Anda di halaman 1dari 18

RISET PUBLIC RELATION

(ANALISIS CITRA)

Anika Gunasih., S.IKOM.,MM.,M.IKOM

ADRYAN SURYA – 1864190142

FATHAN MAHAD MADANI – 1864190201

JESIKA ANGELINE JOAQUIN – 1864190130

NATASHA HASNAFAHIRA – 1864190234


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas rahmat

dan hidayah-Nya, kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul "Analisis Citra" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah RISET PR. Selain itu, makalah

ini bertujuan menambah wawasan tentang Analisis Citra bagi para pembaca dan juga

bagi kelompok. kelompok mengucapkan terima kasih kepada Ibu ANIKA

GUNASIH., S.IKOM., MM., M.IKOM selaku dosen mata kuliah RISET PR. Ucapan

terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran

dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta , 2 November 2021

Hormat Kami,

Kelompok V
BAB I

A. PENGERTIAN CITRA :

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:667), citra adalah pemahaman kesan

yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Sedangkan menurut Linggar

dalam Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya (2000:69), bahwa “citra humas

yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman,

pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya.” Dari pernyataan

diatas menjelaskan bahwa citra adalah sesuatu yang ditonjolkan secara nyata yang

timbul berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Citra yang dimaksud

disini adalah kesan yang ingin diberikan oleh perusahaan kepada publik atau

khalayaknya agar timbul opini publik yang positif tentang perusahaan tersebut.

Hal lain menurut Ruslan dalam bukunya Manajemen Humas dan Manajemen

Komunikasi dan Aplikasi (1998:63) menyebutkan bahwa landasan citra berakar dari :

“Nilai-nilai kepercayaan yang konkritnya diberikan secara individual dan merupakan

pandangan atau persuasi, serta terjadinya proses akumulasi dari individu-individu

tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu

opini publik yang lebih luas dan abstrak, yaitu sering dinamakan citra atau image.”
Menurut Frank Jefkins dalam Public Relations (dalam Munandar, 1995:17-19)

mengemukakan bahwa ada beberapa jenis citra yang penting untuk diketahui oleh

seorang PR.

Jenis-jenis citra tersebut adalah :

1. Citra Bayangan (Mirror Image)

adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap

organisasinya.

2. Citra Yang Berlaku (Current Image)

adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar

mengenai suatu organisasi atau perusahaan.

3. Citra Yang Diharapkan (Wish Image)

adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra yang

diharapkan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada.

4. Citra Perusahaan (Corporate Image)

adalah citra dari suatu organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jadi

bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk

oleh banyak hal. Hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan,
antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang dan lain

sebagainya.

5. Citra Majemuk (Multiple Image)

Citra ini dapat diterapkan pada semua jenis organisasi atau perusahaan yang

memiliki banyak unit dan pegawai (anggota). Masing-masing unit dan

individu memiliki perangai dan perilaku tersendiri sehingga secara sengaja

atau tidak sengaja, mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu

sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.

Kelima jenis citra tersebut penting untuk diketahui oleh seorang PR, yakni untuk

mengetahui penilaian terhadap organisasi atau perusahaan tersebut yang tidak hanya

dilihat dari segi fisiknya saja tetapi juga yang tidak terlihat namun dirasakan baik dan

memuaskan.

Citra yang dipilih sesuai dengan penelitian ini adalah Citra Perusahaan (corporate

image) karena berdasar dengan kasus atau penelitian diatas, untuk menciptakan atau

membentuk citra perusahaan itu sendiri melalui kegiatan community relations yang

telah dilakukannya.

B. MENGANALISA CITRA :
Penelitian atau analisis citra (image analyst) tersebut, sebagian besar analisis terhadap

khalayak sasaran akan memerlukan penilaian (response) pelanggan tentang citra

perusahaan (corporate image),citra produk (product image),pelayanan jasa (customer

services), penampilan pemberian pelayanan(performance image) dan para

pesaingnya(competitor). Pengertian citra menurut Philip Kotler(2000:553), yaitu

Citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang mengenai

suatu objek. Sikap dan tindakan orang terhadap suatu objek sangat dikondisikan oleh

citra objek tersebut (image is the set of beliefs, ideas and impressions a person holds

regarding an object. People’s attitude and actions toward an object are highly

conditioned by that object’s image).

a.) Model Grid Analysis Citra (Tanggapan Khalayak)

1. Point A, merupakan grade citra perusahaan atau penilaian pelayanan

dalam posisi yang ideal atau positif dan dikenal sangat baik oleh

semua orang,pelanggan atau khalayak yang menjadi sasarannya.

2. Point B, grade perusahaan atau pelayanan cukup positif, dan lembaga

bersangkutan hanya disukai atau dikenal oleh kalangan khalayak

tertentu.

3. Point C, grade citra perusahaan atau penilaian terhadap pelayanannya

buruk. Tetapi lembaga yang bersangkutan kurang dikenal oleh semua

orang atau khalayaknya.


4. Point D, merupakan grade atau penilaian terhadap nama perusahaan

hingga tingkat pelayanannya sangat terkenal kurang baik dan memiliki

citra buruk dimata setiap orang atau khalayaknya.

b.) Analisis Skala Citra :

1.) Model Skala Pengenalan ( Familiarity Scale)

Analisis Skala Pengenalan


Jika tingkat Sebagian besar responden memilih dia kategori pertama yang

berarti posisi ‘tidak Tahu’. Maka pihak PR harus berupaya membangun

kesadaran khalayak lebih giat atau harus aktif berkampanye untuk ke

tahapan selanjutnya agar dapat lebih dikenal atau diketahui oleh semua

khalayak sasarannya.

2.) Model Kena Suka ( Favorability Scale), jika responden sudah mengenal

lebih banyak mengenai perusahaan dan produk pelayanan tersebut, maka

pengukuran tanggapan khalayak sasaran mengenai objek tersebut melalui

model skala kenal suka :

The PR Transfer Process : Mengubah situasi negative mencapai penilaian positif.

The PR Campaign Activity : Pelaksanaan kegiatan kampanye PR).

Jika sebagian besar responden yang telah memilih dua kategori pertama adalah posisi

perusahaan atau produk memiliki citra negatif. Maka, dalam hal ini pihak PR harus

mampu memperbaiki situasi atau mengubah citra negatif menjadi citra positif
terhadap lembaga yang bersangkutan, dan pemecahannya melalui The PR transfer

process dan program kegiatan PR Campaign. Dengan meningkatkan promosi yang

dilakukan terus menerus di media cetak maupun elektronik.

C.) STUDI KASUS ANALISIS CITRA

Sebagai bahan studi dalam penelitian terhadap citra sebuah lembaga dan dapat

dilakukan dengan ketiga model pengukuran serta dikombinasikan atau dikembangkan

dalam pelaksanaan riset PR, sebagai berikut:

● Analisis Citra (Semantic differential),

● Analisis Pengenalan (Familiarity Scale), dan

● Analisis Kenal Suka (Favorability scale).

Seperti contoh kasus beberapa rumah sakit yang akan diteliti mengenai masalah citra

perusahaan dan pelayanan jasa kesehatannya, yaitu misalnya : RS-A, RS-B, RS-C,

dan RS-D. Maka berkaitan dengan analisis citra dan kinerja pelayanan jasa kesehatan

dari ketiga perusahaan. Bisa ditarik kesimpulannya yaitu:

1. Rumah Sakit A adalah yang paling bagus citranya dan terkenal.

2. Rumah Sakit B kurang dikenal tetapi pelayanannya disukai.

3. Rumah sakit C, dipandang memiliki citra negatif tapi tidak semuanya

mengetahui
4. Rumah Sakit D, paling buruk.

Biasanya tujuan pelayanan jasa kesehatan yang diberikan tipe RS-D adalah demi

kepentingan umum, tanpa mempersoalkan, apakah pelayanannya baik atau tidak, dan

para pelanggannya puas atau tidak, jadi bukan menjadi urusan lembaga bersangkutan

untuk memikirkan tentang kinerja pemberian pelayanan prima atau ingin

menciptakan citra perusahaan yang positif.

Penjelasannya :

Setiap rumah sakit dalam melaksanakan peran dan fungsi komunikasi yang satu sama

lainnya saling berbeda, seperti tipe rumah sakit A, berupaya selalu mempertahankan

reputasi kinerja dan citra baiknya serta mampu menjaga kesadaran masyarakat yang

tetap tinggi terhadap pelayanan jasa kesehatan rumah sakit bersangkutan. Rumah

sakit B, citranya cukup positif tapi harus berupaya menarik perhatian publik.
Penelitian citra dan spesifikasi dari setiap pelayanan jasa kesehatan rumah sakit saling

berbeda satu sama lainnya, alat yang popular untuk penelitian tersebut, menurut

Philip Kotler (2000: 630), adalah melalui metode penelitian “semantic differential”

(perbedaan semantic), yang mencakupi langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Developing a set of relevant dimensions

Pengembangan seperangkat semantic yang relevan, maka peneliti akan

mengidentifikasi dimensi-dimensi tertentu terhadap penilaian responden mengenai

suatu objek penelitian. Misalnya berkaitan dengan mutu perawatan medis, dan

pengukuran dimensi tersebut melalui atribut dari 5-7 poin dalam skala bipolar (dua

kutub) uang isinya berlawanan dan responden akan memilih dua penilaiannya, yaitu

satu sisi ‘perawatan medis buruk’ dan sisi lain ‘perawatan medis yang prima.’ (Lihat

gambar 2.8)

2. Reducing the set of relevant dimensions


Mengurangi seperangkat dimensi yang relevan, jumlah atribut pengukuran dimensi

pelayanan jasa harus dikurangi atau dibuat lebih sederhana untuk menghindari

‘kebosanan’ responden dalam pengisian angket. Terdapat 3 model skala bipolar

sebagai pedoman untuk memperoleh informasi lebih fokus, yaitu melalui: a. Skala

evaluasi (mutu baik-buruk), b. Skala potensi (kuat-lemah), c. Skala aktivitas (mutu

aktif-pasif).

3. Administering the instrument to sample of respondens

Penyusunan instrumen dalam sampel responden, setiap responden diminta untuk

memeringkat suatu objek penelitian tertentu, teknik dan penyusunan kuesioner skala

bipolar secara acak agar semua sifat-sifat keburukan tidak tersusun pada satu sisi

angket yang disebarluaskan.

4. Averaging the results

Menyamaratakan hasil penilaian, yaitu menunjukkan bahwa hasil rata-rata penilaian

responden terhadap empat rumah sakit tersebut (RS-D), tidak disertakan), maka

setiap penilaian rumah sakit diwakili oleh ‘garis-vertikal’ yang rata-rata menunjukkan

persepsi public terhadap kinerja dan citra masing-masing lembaga yang

bersangkutan. Misalnya, tipe RS-A dan termodern peralatan medisnya. Sedangkan

RS-C, bahwa ukuran rumah sakitnya kecil, perlengkapannya ketinggalan zaman, serta

citra perusahaan dan pelayanan medisnya negatif.


5. Checking on the image variance

Menelitia variable-variabel citra, setiap penilaian terhadap suatu citra merupakan

garis vertikal rata-rata, maka sesungguhnya belum dapat mengungkapkan bagaimana

perubahan citra itu terjadi, dan setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam

penilaiannya masing-masing, yaitu citra tersebut sangat spesifik (khusus), atau citra

itu dapat berlebih-lebihan (baur). Artinya, ada beberapa organisasi mungkin memilih

diffused image (citra berlebih-lebihan), maka yang terjadi adalah setiap kelompok

akan berbeda memandang organisasi tersebut dengan cara penilaian yang berbeda..
BAB II

CONTOH KASUS

Dituding Lakukan Pelecehan Seksual, Gofar Hilman Dikeluarkan Lawless

Jakarta

Kronologi :

Penyiar radio tersebut saat ini tengah dituding tersangkut kasus pelecehan seksual

kepada seorang wanita. Dalam unggahan tersebut, manajemen Lawless Jakarta

mengaku tengah memantau isu yang menyangkut nama Gofar Hilman. "Kami tahu

dan memantau isu yang sedang beredar menyangkut nama Gofar Hilman. Kami dari

Lawless Jakarta berdiri bersama korban. Sebelumnya diberitakan, sejak Selasa

(8//2021) malam, nama Gofar Hilman menjadi trending topic di media sosial

menyusul thread yang dibuat @quweenjojo. Akun @quweenjojo yang mengaku

diperlakukan tak senonoh oleh Gofar di sebuah acara tahun 2018.

"Di penghujung acara gue maju ke depan niat untuk keperluan Instastory. My

mistake. Lalu Gofar tarik dan rangkul gue, ok gue pikir dia humble," tulis akun

@quweenjojo. "Setelah selesai merekam video bareng dia, tangan dia tiba-tiba peluk

gue dari belakang. Gue mulai bingung harus gimana karena pelukannya kok kenceng

banget? Gue pakai dress selutut, tangan Gofar tiba-tiba masuk ke baju gue. Satu

tangan dari atas, satu lagi dari bawah. Gue shock," imbuhnya.
Kasus :

Seorang wanita yang memiliki akun bernama @quweenjojo yang mengaku

diperlakukan tak senonoh oleh Gofar di sebuah acara tahun 2018.

Dampak Dari Kasus :

Manajemen PT Lawless Jakarta Indonesia memutuskan mengeluarkan salah satu

pendirinya, yakni Gofar Hilman. Penyiar radio tersebut ini tengah dituding tersangkut

kasus pelecehan seksual kepada seorang wanita.

Penyelesaian Kasus :

Dia menyatakan kedua orang yang mendampinginya ketika itu memastikan pelecehan

itu tidak terjadi. "Konfirmasi mereka bilang bahwa Gofar Hilman tidak melakukan

seperti yang dituduhkan tsb. Biar sama-sama enak, Beliau siap menyelesaikan

masalah ini sebaiknya secara hukum, tapi kalau ada usulan lain Gofar siap

mendiskusikan masukannya. karena melibatkan fitnah pake nama Gofar Hilman di

sini, selain itu Gofar Hilman menambahkan jika timnya sedang berusaha

menghubungi pemilik akun @quweenjojo untuk menyelesaikan masalah tersebut.

"Tim gue sedang reach yang bikin thread tsb, semoga bisa selesai secepatnya,"

lanjutnya.
BAB III

KESIMPULAN

Pengertian citra menurut Philip Kotler (2000:553), yaitu Citra adalah seperangkat

keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang mengenai suatu objek. Sikap dan

tindakan orang terhadap suatu objek sangat dikondisikan oleh citra objek tersebut.

Analisis citra tentu diperlukan untuk memberikan representasi yang baik ke publik

melalui pembentukan karakter diri dan bagaimana kita memberikan gambaran diri

kita kepada publik.

Melalui tujuh langkah utama dalam kegiatan penelitian, yaitu : analisis situasi,

analisis persiapan, rancangan riset, sumber data, analisis data, persiapan laporan, dan

follow up.

Hal tersebut tertuang pada studi kasus diatas dimana ketujuh langkah tersebut sudah

dilakukan sampai pada tahap follow up oleh tim Gofar. Sehingga citra yang awalnya

negatif melalui opini publik yang sering kali meluas / abstrak bisa berubah menjadi

positif melalui analisis citra yang baik.


Daftar Pustaka

Buku :

Ruslan, Rosadi (1953). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2013 & 2017

Artikel :

Okezone, Terseret Kasus Pelecehan Seksual, Gofar Hilman: Sampai Mati Gue

Buktikan Ini Fitnah

https://www.google.co.id/amp/s/celebrity.okezone.com/amp/

2021/10/14/33/2486051/terseret-kasus-pelecehan-seksual-gofar-hilman-sampai-mati-

gue-buktikan-ini-fitnah

Kompas. Kronologi dan 7 Pesan Nyelaras, Perempuan yang Diduga Korban

Pelecehan Gofar Hilman

https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2021/06/09/184500265/

kronologi-dan-7-pesan-nyelaras-perempuan-yang-diduga-korban-pelecehan-gofar

Kompas. Dituding Lakukan Pelecehan Seksual, Gofar Hilman Dikeluarkan Lawless

Jakarta
https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/money/read/

2021/06/09/181148126/dituding-lakukan-pelecehan-seksual-gofar-hilman-

dikeluarkan-lawless-jakarta

Anda mungkin juga menyukai