Anda di halaman 1dari 24

• Model Manajemen Strategis dan PR

• Identitas visual, benchmarking, boundary


spanner
• Resourches dalam organisasi
By: Dannia Ayu .M, S.I.Kom, M.I.Kom
• Menurut George R. Terry (1972) Sebuah proses yang khas dan terdiri dari
tindakan seperti pemasaran, pengorganisasian, pengaktifan dan pengawasan
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran
• Menurut Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha paraanggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan

• Istilah Strategic mangement sering disebut pula rencana strategis atau rencana
jangka panjang perusahaan. Dalam suatu rencana strategis perusahaan
menetapkan garis garis besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun
waktu tertentu ke depan
• Seorang praktisi public relations tidaklah dibenarkan mengabaikan pelaksanaan
penyusunan rencana jangka panjang ini. Ia perlu turut aktif mengobservasi
pendapat dan harapan tersebut.
Untuk mengkonstribusi rencana jangka panjang perusahaan, praktisi Public Relation dapat
melakukan langkah langkah sebagai berikut :
1. Menyampaikan fakta dan opini , baik yang beredar didalam maupun di luar perusahaan. Bahan
bahan itu dapat diperoleh dari kliping media massa dalam kurun waktu tertentu dengan
melakukan bahan yang diopublikasikan perusahaan, serta melakukan wawancara tertentu
dengan pihak yang berkepentingan atau dianggap penting.
2. Menelurusi dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan yang terjadi secara
historis. Perubahan ini umumnya disertai dengan perubahan sikap perusahaan terhadap
publiknya dan sebaliknya.
3. Melakukan Analisis SWOT (Strengths (krekuatan); Weaknesses (kelemahan); Opportunities
(peluang); Threats (ancaman)
MANAJEMEN BIASA DAN LUAR BIASA

• Manajemen biasa juga menyiratkan bahwa public relations dilakukan berdasarkan komunkasi
asimetris di mana organisasi akan “memperoleh apa yang diinginkan tanpa mengubah
perilakunya atau tanpa harus berkompromi” (Grunig dan White, 1992).
• Manajemen luar biasa menurut Stacey (1993) adalah “penggunaan kelompok intuitif dan
politis yang mempelajari cara pembuatan keputusan dan bentuk-bentuk pengendalian yang
terorganisir sendiri dalam perubahan situasi yang tidak konklusif. Manajemen luar biasa
adalah bentuk manajemen yang harus dipakai para manajer jika mereka ingin mengubah dan
menginovasi arah strategis”
LANGKAH LANGKAH STRATEGI MANAJEMEN

• Strategi management juga dimaksudkan agar perusahaan atau organisasi dapat dikendalikan dengan
baik untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu hal yang paling dasar bagi manajer di dalam
perusahaan adalah mengetahui dengan pasti arah yang sedang dituju oleh perusahaan dan arah
bagian yang dipimpinnya.
• Strategic Management memulai pekerjaannya dengan mencari tahu dimana lokasi perusahaan atau
organisasi itu berada pada hari ini dan meyatukan mimpi mimpi itu di dalam suatu kesepakatan
bersama. Mimpi itu dalam istilah Strategic Management disebut Mission
LANGKAH LANGKAH STRATEGIC MANAGEMENT
Menurut Pearce dan Robinson, :
1. Menentukan mission perusahaan. Termasuk didalamnya adalah pernyataaan yang umum mengenai
maksud pendirian (Purpose), filosofi dan sasaran (goals).
2. Mengembangkan Company Profile yang mnecerminkan kondisi intern perusahaan dan kemampuan
yang dimilikinya.
3. Penilaian terhadap lingkungan ekstern perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif maupun
secara umum.
4. Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan pilihan)
5. Indentifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntutan
misi perusahaan.
6. Pemilihan strategi atas objektive jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk
mencapai objektive tersebut.
LANGKAH LANGKAH STRATEGIC MANAGEMENT
7. Mengembangkan objektive tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan objektive
jangka panjang dan garis besar strategis.
8. Implementasi atas hasil hal hal diatas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada budget
(anggaran) dan mengawinkan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur teknologi dan
sistem balas jasa yang memungkinkan.
9. Review dan evaluasi atas hal hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai
suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan keputusan di masa depan
(Kasali,1994-43).
MODEL STRATEGI
MANAJEMEN PR
Kajian sejarah perkembangan public relations memperlihatkan bahwa terdapat empat
model dasar public relations sebagaimana yang diidentifikasi oleh James E. Grunig dan
Todd Hunt. Keempat model dasar public relations tersebut adalah model publisitas atau
agen pers, model informasi public relations, model persuasif asimetris, dan model
simetris dua arah
MODEL STRATEGI MANAJEMEN PR
1. Model publisitas atau agen pers
Model ini menggunakan persuasi dan manipulasi untuk mempengaruhi khalayak untuk memiliki kesan
yang sama dengan organisasi dan umumnya para praktisi public relations berperan sebagai jurnalis
intern.
2. Model informasi publik
Model ini menggunakan press release dan cara-cara lain yang bersifat teknik komunikasi satu arah untuk
mendistribusikan informasi tentang organisasi.
3. Model asimetris dua arah
Model ini menggunakan persuasi dan manipulasi untuk mempengaruhi khalayak untuk memiliki kesan
yang sama dengan organisasi.
4. Model simetris dua arah Model ini menggunakan komunikasi untuk bernegosiasi dengan publik,
memecahkan masalah, dan untuk mempromosikan pengertian bersama dan rasa hormat antara
organisasi dengan karyawan atau klien (Marsh dalam Eadie, 2009 : 717-718)
PROSPEK DAN ASPEK MANAJEMEN PR
1. Pengenalan situasi
Dimana posisi sekarang, yang diketahui dan tidak oleh masyarakat, ada kesalahan pandangan atau tidak
2. Penetapan tujuan
Mengubah citra dan reputasi, meningkatkan kualitas SDM PR, menyebarkan kesuksesan perusahaan, dll
3. Pendefinisian khalayak
Menentukan khalayak untuk dipilih
4. Pemilihan media dan teknik PR
Event, Campaign, Program
5. Perencanaan anggaran
Mengetahui seberapa besar dana dan kebutuhan dalam kegiatan PR
6. Pengukuran Hasil
Dapat dilakukan selama proses pelaksanaan program dengan membandingkan target dan
pencapaiannya
PUBLIC RELATION AS A BOUNDARY SPANNER

• Dalam interaksi antara organisasi dan lingkungannya, PR mempunyai fungsi sebagai penghubung
antara organisasi dan lingkungannya, dikenal dengan istilah “boundary spanning”. Melalui fungsi
ini, PR berinteraksi dengan lingkungannya untuk monitoring, seleksi, dan menghimpun informasi.
Informasi tersebut kemudian disampaikan kepada kelompok dominan dalam organisasi.

• Fungsi boundary-spanning ini sebagai aktivitas “penjaga gerbang” (gatekeeper). Menurut White &
Dozier (2008: 93), kelompok dominan (dominant coalition) adalah “kumpulan orang-orang (para
manajer senior) yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan mengontrol operasional
organisasi”. Dalam proses pengambilan keputusan, koalisi dominan membutuhkan input informasi
tentang situasi lingkungan, dan informasi tersebut disediakan oleh PR.
FUNGSI BOUNDARY SPANNER

• (a) Menjelaskan informasi tentang organisasi kepada publik (lingkungannya). Praktisi PR mesti
menginterpretasi filosofi, kebijakan, program, dan apa yang dipikirkan manajemen agar dapar
dimengerti publiknya. Informasi ini merupakan input bagi publik. Selanjutnya, praktisi PR
menyeleksi, menerima, dan menyampaikan informasi dari publik kepada organisasi. Ini adalah
umpan balik dan merupakan input bagi organisasi.
• (b) Memonitor lingkungannya sehingga mengetahui apa yang terjadi dan menginterpretasi isu-isu
yang potensial memengaruhi aktivitas organisasi dan membantu manajemen merespons isu-isu
tersebut melalui aktivitas isu manajemen.
• (c) Membangun sistem komunikasi dua arah dengan publiknya agar organisasi dapat beradaptasi
dengan lingkungannya. Praktisi public relations merupakan seorang fasilitator komunikasi.
IDENTITAS VISUAL
• Nicholas Ind : label korporasi lebih dari sekedar manifestasi dari sebuah organisasi, nama, logo, dan
presentasi visual. Label korporasi adalah inti dari nilai-nilai yang menentukan korporasi tersebut.
Komunikasi harus didasarkan pada substansi.
• Dalam ranah branding, visual identity memiliki makna sebagai segala bentuk identitas sebuah
produk, brand, atau individu yang dapat diidentifikasi secara visual. Visual identity merupakan wajah
pertama yang akan dikenali oleh masyarakat ketika sebuah brand muncul ke permukaan. Visual
identity dapat berbentuk logo, warna, layout khas, arsitektur, nama , seragam, dan lain-lain.
IDENTITAS VISUAL
• Menurut Landa (2011), identitas visual yang baik dapat mengkomunikasikan keunikan, kualitas, serta
nilai dari brand atau perusahaan yang direpresentasikan. Selain bersifat relevan terhadap audiens
yang dituju, sebuah identitas visual harus memiliki beberapa syarat, antara lain (hlm. 241):
• 1. Recognizable: bentuk visual sebuah logo harus mudah dikenali oleh audiens;
• 2. Memorable: nama, bentuk visual, warna serta kombinasi dari elemen-elemen lainnya bersifat
koheren, serta menarik sehingga terus diingat;
• 3. Distinctive: bentuk visual, warna serta kombinasi dari elemen-elemen bersifat unik, dan mampu
membedakannya dari brand kompetitor lainnya;
• 4. Sustainable: penggunaan bentuk, warna, serta nama dari brand dapat dipertahankan dalam
jangka waktu yang relatif lama;
• 5. Flexible/Extendible: logo yang dibuat mudah diaplikasikan ke dalam variasi media lainnya, serta
mampu tumbuh bersama nilai yang ingin dikomunikasikan brand tersebut.
IDENTITAS VISUAL
• Menurut Wheeler (2009), perancangan suatu identitas brand – termasuk didalamnya perancangan
identitas visual – dapat dibagi ke dalam beberapa tahapan proses, antara lain :
1.Conducting Research
• Tahap awal pada proses ini meliputi kegiatan observasi tentang visi misi, strategi, tujuan, kekuatan
dan kekurangan, serta nilai utama dari brand terkait. Hal ini berguna dalam proses perancangan
agar perancang (desainer) mampu memahami dengan baik profil, sejarah, serta value dari objek
yang diteliti – yaitu brand tersebut (Wheeler, 2009).
2.Clarifying Strategy
• Tahap berikutnya meliputi perancangan strategi dari brand tersebut. Pada tahap ini, kombinasi
antara pola pikir rasional serta kreativitas akan menghasilkan Perancangan Ulang
IDENTITAS VISUAL
3.Designing Identity
• Setelah proses analisis dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan proses brainstorming
melalui ide utama yang sudah disepakati. Hasil brainstorming ini akan menjadi acuan untuk
perancangan identitas brand yang representatif (Wheeler, 2009).
4.Creating Touchpoints
• Identitas visual yang diperoleh kemudian dikembangkan melalui proses refinement serta
perancangan dan pengembangan strategi visual. Hal ini meliputi proses perancangan bahasa visual
yang dapat dikomunikasikan melalui berbagai media penunjang seperti website, advertising, dan lain
sebagainya (Wheeler, 2009).
5.Managing Assets
• Hal ini berhubungan dengan menentukan perancangan strategi brand launching baik secara internal
ataupun eksternal, kepada publik. Selain itu, tahap ini juga meliputi perancangan guidelines untuk
penggunaan identitas brand yang baru (Wheeler, 2009).
BENCHMARK
• Benchmarking yaitu alat untuk mencari ide atau belajar dari perusahaan atau organisasi yang dinilai
terbaik dan merupakan suatu proses pengukuran yang sistematis dan berkelanjutan, dengan
membandingkan secara terus menerus antara proses bisnis suatu organisasi sampai mendapatkan
informasi yang akan membantu organisasi tersebut untuk memperbaiki serta meningkatkan
kinerjanya. Kemudian, menentukan benchmark partner terbaik.
• Tatterson (1996) menyatakan benchmarking adalah suatu proses yang membandingkan dan
mengukur kinerja suatu perusahaan dengan perusahaan lain guna mendapatkan keuntungan
informasi yang akan digunakan untuk perbaikan secara kontinyu (terus menerus).
BENCHMARK
• Andersen dan Pettersen (1996) menjelaskan tahapan proses benchmarking dalam lima tahapan: Lima
tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Plan
• Tahapan perencanaan ini, dilakukan aktivitas yakni dengan melakukan penilaian terhadap performa
periode yang sudah berjalan dalam perusahaan dan menetapkan kinerja perusahaan yang akan
dibandingkan dengan perusahaan yang dipilih menjadi pembanding kinerja perusahaan.
b. Search
• Tahapan pencarian ini, dilakukan aktivitas yakni dengan mencari perusahaan sebagai pembanding dan
menyeleksi perusahaan – perusahaan yang berpotensi dipakai sebagai partnerbenchmark.
c. Observe
• Tahapan observasi ini, dilakukan aktivitas yakni dengan cara mengumpulkan informasi yang terkait
dengan faktor-faktor sukses dari perusahaan yang memilki kinerja superior yang menjadi mitra
benchmarkyang selanjutnya informasi ini dapat berguna untuk dipakai dalam perusahaan.
BENCHMARK
d. Analyze
• Tahapan keempat ini, dilakukan aktivitas yakni dengan cara menganalisis semua informasi yang
didapatkan dari perusahaan mitra benchmarkserta membandingkan kinerja perusahaan dengan
kinerja superior mitra benchmark yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun program perbaikan
kinerja perusahaan tang diaharapkan mampu menyamai kinerja superior perusahaan mitra
benchmark.
e. Adapt
• Pada tahapan terakhir ini aktivitas yang dilakukan adalah menyusun program perbaikan kinerja
perusahaan dan mengimplementasikan program tersebut di dalam perusahaan. Program yang sudah
di susun diharapkan mampu mengikuti kinerja superior dari perusahaan yang menjadi mitra
benchmarkdan juga melakukan evaluasi terhadap program perbaikan
PR DALAM KONTEKS HR

• Relations in Human Resources PR memiliki peranan dalam Human Resource, diantaranya dalam
strategi perencaan sumber daya manusia, pembuatan kebijakan dan praktek meliputi perekrutan dan
seleksi staf, penilaian kinerja, penilaian kompensasi, pelatihan dan pengembangan dan desain
pekerjaan dan evaluasi.
• Dukungan PR dalam Human Resource terjadi pada setiap kegiatan di dalam Human Resource seperti
disampaikan oleh Elizabeth G Ananto (2007) :
1) Membantu dalam menciptakan target komunikasi grup internal para karyawan,
2) Merencanakan program komunikasi yang terintegrasi,
3) Komunikasi Efektif, kata-kata sama dengan tindakan,
4) Mampu berkomunikasi dengan semua lapisan karyawan

Anda mungkin juga menyukai