(ANALISIS CITRA)
Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas rahmat
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah RISET PR. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang Analisis Citra bagi para pembaca dan juga
GUNASIH., S.IKOM., MM., M.IKOM selaku dosen mata kuliah RISET PR. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran
Hormat Kami,
Kelompok V
BAB I
A. PENGERTIAN CITRA :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:667), citra adalah pemahaman kesan
yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Sedangkan menurut Linggar
dalam Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya (2000:69), bahwa “citra humas
yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman,
diatas menjelaskan bahwa citra adalah sesuatu yang ditonjolkan secara nyata yang
timbul berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Citra yang dimaksud
disini adalah kesan yang ingin diberikan oleh perusahaan kepada publik atau
khalayaknya agar timbul opini publik yang positif tentang perusahaan tersebut.
Hal lain menurut Ruslan dalam bukunya Manajemen Humas dan Manajemen
Komunikasi dan Aplikasi (1998:63) menyebutkan bahwa landasan citra berakar dari :
tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu
opini publik yang lebih luas dan abstrak, yaitu sering dinamakan citra atau image.”
Menurut Frank Jefkins dalam Public Relations (dalam Munandar, 1995:17-19)
mengemukakan bahwa ada beberapa jenis citra yang penting untuk diketahui oleh
seorang PR.
adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap
organisasinya.
adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar
adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra yang
diharapkan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada.
adalah citra dari suatu organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jadi
bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk
oleh banyak hal. Hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan,
antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang dan lain
sebagainya.
Citra ini dapat diterapkan pada semua jenis organisasi atau perusahaan yang
atau tidak sengaja, mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu
Kelima jenis citra tersebut penting untuk diketahui oleh seorang PR, yakni untuk
mengetahui penilaian terhadap organisasi atau perusahaan tersebut yang tidak hanya
dilihat dari segi fisiknya saja tetapi juga yang tidak terlihat namun dirasakan baik dan
memuaskan.
Citra yang dipilih sesuai dengan penelitian ini adalah Citra Perusahaan (corporate
image) karena berdasar dengan kasus atau penelitian diatas, untuk menciptakan atau
membentuk citra perusahaan itu sendiri melalui kegiatan community relations yang
telah dilakukannya.
B. MENGANALISA CITRA :
Penelitian atau analisis citra (image analyst) tersebut, sebagian besar analisis terhadap
Citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang mengenai
suatu objek. Sikap dan tindakan orang terhadap suatu objek sangat dikondisikan oleh
citra objek tersebut (image is the set of beliefs, ideas and impressions a person holds
regarding an object. People’s attitude and actions toward an object are highly
dalam posisi yang ideal atau positif dan dikenal sangat baik oleh
tertentu.
tahapan selanjutnya agar dapat lebih dikenal atau diketahui oleh semua
khalayak sasarannya.
2.) Model Kena Suka ( Favorability Scale), jika responden sudah mengenal
Jika sebagian besar responden yang telah memilih dua kategori pertama adalah posisi
perusahaan atau produk memiliki citra negatif. Maka, dalam hal ini pihak PR harus
mampu memperbaiki situasi atau mengubah citra negatif menjadi citra positif
terhadap lembaga yang bersangkutan, dan pemecahannya melalui The PR transfer
Sebagai bahan studi dalam penelitian terhadap citra sebuah lembaga dan dapat
Seperti contoh kasus beberapa rumah sakit yang akan diteliti mengenai masalah citra
perusahaan dan pelayanan jasa kesehatannya, yaitu misalnya : RS-A, RS-B, RS-C,
dan RS-D. Maka berkaitan dengan analisis citra dan kinerja pelayanan jasa kesehatan
mengetahui
4. Rumah Sakit D, paling buruk.
Biasanya tujuan pelayanan jasa kesehatan yang diberikan tipe RS-D adalah demi
kepentingan umum, tanpa mempersoalkan, apakah pelayanannya baik atau tidak, dan
para pelanggannya puas atau tidak, jadi bukan menjadi urusan lembaga bersangkutan
Penjelasannya :
Setiap rumah sakit dalam melaksanakan peran dan fungsi komunikasi yang satu sama
lainnya saling berbeda, seperti tipe rumah sakit A, berupaya selalu mempertahankan
reputasi kinerja dan citra baiknya serta mampu menjaga kesadaran masyarakat yang
tetap tinggi terhadap pelayanan jasa kesehatan rumah sakit bersangkutan. Rumah
sakit B, citranya cukup positif tapi harus berupaya menarik perhatian publik.
Penelitian citra dan spesifikasi dari setiap pelayanan jasa kesehatan rumah sakit saling
berbeda satu sama lainnya, alat yang popular untuk penelitian tersebut, menurut
Philip Kotler (2000: 630), adalah melalui metode penelitian “semantic differential”
suatu objek penelitian. Misalnya berkaitan dengan mutu perawatan medis, dan
pengukuran dimensi tersebut melalui atribut dari 5-7 poin dalam skala bipolar (dua
kutub) uang isinya berlawanan dan responden akan memilih dua penilaiannya, yaitu
satu sisi ‘perawatan medis buruk’ dan sisi lain ‘perawatan medis yang prima.’ (Lihat
gambar 2.8)
pelayanan jasa harus dikurangi atau dibuat lebih sederhana untuk menghindari
sebagai pedoman untuk memperoleh informasi lebih fokus, yaitu melalui: a. Skala
aktif-pasif).
memeringkat suatu objek penelitian tertentu, teknik dan penyusunan kuesioner skala
bipolar secara acak agar semua sifat-sifat keburukan tidak tersusun pada satu sisi
responden terhadap empat rumah sakit tersebut (RS-D), tidak disertakan), maka
setiap penilaian rumah sakit diwakili oleh ‘garis-vertikal’ yang rata-rata menunjukkan
RS-C, bahwa ukuran rumah sakitnya kecil, perlengkapannya ketinggalan zaman, serta
perubahan citra itu terjadi, dan setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam
penilaiannya masing-masing, yaitu citra tersebut sangat spesifik (khusus), atau citra
itu dapat berlebih-lebihan (baur). Artinya, ada beberapa organisasi mungkin memilih
diffused image (citra berlebih-lebihan), maka yang terjadi adalah setiap kelompok
akan berbeda memandang organisasi tersebut dengan cara penilaian yang berbeda..
BAB II
CONTOH KASUS
Jakarta
Kronologi :
Penyiar radio tersebut saat ini tengah dituding tersangkut kasus pelecehan seksual
mengaku tengah memantau isu yang menyangkut nama Gofar Hilman. "Kami tahu
dan memantau isu yang sedang beredar menyangkut nama Gofar Hilman. Kami dari
(8//2021) malam, nama Gofar Hilman menjadi trending topic di media sosial
"Di penghujung acara gue maju ke depan niat untuk keperluan Instastory. My
mistake. Lalu Gofar tarik dan rangkul gue, ok gue pikir dia humble," tulis akun
@quweenjojo. "Setelah selesai merekam video bareng dia, tangan dia tiba-tiba peluk
gue dari belakang. Gue mulai bingung harus gimana karena pelukannya kok kenceng
banget? Gue pakai dress selutut, tangan Gofar tiba-tiba masuk ke baju gue. Satu
tangan dari atas, satu lagi dari bawah. Gue shock," imbuhnya.
Kasus :
pendirinya, yakni Gofar Hilman. Penyiar radio tersebut ini tengah dituding tersangkut
Penyelesaian Kasus :
Dia menyatakan kedua orang yang mendampinginya ketika itu memastikan pelecehan
itu tidak terjadi. "Konfirmasi mereka bilang bahwa Gofar Hilman tidak melakukan
seperti yang dituduhkan tsb. Biar sama-sama enak, Beliau siap menyelesaikan
masalah ini sebaiknya secara hukum, tapi kalau ada usulan lain Gofar siap
sini, selain itu Gofar Hilman menambahkan jika timnya sedang berusaha
"Tim gue sedang reach yang bikin thread tsb, semoga bisa selesai secepatnya,"
lanjutnya.
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian citra menurut Philip Kotler (2000:553), yaitu Citra adalah seperangkat
keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang mengenai suatu objek. Sikap dan
tindakan orang terhadap suatu objek sangat dikondisikan oleh citra objek tersebut.
Analisis citra tentu diperlukan untuk memberikan representasi yang baik ke publik
melalui pembentukan karakter diri dan bagaimana kita memberikan gambaran diri
Melalui tujuh langkah utama dalam kegiatan penelitian, yaitu : analisis situasi,
analisis persiapan, rancangan riset, sumber data, analisis data, persiapan laporan, dan
follow up.
Hal tersebut tertuang pada studi kasus diatas dimana ketujuh langkah tersebut sudah
dilakukan sampai pada tahap follow up oleh tim Gofar. Sehingga citra yang awalnya
negatif melalui opini publik yang sering kali meluas / abstrak bisa berubah menjadi
Buku :
Ruslan, Rosadi (1953). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:
Artikel :
Okezone, Terseret Kasus Pelecehan Seksual, Gofar Hilman: Sampai Mati Gue
https://www.google.co.id/amp/s/celebrity.okezone.com/amp/
2021/10/14/33/2486051/terseret-kasus-pelecehan-seksual-gofar-hilman-sampai-mati-
gue-buktikan-ini-fitnah
https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2021/06/09/184500265/
kronologi-dan-7-pesan-nyelaras-perempuan-yang-diduga-korban-pelecehan-gofar
Jakarta
https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/money/read/
2021/06/09/181148126/dituding-lakukan-pelecehan-seksual-gofar-hilman-
dikeluarkan-lawless-jakarta