Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum menjadi presiden, Joko Widodo atau lebih dikenal sebagai
Jokowi gemar melakukan blusukan. Wiranto, Dahlan Iskan dan Susilo
Bambang Yudhoyono juga cukup sering tampil di televisi. Tokoh-tokoh
masyarakat di atas memang sedang melakukan usaha membangun citra.
Meskipun sering dipandang sebagai tindakan yang bermakna negatif.
Pencitraan secara positif memang sangat penting untuk membangun merek.
Setiap objek, baik manusia, organisasi atau produk memiliki identitas,
citra dan reputasi yang melekat, dan tiga hal tersebut berkaitan dengan
gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan,
organisasi atau produk. untuk itu pada makalah ini kami akan mengupas
tentang identitas, citra dan reputasi lebih lanjut.

B. Tujuan Penulisan
a. Untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah Dasar – Dasar
Public Relations pada semester 2.
b. Untuk memberikan penjelasan lebih rinci yang mendukung presentasi
kelompok.
c. Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai Identitas, Citra dan
Reputasi.

C. Rumusan Masalah
1. Apa itu Identitas, Citra dan Reputasi ?
2. Apa perbedaan dari Identitas, Citra dan Reputasi ?
3. Jelaskan contoh – contoh dari bentuk Identitas, Citra dan Reputasi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas
1. Pengertian Identitas
Identitas adalah suatu ciri-ciri atau tanda-tanda yang melekat, wujud dari
suatu hal yang sudah dicapai atau yang dikenal oleh publik terhadap suatu
objek tertentu, objek tertentu misalnya individu,perusahaan,produk, dll.
Identitas Perusahaan merupakan jati diri perusahaan, dan mempunyai
peran penting dalam membangun perusahaan kea rah yang lebih baik.

2. Contoh Identitas
a. Contoh identitas dari perusahaan adalah pihak internal, pihak internal
ini adalah karyawan, staff, CEO. Apabila kinerja dari SDM suatu
perusahaan baik maka identitas dari suatu perusahaan akan dikenal dan
di ingat oleh publik. Seperti halnya jika karyawan dalam suatu
perusahaan jasa terkenal akan keramahannya, maka identitas keramah
tamahan akan dikenal oleh masyarakat.
b. Contoh identitas dalam bentuk produk, apabila produk yang dihasilkan
suatu perusahaan dikenal sebagai produk yang memiliki kualitas maka
hal itu akan terus dikenal masyarakat dan akan tertanam dalam diri
masyarakat tersebut bahwa produk yang dihasilkan adalah produk
yang berkualitas tinggi.

B. Membangun Citra
1. Definisi
Citra adalah a picture of mind, yaitu gambaran yang ada di dalam benak
seseorang (Holt, Rinehart, and Winston, 1996). Berikut beberapa definisi
yang dikemukakan oleh para ahli:

2
a. Huddleston (dalam Buchari Alma, 2008:55)
Citra adalah serangkaian kepercayaan yang dihubungkan dengan
sebuah gambaran yang dimiliki atau diperoleh dari pengalaman.
b. Bill Canton (S.Soemirat dan Adrianto, 2007: 111)
Citra adalah kesan, perasaan dan gambaran diri public terhadap
perusahaan.
c. Richard F.Gerson (dalam Buchari Alma, 2008:54)
Citra adalah tentang bagaimana konsumen, calon konsumen dan
pesaing melihat anda.
d. Philip Kotler (2009:299)
Citra adalah seperangkat keyakinanan, ide, dan kesan yang dimiliki
oleh seseorang terhadap suatu objek.
e. Frank Jefkins (Soemirat dan Adrianto, 2007:114)
Citra adalah kesan seseorang atu individu tentang sesuatu yang
muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya.
f. KBBI
citra adalah gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi,
perusahaan, organisasi, atau produk.
g. Jalaluddin Rahmat
Citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai
dengan realitas (bisa menurut persepsi).
h. Solomon
Citra adalah acuan seseorang dalam mengemukakan sikap pada
sesuatu atau orang lain.

Public relation adalah salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra
yang positif dari mitra perusahaan atau organisasi (publik) atas dasar
menghormati kepentingan bersama. Metode yang digunakan untuk
membangun citra dapat melalui jurnalistik (kepentingan umum), propaganda
(komunikator), dan iklan (kepentingan perusahaan). Citra dapat ditimbulkan
dari dalam (karyawan) maupun dari luar (wartawan). Untuk menciptakan citra
yang positif, karyawan harus dijadikan rekan sekerja dalam mencapai tujuan
dan wartawan harus dijadikan rekan dalam bidang publisitas. Selain membela

3
kepentingan organisasi atau perusahaan, PR juga harus membela kepentingan
publik untuk mempermudah perusahaan atau organisasi dalam mendapatkan
citra yang positif.

2. Jenis Citra
Menurut Frank Jefkins (Nova, 2011: 299-300), terdapat 6 jenis citra,
yaitu.
a. Citra Bayangan (Mirror Image)
Citra ini biasanya melekat kepada pemimpin organisasi terkait
pandangan orang lain. Pemimpin tersebut selalu merasa semua orang
mempunyai pandangan yang positif terhadap organisasi. Biasanya,
perasaan pemimpin tersebut tidak tepat karena hampir serupa dengan
fantasi.
b. Citra yang Berlaku (Current Image)
Citra yang berlaku merupakan kesan baik milik orang lain tentang
organisasi atau hal lain berkaitan dengan produk.
c. Citra yang Diharapkan (Wish Image)
Citra yang diharapkan adalah citra yang diinginkan manajemen atau
organisasi.
d. Citra Perusahaan (Corporate Image)
Berkaitan dengan sosok perusahaan untuk menciptakan citra positif,
lebih dikenal serta diterima public.
e. Citra Majemuk (Multiple Image)
Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan, misalnya
bagaimana pihak PR, misalnya mengenalkan identitas perusahaan.
f. Citra Penampilan (Performance Image)
Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana
kinerja atau penampilan diri para professional.

3. Faktor Pembentuk Citra


Citra sebuah organisasi terbentuk dari beragam sebab, antara lain :
a. Identitas Fisik

4
Secara fisik, sebuah organisasi atau individu dapat dilihat dari
pengenal visual, audio dan media komunikasi yang digunakan.
Pengenal visual misalnya nama yang melekat, logo, gedung dan lobi
sebuah kantor. Pengenal audio misalnya sebuah organisasi memiliki
jingle atau lagu yang mencerminkan corak organisasi. Pengenal
media berhubungan dengan media yang digunakan organisasi untuk
memperkenalkan citra diri, misalnya berupa company profile, brosur,
laporan tahunan, berita dan lain-lain. Beragam pengenal tersebut
biasanya mencerminkan identitas, visi, misi dan sifat di pemilik.
b. Identitas Nonfisik
Identitas Nonfisik berhubungan dengan identitas organisasi yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Misalnya, sejarah, filosofi,
budaya di dalam organisasi, system punish and reward, susunan
manajemen, kepercayaan, dan nilai kemanusiaan yang ditanamkan
dan lain sebagainya.
c. Kualitas hasil, Mutu dan pelayanan
Selain identitas, citra sebuah organisasi juga dibentuk oleh hasildan
mutu produk. Artinya, sebuah produk yang dirancang, baik barang
atau jasa, mencerminkan kualitas manajemen. Semakin baik sebuah
hasil kerja dengan dibarengi mutu yang terjaga, citra organisasi tentu
semakin baik. Untuk menunjang hasil dan menjaga kebaikan mutu di
mata konsumen, organisasi harus memaksimalkan pelayanan. Bentuk
“Pelayanan bintang lima” tentunya akan sangat berkesan di mata
konsumen, memaksimalkan pelayanan juga bentuk PR yang ideal.
d. Aktivitas dan Pola Hubungan
Jika sebuah organisasi sudah mempunyai produk dengan mutu
terjaga, maka menjaga hubungan dengn konsumen dan rekan bisnis
tentu harus selalu dicatat. Aktivitas dan pola hubungan dengan
individu, jaringan dan sumber daya di luar organisasi mencerminkan
citra organisasi. Memberikan respons jujur dan memperlihatkan
tanggung jawab adalah pola dasar.

5
4. Proses Pembentukan Citra
Berikut diagram proses pembentukan citra menurut John Nimpoeno
(dalam Ardianto dan machfudz, 2011: 107-108).

Keterangan:
a. Stimulus: Rangsangan yang mengaktifkan bagian-bagian tubuh.
Untuk organisasi, stimulus pembentuk citra berkaitan dengan
informasi yang berasal dari luar yang menggambarkan sebuah proses
pembentukan citra.
b. Persepsi: Hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan dikaitkan
dengan suatu pemahaman.
c. Kognisi: Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan kepercayaan,
ide dan konsep.
d. Motivasi: Kecenderungan yang menetap untuk mencapai tujuan
tertentu dan untuk sedapat mungkin menjadi kepuasan maksimal bagi
individu pada setiap saat.
e. Sikap: Hasil evaluasi negative atau positif terhadap konsekuensi-
konsekuensi penggunaan suatu objek.
f. Perilaku: Respons individu terhadap rangsangan yang berasal dari
dalam dirinya sendiri maupun lingkungan.
g. Respons: Perilaku berupa aktivitas seseorang yang berupa tindakan
sebagai aksi terhadap rangsangan atau stimulus.

6
5. Manfaat Citra Perusahaan
Menurut Siswanto Sutojo mengemukakan, citra perusahaan yang baik dan
kuat mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap
Dimana citra perusahaan yang baik dan kuat akan menjadi identitas
atau kepribadian perusahaan lain sekaligus melindungi perusahaan
pesaing.
b. Menjadi perisai selama masa krisis
Perusahaan yang memiliki citra baik dan kuat akan lebih mudah
mendapatkan dukungan serta maaf dari masyarakat atas kesalahannya.
c. Menjadi daya tarik eksekutif andal
Sebuah perusahaan dengan citra yang baik dan kuat akan mampu
menarik, memotivasi dan menahan eksekutif andal yang merupakan
asset penting penggerak roda perusahaan.
d. Penghematan biaya operasional
Sebuah perusahaan dengan ckitra yang baik dan kuat akan
membutuhkan biaya untuk mempromosikan produk lebih sedikit atau
lebih hemat dibandingkan yang dilakukan oleh perusahaan yang
belum memiliki citra bahkan belum dikenal konsumen (Sutojo,
2004:3).
6. Contoh citra dalam perusahaan
a. Kesiapan perusahaan atau organisasi dalam membantu klien
b. Inovasi yang dimiliki perusahaan atau organisasi
c. Variasi produk
d. Ketepatan waktu dalam pengiriman

C. Membangun Reputasi
1. Definisi
Menurut Gaotsi dan Wilson (2001), reputasi adalah evaluasi semua
stakeholder terhadap objek atau organisasi yang didasarkan atas
pengalaman. Carfi (2004) menulis bahwa reputasi dan kepercayaan adalah
segalanya. Alasannya, melalui reputasi, kita akan memberi kepercayaan

7
terhadap suatu produk. Buah reputasi adalah nama baik dan akarnya
adalah kepercayaan terhadap suatu produk. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, reputasi berarti perbuatan dan sebagainya sebagai sebab
mendapat nama baik.
Sementara itu, John Dalton mengungkapkan bahwa reputasi adalah total
penilaian dari atribut-atribut stakeholder pada perusahaan, berdasarkan
persepsi dan interpretasi pada citra perusahaan yang dikomunikasikan
secara terus-menerus. Berdasarkan pengertian tersebut, reputasi harus
diperuangkan. John Dalton sendiri menegaskan bahwa citra dapat
dibentuk, namun reputasi yang baik memang memudahkan individu atau
organisasi untuk berjalan menuju kesuksesan. Jadi, reputasi memang
berkaitan dengan rencana jangka panjang. Menyelaraskan sumber daya
dan rencana kerja dengan reputasi merupakan salah satu langkah
memperkuat sandi organisasi. Patut untuk dicatat, reputasi buruk sulit
dihapus dari ingatan public.

2. Manajemen Reputasi
Seperti yang sudah disinggung di atas, tidak mudah membangun sebuah
reputasi. Diperlukan kerja keras dibarengi perencanaan yang matang.
Selain itu, unsur kejujuran, keterbukaan, dan tanggung jawab juga harus
memiliki pihak yang ingin membangun reputasi. Proses membangun
reputasi pada akhirnya adalah usaha mengenali diri sendiri,
memaksimalkannya dan berusaha menjadi yang terbaik untuk pihak lain
secara jujur.
Secara teori, terdapat beberapa pendekatan untuk membangun sebuh
reputasi, antara lain:
a. Analisis Reputasi
Kegiatan ini berkaitan dengan mengidentifikasi isu, tantangan,
kelemahan, peluang dan ancaman bagi organisasi di mata publik.
b. Perencanaan strategis
Program kerja yang strategis disusun untuk diterapkan kepada public.
Program kerja ini harus sesuai dengan visi dan misi organisasi.

8
c. Stakeholder Relations
Menjalin hubungan yang kontinu dengan stakeholder sangat penting
sebaga cara mudah menyampaikan informasi terkait membangun
reputasi.
d. Memantau Media
Secara aktif dan jeli memantau laporan berita terkait produk organisasi
yang tersebar di berbagai media. Berita yang dipantau dan dicatat
dipisahkan antara yang bernada positif dengan yang negatif,
memetakan berita yang memuat pesan dari organisasi,
mengidentifikasi pesan dan isu terkait organisasi serta menilai respons
stakeholder.
e. Pelatihan Media
Organisasi harus memberikan pelatihan terkait media massa kepada
praktisi PR.
f. Materi Komunikasi
Organisasi merancang naskah untuk berbgai media terkait promosi,
kebijakan, program kerakyatan dan lain-lain yang berkaitan langsung
dengan reputasi.
g. Media Relations
Organisasi harus senantiasaa menjaga hubungan harmonis dengan
media.
h. Government Relations
Organisasi juga harus akrab dengan pemerintah yang mempunyai
wewenang terkait regulasi dan kebijakan suatu wilayah.
i. Manajemen Isu
Menyiapkan diri untuk mengahdapi isu, terutama yang bernada
negatif, yang dapat merusak reputasi organisasi.

3. Contoh Reputasi Perusahaan


a. Menciptkan hubungan yang baik dengan shareholder dan stakeholder
b. Memberdayakan SDM dengan sebaik-baiknya sehingga profsionalitas
pekerja terlihat.

9
c. Memperluas lingkup usaha perushaan.

D. Perbedaan antara Identitas, Citra dan Reputasi

Identitas Citra Reputasi

Identitas merupakan, jati Citra merupakan Reputasi adalah


diri dan wujud yang gambaran mengenai pandangan pihak dalam
melekat terhadap sesuatu atau seseorang dan pihak luar terhadap
sesuatu objek, identitas dari pihak luar terhadap sesuatu atau seseorang
menjadi persepsi awal sesuatu atau seseorang tersebut.
public terhadap objek tersebut.
tertentu.

E. Mempertahankan Citra dan Reputasi


Terdapat sebuah ungkapan bahwa, “Mempertahankan selalu lebih sulit
ketimbang ketika memperoleh sesuatu.” Ungkapan bijak tersebut juga berlaku
bagi citra dan reputasi yang melekat. Bagi individu dan organisasi, untuk
memperoleh citra positif dan reputasi terpadang dibutuhkan perjuangan.
Namun, untuk mempertahankannya, dibutuhkan perjuangan yang lebih berat
dan kompleks. Salah satu upaya mempertahankan citra dan reputasi adalah
melalui CSR atau Cororate Social Responsbility.
1. Definisi
Corporate Social Responsibility dapat diartikan sebagai tanggung jawab
sosial sebuah organisasi terhadap public. Menurut Nor Hadi, CSR adalah
komitmen perusahaan dalam berkontribusi membangun peekonomian
organisasi yang diimbangi kegiatan etis yang dapat meningkatkan kualitas
hidup dari pekerja beserta keluarganya supaya setaraf dengan komunitas
lokal dan masyarakat secara luas (Hadi, 2011:46).
Menurut World Bank, CSR adalah komitmen dari bisnis untuk
berkontribusi bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan sehingga bderdampak baik bagi bisnis

10
sekaligus bagi kehidupan sosial. Kotler dan Nancy (2005: 4) sendiri
mengungkapkan bahwa “Corporate Social Responsibility is the company’s
commitment to improving the welfare of the community through good
business practices and contribute some corporate resources”.

2. Bentuk dan Manfaat CSR


Menurut Kotler dan Lee (2005: 23), terdapat enam program yang
mendukung CSR, yaitu:
a. Cause Promotion
Bentuk kepedulian organisasi terhadap isu-isu tertentu yang sedang
beredar dalam masyarakat. Organisasi mengajak semua lapisan
masyarakat untuk ikut peduli pada isu tersebut.
b. Cause Related Marketing
Organisasi menggunakan beberapa persen dari harga jual prduk
(barang atau jasa) untuk donasi dan sumbangan tertentu.
c. Corporate Social Marketing
Organisasi memiliki target untuk mengubah perilaku masyarakat
terhadap suatu isu dari yang kuraang baik menjadi baik.
d. Corporate Philanthropy
Berupa pemberian kontribusi atau bantuaan secara langsung, baim
dalam bentuk dana maupun jasa kepada phak yang membutuhkan.
e. Corporate Volunteering
Organisasi melibatkan karyawan secara langsung dalam kegiatan CSR
pada jam kerja dan tetap mendapat gaji.
f. Social Responsbility Business Practice
Metupakan inisiatif organisasi untuk mengadopsi dan mengatur praktik
bisnis seperti sistem kerja dan investasinya dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan msyarakat dan melindungi lingkungan.

Yusuf Wibisono (2007:78), mengungkapkan bahwa tidak ada jaminan bagi


organisasi yang sudah melaksanakan program CSR untuk selalu
mendapatkan keuntungan atau manfaat. Namun, sedikit atau banyak, CSR
tetap memberikan manfaat tersendiri bagi organisasi, misalnya:

11
a. Mempertahankan dan mendongkrak citra dan reputasi.
b. Layak mendapatkan social licence to operate.
c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
d. Melebarkan akses sumber daya.
e. Membentangkan akses menuju market.
f. Mereduksi biaya.
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
j. Peluang mendapatkan penghargaan.

3. Tujuan CSR bagi Organisasi


Pada dasarnya, CSR memiliki peran strategis, yaitu manajemen risiko
khusunya dalam membentuk katup pengaman sosial. Berbeda dengan
sumbangan sosial, CSR harus dijalankan di atas suatu program jangka
panjang. Sementara itu, sumbangan sosial jauh lebih bersifat sesaat dan
berdampak sementara. Semangat CSR diharapkan dapat menciptakan
keseimbangan antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan.
Program CSR yang berkelanjutan merupakan keputusan yang rasional.
Sebab, implementasi CSR melahirkan efek lingkaran emas yang dapat
dinikmati oleh organisasi dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR,
kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat lebih terjamin.
Kondisi ini pada gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses dan
pemasaran hasil poduksi. Terjaganya kelestarian lingkungan, selain
menjamin kelancaran proses produksi, juga menjamin ketersediaan
pasokan bahan baku.
Bila dijalankan secara efektif, CSR dapat memperkuat akumulasi modal
sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial
seperti keprcayaan, kohesivitas, altruism, gotong royong dan kolaborasi
memiliki pengaruh yang besar terhadap perteumbuhan ekonomi. Melalui
beragam mekanisme, modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung
jawab terhadap kepentingan public, meluasnya oartisipasi dalam proses

12
demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat
kriminalitas.

4. Manajemen CSR
Elvinaro dan Dindin, mengutip Cutlip, Center dan Broom
mengungkapkan bahwa terdapat empat tahapan manajemen PR terkait
program kerja CSR. Program kerja CSR ini bertujuan mengubah masalah
yang dihadapi PR menjadi masalah yang juga melibatkan CSR di
dalamnya.
a. Defining CSR Problem
Menganalisis situasi, misalnya latr belakang, dengan tujuan
mendapatkan gambaran jelas akaan sebuah masalah yang akan dan
sedang dihadapi divisi PR.
b. Planning and Programming
Membuat perencanaan dan merancang pemikiran strategis. Caranya,
membuat prediksi atau tujuan yang akan dicapai di mas depan (jangka
panjang).
c. Action and Communication
Mulai mengambil tindakan berdasarkan rencana dan strategi yang
sudah dibangun. Sembari melakukan aksi, menjaga komunikasi antara
elemen juga sangat penting. Aksi dan komunikasi ini harus dijalankan
pada saat dan menggunakan saluran yang tepat. Tujuannya,
membangun pengertian dan menghindarkan elemen organisasi dari
kesalahan komunikasi.
d. Evaluation
Langkah terakhir mengukur keberhasilan suatu program. Evaluasi
dilakukan menggunakan penilaian brand awareness, perubahan opini
dan perubahan sikap yang didukung data kuantitatif.Hasil evaluasi
menjadi bahan pertimbangan program CSR di masa depan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Citra perusahaan tidak dapat direkayasa, namun dibentuk oleh masyarakat,
salah satu usaha membangun citra adalah melalui proses komunikasi dan
keterbukaan perusahaan. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk melalui
proses tersebut. Selain itu, dibutuhkan upaya yang terencana untuk
membangun persepsi masyarakat luas. Caranya adalah dengan memproses
informasi dari berbagai sumber secara kontinu.
Reputasi adalah penilaian yang diberikan, baik oleh pihak internal maupun
pihak eksternal organisasi. Pihak internal sebuah organisasi merupakan wujud
dari identitas. Semakin baik kinerja dan kualitas diri internal, semakin baik
identitas organisasi di mata public. Jadi, reputasi merupakan perpaduan antara
identitas dan citra yang sudah terbangun. Selain itu, reputasi juga berkaitan
dengan kepercayaan yang mahal harganya.
Untuk mempertahankan citra dan reputasi sendiri bukan usaha ringan.
Dibutuhkan program terencana, yang sinergis dengan langkah kerja organiasi.
Salah satu program ideal untuk mempertahankan citra dan reputasi adalah
Corporate Social Responsbility (CSR). Program ini merupakan tanggung
jawab sosial organisasi kepada publiknya. Organisasi secara jujur dan ikhlas
memberikan sumbangsih terhadap dinamika kehidupan public yang diayomi.
Jika dilaksanakan secara tepat, CSR memberikan banyak imbas positif,
terutam pada aspek nama bai dan finansial organisasi.

B. Saran
Bedasarkan hasil dari kesimpulan makalah ini, kami sangat berharap pembaca
dapat menarik kesimpulan dari perbedaan identitas, Citra dan Reputasi serta
selanjutnya makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Soemirat,Soleh.Ardianto,Elvinaro.2016.Dasar-Dasar Public Relations.Bandung:Rosda


Gassing S,Syarifuddin.Suryanto.2016.Public Relations.Yogyakarta:CV.Andi Offset

15

Anda mungkin juga menyukai