Anda di halaman 1dari 21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Brand Image

1. Defenisi Brand Image

Terkadang bagi orang awam tidak dapat membedakan sesuatu

secara jelas antara identitas dan citra. Untuk membedakannya, maka akan

kita lihat pengertian masing-masing. Identitas adalah berbagai cara yang

diarahkan perusahaan untuk mengidentifikasikan dirinya atau

memposisikan produknya. Sedangkan citra atau image, yaitu adalah

persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Maka jelas

jika, brand image atau citra merek adalah bagaimana suatu merek

mempengaruhi persepsi, pandangan masyarakat atau konsumen terhadap

perusahaan atau produknya.

Citra merupakan tujuan pokok bagi suatu organisasi atau

perusahaan. Pengertian citra itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi

wujudnya dapat dirasakan dari penilaian, baik semacam tanda respek

dan rasa hormat dari publik sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap

organisasi atau perusahaan tersebut dilihat sebagai sebuah badan usaha

yang dipercaya, professional, dan dapat diandalkan dalam pembentukan

pelayanan yang baik. Tugas pemasaran itu sendiri adalah menciptakan

citra perusahaan atau produk yang diwakilinya sehingga tidak

menimbulkan isu-isu yang merugikan. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), citra adalah pemahaman kesan yang timbul karena

19
20

pemahaman akan suatu kenyataan atau persepsi masyarakat terhadap

perusahaan atau produknya.

Merek saat ini telah menjadi aset perusahaan yang paling

bernilai. Selain sangat membantu dalam penetrasi pasar, merek yang

kuat juga menciptakan loyalitas. Perusahaan atau produk yang memiliki

merek yang kuat cenderung lebih mudah memenuhi kebutuhan dan

keinginan sesuai dengan persepsi konsumen. Merek adalah nama atau

simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap atau kemasan),

yang membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh

kompetitor, serta melindungi konsumen maupun produsen dari para

kompetitor yang berusaha memberikan produk-produk yang tanpa

identik.

Merek merupakan identifikasi yang berupa nama atau simbol yang

mempengaruhi proses pemilihan suatu produk atau jasa yang

membedakannya dari produk pesaing serta mempunyai nilai bagi

pembeli dan penjualnya. Merek bukan sekedar nama, istilah, tanda atau

simbol saja, lebih dari itu, merek merupakan sebuah janji perusahaan

untuk secara konsisten memberikan gambaran, semangat dan pelayanan

kepada konsumen.

Citra merek atau brand image merupakan serangkaian asosiasi

(persepsi) yang terdapat didalam benak konsumen terhadap suatu merek,

biasanya terorganisasi menjadi suatu makna. Hubungan terhadap suatu

merek akan semakin kuat jika didasarkan pada pengalaman dan


21

mendapat banyak informasi. Citra atau asosiasi merepresentasikan

persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif ataupun tidak.

Citra yang terbentuk dari asosiasi (presepsi) inilah yang mendasari

keputusan membeli bahkan loyalitas merek (brand loyalty) dari

konsumen.

Brand image meliputi pengetahuan dan kepercayaan akan atribut

merek (aspek kognitif), konsekuensi dari penggunaan merek tersebut dan

situasi penggunaan yang sesuai, begitu juga dengan evaluasi, perasaan

dan emosi yang dipresepsikan dengan merek tersebut (aspek afektif).

Citra merek didefinisikan sebagai persepsi konsumen dan preferensi

terhadap merek, sebagaimana yang direfleksikan oleh berbagai macam

asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen. Meskipun asosiasi

merek dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk tapi dapat dibedakan

menjadi asosiasi performansi dan asosiasi imajeri yang berhubungan

dengan atribut dan kelebihan merek.

Citra merek merupakan persepsi tentang merek yang digambarkan

oleh asosiasi merek yang ada dalam ingatan seoarang konsumen. Ferinda

Dewi dalam Muhammad Romadhoni (2015: 10) mengungkapkan bahwa

brand image adalah merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen

karena alasan subjektif dan emosi pribadinya. Citra merek (brand image)

merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan

dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu.

Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan


22

dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra

yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk

melakukan pembelian.

Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa citra merek sangat

berkaitan erat dengan kesan yang ditimbulkan. Kesan-kesan positif yang

diperoleh pelanggan merupakan pengalaman dan pengetahuan yang

didapatnya dari merek yang ditawarkan tersebut. Maka persepsi maupun

pemahaman pelanggan terhadap sebuah merek bergantung pada

kemampuan pelanggan dalam mengidentifikasi bermacam informasi

mengenai merek yang bersangkutan, serta kemampuan pelanggan untuk

menyimpan informasi merek tersebut dalam ingatan. Pemahaman

pelanggan terhadap sebuah merek merupakan cerminan dari penilaian

pelanggan atas merek produk-produk yang ditawarkan. Apabila suatu

konsep merek yang kuat dapat dikomunikasi secara baik pada pasar

sasaran yang tepat, maka merek tersebut akan menghasilkan citra merek

yang dapat mencerminkan identitas merek yang jelas.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Brand Image

Menurut Sutisna dalam Muhammad Romadhoni (2015: 11) brand

image terdiri dari 3 (tiga) variabel pendukung, yaitu;

a. Citra Pembuat (Corporate Image) merupakan sekumpulan asosiasi

yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat

suatu produk atau jasa.


23

b. Citra Pemakai (User Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan

suatu barang atau jasa.

c. Citra Produk (Product Image) merupakan sekumpulan asosiasi

yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk.

Aaker berpendapat bahwa brand image terdiri dari tiga komponen

yaitu:

a. Product Attributes (Atribut Produk), yang merupakan hal-hal yang

berkaitan dengan merek tersebut sendiri seperti, kemasan, isi

produk, harga, rasa, dan lain-lain.

b. Consumer Benefits (Keuntungan Konsumen), yang merupakan

kegunaan produk dari merek tersebut.

c. Brand Personality (Kepribadian Merek), merupakan asosiasi

(presepsi) yang membayangkan mengenai kepribadian sebuah

merek apabila merek tersebut seorang manusia.

Menurut Keller dalam (Marheni Eka, 2014: 185) faktor-faktor

pendukung terbentuknya brand image dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Keunggulan asosiasi merek (favor-ability of brand association)

Hal ini dapat membuat konsumen percaya bahwa atribut dan

manfaat yang diberikan oleh suatu brand dapat memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga menciptakan sikap

yang positif terhadap brand tersebut.


24

b. Kekuatan asosiasi merek (strenght of brand association)

Hal ini bergantung pada bagaimana informasi masuk dalam ingatan

konsumen dan bagaimana informasi tersebut dikelola oleh data

sensoris di otak sebagai bagian dari brand image. Ketika konsumen

secara aktif memikirkan dan menguraikan arti informasi pada suatu

produk atau jasa, akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada

ingatan konsumen.

c. Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association)

Sebuah brand haruslah unik dan menarik sehingga produk tersebut

memiliki ciri khas dan sulit untuk ditiru para pesaing. Keunikan

suatu produk akan memberikan kesan yang cukup membekas

terhadap ingatan pelanggan akan keunikan brand. Sebuah brand

yang memiliki ciri khas haruslah dapat melahirkan keinginan

pelanggan untuk mengetahui lebih jauh dimensi brand yang

terkandung di dalamnya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, faktor

yang mempengaruhi citra merek adalah:

a. Keunggulan asosiasi merek merupakan salah satu faktor

pembentuk brand image, dimana produk tersebut unggul dalam

persaingan.

b. Kekuatan asosiasi merek adalah bagaimana informasi masuk

kedalam ingatan konsumen dan bagaimana proses bertahan sebagai

bagian dari citra merek.


25

c. Keunikan asosiasi merek terhadap suatu merek mau tidak mau

harus terbagi dengan merek-merek lain. Oleh karena itu, harus

diciptakan keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi

konsumen untuk memilih suatu merek tertentu.

2. Membangun Identitas Merek

Praktik branding telah berlangsung selama beberapa abad, namun

teori branding praktis baru berkembang dalam beberapa dekade terakhir.

Pakar periklanan terkemuka David Ogilvy mencuatkan isu pentingnya

citra merek di tahun 1951. Klarifikasi perbedaan antara merek dan

produk diungkapkan secara gamblang pertama kali dalam sebuah artikel

klasik berjudul ’the product and the brand’ yang dipublikasikan di

Harvard Business Review di tahun 1955 oleh Burleigh Garder & Sidney

Levy. Wacana tentang konseptualisasi dan pengukuran brand equity baru

berkembang di akhir dekade 1980 an.

Identitas sering diartikan sebagai ciri-ciri yang melekat pada suatu

objek sehingga membedakannya dengan yang lain. Bagi sebuah merek,

memiliki identitas yang tegas adalah sesuatu yang sangat berharga

ditengah ratusan, bahkan ribuan produk yang setiap saat membanjiri

pasar. Identitas yang khas dan spesifik akan memudahkan

mengidentifikasi sebuah merek diantara merek yang lain. Identitas merek

bukanlah sekedar penggabungan posisi merek dengan kepribadian

strategis (strategic personality).


26

Sebuah merek yang diposisikan dengan baik mengasosiasikan

namanya dengan keuntungan yang diinginkan. Sejumlah contoh

penentuan posisi merek (brand positioning) yang sukses adalah Toyota

(dapat dipercaya, berorientasi keluarga), Raffles Hotel (dewasa,

aristokratis), Sony (kreatif), Tiger Balm (kuat sekaligus lembut) dan

Lexus (kualitas). Penentuan posisi iniakan berjalan dengan sukses jika

dirasakan dengan penuh antusias oleh setiap orang dalam organisasi

tersebut, dan pasar sasaran (target market) percaya bahwa perusahaan

adalah yang terbaik dalam memberikan keuntungan tersebut.

Menurut Susanto dan Himawan, identitas merek adalah susunan

yang berisi unsur-unsur merek, terikat dalam satu makna keseluruhan

(gestalt), dan sangat ditentukan oleh bagaimana merek diterima pangsa

pasar (Susanto & Himawan, 2009; 103). Jadi, identitas merek adalah ciri-

ciri yang diharapkan dapat melekat dibenak pelanggan. Saat mendengar

atau melihat merek, pelanggan akan segera mendapatkan banyak

informasi mengenai merek tersebut. adapun beberapa komponen identitas

merek tersebut digambarkan sebagai berikut:


Nama
Logo
Warna
Jingle Identitas Merek
Slogan & Tagline
Endoser Merek
Karekter
Situs Web

Gambar. 2.1
Komponen Identitas Merek
27

Sebuah merek idealnya memiliki makna dan asosiasi yang dapat

digunakan dalam berbagai keadaan. Hal ini diperlukan untuk

memudahkan merek jika ingin memperluas pasar, segmen, atau bahkan

melintasi etnik dan wilayah geografis. adapun kriteria pemilihan identitas

merek yaitu sebagai berikut:

a. Mudah diingat (mark-ing)

Merek yang berhasil adalah merek yang dapat diingat dengan

mudah oleh pelanggan dalam jangka panjang. Ingatan pelanggan

terhadap identitas yang dimiliki merek tentu saja akan menambah

ekuitas, sangat mungkin bahwa upaya membangun merek dibenak

pelanggan mengalami kegagalan karena nama merek yang dipilih

sangat sulit unutk diingat.

b. Menarik Perhatian

Logo yang dipilih harus memiliki unsur menarik perhatian (eye

catching), memiliki daya tarik visual, sehingga saat berada

ditengah kerumuhan atau diantara barang-barang yang dipasang di

etalase, logo tersebut mampu menarik perhatian pelanggan secara

dominan dibanding bentuk yang lainnya.

c. Berbeda

Salah satu kunci utama keberhasilan merek adalah karena dianggap

berbeda. Menjadi berbeda berarti menciptakan katagori tertentu

dibenak pelanggan, sehingga sebuah merek akan terhindar dari

komoditas.
28

d. Memiliki makna

Tidak jarang sebuah merek mendesain identitas merek berdasarkan

makna tertentu yang dimiliki. Makna tersebut dapat berasal dari

keyakinan atau menggambarkan budaya tertentu yang dimiliki

perusahaan.

Jadi, perusahaan dalam membangun sebuah merek harus memiliki

identitas yang kuat, untuk menarik konsumen yang ditargetkan.

B. Keputusan Konsumen

Dalam keputusan konsumen seringkali ada lebih dari dua pihak dari

proses pertukaran atau pembelian. Umumnya ada lima macam peran yang

dapat di lakukan seseorang. Ada kalanya kelima peran ini dipegang oleh satu

orang, namun seringkali peran tersebut dilakukan beberapa orang.

Pemahaman mengenai peran ini sangat berguna dalam rangka memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen. Kelima peran tersebut meliputi:

1. Pemrakarsa adalah orang yang pertama kali menyarankan membeli

suatu produk atau jasa.

2. Pemberi pengaruh adalah orang yang pandangan atau nasehatnya

memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

3. Pengambil keputusan adalah orang yang sangat menentukan sebagian

atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah pembeli, apa yang

dibeli, kapan hendak membeli, bagaimana cara membeli, dan dimana

akan membeli.

4. Pembeli adalah orang yang melakukan pembelian nyata.


29

5. Pemakai adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk

atau jasa.

Adapun langkah-langkah seorang konsumen dalam melakukan proses

pengambilan keputusan pembelian dapat dilihat pada gambar berikut:

Pengenalan Pencarian Evaluasi


Masalah Informasi Alternatif

Evaluasi Pasca Pembelian


Keputusan
Pembelian

Gambar.2.2
Proses Pengambilan
Keputusan Konsumen

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa tahap-tahap yang dilewati

pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu:

1. Pengenalan Masalah

Pengenalan masalah adalah proses dimulai saat pembeli menyadari

adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan

antara yang nyata dan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan

karena adanya rangsangan internal maupun eksternal. Dari pengalaman

sebelumnya orang telah belajar, bagaimana mengatasi dorongan ini dan

dimotivasi ke arah yang diketahuinya akan memuaskan dorongan ini.


30

2. Pencarian Informasi

Pencarian informasi, adalah dimana seorang konsumen mungkin

terdorong kebutuhannya atau juga mencari informasi lebih lanjut.

Pencarian informasi ada dua jenis menurut tingkatannya:

a. Perhatian yang meningkat yang ditandai dengan pencarian

informasi yang sedang-sedang saja.

b. Pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari

informasi dari segala sumber.

3. Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif adalah konsumen memproses informasi tentang

pilihan merek untuk membuat keputusan akhir.

4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian, adalah pada tahap evaluasi, konsumen menyusun

merek-merek dalam himpunan pilihan serta membentuk nilai

pembelian. Biasanya konsumen akan memilih merek yang disukai

tetapi ada pula faktor yang mempengaruhi seperti sikap orang lain dan

faktor-faktor keadaan tidak terduga.

5. Perilaku pembelian

a. Perilaku pembelian adalah perilaku sesudah pembelian terhadap

suatu produk, dimana konsumen akan mengalami beberapa tingkat

kepuasan atau ketidakpuasan.

b. Kepuasan sesudah pembelian. Konsumen mendasarkan harapannya

kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika


31

kenyataan yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang

diharapkan maka mereka akan tidak puas. Bila produk tersebut

memenuhi harapan mereka maka mereka akan merasa puas.

c. Tindakan sesudah pembelian. Penjualan perusahaan berasal dari

dua kelompok yaitu pelanggan baru dan pelanggan ulang.

Mempertahankan pelanggan lama adalah lebih penting daripada

menarik pelanggan baru. Oleh karena itu, perusahaan harus

memerhatikan kepuasan pelanggan. Jika konsumen merasa puas ia

akan memperlihatkan kemungkinan untuk membeli lagi produk

tersebut.

Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap:

pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, pengevaluasian alternatif,

keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian, dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian bermula dari pengenal kebutuhan. Pembeli merasakan

adanya perbedaan antara aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.

2. Pencari Informasi

Tahapan proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen

bergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin

sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi

secara aktif.
32

3. Pengevaluasian Alternatif

Pengevaluasi alternatif yakni cara konsumen memproses informasi

yang menghasilkan berbagai pilihan mereka. Sayangnya konsumen

tidak melakukan beberapa proses evaluasi dan tahapan proses

keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk

mengevaluasi berbagai merek alternatif di dalam serangkaian pilihan.

4. Keputusan Pembelian

Tahapan proses keputusan pembelian dimana konsumen secara aktual

melakukan pembelian produk. Di tahap pengevaluasian, konsumen

menyusun peringkat merek dan membantu kecenderungan (niat)

pembelian. Secara umum keputusan pembelian konsumen akan

membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul

di antar kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian. Faktor

pertama adalah sikap orang lain dan sedangkan faktor kedua adalah

faktor situasi yang tak terduga. Konsumen mungkin membentuk

kecenderungan pembelian berdasarkan pada pendapatan yang

diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun,

keadan tak terduga dapat mengubah kecenderungan pembelian.

5. Perilaku Setelah Pembelian

Tahapan proses keputusan pembelian konsumen melakukan tindakan

lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan pada kepuasan atau

ketidakpuasan mereka. Pekerjaan pemasaran tidak berhenti pada saat

produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas


33

atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku pembelian yang penting

diperhatikan oleh pemasar.

Kriteria pilihan konsumen juga beragam dalam evaluasi. Beberapa

kriteria pilihan dianggap pilihan sebagai konsekuensi positif yang diinginkan

dan menimbulkan tanggapan pengaruh positif. Kriteria pilihan lainnya,

seperti harga, dapat dipandang dari sudut negatif sebagai konsekuensi yang

kurang menyenangkan atau sebagai resiko yang dicoba untuk dihindari

(Nugroho Setiadi, 2013: 384).

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen

Proses keputusan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi

produk atau jasa akan dipengaruhi oleh kegiatan oleh pemasar dan lembaga

lainnya serta penilain dan persepsi konsumen itu sendiri. Proses keputusan

konsumen akan tediri dari pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi

altenatif, pembelian, kepuasan konsumen. Pemahaman tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi keputusan konsumen akan memberikan pengetahuan

kepada pemasar bagaimana menyusun strategi dan komunikasi pemasaran

yang lebih baik. Persepsi konsumen akan mempunyai keputusan pembelian

dikarenakan orang mempunyai kesukaan dan kebiasaan yang berbeda-beda

sesuai dengan kondisi konsumen terutama didukung oleh kemampuan

seseorang untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Keputusan konsumen

pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu;

1. Faktor kebudayaan merupakan faktor penentu yang mendasari

keinginan dan perilaku seseorang. Faktor kebudayaan mempunyai


34

pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku

konsumen. Pemasaran harus memahami peran yang dimainkan oleh

budaya, sub-budayanya, dan kelas sosial pembeli.

2. Faktor sosial terdiri atas kelompok referensi, keluarga serta peran dan

status seseorang dalam lingkungannya. Perilaku konsumen juga akan

dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga,

peran dan status sosial dari konsumen.

3. Faktor pribadi terdiri dari umur dan tahapan dalam siklus hidup,

pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, keperibadian dan konsep diri.

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi

seperti umur dan tahap daur-hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi,

gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli yang bersangkutan.

4. Faktor psikologis terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar serta

kepercayaan diri dan sikap. Pilihan pembelian seseorang juga

dipengaruhi oleh faktor psikologi yang utama, yaitu faktor motivasi,

persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap.

D. Hubungan Brand Image dengan Keputusan Konsumen

Keputusan seorang konsumen, adalah pada tahap evaluasi, konsumen

menyusun merek-merek dalam himpunan pilihan serta membentuk nilai-nilai

pembelian. Biasanya konsumen akan memilih merek yang disukai tetapi ada

pula faktor yang mempengaruhi seperti sikap orang lain dan faktor-faktor

keadaan tidak terduga. keputusan pembelian konsumen seringkali ada lebih

dari dua pihak dari proses pertukaran atau pembelian, orang yang mempunyai
35

persepsi baik terhadap suatu barang akan juga mempunyai pengaruh terhadap

keputusan pembelian terhadap barang tersebut. Brand image adalah

merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen karena alasan subjektif

dan emosi pribadinya. Ditambahkan citra merek adalah persepsi tentang

merek yang digambarkan oleh asosiasi merek yang ada dalam ingatan

konsumen. Citra merek yang baik terhadap suatu barang akan meningkatkan

persepsi yang baik pula terhadap seseorang.

Pentingnya pengembangan citra merek dalam proses keputusan

pembelian. Brand Image yang dikelola dengan baik akan menghasilkan

konsekuensi yang pasif, meliputi :

1. Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen

dalam mengambil keputusan pembelian.

2. Memperkaya orientasi konsumsi terhadap hal-hal yang bersifat simbolis

lebih dari fungsi-fungsi produk.

3. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk.

4. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi

teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing.

Citra merek merupakan variabel independen yang mempengaruhi

variabel dependen yaitu proses keputusan konsumen. Konsep citra merek

yang berkaitan dengan proses keputusan pembelian ditentukan oleh empat

unsur yaitu recognition, reputation, affinity dan domain.

Image yang diyakini oleh konsumen dari sebuah merek sangatlah

bervariasi dari persepsi masing-masing individu. Apabila image yang


36

tertanam dalam suatu produk baik, maka konsumen akan membeli produk

itu untuk dikonsumsi. Namun sebaliknya, jika image yang tertanam benak

konsumen mengenai merek tersebut negatif, maka harapan setelah pembelian

konsumen akan merasa tidak puas. Image yang positif akan menjadi kekuatan

bagi brand yang digunakan produk tersebut. Brand image suatu produk

menentukan tingkat pembelian yang dilakukan konsumen. Semakin baik

brand image suatu produk, maka semakin besar dampak pada keputusan

konsumen dalam membeli produk tersebut, sehingga dapat terjadi dampak

positif seperti pembelian ulang terus-menerus dan menimbulkan kepercayaan

pada produk tersebut.

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah

penulis baca, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bayu Triyanto (2014) dengan judul Analisis Pengaruh Produk,

Promosi, Harga, Dan Tempat Terhadap Keputusan Pembelian (Studi

Pada Seyegan Sport Sleman Yogyakarta). Penelitian ini bertujuan untuk

mengtahui Analisis Pengaruh Produk, Promosi, Harga, dan Tempat

Terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Seyegan Sport Sleman

Yogyakarta). Hasil penelitian menunjukkan Uji keberatian koefisien

tersebut dilakukan dengan cara mengonsultasi harga Fhitung 13,290 >

Ftabel (2,58) pada taraf signifikansi 5% dan Ry (x1.x2.x3) = 0,736 > R (0.05)(18)

= 0,243, berarti koefisien tersebut signifikan. Dengan demikian


37

hipotesis yang berbunyi analisis produk, promosi, harga, dan tempat

berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan pengaruh sumbangan

produk, promosi, harga dan tempat terhadap keputusan pembelian

sebesar 54,2 %, dengan demikian beberapa variabel tersebut menjadi

faktor-faktor yang menentukan keputusan konsumen.

2. Nurul Huda (2012) dengan judul Pengaruh Brand Image Terhadap

Keputusan Pembelian Motor Scuter Matic Yamaha di Makasar. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel brand image (corporate image,

user image dan product image) secara simultan berpengaruh terhadap

keputusan pembelian motor scuter matic Yamaha. Dari variabel brand

image (corporate image, user image dan product image), ternyata

variabel product image yang lebih dominan berpengaruh terhadap

keputusan pembelian motor scuter matic Yamaha. Metode analisis yang

digunakan adalah metode regresi. Kemudian menggunakan uji F untuk

mengetahui variabel brand image (corporate image, user image dan

product image) secara simultan berpengaruh terhadap keputusan

pembelian motor scuter matic Yamaha dan uji t untuk mengetahui

variabel brand image corporate image, user image dan product image)

yang lebih dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian motor

scuter matic Yamaha.

3. Alvian B (2012) dengan judul Pengaruh Citra Merek (Brand Image)

Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Mobil Toyota Kijang

Innova pada PT. Hadji Kalla cabang Polman. Dari hasil penelitian
38

menunjukkan bahwa variabel citra merek (brand image) yang terdiri

dari keunggulan asosiasi merek, kekuatan asosiasi merek, dan keunikan

asosiasi merek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pengambilan keputusan pembelian mobil Toyota Kijang Innova pada

PT. Hadji Kalla cabang Polman. Diperoleh persamaan Y = 0,264X1 +

0,353X2 + 0,276X3, yang memiliki arti bahwa variabel citra merek

(brand image) yang terdiri dari keunggulan asosiasi merek, kekuatan

asosiasi merek, dan keunikan asosiasi merek berpengaruh positif

terhadap keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan uji t, hasil yang

diperoleh bahwa semua variabel citra merek (brand image)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Dari

penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,565. Hal ini

menunjukkan bahwa sebesar 56,5% Keputusan Pembelian konsumen

terhadap pembelian mobil Toyota Kijang Innova dipengaruhi oleh

variasi dari ketiga variabel independen, yaitu keunggulan asosiasi

merek, kekuatan asosiasi merek, keunikan asosiasi merek, Sedangkan

sisanya sebesar 43,5% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang

tidak diteliti.

4. Edy Gufran Darwis dengan judul Pengaruh Brand Image dan Harga

Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota Avanza Pada PT. Hadji

Kalla Cabang Alauddin Makassar. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel brand image dan harga secara simultan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian mobil Toyota


39

Avanza pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin. Secara parsial variable

brand imgae berpengaruh terhadap keputusan pembelian dengan t hitung

> ttabel yaitu 4.967 > 1.977. Sedangkan variabel harga berpengaruh

positif terhadap keputusan pembelian dengan thitung < ttabel yaitu 4.362 <

1.977.

Anda mungkin juga menyukai