Anda di halaman 1dari 16

UNIVERITAS MERCU BUANA Kelas Menteng dan Kelas Meruya Senin dan Rabu (2 dan 4 Januari 2011)

MENULIS ARTIKEL-KARANGAN ILMIAH


Penulisan artikel atau karangan berbobot (serius-ilmiah) di media cetak seperti suratkabar, majalah, tabloid dan jurnal, tentu berbeda dengan menulis artikel ilmiah pada umumnya (kertas kerja (paper), skripsi dan thesis summary). Artikel atau karangan khusus menurut para ahli adalah karangan spesifik yang dipublikasikan di media cetak. Rumusan yang terdapat dalam Dictionary of Contemporary English, (Longman hal:100), menyatakan bahwa artikel adalah karangan mengenai masalah khusus yang dimuat media massa cetak, majalah dan media lainnya. Karangan khusus atau artikel yang ditulis itu, patut mengikuti aturan dalam bahasa, (bahasa Indonesia populer atau bahasa suatu negara yang resmi dan baku), baik judul, paragraf atau alinea, serta panjang tulisan yang sudah ditentukan. Meskipun artikel dalam media itu diperuntukkan bagi pembaca menengah atas yang kadar intelektualitasnya memadai, namun penggunaan bahasa Indonesia populer akan memudahkan pembaca lebih tertarik, untuk membacanya. Dalam media massa, khususnya majalah dan suratkabar, ada ketentuan mengenai panjang tulisan (rata-rata 500-1.000 kata), menggunakan bahasa Indonesia baku, meskipun mengacu pada bahasa Indonesia Jurnalistik. Bahasa Indonesia Jurnalistik (BIJ) adalah bahasa yang lugas, singkat dan padat dengan mengabaikan kata-kata yang mubazir dan kalimat-kalimat yang berkepanjangan. Yang akan diutarakan di sini, adalah notasi atau catatan-catatan mengenai cara-cara dan syarat penulisan artikel.

Menulis Artikel
Menulis artikel atau karangan berbobot merupakan salah satu cara penulis untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, analisis bahkan prediksi mengenai suatu hal atau tema yang dikuasainya. Tema atau topiknya biasanya merupakan masalah yang aktual, atau kasus yang banyak diperbincangkan masyarakat, baik melalui media massa maupun dalam percakapan publik sehari-hari. Artinya, penulis menuangkan pemikirannya melalui karya tulis artikel, mengenai suatu masalah atau isu yang sedang ramai diperbincangkan dan menjadi kontroversi di kalangan masyarakat luas. Jadi artikel (article) berarti suatu karangan-laporan atau ulasan berbobot dan disertai pendapat penulisnya. Artikel bahasan tersebut biasanya dimuat di dalam media massa cetak seperti koran, majalah dan tabloid atau jurnal internal, dan pada umumnya artikel merupakan bahasan komprehensif yang umum disebut sebagai karangan ilmiah. Dan karena media pemuatannya adalah media publik, maka uraiannya patut menggunakan bahasa Indonesia populer yang mudah dimengerti, tanpa mengabaikan unsur-unsur ilmiah dalam penguraiannya. Definisinya artikel adalah karangan faktual-nyata dan bukan karangan fiksi seperti novel, cerpen, ceritera bersambung (cerber) dan karangan fiksi lainnya. Tulisannya lengkap-komprehensif tentang suatu masalah-tema. Bila artikel tersebut dimuat dalam majalah, maka panjangnya rata-rata antara 2.000-4.000 kata, bahkan lebih panjang untuk pemuatan di jurnal. Tujuan penulisan tersebut untuk menyampaikan suatu gagasan atau

pembahasan atas fakta yang mampu meyakinkan pembaca, seraya mendidik, menawarkan pendapat atau solusi suatu masalah; bahkan karangan juga dapat berfungsi menghibur pembaca dan masyarakat umum. Menghibur di sini bukan dalam artian dangkal, namun dapat memuaskan seseorang yang mencari tambahan pengetahuan. Dengan tambahan pengetahuan setelah membaca artikel atau karangan khas yang berbobot tersebut, maka si pembaca merasa senang karena memperoleh pengetahuan baru atau tambahan pengetahuan mengenai hal-hal yang belum diketahuinya. Tulisan ini berkategori opini, pandangan atau views penulisnya, analisis serta solusi yang ditawarkan pengarangnya. Bahkan ada pula artikel yang bersifat membujuk, mengajak dan meyakinkan pembaca, agar perlu bersikap, bahkan bertindak dengan bijak, dalam menghadapi suatu masalah. Peranan artikel terkadang lebih mempan sebagai ulasan pembentuk opini masyarakat, setelah karangan tersebut menjadi perbincangan umum yang dapat mempengaruhi sikap pembaca dan publik yang memperbincangkannya. Meskipun pembahasan artikel lebih serius dan mendalam, namun faktor-faktor yang harus dipenuhi penulis seperti yang disebutkan di atas sesuai dengan peran media massa dan peran artikel itu sendiri. Yakni, menerangkan, mendidik, menghibur dan menciptakan opini publik-to inform, to educate, to entertain and to create publc opinion.

Tuntunan Umum
Tentang teknik menulis artikel belum ada satu ketetapan atau perumusan yang baku. Meskipun demikian ada suatu tuntunan umum atau petunjuk yang menjadi acuan bagi para penulis artikel dalam menuangkan pendapatnya. Yakni, mengungkapkan teras atau tema subyeknya di urutan teratas-alinea pertama, kedua dan ketiga. Kemudian mendeskripsikan atau mengidentifikasi masalahnya, berupa penyataan dan pertanyaanpertanyaan. Pengarang wajib mengemukakan fakta-fakta yang ada, dan mengupas serta membuat premis-premis (perkiraan-perkiraan) mengapa suatu masalah bisa terjadi dan berbagai rentetan peristiwa (proses) yang menyertai kejadian tersebut. Dan akhirya penulis perlu mengemukakan, bagaimana solusi untuk mengatasi hal-hal tersebut. Pada bagian akhir artikel, biasanya penulis menyampaikan kesimpulan-kesimpulannya. Penulis atau para kolumnis terkemuka di negara-negara maju, biasanya mengemukakan hal-hal yang bisa terjadi andaikan masalah tersebut dibiarkan berkembang tanpa solusi yang bijak. Dan sekaligus mengemukakan solusi-solusi yang bijak dan tepat dalam mengatasi kasus atau masalah yang terjadi itu. Umumnya penulisan artikel di harian umum atau media massa populer maupun jurnal iimliah, terdiri atas dua alinea pembuka. Deskripsi atau penjelasan mengenai masalah tersebut, sebanyak 10 alinea, dan dua alinea sebagai solusi dan kesimpulan akhir. Sedangkan pada jurnal (imiah) pada umumnya panjang tulisan atau naskah bisa terdiri atas 30 alinea 60 alinea (tiap alinea mempunyai 3-4 kalimat). Dan setiap empat-lima alinea diberi subjudul. Artinya sebuah artikel bisa terdiri atas 200 hingga 250 kalimat, dan sejumlah subjudul. Subjudul fungsinya sebagai petunjuk-penekanan submasalah yang dibahas dan mendapat indetifikasi-penekanan khusus dari pengarang-penulis dengan berbagai argumentasinya. Argumentasi tersebut merupakan analisis penulis yang didasarkan pada pendapat ahli, tokoh pemerintahan dan masyarakat, akademisi, budayawan, tokoh agama

dan lainnya. Analisis juga bisa dikemukakan oleh penulis berdasarkan pemahaman dan penguasaan atas masalah atau topik-tema yang dibahas. Dan penulisan subjudul dengan kata-kata yang dikutip dari bagian bahasan, akan memudahkan pembaca untuk dapat memahami setiap detail masalah, yang diungkapkan penulis. Dengan demikian bahasan yang diacu menjadi lebih komprehensif atau lengkap dan tidak membosankan.

Jenis-jenis Artikel:
1. Artikel Deskriptif- to describe something or to describe problem that has effects on public affairs, yakni bentuk penulisan yang menggambarkan suatu masalah secara rinci, maupun garis besar dan substansi`suatu masalah. Bahkan masalah itu dapat mempengaruhi masalah-masalah publik Dengan demikian pembaca bisa mengetahui masalah itu secara utuh dan lengkap. Dengan mengetahui masalahnya secara utuh dan lengkap, maka masyarakat dapat bersikap tenang, berhati-hati bahkan bersiaga dalam menghadapi pengaruh kejadian tersebut. Artikel deskriptif mengenai bencana Lumpur Lapindo misalnya, dapat menyadarkan masyarakat Jawa Timur di Sidoarjo, Surabaya, Pasuruan dan Malang berhati-hati menghadapi dampaknya. Dampak lumpur Lapindo yang cenderung membahayakan lingkungan hidup dan menghambat berbagai aktifitas sehari-hari masyarakat setempat. Dengan membaca artikel tersebut, masyarakat juga dapat mengetahui seberapa jauh kesigapan pemerintah dalam mengatasi dampaknya yang merugikan dan membahayakan. Samahalnya dengan artikel deskriptif tentang bahaya letusan Gunung Merapi, Gunung Lokon dan aktifitas Gunung Krakatau. Letusan gubnung berapi Indonesia itu bisa menimbulkan aliran lahar panas, lahar dingin, bahkan gelombang panas yang merusak permukiman dan mengancam keselamatan penduduk. 2. Artikel Eksplanatif. Artikel yang menerangkan sesuatu,-the writing is to explain or to inform something-, dengan isinya yang benar-benar jelas-aktual dan faktual, maka pembaca mengerti masalah yang terjadi secara rinci, lengkap-utuh dan objektif. Dan akhirnya siap menghadapi hal-hal yang akan terjadi. 3. Artikel Prediktif. To predict- something, or describe to people that something will be happen in the future-meramalkan-memprediksikan sesuatu masalah, atau mengemukakan dugaan-ramalan kepada masyarakat tentang suatu masalah yang akibat atau dampaknya bisa terjadi sesewaktu di masa mendatang. 4. Artikel Preskriptif. To prescribe something, -Menentukan atau memandu suatu masalah yang isinya mengandung ajakan atau acuan untuk melakukan sesuatu, ketika menghadapi masalah. To persuade somebody or anybody, in order to act or do something properly when they faced problem. Artikel demikian selain solutif, mengandung banyak kata seharusnya, semestinya, dan sebenarnya yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah. Jadi kesimpulannya artikel deskriptif menjawab pertanyaan apa, artikel eksplanatif menjawab pertanyaan: kenapa, dan artikel prediktif menjawab pertanyaan apa yang akan terjadi.

Ada pula artikel jurnal, yakni karangan ilmiah mengenai bidang ilmu tertentu yang diterbitkan dalam jurnal yang khusus menerbitkan kajian ilmu tersebut. Ada dua kategori artikel jurnal, yakni artikel yang bertujuan membuka forum diskusi, argumentasi, analisis, dan sintesis berbagai pendapat dan temuan para ahli dan pemerhati dalam kajian ilmu tertentu yang sama-sama ditekuni. Artikel ini menyajikan ulasan hasil analisis suatu topik tanpa mengaitkan penelitian. Kesimpulan atau penutup terkait dengan ketajaman dan kedalaman analisis kritis penulisnya. Kedua, artikel yang berisi kajian hasil penelitian. Kesimpulan jenis artikel kedua ini terkait dengan variable bebas dan variable terikat yang diteliti. Contoh: Ad1. Artikel Deskriptif. Strategi Pembangunan Pertanian (ulasan yang deskriptif). Kalimat awal atau kalimat pembuka-alinea pertama menegaskan topic ini. Pembangunan pertanian yang bersinambung dan konsisten tentu dapat mengatasi kelaparan kronis, mengatasi ancaman kekurangan pangan secara permanen di masa depan. Bahkan pembangunan pertanian demi mengembangkan atau meningkatkan produksi pangan secara konsisten. Indonesia yang memiliki banyak lahan pertanian sawah, lahan kering dan perkebunan. Lahan-lahan pertanian dan perkebunan jutaan hectare itu setiap tahun mampu memproduksi beras, jagung, kedelai dan sayuran, bahkan buah-buahan secara kontinyu. Ad2. Mengapa Iran Menolak Resolusi PBB? (eksplanatif). Ulasannya mengenai pernyataan hak-hak dan kedaulatan Iran dalam mengembangkan program nuklir, dan menganggap Resolusi PBB hanya siasat Amerika Serikat dan Israel untuk membatasi hak-hak dan kedaulatannya. Kalimat pemuka-anilea awal: Iran bersikukuh meneruskan nuklirisasi demi mengembangkan teknologi senjata pamungkas untuk membela diri, serta teknologi nuklir yang dibutuhkan, untuk memperkaya pasokan energi nasionalnya, Ad3. Kondisi Bangsa di Abad ke-21 (prediktif). Bagaimana pemerintah berbagai negara menghadapi peningkatan penduduk yang diramalkan berjumlah 10 miliar pada tahun 2030, sementara produksi pangan cenderung stagnan. Memang peningkatan jumlah penduduk manusia selalu bertambah lebih cepat tertinggal karena berkembang menuruti deret ukur. Sedangkan di pihak lain produksi pangan selalu tertinggal atau lebih lambat pertambahannya, menuruti rumus deret hitung. Ini sejalan dengan hukum populer yang sejak lama dikenal dan bertujuan untuk menyadarkan kita, tentang pengendalian pertambahan penduduk di satu pihak harus dijalankan secara konsisten. Sebaliknya produksi pangan harus ditingkatkan sedemikian rupa, agar selalu cukup dan siap memenuhi kebutuhan manusia.\\\\\\\\ Ad4. Mewaspadai aksi teroris: Judulnya bisa seperti ini: Menghindari Kekerasan dalam Berbangsa (artikel yang preskriptif). Konteksnya adalah: Terorisme dianggap bahaya baru yang dapat mengancam kedaulatan negara dan dan keamanan bangsa.

Media Internal dan Kolumnis


Dalam media Jurnal Khusus, tersedia karangan-karangan khusus yang bersifat paparan ilmiah atau ilmiah popular yang berklasifikasi artikel dan opini penulis. Sebaliknya di media massa, sulit menemukan artikel dengan karateristik khusus, karena biasanya karangan media massa berupa campuran dari jenis-jenis artikel di atas. Di media massa yang standar dan memiliki oplah yang besar (ratusan ribu, bahkan jutaan eksmplar), peranan artikel dan penulis kolom cukup signifikan. Para penulis artikel dan penulis kolom (kolumnis) memiliki pengaruh penting dalam pembentukan opini publik. Dalam media massa penulis artikel juga bisa disebut kolumnis atau penulis kolom-the Column Writer atau Columnist. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan Eropa, artikel seorang kolumnis bisa mempengaruhi bahkan menuntun perdebatan di parlemen (kongres), bahkan menjadi acuan Presiden, Gubernur, dan Walikota dalam membuat keputusan.

Kolom. Kolom dalam media-media terkemuka dunia seperti The Washington Post, The New York Times, London Times atau Paris Match dan Frankfurter, dapat menjadi acuan bagi kebijakan publik pemerintah. Di Asia terdapat majalah terkemuka seperti The Times of India, The Philipine Enquirer, The Strait Times, The Bangkok Post dan The South China Morning Post. Sedangkan di Australia majalah terkenal adalah: The Sydney Morning Herald, Canberrra Times, The Age dan The Australian yang para penulisnya merupakan kolumnis-kolumnis regional terkemuka. Ulasan-ulasan- kajian dan artikel mereka cukup berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah dan opini masyarakat. Sebutlah ekonom Daniel Gross, penulis di Yahoo Finance, Komentator Financial Times Gideon Rahman dan Sheryl Sandberg-kolumnis The Economist, dan Robert Kaplan penulis buku The Indian Ocean and the Future of American Power-Samudera Hindia-Indonesia dan Masa Depan Keadidayaan Amerika Serikat. Kolumnis-kolumnis Majalah Newsweek dan Time: Peter Tasker, Robert J. Samuelson, Joe Klein, William Underhill, dan kolumnis Timur Tengah Nibras Kazimi; Kazimi penulis buku asal Suriah dan Ronen Bergman. Kolumnis The Wall Street Journal Abbas Milani dan Benn Stell, masing-masing Direktur Studi Iran Stanford University serta Direktur Studi Ekonomi Internasional dan pengarang Money, Markes, and Sovereignity terbitan Yale University Press, 2009. Sedangkan komentator Gedung Putih yang terkenal Jonathan Alter yang menulis kolom di media-media terkemuka AS. Pegiat politik ini mengomentari buku politik dan ekonomi masa depan karangan profesor Universitas Harvard Mark Penn berjudul: Microtrends: The Small Forces Behind Tomorrow Big Changes,-TrenMicro: Kekuatan Kecil di Balik Perubahan Besar Masa Depan.
Penulis Ahli di Indonesia

Di Indonesia terdapat sejumlah penulis ahli dan kolumnis terkemuka yang sering menulis di media-media terkemuka Ibukota. Misalnya: Sri Edi Swasono, Guru Besar Ekonomi UI, Rendy Pahrun Wadipalapa, Dosen FISIP Unair, Prof. Bungaran Saragih-IPB, Mochtar Pabotinggi, profesor dan peneliti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Dr. J. Kristiadi, Anggito Abimanyu, Dosen Ekonomi UGM, Akmal Nasery Basral-Sosiolog dan penulis Novel Sjafruddin Prawiranegara, Riza A, Sihbudi-peneliti LIPI, Huala Adolf, Guru Besar FH Unpad, Bandung, Like Wilardjo Guru Besar UKSW-Salatiga, Daoed Jusuf, mantan Menteri P dan K, Alumnus Universite Pluridiciplinaires PantheonUniversitas Sorbonne, dan banyak lainnya. Sejumlah akademisi terkemuka Indonesia seperti Dr. Ignatius Sutapa, Prof. Like Wilardjo, Dr. Pradjata D.S, dan Dr. J. Krsitiadi memprakarsai penerbitan jurnal Studi Pembangunan Kemasyarakatan dan Lingkungan, pada tahun 2001. Ulasan-ulasan atau prediksi mereka sedikat banyak berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah dan opini publik. Rubrik-rubrik khusus yang mereka tulis, menjadi forum para politisi, akademisi dan pengusaha untuk menemukan gagasan-gagasan yang dapat menjadi tuntunan dalam mengambil keputusan dan menetapkan kebijakan publik, Kolom, sejatinya berupa pendapat penulis (subyektif), tetapi juga menjadi uraian kritis yang penulisannya disertai gaya yang homuristik. penulis artikel bisa juga disebut kolumnis. Menilik varian para penulis dan latar belakang akademis mereka, kita dapat menggambarkan bahwa penulis karangan ilmiah maupun kolomnis dan komentator memiliki posisi pembina opini publik yang strategis. Mereka menggunakan latar belakang pendidikan tinggi, pengalaman berpolitik dan bermasyarakat untuk turut serta mencerdaskan bangsa dan mencerahkan masalah-masalah pelik-kontradiktif. Jasa mereka sebagai penulis yang tangguh dan bermutu dalam menulis jelas memiliki kekuatan dalam mempengaruhi opini masyarakat, sehingga pendapat atau kritik mereka perlu diamati dan diperhitungkan. Dengan menulis mereka menjadi terkenal di kalangan masyarakat menengah atas dan ikut mengarahkanmenilai-mengoreksi setiap kebijakan pemerintah. Maka itu para penulis berlatar belakang pendidikan tinggi menjadi penentu informal jalannya pemerintahan, gerakan berbangsa dan bernegara. Honor atau imbalan yang mereka terima juga layak karena media massa mendapatkan imbal balik prestise akibat penyertaan mereka menulis di Rubrik Opini dan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa dan negara.

Perlu Keterampilan
Untuk menulis, diperlukan keterampilan berbahasa-menulis: Modal dasar, adalah: Pertama, menguasai berbagai masalah dengan memiliki berbagai referensi, tentang subyek yang akan ditulis. Rajin membaca, kritis dalam memandang suatu masalah, dan terampil dalam mengungkapkan pikirannya dalam bahasan, melalui tuisan. Kedua, mempunyai kemauan untuk menulis, bahkan ambisi untuk menulis. Demikian ulasan Markus G Subiyakto (1996: 1). Kalau hanya ingin tanpa ambisi

biasanya kita hanya senang membaca artikel orang lain.`Ambisi menimbulkan semangat, keuletan dan dorongan untuk menguasai kemampuan menulis. Ketiga, adalah memiliki motivasi menulis-motivation to write. Motivasi erat dengan kemauan, bahkan motivasi bisa menggerakan kemauan untuk terus menulis. Harry Edward Neal melemparkan pertanyaan: Untuk apa menulis? Tentukanlah alasan mengapa Anda ingin menjadi penulis!. Tujuan menulis hal-hal yang populer tentu untuk memperoleh honor, popularitas, namun lebih dari itu untuk membagi informasi, berbagi wawasan, pandangan. Atau justru berniat menyumbang pemikiran dan pandangan bagi orang lain. Mengkritisi sesuatu yang dianggap tidak adil, tidak sinkron, tidak match dan seterusnya, dan untuk kepentingan mendidik bangsa. To educate people, to inform the nation, to protect people, to defend your scientific analysis; Artinya untuk mengajari publik, memberi informasi, melindungi publik dari kesalahan informasi, dan untuk mempertahankan analisis atau pendapat ilmiah.. dan seterusnya. Harus menunjukkan kemampuan. Atau Should Have the ability to write. Punya kemauan tanpa kemampuan dan sebaliknya, punya kemampuan tanpa ambisi dan kemauan, akan sia-sia. Untuk menulis selain rajin meneliti atau membaca sesuatu masalah, orang harus punya bakat serta latihan yang terus menerus. Bakat dan latihan dua hal utama yang memadu bagi seorang penulis. Mulailah dari menulis singkat namun akurat dengan mengeluhkan atau menkritisi sesuatu, yang menurut Anda merugikan dunia ilimu pengetahuan, merugikan publik atau sebagian orang, kelompok atau bangsa. Atau cobalah menyusun pertanyaan seperti pada saat member ceramah, arahan atau kuliah, lalu mencoba menjawabnya.

Arahan Bahasa.
1. Bahasa yang digunakan meskipun populer (singkat, padat, jelas mudah dipahami) namun tetap mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baku. Sering ada penulis yang ingin menuliskan beberapa masalah sekaligus dalam satu kalimat. Padahal dia dapat melakukan hal tersebut dengan menuliskannya dalam beberapa kalimat, dan bukan dalam satu kalimat sekaligus. Baca penjelasan di bawah. 2. Menetapkan judul dan tema tulisan yang tepat, menarik, dan mudah dipahami (judul terdiri atas dua hingga enam kata). -Kata-kata asing dan daerah termasuk judul buku ditulis miring-cursif. -angka puluh, ratus ribu, juta, ditulis dengan huruf: sepuluh ribu, dua juta, dua miliar, dua triliun.! 3. Menetapkan teras atau pokok tulisan dengan singkat dalam paragraf pertama dan kalau perlu disambungkan ke paragraf kedua. 4. Membahas substansi atau tema tulisan-deskripsi tulisan berada pada paragraf selanjutnya (kedua, ketiga dan seterusnya, hingga paragraf tujuh atau delapan). 5. Untuk jurnal penulisan deskriptif atau pembahasan tema dalam jurnal bisa mencapai 40 hingga 80 alinea (paragraf), 4 hingga 8 halaman. 6. Setiap alinea terdiri atas dua kalimat. Setiap 5-6 alinea diberikan subjudul.

-Subjudul penting untuk menekankan bagian yang dibahas. -Subjudul (motto) biasanya dicetak tebal-bold. 7. Penulisan solusi atau kesimpulan pada dua paragraf terakhir. 8. Panjang artikel atau opini dalam media cetak rata-rata 600-700 kata (satu setengah halaman 9. Panjang tulisan artikel di media jurnal antara 2500-4.500 kata, (tiga sampai empat halaman 10. Panjang karangan atau skripsi bisa mencapai 50-150 halaman (25.000-75.000 kata) Ad1. Yang dimaksud dengan bahasa Indonesia populer adalah: Bahasa Indonesia baku dengan 1 subjek, 1 predikat, dan 1 objek. Ditambah dengan 1 keterangan tempat dan 1 keterangan waktu. Kalimatnya singkat, padat, jelas dan mudah dipahami. Dalam penulisan artikel, kata-kata asing yang teknis (dan sulit diterjemahkan) bisa digunakan, agar tidak terjadi pembiasan arti, atau misleading. Contoh kalimat singkat, padat, jelas, dan mudah dipahami: 1. Albert Einstein, ilmuwan keturunan Yahudi, adalah tokoh penemu ilmu atom dan juga dikenal karena teori relativitas. Wehrner von Braun adalah ilmuwan atom berikutnya, yang berhasil menciptakan roket roket V-2, cikal bakal peluru kendali-rudal, yang digunakan Nazi-Hilter untuk menggempur tentara Sekutu di masa Perang Dunia Kedua. 2. Indonesia yang terdiri atas keberagaman etnis, kelompok, agama dan paham, seharusnya bisa bersatu, karena diikat oleh dasar falsafah Pancasila dan konstitusi UUD 1945. 2. Presiden SBY mestinya ikhlas dan bersikap demokratis dalam menanggapi kritik mantan Ketua MPR Dr. Amien Rais. Seperti diketahui pernyataan Amien Rais menghebohkan, setelah dia mengaku menerima dana nonbudgeter (nonbujeter) DKP Rp 200 juta. Dia pun mengungkapkan Capres-Cawapres Pemilu 2004 lain yang juga menerima dana tersebut. Ungkapan mantan Ketua MPR mengenai dana DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan) itu menjadi pemicu, karena Presiden menanggapinya dengan keras dan rada emosional. Sebagian pengamat pada saat itu menyayangkan sikap Presiden SBY tersebut. Mereka mengatakan, seharusnya Presiden mengurus hal-hal yang lebih penting bagi rakyat banyak. Misalnya, mengatasi langkanya minyak goreng dan harganya yang melonjak, menaiknua harga beras, kemiskinan serta masalah lumpur Lapindo yang belum juga tuntas. 6. Para ilmuwan antariksa Rusia telah berulang kali menciptakan roket canggih

untuk membawa pesawat ulang alik dan para ilmuwan penelitinya, ke ruang angkasa. Hal ini menandakan bahwa Rusia (sebelumnya Uni Soviet) bersaing ketat dengan Amerika Serikat dalam masalah ruang angkasa. China mengikuti langkah Rusia dan AS, dengan mengirim astronotnya, pada tahun 2005 yl. Apakah Indonesia dan negara-negara berkembang akan dengan cepat mengadopsi ilmu dan teknologi ruang angkasa tersebut? Pertanyaan mendasar itu tentu bergantung kepada tersedianya SDM, modal dan prasarana iptek yang diperlukan untuk itu. Dan seterusnya .! 7. Menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif artinya satu kalimat satu pesan. One sentence one message, not one sentence too many messages. Jadi janganlah membuat satu kalimat dengan banyak pesan. Contoh: Mahasiswa se-Jakarta selama dua pekan Juni 2007, melaksanakan pelatihan internal. Pelatihan tersebut untuk meningkatkan keterampilan dalam berorganisasi dan bermasyarakat, sesuai dengan visi dan misi mahasiswa Indonesia era reformasi. (1 alinea, dua hingga tiga kalimat dengan jumlah kata masing-masing 10, 12 dan 14). Contoh kalimat panjang atau kalimat super-majemuk. Presiden SBY, hari Rabu 19 Juni 2010 siang sekitar pukul 12.00 WIB di Istana Negara Jakarta, tampil secara elegan membacakan pidato politik dan kebijakan ekonominya yang cukup kritis dan komprehensif, sebagai tanggapan langsung atas berbagai pendapat yang muncul belakangan ini, di kalangan masyarakat maupun para politisi dan pengamat, dan yang dianggap Presiden RI, cenderung terlalu memojokkan Kepala Negara dan Kabinet Indonesia Bersatunya, terutama kritik terhadap para menteri tim ekonomi, khususnya Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, yang dianggap Presiden RI tidak beralasan; malahan tanpa bukti-bukti yang kuat. (1 alinea dengan jumlah katanya 84). Kalimat majemuk superpanjang ini bisa dipecah (atau dipersingkat) menjadi beberapa (empat) kalimat. Presiden SBY Rabu siang 19 Juni 2010, membacakan pidatonya di Istana Negara, Jakarta. Pidato Presiden mengenai kebijakan politik dan ekonomi menanggapi kritik dan pendapat publik belakangan ini. Presiden menganggap kritik-kritik itu memojokkan Kepala Negara dan tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu (KIB). Kritik publik khususnya pengamat dianggapnya berlebihan, tanpa bukti-bukti yang kuat. Ini berarti seorang kolumnis atau penulis profesional, akademisi dan politisi patut menguasai bahasa dengan baik, sehingga tulisan-tulisannya mudah dibaca dan dicerna, bahkan dianalisis. Bahkan bagi publik dapat menjadi tuntunan yang pantas untuk diilhami lalu diikuti. Intinya seorang penulis adalah pengguna bahasa yang baik dan benar. Bila ulasan yang dikemukakannya diuraikan dalam bahasa yang popular, standar dan

mudah dipahami, berarti dia telah berhasil membina opini publik melalui substansi yang dikemukakannya. Saya ingin mencontohkan sebuah buku yang berisi kumpulan karangan ilmiah berjudul: Hukum dan Lingkungan Hidup Indonesia. Buku ini penting bagi khasanah perguruan tinggi, khususnya bagi pemerhati dan pembaca karangankarangan khusus atau rangkuman artikel ilmiah populer. Karangan atau artikel bahasan itu dibuat oleh 25 akademisi. Rangkuman terbitan Perpustakaan Nasional dengan Editor Erman Rajagukguk dan Ridwan Khairandy tahun 2001, untuk memperingati 75 tahun usia Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, SH, ML. Seperti diketahui mendiang Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, SH, ML, adalah mantan Rektor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (April 1984-Desember 1991 dan Guru Besar serta Ketua Program Studi Ilmu Hukum Pascasrjana Universitas Indonesia (1980-200). Pemegang gelar doktor Rijksuniversiteit Leiden (1981 di masa hidupnya bersama saya dan beberapa tokoh lainnya memimpin Depari (Dewan Pariwisata Indonesia) di Jakarta. Buku setebal 618 halaman ini memuat berbagai analisis dan rangkuman pandangan mengenai aturan dan hukum lingkungan hidup Indonesia. Uraian-uraian dan analisis ke-25 akademisi tersebut cukup intens serta mencakup berbagai aturan dan hukum lingkungan hidup di Indonesia. Para penulis artikel dan ulasan imliah buku ini misalnya: A. Sonny Keraf/mantan Menteri LH, Sri Hastuti Puspitasari tokoh jender Indonesia, Samsul Wahidin, Syamsul Arifin, Jawahir Tantowi, Nandang Sutrisna, Prof. Hikmahanto Juwana, Syamsul Maarif, pengamat perdagangan global, Siti Anisah, T. Gayus Lumbuan, Sutan Remy Syahdeini, Marsudi Triatmodjo, Suhaidi, Mismar Nasution, Gunawan Djayaputra, ahli hokum Diana Mudzakkir, serta pengamat lingkungan Ahmad Husni M.D. dan banyak ahli lainnya. Menurut hemat saya buku ini merupakan kumpulan esei dari para ahli/akademisi yakni, ahli hukum dan pengamat terkemuka lingkungan hidup Indonesia, yang patut diacungi jempol. Buku lainnya yang menarik dan penting bagi para penulis artikel ilmiah adalah rangkuman penulisan dan riset eknomi dan investasi berjudul; Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia (Persepsi Dunia Usaha) terbitan KPPOD Jakarta pada tahun 2002. Buku setebal 202 halaman dengan cetakan luks ini mengisahkan secara khusus tentang pemeringkatan 134 Kabupaten dan Kota di Indonesia yang memenuhi rating untuk investasi dunia usaha. Kumpulan karangan ini juga bagus dan komprehensif, karena menggambarkan juga masalah atau kendala-kendala yang dihadapi dunia usaha di Tanah Air. Buku panduan investasi ini cukup menarik, karena diterbitkan dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Pembahasaan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ini wajar, karena sesuai dengan misi utamanya, yakni menggambarkan sukses dan tantangan dalam dunia usaha di Indonesia. Seperti diketahui beberapa tokoh yang memandu keberadaan KPPOD (Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah) antara lain Dr. Sri Mulyani saat itu menjabat Menkeu RI, Aburizal Bakrie saat itu tokoh Kadin dan Menko Kesra RI, wartawan senior Susanto Pudjomartono (saat itu

Pemred The Jakarta Post dan Dubes RI di Moskow, Aco Manafe (Wakil Pemred HU Suara Pembaruan dan akademisi Dr. Djisman Simandjuntak. Para insan perguruan tinggi, khususnya dosen dan mahasiswa dapat membaca kedua buku tersebut, yang isinya adalah artikel-artikel favorit mengenai keadaan lingkungan dan dunia usaha Indonesia. Buku ini dipublikasikan bagi kepentingan dunia usaha Indonesia, maupun untuk kepentingan perekonomian global.

Perencanaan Karangan
Bagi seseorang yang akan mengarang, tentu yang pertama-tama dilakukannya adalah menentukan tema, kemudian menentukan topik. Tema biasanya dianggap sebagai sesuatu yang paling utama dan istimewa dalam mengarang artikel, buku dan kajian. Sedangkan topik dianggap masalah kedua yang tidak sepenting tema. Maka itu, tema menjadi hal yang paling mengemuka, sementara topik menjadi hal utama yang berikutnya. Meskipun demikian, kebanyakan orang akan merasa rancu, karena apakah tema atau jsutru topik yang lebih penting. Kedua prinsip ini ibarat ayam dan telur, manakah yang harus didahulukan, apakah tema atau topik. Maka itu janganlah mengistimewakan masalah tema sebagai langkah awal dalam mengarang dan sebaliknya juga janganlah mengistimewakan topik sebagai langkah awal dalam mengarang. Keduanya menjadi hal yang sama-sama penting dalam menulis karangan atau menulis artikel. Jadi dalam menyiapkan suatu karangan, tema bisa menjadi awal pertimbangan penulis, sementara topik menjadi ulasan pokok kedua yang menguraikan segala sesuatu tentang tema yang telah ditetapkan. Menurut beberapa ahli bahasa, sebaiknya menentukan topik sebagai tonggak awal dalam menyusun karangan. Dalam memulai penulisan seseorang mungkin saja tersandung dengan pemikiran tentang tema. Pada galibnya, tema merupakan makro pokok dari penulisan, Sedangkan topik adalah bahasan intinya-bisa disebut sebagai detail atau bahasan karangan.

Tema Singkat dan Tema Panjang


Ada tema yang intinya singkat dan ada tema yang panjang, sehingga bisa berupa satu kalimat pendek. Tema singkat misalnya mengenai substansi Kasih Sayang atau Perjuangan, Pengabdian, Menggalang Persatuan, Memicu Perseteruan dan seterusnya. Sedangkan tema yang panjang misalnya: Perjuangan Merupakan Hakikat Kehidupan atau Belajar adalah Cara Menimba Pengetahuan, dan Sulitnya Mencari Nafkah di Negeri Orang. Terkadang seorang penulis menemui kesulitan, ketika dia mulai berupaya membuat karangan yang mempunya tema yang bersifat umum atau abstrak. Sebaliknya dalam menentukan tema yang singkat pun terkadang sulit, karena penulis belum memiliki ide yang dapat ditelusuri atau digambarkan rincian pemaparannya. Pada umumnya tema itu lebih abstrak dari topik, (Lamuddin Finoza: Komposisi Bahasa Indonesia: 2006-2007, Halaman 194). Para ahli mengatakan kemungkinan lebih mudah dalam hal menentukan tema suatu karangan yang bersifat sastra yang biasanya lebih mengandalkan imajinasi atau perenungan. Berbeda dengan karangan ilmiah yang sifatnya lebih realistis, konkret atau faktual isinya, sehingga akan sulit bagi pengarang untuk segera menetapkan temanya.

Penulisan tema dalam karangan atau artikel demikian akan lebih panjang, sehingga bisa berupa satu kalimat. Jadi merumuskan temanya dalam satu kalimat. Sedangkan untuk suatu ide yang lebih besar, temanya bisa dituliskan dalam bentuk satu alinea, asalkan idenya tunggal atau utuh dan tegas. Untuk menuliskan tema dalam kalimat tentu sering menyulitkan. Contoh tema lain yang pendek misalnya: Kuat Iman, Giat Belajar, Tangguh, Mengalah, Pejuang, dan Ikhlas. Tema yang panjang: Hidup Manusia Selalu Penuh Perjuangan, Janganlah Menganggap Enteng Lawan Bijak-bijaklah di Rantau Orang Mengenang Para Pahlawan yang Berjasa bagi Negara dan Bangsa. Mencintai Lingkungan Demi Pelestarian Alam Kita. Memelihara Lingkungan Sikap yang Muliadan Cendekia.

Tentang Topik dan Judul


Topik berarti pokok permasalahan, pokok permbicaraan, inti perundingan atau hakikat masalah yang dibicarakan. Topik karangan adalah sesuatu masalah yang akan dibahas dan disusun menjadi suatu karangan. Topik yang menarik dan ditulis dengan cermat dan bagus, selalu menjadi perhatian dan dibaca. Majalah Tempo misalnya pernah membuat semboyan dengan frasa sederhana dan menarik. Yakni: Enak dibaca dan Perlu. Tentu semboyan ini akan diejawantahkan dalam setiap kata, kalimat, judul karangan dan mencakup seluruh produk terbitan majalah terkemuka itu. Topik karangan merupakan jawaban atas pernyataan tentang masalah apa yang akan ditulis? Atau akan menulis tentang apa? Dalam mengarang seseorang akan menentukan terdahulu apa yang akan menjadi topik pembahasannya. Banyak masalah di sekitar kita yang bisa diangkat menjadi topik karangan. Misalnya: pengangguran, kemacetan Ibukota, pencemaran lingkungan, kenakalan remaja, kejahatan perbankan, pendangkalan sungai, rob atau menaiknya muka air laut di pantai Ibukota Jakarta, perkampungan kumuh, dan lain sebagai nya. Ada orang yang menuliskan terlebih dahulu masalahnya, kemudian baru menuliskan atau mempertimbangkan judulnya yang tepat. Mengapa demikian? Mungkin saja gagasannya terus mengalir dan setelah menemukan berbagai masalah, maka pengarang dapat mertimbangkan judul dan tema apa yang paling tepat. Namun, dalam kebiasaan mengarang, biasanya tema dan topik sudah dirumuskan terlebih dahulu. Artinya dengan menetapkan tema dan topik, maka pengarang akan tertuntun untuk menuliskan isi dan urutan karangannya. Setelah menentukan topik Pengangguran dan Kemacetan Ibukota, maka penulis dapat mengajukan judul-judul karangannya. 1. Pengangguran a. Industri Menambah Kesempatan Kerja

b. Perbanyak Peluang Kerja c. Kursus Keterampilan Penting d. Penyebaran Pembangunan Penting e. Strategi Peningkatan Keterampilan f. Mencegah Urbanisasi g. Perbanyak Sektor Primer h. Permudah kredit UKM i. Dukung Pengusaha Kecil-Menengah 2, Kemacetan: Topik/Judul a. Jakarta Macet Pagi dan Petang b. Jumlah Kendaraan Melampaui Panjang Jalan c. Perlu Disiplin Berlalu Lintas d. Membangun Underpass dan Flyover e. Membangun Jalan Bersusun f. Persoalannya Mengendalikan Produksi Kendaraan g. Kampanyekan Minat Bersepeda h. Kerja Sama dengan Daerah Penyangga KERANGKA atau Outline Karangan Kerangka karangan merupakan faktor penting, karena merupakan rancangan yang baku untuk penulis dalam menyusun dan membagi-bagi gagasannya. Fungsi utama kerangka karangan, adalah untuk menetapkan hubungan antara gagasangagasan yang dikemukakan oleh pengarang/penulis. Dengan kerangka karangan, pengarang dapat menelusuri kekuatan dan kelemahan dalam menyusun tulisannya. Melalui cara ini pengarang dapat melakukan berbagai penyesuaian sebelum menulis. Dalam desain bangunan fisik misalnya, seorang arsitek atau perancang bangunan dapat menyusun blue printcetak biru pembangunan gedung tersebut. Kerangka karangan meliputi rencana kerja dalam menyusun karangan. Kerangka akan menuntun pengarang untuk menggarap karangan secara teratur dan sistematis. Kerangka karangan dapat membantu pengarang membedakan ide utama dan ide-ide tambahan. Kerangka karangan dapat mengalami perubahan, sehingga penulisan bisa mencapai bentuknya yang lebih sempurna. Kerangka dapat berbentuk catatancatatan sederhana ataupun catatan yang terinci. Kerangka karangan yang belum final bisa disebut sebagai rancangan, atau outline yang sementara. Kalau sudah tersusun rapi, maka bisa disebut sebagai outline final yang sudah sempurna. Dalam proses menyusun karangan ada pentahapan, yakni memilih topic, menghimpun informasi, menyusun gagasan, lalu menulis karangan. Penyusunan

gagasan inilah yang bisa diumpamakan sebagai kerangka. Jadi di dalam kerangka dapat disusun strategi penempatan ide dan gagasan. Rincian kerangka karangan dapat membantu penulis untuk hal-hal berikut: 1. Mempermudah penulis menyusun karangan serta membantu penulis untuk tidak mengulang suatu ide hingga dua kali, serta memandu pengarang agar tidak menyimpang dari sasaran yang sudah ditetapkan. 2. Membantu penulis atau pengarang mengatur dan menempatkan berbagai klimaks dalam karangannya. 3. Dengan kerangka yang tersusun rapi, maka sebenarnya separoh karangan sudah terselesaikan, karena smeua ide sudah terkumpul, terinci, dan diruntun secara teratur. Pengarang tinggal menyusun kalimat-kalimatnya saja untuk menegaskan gagasan dan idenya. 4. Kerangka karangan adalah miniature seluruh karangan. Melalui kerangka karangan, pembaca dapat memahami intisari ide serta struktur karangan.

Bentuk Kerangka Karangan


Ada dua macam kerangka karangan, yakni kerangka topik dan kerangka kalimat. Dalam praktiknya kerangka topik yang lebih banyak digunakan. Kerangka topik terdiri atas kata, frasa dan klausa yang didahului oleh tanda-tanda yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir (titik) tidak diperlukan karena tidak digunakannya kalimat lengkap. Kerangka kalimat lebih bersifat resmi, yakni merupakan kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap menunjukkan diperlukannya pemikiran yang lebih luas ketimbang yang dituntut dalam kerangka topik. Tanda baca titik perlu pada akhir setiap kalimat yang dignnakan untuk menuliskan judul bab dan sub-bab. Kerangka kalimat banyak digunakan pada proses awal penyusunan outline. Bila outline atau bagan karangan selesai maka kerangka kalimat dapat dipadatkan menjadi kerangka topik, demi kepraktisan. Jadi, kerangka dapat saja berbentuk gabungan kerangka kalimat dan kerangka topik. Meskipun penggunaan kerangka topik lebih dominan, tidaklah pantang untuk dicampur dengan kerangka kalimat, dalam menuliskan judul-judul bab. Kerangka dapat dibuat dengan sistem tanda atau kode tertentu. Hubungan di antara gagasan yang ditunjukkan oleh kerangka dinyatakan dengan serangkaian kode berupa huruf dan angka.

Bagian utama biasanya didahului huruf atau angka tertentu (misalnya angka Romawi), sedangkan bagian bawah atau subbab menggunakan tanda lain. Ada juga kerangka yang menggunakan angka Arab, bila karangannya singkat. Angka Arab juga dapat digabungkan dengan huruf kecil, bila karangannya tidak terlalu panjang. Misalnya untuk makalah atau artikel sederhana-singkat. Kode-kode akan lebih kompleks dalam karangan yang lebih panjang seperti skripsi, tesis, disertasi, dan buku.

Masalah Editing/Penyuntingan
Setelah pengarang usai menulis artikel, tulisan tersebut perlu diedit atau disunting lagi, sehingga menjadi rapi kata-kata dan susunan kalimat, alinea dan penjudulannya yang tepat, sebelum diserahkan kepada media, atau penerbit yang akan memuat atau mempulikasinya. Proses editing atau penyuntingan ini berlaku umum di perusahaanperusahaan media publik, seperti harian, mingguan, majalah, bulanan, dan penerbitan. Pada media massa proses dan fungsi penyuntingan ini amat penting, sebelum artikel atau berita dan tulisan yang dirancang terbitannya dicetak. Proses editing ini bagi pengarang disebut sebagai self-editing atau menyunting sendiri. Penulis membaca kembali tulisannya perkata, per-kalimat per-alinea, per-halaman hingga rampung. Ini tahap awal dan dilakukan secara wajib ataupun sukarela. Dikatakan wajib, karena penulis bersangkutan yang memahami benar topik, tema yang dipaparkan, serta kalimat-kalimat yang ditulisnya. Namun dalam proses penyuntingan akan lebih baik ada editing lanjutan, yang dikerjakan oleh staf ahli yang menguasai topik karangan. Misalnya mengenai kependudukan, urbanisasi, hukum, lingkungan, ekonomi, kedokteran, kesehatan, sosial politik, perkotaan, transportasi, dan sebagainya. Dengan demikian berbagai kesalahan tulis, ejaan, bahasa dan substansi karangan dapat dikoreksi dan masuk ke pasar atau mencapai pembaca sudah bersih, sehingga mudah dibaca, dimengerti dan bahkan menjadi pustaka kalangan-kalangan yang meminatinya. Dalam kata awal pengantar buku mengenai menulis dan menyunting Textbok of Editing and Reporting, M.K. Joseph mengatakan jutaan bahkan miliaran kata dituliskan akan pertentangan ke dalam era penerbitan berita, karena dunia telah melangkah dari kewaspadaan ke masalah revolusi satelit pada dekade-dekade abad 21. Pada era perdagangan dan bisnis yang membutuhkan analisis yang cepat, maka dunia memerlukan konsep arah pertumbuhan dunia berita, dan proses penyuntingan (yang seksama). Suatu berita dan karangan menumpu pada peristiwa, kejadian dan pembahasannya yang teliti, akurat dan sistematis. Seorang penyunting sebaiknya membaca atau meneliti sebuah karangan hingga tiga kali. Pertama, untuk mengenal tulisan atau karangan itu dengan lebih akrab, kedua ketika Anda mengeditnya. Dan ketiga membaca kembali substansi karangan. Bila karangan tersebut tidak punya kesalahan yang mencolok, dan bila kita memahami isinya, maka Anda sudah siap menyuntingnya. Dan yang Anda hadapi adalah masalah ucapan bahasanya, tanda-tanda baca, tata bahasa, teliti dalam ekspresi, kelancaran menulis, akurasi dan keutuhannya. Suatu karangan dimulai dengan pengantar atau kalimat pembuka. Artinya, dalam struktur tentu ada kalimat pembukaan. Lalu melangkah pada urutan karangan atau sistematika isinya.

Kalimat pembuka mengisahkan substansi secara singkat dan padat, kemudian melanjut pada isi atau tema karangan. Perhatian utama penulis tentu mengarah kepada kalimat pemuka yang melukiskan bagian utama karangan. Bila pembaca tertarik pada awal atau lead karangan, maka otomatis dia akan tertarik untuk melanjutkan membaca. Biasanya kalimat pembuka terdiri atas dua puluh lima kata dan maksimum 40 kata. Awal kalimat harus benar-benar menarik. Dalam bahasa jurnalistik disebut eye-catching, meskipun syarat ini tidak harus dipenuhi total dalam memulai karangan ilmiah yang bukan suatu berita. Dalam bahasa karangan bisa disebut sebagai teasing introduction-kalimat awal yang memukau atau mempesona. Menurut beberapa ahli, karangan yang baik adalah karangan yang menggunakan kalimat pendek (subjek, predikat dan objek) dan diselingi dengan kalimat panjang-kalimat majemuk. Jakarta-Desember 2011 Aco Manafe Daftar Pustaka Anwar, Rosihan, 1991. Bahasa Indonesia dan Komposisi. Cetakan ke-4, Jakarta: Pradnya Paramita Brotowdjojo, 1985. Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta;Akademika. Hs. Widjojo, 2007. Bahasa Indonesia. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan tinggi. Joseph M.K, 2000. Textbook of Editing & Reporting, NewDelhi. Moujpur, Delhi.

Anda mungkin juga menyukai