan. d) Multiple Image (Citra berlapis); yaitu citra yang dibentuk oleh sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra keseluruhan suatu organisasi atau perusahaan. Citra ini terjadi saat individu dalam organisasi berkreasi dengan citra perusahaan dan mengkomunikasinya. :

Selain itu masih ada dua jenis image lainnya, yaitu: a. Product Image, yaitu image yang didasarkan pada kualitas, performance, selling point atau nilai jual dari suatu peusahaan. b. Coorporate Image, yaitu image organisasi/perusahaan yang didasarkan pada reputasi, aktivitas dan perilaku manajemen perusahaan. 1.3 Fungsi dan Peran Image Pada prinsipnya, image berperan untuk: a. Upaya menciptakan identitas, baik diri, organisasi maupun perusahaan. b. Meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan maupun organisasi dalam rangka menghadapi resiko pengambilalihan (takeover). c. Meningkatkan kualitas calon pegawai (bagi perusahaan) atau anggota yang hendak direkrut (organisasi). d. Memperbaiki hubungan antara organisasi dan komunitas. e. Mendidik pengguna atau konsumen agar lebih mengerti dan efektif dalam produk atau jasa perusahaan. f. Meyakinkan komunitas atas kemampuan perusahaan atau organisasi

MODUL 2 Tujuan Insruksional Khusus: Memberikan pemahaman awal tentang tugas PR dalam menciptakan image perusahaan. Pokok Bahasan : IMAGE DAN REPUTASI Sub Pokok Bahasan :

2.1 Hubungan Image dan Reputasi Reputasi merupakan cerminan persepsi public mengenai tindakan-tindakan organisasi yang telah berlalu dan prospek organisasi di masa depan. Menurut Charles J. Fombrun dalam Reputation: Realizing Value from the Corporate Image (1996), ada dua hal penting yang perlu dilewati untuk mencapai reputasi perusahannya, yaitu Identitas Organisasi dan Image Organisasi. Identitas organisasi bukan hanya berbentuk fisik atau verbal, tapi juga bersifat non verbal seperti nilai dan filosofi, pelayanan, gaya kerja dan komunikasi. Identitas menimbulkan kesan pada masyrakat atau memancarkan citra pada public terkait, konsumen, dah bahkan karyawan sendiri, dan menimbulkan citra organisasi. Kumpulan citra di benak public terkait inilah yang membentuk reputasi organisasi. 2.2 Definisi Reputasi Pada dasarnya image identik dengan reputasi, meski demikian, image lebih berkonotasi superficial, bahkan mungkin ilusi. Penampilan sesaat menciptakan citra, tapi reputasi membutuhkan konsistensi dan pemahaman tentang sikap maupun tingkah laku. Dari reputasi yang terbentuk, ada 4 sisi reputasi yang perlu ditangani secara cermat, yaitu: a. Citra kredibilitas (Credibility) Merupakan citra yang ditunjukan kepada investor dengan karakteristik, memperhatikan profitabilitas, mampu mempertahankan stabilitas dan adanya pertumbuhan prospek yang baik. b. Terpercaya (Trustworthiness) Merupakan citra di mata karyawan, dimana organisasi mendapat kepercayan, organisasi mampu memberdayakan karyawan dengan optimal dan organisasi dapat menimbulkan rasa memiliki dan kebanggaan bagi karyawan.

c. Keterandalan (Reliability) Citra ini dibangun untuk konsumen, dengan selalu menjaga mutu produk dan jasa, menjamin terlaksananya pelayanan prima yang diterima konsumen. d. Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Citra ini untuk masyarakat sekitar, seberapa banyak organisasi membantu pengembangan masyarakat sekitar, dan bagaimana kepedulian mereka terhadap masyarakat. Menurut Dr. Cees B. B Van Riel, The Three Ms of Reputation adalah: 1. Reputasi itu Penting 2. Reputasi dapat diukur 3. Reputasi harus dikelola, dengan: Menyebarkan informasi lebih banyak Memberikan informasi yang konsisten Menyederhanakan informasi Menjangkau para stakeholdernya, baik internal maupun eksternal Menjangkau competitor dari para stakeholder Dengan kata lain mengelola reputasi harus dengan menjadi terlihat, tampil berbeda secara orisinil, transparan, dan konsisten. 2.3 Keuntungan/ Manfaat dari Good Coorporate Reputation Coorporate Reputation bisa juga diartikan sebagai nama baik, merupakan suatu cara kelompok inti stakeholder atau pihak luar menilai reputasi organisasi. Dalam hal ini, corporate reputation mempunyai dua komponen, yaitu komponen kesan keseluruhan dan komponen spesifik bedasarkan pengalaman dan informasi yang diterima secara langsung maupun tidak langsung. Secara singkat: CORPORATE REPUTATION Brand+Identity+Image+Prestige+Goodwill+Posotioning Dalam hal ini, reputasi merupakan Intangible Asset yang dapat menjadi Competitive advantage atau keuntungan yang kompetitif karena sifatnya yang jarang dimiliki, mendukung value creation (nilai kreasi), tidak tergantikan dan sulit ditiru.

Manfaat dari good corporate reputation antara lain memungkinkan bagi organisasi untuk: Mengambil peluang yang ada Memberikan keuntungan financial Mempertahankan kesetiaan pelanggan Memenangkan persaingan bisnis Meningkatkan nilai organisasi Menarik karyawan berpotensi Menjadi perusahaan idaman dan pilihan bagi para professional yang qualified.

MODUL 3 & 4 Tujuan Insruksional Khusus :Memberikan wawasan tentang implementasi dari unsur-unsur image dalam perusahaan Pokok Bahasan :CORPORATE IMAGE SEBAGAI DASAR PEKERJAAN PR Sub Pokok Bahasan : 1. Definisi Corporate Image Corporate Image merujuk terhadap bagaimana suatu perusahaan atau organisasi diperhatikan, bagaimana arti dari keberadaan suatu perusahaan dapat diterima masyarakat umum. Penciptaan corporate image merupakan hasil persepsi manajemen yang dihasilakn oleh ahli pemasaran (Marketing Experts) dengan menggunakan publiv relation serta bentuk promosi lainnya untuk member kesan dan gambaran dalam diri public atau masyarakat. Biasanya, Corporate Image didesain semenarik mungkin bagi public, sehingga perusahaan tersebut mampu menarik perhatian konsumen, mengkreasikan minat dalam pikiran konsumen, menghasilkan brand equity, serta memfasilitasi penjualan produk. Image Perusahaan (Corporate Image) tidak semata-mata diciptakan perusahaan itu sendiri. Contributor lain dalam pembentukan image perusahaan bisa termasuk juga: media berita, jurnalis, serikat pekerja/ buruh, organisasi lingkungan serta lembaga lainnya. Perusahaan atau korporasi bukanlah satu-satunya bentuk organisasi yang menciptakan image jenis ini. Pemerintah, yayasan amal, organisasi criminal, organisasi keagamaan, partai polotik, dan organisasi pendidikan juga cenderung membentuk suatu image yang unik, yang sebagian diciptakan sengaja dan sebagian lain secara tidak sengaja, sebagian diciptakan sendiri dan lainnya secara eksogenus. 2. Pentingnya Corporate Image Citra perusahaan perlu diciptakan denga sengaja agar bersifat positif karena citra sebagai favourable opinion merupakan asset penting suatu organisasi atau perusahaan. Corporate Image yang positif dianggap penting karena berperan untuk: a) Daya saing menengah dan jangka panjang yang mantap. Citra perusahaan yang baik dan kuat akan tumbuh menjadi kepribadian perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan tidak

b)

c)

d)

e)

mudah dijiplak pesaing. Apabila citra dikelola secara efektif, bahkan dapat melindungi perusaan dari pesaing. Perisai selama krisis Perusaahaan dengan citra baik, sudah dikenal sebagian besar masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami atau memaafkan kesalahan yang dibuat perusahaan, yang bisa menyebabkan krisis. Daya tarik bagi eksekutif handal Eksekutif handal adalah harta yang berharga bagi perusahaan manapun. Mereka adalah roda yang memutar operasi bisnis, sehingga tujuan usaha perusahaan dapat tercapai. Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran Citra perusahaan yang positif bisa menarik konsumen dalam memilih produk yang dihasilkan, baik itu produk lama maupun produk yang baru akan diluncurkan. Penghematan biaya operasional

3. Unsur-unsur /Kegiatan Corporate Penciptaan corporate image sangat terkait dengan fungsi dan tugas utama seorang Public Relation, yaitu menumbuhkan dan mengembangkan hubungan yang baik antara organisasi atau lembaga dengan publiknya, baik public internal maupun eksternal untuk menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi public dalam upaya menciptakan iklim pendapat atau opini public yang menguntungkan lembaga atau organisasi. Menurut PRSA Foundation, komponen dasar public Relation untuk menciptakan dan mengelola corporate image adalah: a. Konseling; menyediakan saran kepada manajemen berkaitan dengan kebijakan, hubungan dengan pihak diluar manajemen maupun dalam manajemen dan komunikasi. b. Riset; menentukan sikap dan perilaku public untuk perencanaan strategi public relation yang dapat digunakan untuk menghasilkan saling pengertian atau mempengaruhi dan mempersuasi public. c. Hubungan Media; bekerjasama dengan media massa untuk memperoleh publisitas, atau dengan menanggapi kepentingan mereka atau organisasi. d. Publisitas; menyebarluaskan pesan-pesan yang telah diremcanakan melalui media terpilih bagi kepentingan organisasi di masa mendatang.

e. Hubungan karyawan; mengagapi perhatian, member informasi dan memotivasi karyawan atau anggota organisasi. f. Hubungan komunitas; merencanakan kegiatan dengan komunitas untuk memelihara lingkungan yang memberikan keuntungan baik bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar. g. Masalah Publik (Public Affairs); mengembangkan ketrelibatan efektif dalam kebijakan public, membantu organisasi beradaptasi dengan harapan public. Istilah public affairs juga digunakan pejabat pemerintah untuk menggambarkan kegiatan public relation mereka dengan korporasi sebagai istilah yang memayungi sejumlah kegiatan public relation. h. Hubungna pemerintah (Government Affairs); berhubungan langsung dengan pejabat legislative dan hokum yang mewakili pemerintah dan melakukan lobi sebagai bagian dari government affairs. i. Manajemen issu; mengidentifikasi dan menunjukkan masalah yang menjadi perhatian public, yang berpengaruh terhadap organisasi. j. Financial Relation; menciptakan dan menjaga kepercayaan investor serta membangun hubungan baik denga komunitas keuangan, dikenal juga sebagai hubungan investor atau hubungan pemegang saham. k. Hubungan industry; berkaitan dengan badan usaha lain dalam industry dari suatu organisasi dan yang berhubungan dengan organisasi. l. Pengembangan dana (Fund Rising); mempertunjukkan kebutuhan dan mendorong public untuk mendukung organisasi utamanya melalui pembiayaan. m. Hubungan multibudaya (multicultural relation); keragaman wilayah kerja berkaitan dengan individu-individu dan kelompok-kelompok dari berbagai budaya. n. Special event; merangsang minat sesorang pada produk atau organisasi melalui sarana yang memfokuskan pada apa yang sedang terjadi, juga kegiatan-kegiatan yang dirangsang untuk berinteraksi dengan public. o. Komunikasi pemasaran; memadukan aktivitas yang dirancang untuk menjual produk, jasa, atau ide termasuk periklanan, bahan yang berhubungan, publisitas, promosi, direct mail, pameran dagang dan special event.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Corporate Image Corporate Image terbentuk dari citra dan reputasi yang memiliki suatu perusahaann atau organisasi. Dalam membentuk dan mengelola corporate image, yang harus diperhatikan adalah: 1. Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasarn. 2. Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis. 3. Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan. 4. Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran. 5. Citra yang ditonjolkan merupakan sarana dan bukan tujuan. 5. Kasus-kasus yang Berhubungan dengan Corporate Image Carilah contoh kasus-kasus yang terjadi dalam suatu perusahaan yang berkaitan dengan factor-faktor pembentukan corporate image, dan diskusikan solusi terbaik dalam penyelesaian kasus-kasus tersebut, berdasarkan tugas dan fungsi seorang public relation.

MODUL 5 Tujuan Instruksional Khusus: Memberikan gambaran tentang kondisi yang tercipta jika berhasil memanage corporate image. Pokok Bahasan :OUTPUT CORPORATE IMAGE Sub Pokok Bahasan : 1. Kondisi-kondisi yang terjadi atas terciptanya corporate image Agar perusahaan atau organisasi memperoleh image yang baik,seorang PR Officer harus berupaya untuk menciptakan: a. Public Understanding (Pengertian publik) Public memahami organisasi/perusahaan tersebut, baik dari segi produk/jasa, aktivitas, reputasi, maupun perilaku manajemen. b. Public Confidence (Kepercayaan publik) Public percaya bahwa informasi yang diketahui mengenai organisasi/perusahaan tersebut besar. c. Public Support (Dukungan publik) Adanya unsur dukungan public terhadap organisasi/perusahaan, baik dalam bentuk material (membeli produk/jasa) maupun spiritual (dalam bentuk pendapat/saran untuk menunjang keberhasilan organisasi/ perusahaan tersebut) d. Public Coorperation (Kerjasama publik) Jika ketiga tahapan diatas dapat dilalui maka akan muncul suatu kerjasama dari public yang berkepentingan terhadap perusahaan atau organisasi untuk mencapai keuntungan dan kepuasan bersama. 2. Kasus dalam Perusahaan Berikut adalah contoh perusahaan dan organisasi di Amerika Serikat yang membentuk image perusahaan melalui program-program yang memenuhi tanggung jawab sosialnya. a. BP (British Petroleum) adalah sebuah teka-teki dalam industry minyak dan gas. Perusahaa ini bergerak cepat dan tegas, membina hubungan dengan organisasi yang dihindari organisasi lain, dan tidak takut menghadapi persepsi public yang negative terhadap industry ini. Misalnya isu pemanasan global, yang oleh kebanyakan perusahaan minyak dikatakan sebagai konsep yang kurang didukung bukti ilmiah yang solid. BP, dilain pihak, mengambil kesempatan ini untuk mendiskusikan dampaknya tehadap lingkungan, terutama dengan LSM

yang berpengaruh dengan agenda pemanasan global, kelangsungan SDA, dan isu-isu terkait. John Browne dari BP adalah CEO industry minyak pertama yang mengakui dampak lingkungan dan mengimplementasikan rencana untuk mengurangi emisi gas. Hasil dialog itu juga memberikan hasil lain. Ketika perusahaan lain seperti Exxon Mobile tidak mau membuatperubahan tanpa ada buktu ilmiah yang lebih baik, reputasi BP naik menjadi perusahaan minyak hijau. BP juga secara agresif mengejar strategi pertumbuhan dengan membeli Amoco dan Atlantic Richfield, sehingga menyalip Exxon Mobile sebagai perusahaan terbesar kedua di dunia. Hubungan komunitas dan public relation yang agresif namun penuh pertimbangan telah member kontribusi bagi pertumbuhan perusahaan itu. b. Habit for Humanity adalah contoh bagus dari organisasi nonprofit yang berhasil menciptakan image organisasi yang positif, sehingga organisasi ini mendapat manfaat dari usaha penyaluran tanggung jawab sosial banyak perusahaan besar dan kecil, serta sukarelawan komunitas. Program ini didirikan tahun 1976 oleh Millard dan Linda Fuller. Pasangan ini, yang sangat sukses di sector swasta, menpunyai visi dunia tanpa tunawisma dan rumah kumuh. Konsepnya adalah membangun rumah untuk keluarga yang membutuhkan, menjual rumah secara cicilan dan tanpa bunga, dan memutar uang pembayaran untuk membangun rumah lagi. Menjelang pertengahan tahun 2004, lebih dari 150.000 rumah telah dibangun secara kemitraan dengan 2100 afiliasi aktif habitat di 100 negara dan 50 negara bagian AS, Distric of Columbia, Guam, dan Puerto Rico. Perusahaan seperti Whirlpool Corp. Yale Locks, dan Schneider Electric (pembuat produk square D) telah berpartisipasi dengan memberikan karyawan sukarela, menyumbang peralatan dan perlengkapan rumah, serta taktik lainnya. Mantan presiden AS Jimmy Carter juga merupakan pendukung dari program ini. Keberhasilan untuk mendapatkan kerjasama public bisa menciptakan keberhasilan untuk mencapai tujuan bersama yang menguntungkan bagi semua pihak.

MODUL 6 & 7 Tujuan Instruksional Khusus : Memberikan Pemahaman Tentang Batasan Kerja PRO yang Profesional. Pokok Bahasan :Standar Profesionalisme PR Sub Pokok Bahasan : 1. Pentingnya Standar Profesional bagi PRO Professional berasal dari kata profesi yang berarti pekerjaan atau bidang pekerjaan yang menuntut pendidikan dan keahlian intelektual serta tanggung jawab etis yang mandiri. Berdasarkan pengertian tersebut, bisa dikatakan bahwa profesionalisme merupakan suatu paham yang merujuk pada suatu keahlian, tanggung jawab, dan norma yang mengatur kegiatan pelakunya. Pekerjaan Public Relation berkaitan dengan pembentukan reputasi, sebagai hasil dari apa yang telah dilakukan dan dikatakan oleh pelaku Public Relation serta umpan balik dari public atau masyarakat. Untuk itu, profesionalisme merupakan fondasi untuk mendapatkan reputasi yang baik. 2. Requirments untuk Suksesnya Seorang PRO Survei terhadap para eksekutif PR papan atas menunjukkan bahwa mereka menganggap Keahlian Komunikasi, Pengetahuan tentang media dan manajemen, kemampuan memecahkan masalah, motivasi, dan rasa keingintahuan intelektual adalah hal-hal yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan. Tetapi selain hal itu juga, dibutuhkan keahlian lain untuk menjadi Public relation yang sukses. Konsultan PR Richard Long mengemukakan lima kualitas yang juga harus dimiliki, yaitu: 1. Orientasi pada hasil Kunci yang paling penting untuk meraih kesuksesan adalah reputasi yang baik dalam memberikan hasil nyata dan berorientasi pada tujuan. Seorang PRO dibayar untuk memberikan hasil, bukan hanya sekedar kerja keras dan usaha. 2. Konseptualisasi PRO yang sukses mempunyai kemampuan untuk focus pada kebutuhan klien atau pimpinan. Pakar konseptualisasi adalah orang yang cepat belajar, yang bisa menjadi pendengar yang baik, sekaligus pembicara yang baik.

3. Hubungan manusia Untuk menjadi sukses, PRO hatus mampu menjadi team player yang menyeimbangkan antara tujuan pribadi dan tujuan organisasi, serta mengerti cara menghadapi manajemen, termasuk ketika ia tidak setuju dengan atasan. 4. Gaya Bakat terpenting yang berkaitan dengan gaya (Style) adalah sikap positif (aku bisa melakukannya) dan daya saing yang konstruktif. PRO mampu memanfaatkan rasa percaya dirinya untuk member kontribusi pada advokat persuasive dan hubungan PR yang Substantif. 5. Kualitas berharga yang tidak terdeskripsikan Kualitas ini sulit dideskripsikan, namun karisma, kehadiran, dan kemahiran akan mempengaruhi cara manajer lain menilai orang-orang dibidang PR. Singkatnya, PRO mengerti apa yang diharapkan atasannya dan mampu memudahkan pekerjaan atasan. Selain pendapat di atas, Bill Cantor menjabarkan keahlian yang harus dimiliki Public Relation Officer untuk menjadi sukses, yaitu: a. Respons terhadap ketegangan Eksekutif PR dituntut untuk selalu bekerja dengan baik pada situasi apapun, bahkan dalam kondisi penuh ketegangan (yang sering dialami para eksekutif PR). Selain itu, mereka juga tidak memecahkan masalah dengan analisis abstrak namun dengan menghasilkan solusi praktis melalui aksi langsung (direct action) b. Inisiatif individual PRO harus bisa mengambil inisiatif tindakan segera sebelum situasi menjadi tidak terkendali, tanpa menunggu perintah, tetapi berusaha mengantisipasi dan menyelesaikan masalah serta menyesuaikan perubahan. c. Rasa ingin tahu dan keinginan untuk terus belajar PR bukan ilmu pasti, untuk itu professional PR harus selalu punya rasa ingin tahu dan ingin belajar tentang produk, pelayanan, klien, atau organisasi, dan tentang kompetisi, karena sering kali PRO harus mencoba sejumlah cara untuk memecahkan masalah dan mendapat kegagalan sebelum berhasil. d. Energi, semangat, dan ambisi Energi, semangat, dan ambisi diperlukan untuk menjadi sukses, sehingga PRO bisa bekerja cepat, tidak takut mengambil resiko

e.

f.

g.

h.

i.

j.

sesuai dengan yang sudah diperhitungkan dan semangat untuk memecahkan masalah, seberapapun sulitnya. Berpikir objektif Eksekutif PR harus berpikir objektif dan sefaktual mungkin dan harus memiliki kemampuan menilai situasi. Selain itu juga harus memiliki sense of timing , kemampuan konsentrasi penuh, perhatian pada detail yang rumit dan kekuatan observasi yang tajam. Kesemuanya merupakan aspek penting dalam konseling. Sikap fleksibel Seorang PRO harus memiliki kemampuan untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain, misalnya sudut pandang manajemen eksekutif, editor publikasi atau audien yang bersikap memusuhi. Melayani orang lain Senang melihat orang lain sukses adalah alasan utama dari tindakan melayani pihak lain. Bersahabat Orang-orang PR biasanya dianggap sebagai orang-orang yang ramah, bersahabat, dan menyukai orang secara tulus, jarang marah, sinis atau bermusuhan. Sifat ini dibutuhkan karena mereka bertugas mengembangkan dan memelihara banyak kontak personal. Cakap dalam banyak hal Eksekutif PR yang sukses sering kali bekerja dengan baik di berbagai bidang karena mereka punya jiwa petualang dan tertarik dengan kehidupan yang lebih luas. Praktisi yang terbaik adalah seorang generalis yang punya kemampuan spesialis. Mereka selalu ingin belajar dan mampu focus pada berbagai subjek yang bisa membantu mereka dengan cepat menyesuaikan diri dengan tugas baru dan kebutuhan klien serta masalah yang berbeda-beda. Mampu menekan ego Karena sering bekerja sebagai katalis, seorang PRO yang professional harus mampu menekan ego, menahan diri, serta bekerja di balik layar, dan membuat orang lain (orang disini bukan hanya sekedar orang tapi bisa mengacu pada perusahaan atau organisasi, pihak manajemen, atau klien) tampil ke depan.

3. Peranan Profesionalisme PR Profesionalisme dalam public relation sangat penting karena dengan adanya profesinalisme yang muncul dari etika dan keahlian bisa memberikan landasn pelayanan hubungan kepercayaan professional yang bisa diterima

secara moral. Klien selalu mengharapkan ahli yang berpengalaman dalam memberikan penilaian moral yang baik pula. Pergerakan ilmu public relation kea rah professional akan membuka peluang bagi praktisi PR untuk meraih status professional yang membutuhkan komitmen moral, pengetahuan, dan kehalian. Praktisi yang berkomitmen kepada standar etis dan tingkat profesionalisme yang tinggi akan membedakan praktik PR dari pekerjaan keahlian lainnya dan membuat pR menjadi pelayan kepentingan public.

MODUL 9 & 10 Tujuan Instruksional Khusus : Memberikan pengetahuan dan membentuk sikap professional dalam terbentuknya citra diri. Pokok Bahasan :Self Image yang Profesional Sub Pokok Bahasan : 1. Definisi Self Image Self Image : The idea, conception, or mental image one has of oneself. Selfesteem: respect or favorable image of oneself.
(Random House Dictonary)

Self-image sebenarnya merupakan begaimana penerimaan seseorang atas dirinya, sejumlah kesan diri (Self impression) yang telah terbentuk dalam diri seseorang selama beberapa waktu: mengenai harapan dan mimpi, pikiran dan perasaan, apa yang telah dilakukan sepanjang hidup, dan apa yang ingin dilakukan. Image diri ini bisa sangat positif, memberikan kepercayaan diri atas pikiran dan perilaku, atau negative, dan membuat sesorang meragukan kemampuan dan ide-ide mereka. 2. Pentingnya Self Image Secara mengejutkan, self image bisa berbeda dengan pandangan orang lain. Beberapa orang mungkin terlihat memiliki segalanya (kepandaian, penampilan, kesuksesan personal dan keuangan) mungkin saja memiliki self image yang negatif. Sebaliknya, orang lain yang memilki kehidupan yang sulit dan penderitaan bertingkat mungkin saja memiliki self image yang sangat positif. Ada kepercayaan bahwa self image seseorang dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang dialaminya (keberhasilan atau kegagalan di masa sekolah, pekerjaan, atau hubungan interpersonal). Kepercayaan lain mengatakan self image seseorang dapat membantu membentuk peristiwa-peristiwa tersebut. Tapi satu yang pasti, self image memiliki pengaruh yang sangat kuat pada personality dan penampilan seseorang serta mempengaruhi sikap orangorang yang ada disekitarnya. Self image yang positif akan membuat orang-orang disekitar memandang seseorang sebagai orang yang mampu mengerjakan pekerjaan apapun dengan hasil yang memuaskan.

Bagaimanapun juga, adalah sangat penting untuk membentuk self image yang positif dan realistis. Self image yang tidak realistis dapat menjadi kekurangan, baik self image positif atau negative. Memiliki pikiran yang negative sesekali atau kritik pedas tentang diri sendiri dapat mendorong terjadinya perubahan, kerja keras, pertumbuhan, dan sukses, karena dalam beberapa kasus, memiliki image diri yang terlalu positif justru menjadi pemicu timbulnya kepuasan atas diri sendiri, pencapaian di bawah target dan kesombongan atau arogansi. Jadi, keseimbangan antara kesan diri yang positif dan memiliki tujuan yang realistis adalah sangat penting. 3. Bentuk Profesionality PR yang Profesional Sikap dan kemampuan seorang profesional disebut sebagai profesionalisme, yaitu mampu bekerja atau bertindak melalui pertimbangan yang matang dan benar dalam memberikan pelayanan tertentu. Ciri-ciri khusus menjadi profesional antara lain: Memiliki kemampuan yang tidak dipunyai orang umum lainnya Memiliki tanggung jawab profesi dan integritas pribadi Memiliki jiwa pengabdian dan dedikasi tinggi pada publik Menjadi salah satu anggota profesi Menurut Public Relation Society Assosiation (PRSA) yang dikutip dalam buku The Dollars & Sense Of PR, kemampuan yang harus dimiliki seorang PR profesional antara lain : Kemampuan menulis Kemampuan mengedit Hubungan dengan media Promosi Kemampuan berbicara Kemampuan produksi (desain dan artwork) Mampu merancang kegiatan PR yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan Kemampuan dalam advertising Kualifikasi atau kemampuan lain yang harus dimiliki oleh PR profesional adalah: Mampu berkomunikasi dengan semua orang yang memiliki beragam karakter Integritas personal Kreatif dan inovatif

Memiliki akses informasi yang luas Mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi Memiliki jaringan sosial dengan berbagai kelompok masyarakat Mampu mengorganisasikan berbagai kegiatan komunikasi Melakukan penelitian dan mengevaluasi hasil kegiatan PR Mampu berbahasa asing, minimal bahasa Inggris

Kemampuan tersebut diperlukan agar mampu melaksanakan job describtion yang diberikan. Berikut adalah gambaran job describtion seorang PR profesional: Periklanan : merencanakan isi, memproduksi, dan menempatkan iklan di media untuk menyampaikan pesan sesuai tujuan organisasi Sosial Kolporat : kegiatan sosial perusahaan untuk menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat Sponsorship : mendukung sebuah even dalam bentuk kontribusi nyata dengan kontraprestasi berupa kesempatan menampilkan citra produk/perusahaan Community Development : upaya meningkatkan hubungan baik organisasi dengan publiknya melalui kegiatan penggalangan dana atau menarik minat menjadi anggota club External Communication : penyampaian pesan untuk publik ekternal dalam berbagai bentuk media Internal Communication : komunikasi yang ditujukan untuk internal organisasi melalui berbagai media dan kegiatan Lobi : kegiatan pendekatan langsung dan intensif untuk mempengaruhi kebijakan pejabat legislatif dan pemerintah. Promosi : kegiatan menarik perhatian publik terhadap produk, organisasi atau merek melalui kegiatan khusus seperti iklan atau display Publisitas : menginformasikan organisasi, seseorang atau isu perusahaan karena memiliki nilai berita atau berkorelasi erat dengan kepentingan publik Press and Media Handling : menangani wartawan dan pers media

Kaum profesional pastinya memiliki kode etik atau etika profesi yang harus ditaati dalam menjalankan tugasnya. Kode etik praktisi humas/ PR antara lain meliputi: 1. Code of Conduct Etika perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi, klien,majikan, umum, dan media serta perilaku terhadap rekan seprofesi. 2. Code of Profession Etika dalam melaksanakan tugas/ profesi 3. Code of Publication Etika dalam kegiatan proses dan teknis publikasi 4. Code of Enterprise Etika yang berhubungan dengan aspek peraturan pemerintah seperti hukum, perizinan dan usaha, hak cipta, merek. Standar etika lainnya bagi PR Profesional adalah: a. Sikap Profesional Seorang PR harus bertindak atas dasar keinginan untuk menciptakan kebaikan antara kedua belah pihak, baik klien maupun komunitas, dan bukan semata-mata untuk mengejar posisi dan kekuasaan. b. Kepercayaan Seorang PR diharapkan mampu memegang kepercayaan karena kesejahteraan publik atau pimpinan tergantung pada kecakapan dan tindakan. c. Tanggung Jawab Seorang PR harus memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan fungsinya serta tanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari tindakan pelaksanaan profesi tersebut terhadap dirinya, rekan kerja, profesi, organisasi dan masyarakat umum. d. Kebebasan Profesional PR memiliki kebebasan dalam menjalankan profesinya tanpa merasa takut atau ragu-ragu tetapi tetap memiliki komitmen dan bertanggung jawab dalam batas-batas aturan main yang telah ditentukan oleh kode etik sebagai standar perilaku profesional. e. Kejujuran Profesional PR harus jujur dan setia, serta merasa terhormat pada profesi yang disandangnya. Mengakui akan kelemahan dan tidak menyombongkan diri, serta berupaya terus untuk mengembangkan diri dalam mencapai kesempurnaan bidang keahlian dan profesinya melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.

f. Keadilan Setiap profesional memiliki kewajiban dan tidak dibenarkan melakukan pelanggaran terhadap hak, mengganggu milik orang lain, lembaga atau organisasi. Tidak mencemarkan nama baik bangsa dan negara, menghargai hak-hak, menjaga kehormatan nama baik, martabat, dan milik bagi pihak lain agar saling tercipta keadilan secara objektif dalam kehidupan masyarakat g. Social responsibility Profesional PR harus dapat memenuhi kewajiban moral dan harapan dalam masyarakat. Kegiatan PR pada dasarnya memiliki pengaruh kuat di masyarakat, terutama bila menjalankan fungsinya secara efektif dan sadar akan konsekuensi yang dijalankan. h. Otonomi Seorang profesional memiliki kebebasan otonomi dalam menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian, pengetahuan, dan kemampuannya untuk melakukan kegiatan operasional atau kerjasama yang tebebas dari campur tangan pihak lain. Kebebasan otonomi merupakan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh setiap pofesional. Secara umum, kegiatan PR adalah kegiatan yang berhubungan dengan persepsi dan nilai. Oleh karena itu, memerlukan perhatian pada azas -azas profesional, objektif, bermoral, dan beretika, efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan pelayanan berkualitas. Dengan menjalankan azas tersebut maka kita akan mampu untuk menjadi seorang PR yang profesional dan handal dalam membentuk reputasi positif.

MODUL 11 Tujuan Instruksional Khusus Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan

: Memberikan pemahaman dan membentuk pribadi PRO yang baik : Pengembangan Pribadi bagi PR :

1. Motivasi Diri Motivasi adalah fenomena kejiwaan yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku demi mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dituntut oleh lingkungannya. Motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan afektif. Motif kognitif lebih menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu. Motif ini mendorong manusia untuk lebih belajar dan ingin mengetahui. Motif afektif lebih menekankan pada aspek perasaan dan kebutuhan individu untuk mencapai tingkat emosional tertentu. Motif ini mendorong manusia untuk mencari dan mencapai kesenangan dan kepuasan baik fisik, psikis, dan sosial dalam kehidupannya dan individu akan menghayatinya secara subjektif. Ada 3 jenis atau tingkatan motivasi seseorang, yaitu: Fear Motivation Motivasi yang didasari ketakutan. Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya orang patuh pada bos karena takut dipecat, orang membeli polis asuransi karena takut terjadi apa-apa dengannya, anak-istri akan menderita. Achievement Motivation Motivasi karena ingin mencapai sesuatu. Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. Inner Motivation Motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam, yaitu karena didasarkan oleh visi dan misi tujuan hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesame atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan.

Baginya bekerja bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya. Ada aturan motivasi yang harus dipenuhi, yaitu: a. Motivasi bukanlah produk atau hasil dari pengaruh eksternal, tetapi merupakan hasil alami dari keinginan untuk mencapai sesuatu disertai kepercayaan atas kemampuan diri untuk mencapainya. b. Tujuan berorientasi kesenangan positif merupakan motivator yang jauh lebih kuat dibandingkan tujuan yang berasal dari ketakutan negative. Kombinasi yang tepat dari keduanya adalah paduan yang memotivasi paling kuat. c. Mulailah menggambarkan kesuksesan yang ingin dicapai di masa depan dengan jelas dan model perasaan yang akan dialami jika hal tersebut tercapai. d. Biarkan perasaan anda untuk berjalan diatas jalur menuju kesuksesan dan gambarkan perasaan pada setiap momen penting berbeda yang akan muncul selama perjalanan menuju sukses. e. Tetapkan prioritas tinggi pada tugas yang akan dilakukan. Teknik-teknik untuk menumbuhkan dan mengelola motivasi diri adalah: a. Tentukan target atas jumlah pekerjaan yang akan diselesaikan setiap harinya. b. Gambarkan keluaran yang diinginkan dan kreasikan visi. c. Tetapkan tanda atau tonggak dari hal-hal yang ingin dikerjakan dan memang mampu dilaksanakan. d. Gunakan indicator visual untuk memonitor progress (kemajuan) dan menyempurnakan penyelesaian tugas. 2. Pengembangan Pribadi Ekstenal dan Internal Ada banyak cara untuk mengembangkan pribadi yang positif untuk mencapai sukses agar mencapai sasaran atau menyelesaikan suatu tugas maupun mengatasi persoalan atau tantangan yang dihadapi. Dalam pengembangan kepribadian, ada hal yang harus diperhatikan, yaitu hubungan motivasi dengan emosi, kemampuan seseorang dalam pengembangan kepribadian dan motivasinya dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (EQ-nya).

Ada tiga kompetensi untuk pengembangan kepribadian yang mengesankan, yaitu: Achievement drive Dorongan untuk berhasil, berusaha keras untuk meningkatkan atau mencapai suatu standar dengan mutu yang baik sekali, baik dalam pekerjaan maupun hubungan interpersonal. Commitment Selalu memegang komitmen terhadap visi dan misi untuk menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari. Initiative and Optimism Inisiatif dan optimism adalah kompetensi kembar yang memacu orang untuk meraih kesempatan dan memungkinkan mereka untuk mundur sejenak melangkahi halangan dan rintangan. 3. Teknik Pengembangan Kepribadian yang Positif Meningkatkan kepribadian anda seperti mengembangkan keahlian, butuh waktu dan mengembangkan kepribadian melibatkan dorongan perilaku positif dan realistis diri serta peran lingkungan disekitar anada dalam mengahrgai kelebihan anda. Tetapi disaat yang sama juga membutuhkan perilaku yang bertanggung jawab terhadap diri anda maupun orang lain, karena semuanya berkunci pada MENGHARGAI DIRI DAN JUGA ORANG LAIN. Dengan bekerja memfokuskan diri pada merubah pola piker sebelum merubah kondisi disekitar anda, anda membangun rasa penghargaan diri (self esteem). Tujuan dari berpikir positif adalah memberikan konsep diri yang positif, sambil melihat kedalam diri secara jujur dan menerima apa adanya diri. Jauhkan rintangan internal yang anda bangun dalam diri, yang berpotensi menahan anda untuk melakukakn yang terbaik. Kuncinya adalah Positive Thinking. Ada banyak cara untuk mengubah pola piker negative dan kritisasi diri menjadi lebih realistis. Memfokuskan diri untuk mengubah semua dalam satu waktu bisa membuat anda kewalahan, tapi memfokuskan diri pada beberapa masalah kecil dengan pendekatan yang posotif secara berkala bisa mengubah self esteem anda.

Strategi menciptakan pikiran positif untuk pengembangan kepribadian, antara lain: Hindari membesar-besarkan masalah Enyahkan semua pikiran negative sebelum berkembang dalam pikiran. Kembangkan kualitas terbaik anda untuk meminimalkan kekurangan anda. Terima kekurangan anda karena itu manusiawi Terima ketidaksempurnaan hidup untuk mendewasakan diri. Jangan merasa bersalah ketika ada hal-hal yang berjalan diluar control Jangan merasa semua yang terjadi adalah tanggung jawab Bertanggungjawablah terhadap perasaan anda dan apa yang memang menjadi tugas anda. Perlakukan diri anda dan orang-orang disekitar anda dengan baik. Selalu melihat sisi terbaik dari setiap event atau kejadian Selalu mencoba untuk memanfaatkan kesalahan dan Fokuskan diri pada apa yang anda bisa lakukan, bukan pada apa yang TIDAK dapat anda lakukan. Dengan menggunakan satu dua strategi diatas bisa meningkatkan citra diri dan penghargaan diri secara luar biasa. Perubahan internal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kepercayaan diri dan perubahan kepribadian anda menjadi lebih positif, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap kenginan dan kemampuan anda untuk membuat perubahan eksternal dan peningkatan kualitas hidup.

MODUL 12 Tujuan Instruksional Khusus Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan

: Memberikan pemahaman dan membentuk pribadi PRO yang baik : Social Grace da Social Grooming :

1. Pentingnya Social Grace Dalam kamus Thesaurus, ada 3 arti dari kata social grace, yaitu: a. Manners, tata karma; kode etik yang diterima, etika, sikap ramah, perilaku baik. b. Tact, Kebijaksanaan; diplomasi, keangguna, kecerdasan c. Culture budaya; Elegance keelokan, kecakapan gaya, kesopanan, atau kehalusan budi. Berdasarkan pengertian di atas, social grace bisa diartikan sebagai koode etik dan etika tata karma yang diterima dalan suatu kelompok masyarakat tertentu. Perilaku yang etis menyiratkan bahwa tindakan konsisten dengan norma moral dalam masyarakat. Dalam konteks public relation, social grace berkaitan dengan kode etik profesi public relation. Setiap pembahasan tentang status professional PR selalu diawali dengan etika. Karena dalam prakteknya, profesi PR penuh dengan dilemma etis dan kepatuhan terhadap aturan etika professional ini yang memisahkan profesi dari pekerjaan lainnya. Isu etika adalah penting karena kalangna professional yang punya keahlian khusus memiliki kekuatan besar dalam membuat keputusan yang mempengaruhi setiap aspek masyarakat. Pada dasarnya, tujuan public relation adalah untuk memfasilitasi dialog, meningkatkan pemahaman dan membangun hubungan yang slaing menguntungkan. Akan tetapi jika dipraktekkan dengan komitmenn kepada tanggung jawab sosial dan etika, ilmu PR juga bisa digunakan untuk melakukan pemelintiran fakta, propaganda, dan manipulasi. Untuk itu, pemberlakuan etika professional perlu diterapkan sebagai landasan untuk melindungi klien yang mendapat pelayanan professional, kebijakan profesi yang melindungi praktek dan menjaga kepercayaan public serta dukungan untuk privilese professional.

2. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam Social Grace Dalam buku Effective Public Relation, PRSA menjabarkan pedoman kode etik profesi bagi profesi PR. Dalam pedoman tersebut, bisa dilihat cakupan kegiatan yang harus dilandasi oleh etika, yaitu: a. Aliran Informasi Bebas Menjaga integritas proses komunikasi Jujur dan akurat dalam semua komunikasi Segera bertindak untuk memperbaiki komunikasi yang salah, yang menjadi tanggung jawab praktisi Menjaga kebebasan arus informasi tanpa prasangka ketika memberikan atau menerima hadiah dengan memastikan hadiah itu nominal, legal, dan tidak sering. b. Kompetisi Mengikuti etika yang dirancang untuk menghormati persaingan yang bebas dan terbuka tanpa bermaksud melemahkan pesaing. Menjaga hak kekayaan intelektual di pasar. c. Pengungkapan Informasi Jujur dan akurat dalam semua komunikasi Segera bertindak untuk memperbaiki komunikasi yang salah, yang menjadi tanggung jawab praktisi Menginvestasi kebenaran dan akurasi informasi yang dikeluarkan atas nama pihak-pihak yang diwakili Mengungkapkan sponsor kepentingan yang diwakilinya Mengungkapkan kepentingan financial (misalnya kepemilikan saham) di organisasi klien Menghindari praktek penipuan dan manipulasi informasi d. Menjaga Kepercayaan Menjaga kepercayaan dan hak privasi dari klien yang lalu, sekarang, serta calon klien dan karyawan. Melindungi informasi khusus, rahasia atau informasi dalam yang diperoleh dari klien atau organisasi. Segera memberi saran kepada otoritas terkait apabila anggota menemukan bahwa informasi rahasia telah dibocorkan oleh seorang karyawan atau perusahaan atau organisasi klien. e. Konflik Kepentingan Bertindak demi kepentingan klien atau karyawan, bahkan dengan tidak mendahulukan kepentingan pribadi anggota.

Menghindari tindakan dan situasi yang mungkin mengaburkan penilaian atau menciptakan konflik antara kepentingan pribadi dengan kepentingan professional Mengungkapkan dengan segera setiap ada potensi konflik kepentingan yang bisa mempengaruhi klien atau organisasi Meminta klien dan konsumen untuk menentukan apakah ada konflik setelah memberi tahu semua pihak yang terlibat. f. Memperkuat Profesi Mengakui bahwa ada kewajiban untuk melindungi dan memperkuat profesi Menjaga agar praktek profesi tetap mendapat informasi dan pendidikan dalam rangka memastikan perilaku etis. Secara aktif berusaha melakukan pengembangan professional personal Menolak mewakili klien atau organisasi yang mendorong atau menyuruh untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan kode etik Mendefinisikan secara akurat, aktivitas PR apa yang dapat dilakukan Memberi saran kepada bawahan dalam pembuatan keputusan yang tepat Mensyaratkan agar bawahan patuh kepada syarat-syarat dalam kode etik Melaporkan pelanggaran etika pada pihak yang berwenang. 3. Latihan-latihan dan Simulasi Jelaskan bagaimana memecahkan situasi kasus-kasus berikut ini jika dilihat dari landasan etika profesi! Situasi 1 : Perusahaan Anda adalah salah satu perusahaan yang sedang dipertimbangkan oleh calon klien yang berencana akan memperkenalkan pelayanan baru. Perusahaan tersebut memperkirakan akan mendapat penentangan dari kelompok dan politisi tertentu. Anda diberi informasi rahasia mengenai layanan baru itu dan Anda diberi tahu tentang rencana perusahaan, yang semua informasi tersebut bisa Anda pakai untuk menyusun proposal. Pada akhirnya, perusahaan tersebut ternyata memilih pesaing Anda. Apakah Anda bisa mengungkapkan informasi rahasia itu kepada para penentang perusahaan?

Situasi 2 : Perusahaan Anda mempublikasikan newsletter yang ditujukan untuk kantor perantara perdagangan. Seorang eksekutif perusahaan (salah satu klien Anda) meminta Anda membuat perusahannya menjadi lebih dikenal dengan baik di mata pialang. Anda mempublikasikan perkiraan bisnis perusahaan yang sangat optimis, dan tidak mencantumkan adanya problem. Anda juga tidak menunjukkan hubungan perusahaan Anda dengan perusahaan tersebut. Apakah Anda wajib mengungkapkan hubungan ini? Apakah Anda harus mencetak koreksi yang mencakup semua informasi yang Anda punya tentang perusahaan itu? Situasi 3 : Atasan Anda memerintahkan untuk mendirikan organisasi warga Negara yang diklaim independen untuk mendukung pembangunan perumahan baru yang membutuhkan persetujuan komisi perencanaan tata kota. Organisasi baru ini akan dibiayai oleh kelompok kontraktor yang akan turut serta dalan pembangunan perumahan tersebut. Apakah menciptakan organisasi semacam ini tidak bermasalah? Situasi 4 : Atasan Anda meminta Anda untuk berbicara di beberapa komunitas yang dilayani oleh perusahaan Anda. Anda akan mendiskusikan pembangunan pabrik baru beserta pengoperasiannya. Anda mengunjungi pabrik itu sebelum memberikan pidato yang disiapkan oleh atasan Anda. Selama kunjunganitu, Anda menemukan bahwa beberapa klaim yang dimuat dalam naskah pidato itu tidak benar. Apakah Anda akan menyampaikan pidato sebagaimana tertulis di naskah itu?

MODUL 13 & 14 Tujuan Instruksional Khusus Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan

: Memberikan pemahaman dan membentuk sikap positif seorang PR : Etika Pergaulan dalam Konteks Kerja PR :

1. Etika Wawancara Terkadang, Anda grogi ketika wawancara, sehingga etika wawancara pun tak sempat lagi terpikir di benak Anda. Padahal, etika sangatlah penting dan dapat menambah poin untuk diri Anda. Sikap duduk, misalnya. Duduklah dengan tenang dengan tangan di atas pangkuan. Usahakan punggung tidak menyender ke kursi yang Anda duduki. Saat berbicara, biasakan menggunakan Saya, ketimbang menggunakan Aku, karena ini menunjukkan kesan Anda seorang yang arogan. Jawablah dengan jujur setiap pertanyaan dari si pewawancara. Jangan ragu untuk bertanya saat Anda diberi kesempatan bertanya. Biasanya, si pewawancara menjelaskan tidak secara detail, hanya pokok-pokoknya saja. Satu lagi, jika Anda sedang mengunyah permen, usahakan permen tersebut dibuang lebih dulu. Jangan masuk ke ruang wawancara dengan mulut asyik mengunyah permen. Ini akan menimbulkan kesan bahwa Anda tidak serius. Beberapa hal yang terkait etika dalam wawancara andalah: a. Percaya diri. Masuk ke dalam ruangan dengan yakin, jabat tangan pewawancara dengan tasa penuh percaya diri, senyum, dan penuh semangat. b. Jabat erat. Jangan berjabat tangan dengan lemas seperti ikan yang mati. Genggam erat dan kuat sehingga memberi kesan percaya diri dan sejajar. Tapi juga jangan terlalu berlebihan. c. Tatap wajah/mata. Perhatikan apa yang dibicarakan atau ditanyakan dengan seksama. Jika si pewawancara seorang yang antusias, cobalah untuk dapat mengambil emosinya dan sebaliknya jika dia seorang yang pasif/serius, sebaiknya ikuti juga alurnya. Intinya, uahakan untuk membuat suasana menjadi menyenangkan, tidak kaku, atau penuh ketakutan. d. Jaga sikap. Posisi duduk yang tegap, cara bertatapan muka, dan bagaimana seharusnya menjawab pertanyaan, akan mencerminkan kepribadian serta rasa percaya diri Anda. Posisi duduk yang agak

e.

f.

g.

h. i.

j.

k. l.

membungkuk, misalnya, menggambarkan seseorang yang lemah dan malas. Jangan bersidekap. Ini menyiratkan sikap tertutup, cenderung ingin membela diri, dan tidak kooperatif. Gunakan tangan Anda untuk mengutarakan atau menerangkan sesuatu ketika sedang berbicara. Ketika si pewawancara bicara, sebaiknya kedua tangan diletakkan di lengan kursi atau di bawah badan. Kontak mata. Jangan menghindari tatapan matanya dengan menunduk, membuang muka. Sebaliknya, hunakan ekspresi tubuh yang menyiratkan ketertarikan, perhatian, semisal mengganggukkan kepala, mengangkat alis, dan sebagainya. Posisi nyaman. Jangan terlalu sering mengubah posisi. Cari posisi yang enak bagi kedua kaki dan coba bertahan pada posisi tadi. Berkali-kali mengubah posisi hanya menggambarkan sikap gelisah dan tidak dapat di percaya. Kontrol suara. Hindari berbicara terlalu pelan dan lembut, atau terlalu cepat dan terputus-putus. Performance atau Penampilan Pilih busana dengan warna-warna dasar, seperti hitam, putih, krem, cokelat, atau biru tua, sehingga mudah dipadupadankan. Agar busana yang Anda kenakan sesuai dengan bentuk tubuh, ada baiknya Anda mengenali lebih dulu bentuk tubuh Anda. Secara umum, bentuk tubuh manusia ada tiga, yakni oversize, mungil, dan proposional. Datang Tepat Waktu Perhatikan benar-benar tanggal dan waktu wawancara. Sediakan beberapa menit untuk merapikan diri lebih dahulu, sebelum masuk ke ruang wawancara. Yakinlah bahwa diri Anda tampil serapi dan sebersih mungkin. Datanglah tepat pada waktunya, bahkan kalau mungkin, datanglah beberapa menit sebelumnya. Misalnya jadwal wawancara pukul 10 pagi, usahakan Anda sudah hadir 30 menit sebelumnya. Jadi, Anda tidak terburu-buru menyiapkan diri. Bersikap sopan dan ramah Datang tampak muka, pulang tampak punggung Berilah salam ketika datang, begitu pula ketika selesai wawancara. Sekali lagi, bersikaplah santun ketika hendak memulai dan mengakhiri wawancara.

2. Etika dalam Kantor Etika berpengaruh besar terhadap kelangsungan karir di masa depan. Orang yang tidak tahu etika sudah pasti tidak disukai. Berikut sejumlah catatan terkait etika di kantor: a. Ciptakan suasana yang menyenangkan di kantor b. Kerjakan pekerjaan yang diperintahkan dengan baik c. Selesaikan pekerjaan secepatnya d. Membina dan menjaga hubungan dengan atasan, melalui: Patuh kepada atasan dengan melaksanakan seluruh perintah atasan sepanjang perintah tersebut tidak bertentangan dengan prosedur dan aturan perusahaan Meminta saran dan petunjuk untuk menjaga komunikasi dan lancarnya penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan kepada kita Usahakan tidak membuatnya kecewa Berikan saran dan masukan secara bijak Jangan menolak perintahnya secara spontan Hindari membuatnya malu e. Membina dan menjaga hubungan dengan rekan sekerja Membuang anggapan bahwa teman sekerja adalah pesaing dan menjadikan mitra kerja Mengembangkan budaya saling menolong Mengembangkan budaya saling mengingatkan Mencegah timbulnya konflik Mengembangkan budaya diskusi yang sehat Tidak menjatuhkan teman di hadapan atasan f. Membina dan menjaga hubungan dengan bawahan Menghargai bawahan Hindari kesan otoriter Membangun hubungan pribadi dan silaturahmi Berikan teguran dan perintah secara bijak g. Menghindari percintaan di kantor sebisa mungkin, kalaupun memang tidak terhindarkan, selalu pisahkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. h. Memakai dan menerima telepon seefisien mungkin. Minimalkan penggunaan telepon kantor untuk urusan pribadi i. Jika memang ada masalah yang ingin dikeluhkan, diskusikan dengan baik dan bicarakan solusi penyelesainnya. Hindari hanya mengeluh tanpa solusi nyata.

3. Etika Berpakaian Penampilan menjadi salah satu bagian penting dalan pergaulan karena unsure penampilan menjadi salah satu atribut untuk menjaga citra diri dan menjalin kemitraan. Yang terpenting dalam berpakaian serasi adalah menyesuaikan pakaian dengan posisi. Etiket berpakaian secara umum adalah: a. Memakai pakaian yang pas, tidak kebesaran atau kekecilan b. Memakai pakaian yang rapi, bersih, dan modelnya sopan c. Pemilihan warna yang tidak moncolok d. Pemilihan model pakaian yang tidak terlalu kuno Berikut contoh berpakaian yang serasi bagi: a. Pria Untuk ke kantor, kaum pria bisa memilih: Kemeja polos berwarna putih, biru muda, krem, atau bermotif halus Celana panjang hitam, coklat, biru, atau abu-abu Sepatu coklat atau hitam dilengkapi dengan ikat pinggang berwarna sama Dasi, kaus kaki, dan jas polos sebagai pelengkap b. Wanita Jenis pakaian sportif dan feminism adalah pakaian yang paling tepat untuk wanita karir. Saat ini stelan blazer dan rok amat digemari oleh wanita bekerja. Untuk sepatu, sebaiknya dipilih yang tidak terlalu tinggi dan lancip, supaya mudah bergerak. Sesuaikan perhiasan dan aksesoris dengan penampilan keseluruhan. 4. Etika Berhias Diri Merias diri merupakan salah satu ornament untuk melengkapi penampilan. Ada beberapa batasan yang harus diperhatikan dalam merias diri, yaitu: a. Gunakan aksesoris yang serasi dengan busana untuk menampilkan kesan professional b. Hindari pemilihan aksesoris yang berlebihan dengan warna mencolok c. Untuk wanita, gunakan rias wajah sederhana dengan pemilihan warna yang serasi dengan busana d. Gunakan rias sederhana dengan warna yang minimalis seperti nuansa coklat, jingga, atau pastel

5. Etika Berbicara Kemampuan berbicara menjadi penting dalam konteks menjalin komunikasi dengan orang lain. Dalam perkembangannya, bicara menjadi lebih rumit karena ada batasan-batasan etika dan aturannya. Dalam pergaulan, etika bicara itu penting karena semakin tinggi tingkat pendidikan dan sosialnya bisanya semakin tinggi pula etikanya dalam berbicara. Ada beberapa hal yang harus diketahui ketika berbicara, antara lain: a. Berusaha menatap lawan bicara dan konsentrasikan diri sepenuhnya pada lawan bicara b. Intonasi suara harus jelas agar lawan bicara mengangkap dengan jelas apa yang sedang dibicarakan c. Menggunakan tata bahasa yang baik dan benar d. Menghindari nada suara yang tinggi e. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti lawan bicara f. Berbicara secara simpatik g. Mampu mengimbangi lawan bicara h. Berusaha menyenangkan lawan bicara i. Mampu menjadi pendengar baik Selain itu, ada beberapa hal yang harus dihindari dalam pembicaraa, yaitu: a. Menggunjingkan keburukan orang lain b. Ucapan yang tak terkontrol c. Membicarakan sesuatu yang sensitive, termasuk rahasia perusahaan d. Memotong pembicaraan lawan bicara e. Mendominasi percakapan (one way discussionn) f. Sering membanggakan diri sendiri. 6. Latihan-latihan

MODUL 15 Tujuan Instruksional Khusus

Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan

: Memberikan pemahaman dan pelatihan dalam tata cara dalam jamuan makan bagi PRO : Tata Cara/ Etiket Makan Bersama :

1. Pentingnya etiket makan Masalah seringkali muncul pada mereka yang tidak mengetahui etiket jamuan makan internasional. Padahal acara jamuan makan seperti ini biasanya bersifat resmi bahkan mempengaruhi pencapaian kita terhadap sesuatu. Karena pada dasarnya, makan adalah alat bantu komunikasi. Sejak dulu makan telah dijadikan sarana untuk bersosialisasi dan bahkan berbisnis, hingga akhirnya etiket makan menjadi hal penting yang harus dikuasai kaum intelektual. Penguasaan etiket makan pada jamuan internasional menjadi suatu keharusan bagi public relation, karena ada saatnya praktisi PR ini harus mengatur jamuan makan yang dilaksanakan oleh perusahaaan dan organisasi, atau pribadi dalam konteks profesional. 2. Table Manner Istilah table manner disebut juga etiket makan, selama ini identik dengan acara jamuan makan resmi bergaya barat. Sebenarnya tidak demikian. Etiket makan tidak hanya ada di Negara-negara barat. Di negara lain seperti Jepang, Cina, termasuk di Indonesia pun, dikenal dengan etiket makan. Di Jepang misalnya, ada kalimat tradisional yang harus diucapkan sebelum dan sesudah makan. Sebelum makan, kita mengucapkan Itadakimasu yang artinya selamat makan dan setelah makan mengucapkan Gochisousama yang berarti terima kasih jamuannya/makananya. Masyarakat Jepang, seperti halnya di Cina, menggunakan sumpit untuk alat makan. Dalam penggunaan sumpit, dilarang memberikan makanan dari sumpit kita ke sumpit orang lain, begitu juga sebaliknya. Anda mungkin pernah menerima undangan jamuan makan internasional dengan nama berbeda-beda. Misalnya brunch, cocktail, atau dinner. Dalam jamuan makan intenasional dikenal dengan enam jenis istilah makan, yaitu coffe morning, brunch, lunch, tea time, cocktail, dan dinner.

Sesuai namanya, coffe morning diadakan pada pagi hari, pukul 10.0012.00. sedangkan brunch alias breakfast lunch, diadakan antara waktu makan pagi hingga siang. Biasanya di atas jam Sembilan dan disajikan secara prasmanan. Makan siang atau lunch diadakan mulai pukul 11.3017.00. Lalu tea time biasanya acara minum the yang diadakan pukul 14.30-17.00. Sedangkan cocktail merupakan jamuan berdiri, yang diadakan sebelum makan malam, yakni antara pukul 18.00-19.00. Terakhir adalah dinner atau jamuan makan malam yang diadakan pukul 19.00. atau jamuan makan malam yang diadakan pukul 19.00. Yang perlu diperhatikan, peletakan perangkat makan masing-masing jamuan tidak sama. Perangkat makan untuk breakfast terdiri dari tiga buah piring, yakni piring sereal atau bubur, piring makanan, serta piring roti dan mentega. Gelas terdiri dari gelas air dan gelas sari buah. Lalu cangkir dan piring kecil. Peralatan yang digunakan adalah serbet, pengoles mentaga yang terdiri dari pisau roti dan mentega, garpu, pisau, sendok bubur atau sup, sendok teh dan kopi. Perangkat makan untuk formal dinner biasanya terdiri dari piring makan, gelas air, gelas anggur putih, dan gelas anggur merah. Lalu serbet, garpu hidangan pertama, garpu hidangan utama, dan garpu selada. Selanjutnya adalah pisau hidangan utama, pisau hidangan pertama, sendok sup, sendok buah atau garpu hidangan laut. Contoh menu lengkap jamuan makan malam resmi, diawali dengan predinner drink atau minuman pembuka yang biasanya mengandung alcohol. Lalu appetizer (hidangan pembuka) seperti sup. Selanjutnya main course (hidangan utama) dengan cirri khas hidangan dari daging. Ditutup dengan dessert (hidangan penutup). Tak ketinggalan teh atau kopi. Selain cara makan, cara duduk pun merupakan hal lain yang harus diperhatikan dalam etiket makan. Tuan dan nyonya rumah harus berdiri di dua sisi meja yang berlawanan. Secara garis besar, makan gaya internasional menggunakan sendok, pisau, dan garpu. Sedangkan roti dimakan dengan cara disobek, lalu baru dioles mentega. Ia mengingatkan agar tidak mencelupkan roti ke dalam sup. Hal lain yang harus tidak boleh dilupakan adalah posisi sendok, garpu, dan piau. Posisi ketika sudah selesai makan tidak sama dengan posisi

yang menyatakan sedang istirahat. Sendok, garpu, dan pisau pada posisi jam empat menyatakan selesai makan. Ada perbedaan cara makan Amerika dan Eropa. Ala Amerika, daging dipoting-potong dan dimakan dengan tangan kanan. Sementara ala Eropa, daging diiris, lalu dimakan dengan posisi pisau dan garpu menghadap ke bawah. Ada lima etiket mendasar yang cepat dan mudah untuk diingat saat menghadiri jamuan makan: a. Memperkenalkan sesame kolega yang menghadiri jamuan makan dengan mengutamakan orang yang lebih penting. b. Bagi pria, berdiri jika ada teman wanota yang meninggalkan meja dan saat kembali ke meja (misalnya dari kamar kecil). c. Gunakan serbet untuk menutupi begian dada atau paha anda dari percikan makan. Untuk pria, perbaiki letak dasi dan atur agar tidak mengganggu makan. Bisa juga dengan menutupi dasi dengan serbet. d. Sebelum menambhakan bumbu apapun ke dalam makanan yang terhidang di depan anda (misalnya garam atau lada), cicipi dahulu rasa makanan. e. Jangan meletakkan siku di meja saat sedang makan.

Anda mungkin juga menyukai