Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Upaya Guru

a. Pengertian Upaya Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang disusun

oleh Indrawan WS upaya adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu

maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, daya upaya).9

Menurut Tim Penyusunan Departemen Pendidikan Nasional upaya

adalah usaha, akal atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,

memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya.

Poerwadarminta mengatakan bahwa upaya adalah usaha untuk

menyampaikan maksud, akal dan ikhtisar. Peter Salim dan Yeni Salim

mengatakan upaya adalah bagian yang dimainkan oleh guru atau bagian

dari tugas utama yang harus dilaksanakan.10 Berdasarkan pengertian di

atas dapat diperjelas bahwa upaya adalah bagian dari peranan yang harus

dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam

proposal ini di tekankan pada bagaimana usaha guru dalam mencapai

tujuannya pada saat proses pembelajaran.

Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, melatih dan

9
Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 2010). h.
568
10
Peter Salim & Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Modern English
Press, 2005). h. 1187.

9
10

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pada

umumnya guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada

anak didiknya di depan kelas. Di samping itu guru merupakan orang

yang telah memberikan bimbingan pengajaran yaitu yang berkenaan

dengan pengetahuan yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor.

Guru sebagai pendidik dalam konteks pendidikan Islam disebut

dengan murabbi, mu’alim dan muaddib. Kata murabi berasal dari kata

rabba-yurabbi. Kata mualim isim fail dari allama-yuallimu sebagaimana

ditemukan dalam Alquran dalam surah Al-Baqarah ayat 31, yang

berbunyi,

      


     
  
Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!" (Q.S. Al-Baqarah; 31).11

Menurut Syarifuddin Nurdin dan Usman, sebagaimana yang

dikutip oleh Akmal Hawi, guru adalah seseorang yang bukan hanya

sekedar memberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, akan tetapi

ia seorang tenaga professional yang dapat menjadikan murid-muridnya

mampu merencanakan, menganalisa, dan menyimpulkan masalah yang

dihadapi.12

11
Q.S. Al-Baqarah; 2:31
12
Akmal Hawi, Strategi Pengembangan Mutu Madrasah, (Palembang: IAIN Raden
Fatah Press, 2007). h. 159.
11

Dengan demikian guru itu juga diartikan di gugu dan ditiru, guru

adalah orang yang dapat memberikan respon positif bagi peserta didik

dalam proses belajar mengajar, untuk sekarang ini sangatlah diperlukan

guru yang mempunyai basic yaitu (kompetensi) sehingga proses belajar

mengajar yang berlangsung berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.

Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan

pendidikan baik di lingkungan formal maupun non formal dituntut untuk

mendidik dan mengajar. Karena keduanya mempunyai peranan yang

penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan ideal

pendidikan.

Dari paparan diatas dapat tarik simpulan bahwa upaya guru

adalah usaha yang dilakukan guru sebagai pendidik profesional dalam

mendidik, membimbing, mengarahkan, serta mengevaluasi peserta didik

dengan mengembangkan segala potensi yang ada pada diri peserta didik,

baik dari segi kognitif (kecerdasan), afektif (sikap), dan psikomotorik

(keterampilan) mulai pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.

b. Tugas guru

Seorang guru dituntut untuk mampu memainkan peranan dan

fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya. Hal ini menghindari

adanya benturan fungsi dan perannya, sehingga seorang guru dapat

menempatkan kepentingan sebagai individu, anggota masyarakat, warga


12

negara dan pendidik sendiri. Antara tugas keguruan dan tugas lainnya

harus ditempatkan menurut proporsinya.

Kadangkala seseorang terjebak dengan sebutan pendidik,

misalnya ada sebagian orang yang mampu memberikan dan

memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada

seseorang. Sesungguhnya pendidik bukanlah bertugas itu saja, tetapi

pendidik juga bertanggungjawab atas pengelolaan (manager of learning),

pengarah (director of learning), fasilitator dan perencanaan (the planner

of future of society). Oleh karena itu tugas pendidik dan fungsi pendidik

dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu:

1) Sebagai pengajar yang bertugas merencanakan program pengajaran

dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri

pelaksanaan penilaian setelah program dilaksanakan

2) Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan anak didik pada

tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring dengan

tujuan Allah SWT menciptakannya.

3) Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan

diri sendiri, anak didik, dan masyarakat yang terkait yang

menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,

pengontrolan dan partisipasinya atas program yang dilakukan.13

2. Kemampuan Membaca

a. Pengertian Kemampuan Membaca

13
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010). h. 32-34.
13

Kemampuan berasal dari kata mampu yang bearti kuasa,

sanggup melakukan sesuatu, dapat.14 Berdasarkan kata dasar mampu,

kemampuan dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang

menunjukkan sanggup atau dapat melakukan sesuatu. Membaca

merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang

menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan

terlihat dalam suatu pendangan sekilas, agar makna kata-kata secara

individu dapat diketahui.

Menurut Farida Rahim, membaca pada hakikatnya adalah

sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar

melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, pikiran,

psikolinguistik, dan metakognitif.15 Sebagai proses visual, membaca

merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-

kata lisan. Sebagai proses berfikir, membaca mencakup aktivitas

pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan

pemahaman kreatif.

Membaca sebagai suatu proses dimaksudkan bahwa informasi

dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai

peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca sebagai sebuah

strategi dapat dipahami bahwa dengan membaca seseorang memperoleh


14
Peter Salim & Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia. h. 1290.
15
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007). h. 2
14

pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan membaca sebagai interaktif

artinya bahwa membaca merupakan sebuah interaksi secara langsung

antara pebelajar dan sumber belajar dalam suatu proses belajar.16

Ibrahim Bafadal mengemukakan bahwa membaca merupakan

proses berfikir yang didalamnya terdiri dari berbagai aksi fikir yang

bekerja secara terpadu mengarah pada satu tujuan yaitu memahami

makna paparan yang tertulis secara keseluruhan.17 Membaca merupakan

proses psikologi yang melibatakan penglihatan, gerak mata, pembicaraan

batin, ingatan pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami dan

pengalaman membacanya.

Dalam pandangan Islam, perintah membaca dalam Alquran

sudah dijelaskan pada ayat pertama yang diturunkan Allah pada Nabi

Muhammad yaitu pada surah Al-‘Alaq ayat 1-5, yang berbunyi,

        


       
       
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (Q.S. Al-‘Alaq; 1-5).18

Pada ayat pertama, kata (‫ )أرقا‬iqra’ terambil dari kata kerja (‫)أرق‬

qara’a yang pada mulanya berarti penghimpun. Apabila kita merangkai

huruf atau kata kemudian kita mengucapkan rangkaian tersebut, kita

telah menghimpunnya, yakni membacanya. Dengan demikian, realisasi

16
Ibid. h. 6
17
Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Bandung: Bumi Aksara,
2002). h. 193
18
Q.S. Al-‘Alaq ; 96 :1-5
15

perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai

objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang

lain. Karenanya, dalam kamus-kamus ditemukan aneka ragam arti dari

kata tersebut. Antara lain: menyampaikan, menelaah, membaca, meneliti,

mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan sebagainya yang kesemuanya bermuara

pada arti menghimpun.

Berbagai definisi membaca yang telah dikemukakan di atas

dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan fisik dan mental

yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol

dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri agar

pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi

sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas

dan pembelajaran sepanjang hayat.

Adapun pengertian kemampuan membaca dalam proposal ini

adalah kesanggupan dan kecakapan serta kesiapan seseorang siswa untuk

memahami gagasan-gagasan dan lambang atau bunyi bahasa yang ada

dalam sebuah teks bacaan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan si

pembaca untuk mendapatkan amanat atau informasi yang diinginkan.

b. Tujuan Membaca

Membaca merupakan salah satu tuntutan dalam kehidupan

masyarakat modern. Melalui kegiatan membaca kita dapat mengetahui

dan menguasai berbagai hal. Pada dasarnya kegiatan membaca bertujuan

untuk mencari dan memperoleh pesan atau memahami makna melalui


16

bacaan. Menurut Anderson dalam Dalman ada tujuh macam tujuan dari

kegiatan membaca, yaitu:

1) Membaca untuk memperoleh fakta dan perincian.

2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama.

3) Membaca untuk mengetahui urutan/ susunan struktur karangan.

4) Membaca untuk menyimpulkan.

5) Membaca untuk mengelompokan mengklasifikasikan.

6) Membaca untuk menila, mengevaluasi.

7) Membaca untuk meperbandingkan/ mempertentangkan.19

Tujuan membaca yang jelas secara langsung akan dapat

meningkatkan pemahaman seseorang terhadap bacaan. Dalam hal ini, ada

hubungan erat antara tujuan membaca dan kemampuan membaca

seseorang. Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang

yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami

dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam

kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca

dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu

mereka menyusun tujuan membaca siswa. Tujuan membaca mencakup :

1) Kesenangan

2) Menyempurnakan membaca nyaring

3) Menggunakan strategi tertentu

4) Memperbaharui pengetahuan tetang suatu topik

19
Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013). h. 11
17

5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah

diketahuinya

6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis

7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi

yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan

mempelajari tentang struktur teks

9) Menjawab pertanyan-pertanyaan yang spesifik.20

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca.

Menurut Lamb dan Arnold dalam Farida Rahim ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kemampuan membaca,yaitu :

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan

neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi

yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya

belajar membaca.

2) Faktor Intelegensi

Inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir

yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang

diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan

Heinz di atas, Wechster mengemukakan bahwa intelegensi ialah

20
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. h. 12
18

kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan,

berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.

3) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca

siswa. Faktor lingkungan tersebut antara lain:

a) Latar belakang dan pengalaman siswa dirumah

Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan

kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah mempengaruhi

pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Anak yang

tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang

penuh dengan cinta kasih, orangtua yang memahami anaknya

dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi,

tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.

Orangtua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku,

menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada

anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang

membaca. Orangtua yang mempunyai minat yang besar

terhadap kegiatan sekolah di mana anak mereka belajar, dapat

memacu sikap positif anak terhadap belajar, khususnya belajar

membaca.

b) Sosial Ekonomi Keluarga Siswa

Faktor sosial ekonomi, orangtua, dan lingkungan tetangga

merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah


19

siswa.Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi

kemampuan verbal siswa. Anak yang mendapat contoh bahasa

yang baik dari orang dewasa serta orangtua yang berbicara dan

mendorong anak mereka berbicara maka akan mendukung

perkembangan bahasa dan inteligensi anak. Begitu pula dengan

kemampuan membaca anak, anak yang berasal dari rumah yang

memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan

yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan

mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.21

4) Faktor Psikologis. Faktor lain yang juga mempengaruhi kemajuan

kemampuan membaca siswa adalah faktor psikologis. Faktor

psikologis tersebut antara lain sebagai berikut :

a) Motivasi

Motivasi adalah suatu yang mendorong seseorang atau

melakukan suatu kegiatan.

b) Minat

Minat adalah keinginan yang kuat disertai usaha seseorang

untuk membaca.

c) Kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri

Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosional pada

tingkat tertentu karena anak yang mudah memusatkan perhatian

pada teks yang dibacanya.

21
Ibid. h. 19
20

3. Media Gambar

a. Pengertian Media Gambar

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan informasi belajar yang dapat merangsang pikiran, perhatian

dan minat untuk belajar. Kata media berasal dari bahasa Latin medius

dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah

berarti perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah

perantara atau pembawa pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Media merupakan alat untuk menyampaikan pesan, agar siswa mudah

untuk menerima pesan dari guru. Media bermacam-macam ada berupa

media visual maupun audio.22

Menurut Sadiman dkk media gambar adalah suatu perantara

yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang

dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana.23 Sedangkan

menurut Cecep Kusnandi, dkk. Media gambar adalah media yang

berfungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut

indera penglihatan. Pesan yang disampaikan dituangkan melalui simbol-

simbol komunikasi visual. Media gambar mempunyai tujuan untuk

menarik perhatian, memperjelas materi, mengilustrasikan fakta dan

informasi.24

22
Mukhtar Latif, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2013).
h. 151
23
Arief S, Sadiman, dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya (Jakarta: Rajawali pers, 2011). h. 28-29.
24
Cecep Kusnandi, Bambang Sujtipto, Media Pembelajaran Manual dan Digital
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2013). h. 41-42.
21

Dari beberapa definisi diatas dapat kita ketahui bahwa media

gambar merupakan suatu perantara atau pengantar pesan berbasis visual

yang disajikan melalui gambar, simbol-simbol, titik dan garis, untuk

memberi gambaran secara konkret dan jelas mengenai suatu materi,

gagasan, ide atau peristiwa. Gambar yang disajikan akan memberi

pengarahan dan bayangan kepada siswa secara langsung mengenai pesan

yang ingin disampaikan oleh pengajar. Materi yang didapat oleh siswa

akan lebih faktual, berkesan dan tidak mudah dilupakan. Media gambar

sangat penting digunakan dalam usaha member pemahaman konseptual.

Melalui gambar guru dapat membantu memberi pengalaman dan

pengertian pada siswa menjadi lebih luas.

b. Macam-macam Media Gambar

Menurut para ahli, media berbasis pictotial atau gambar ada

berbagai macam. Media gambar yang banyak digunakan dalam proses

pembelajaran, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Foto

Foto merupakan potret nyata obyek atau peristiwa yang diambil

melalui kamera. Maka foto merupakan media pembelajaran yang

sangat realistik (kongret). Menurut Sadiman gambar atau foto

merupakan tangkapan visual dari suatu objek, benda atau peristiwa

yang disajikan melalui foto/gambar.25


25
Arief S, Sadiman, dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. h. 28-29.
22

2) Poster

Poster merupakan ilustrasi gambar yang dibuat dengan ukuran

besar, bertujuan menarik perhatian, isi atau kandungannya berupa

bujukan atau mempengaruhi orang, berisi motivasi, gagasan, atau

peristiwa tertentu.

3) Kartun

Kartun suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol

untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas. Kartun

juga dapat digunakan untuk mengungkapkan sikap terhadap orang,

situasi, dan kejadian-kejadian tertentu. Kartun biasanya berbentuk

lukisan, sketsa atau karikatur untuk memberikan ilustrasi secara

komunikatif kepada peserta didik.

4) Bagan

Bagan digunakan untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep

yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan saja.

5) Diagram

Suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-

simbol. Diagram menggambarkan struktur dari suatu obyek secara

garis besar.

6) Grafik

Grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik,

garis-garis, dan gambar. Simbol-simbol verbal juga sering digunakan

untuk melengkapi suatu grafik


23

7) Peta dan Denah

Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang mempresentasikan

keadaan permukaan bumi seperti daratan, sungai, gunung, dan lain

sebagainya. Peta ataupun denah berisi informasi mengenai suatu

daerah tertentu.26

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar

Setiap media pembelajaran bertujuan membantu menyampaikan

materi pembelajaran dengan baik. Setelah melakukan pemilihan media

yang tepat, guru perlu mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan

setiap media, sehingga dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat

disajikan dengan baik. Menurut Sadirman dkk, ada beberapa kelebihan

dalam penggunaan media gambar, yaitu:

1) Sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok

masalah di banding dengan media verbal semata

2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, karena tidak semua

benda, obyek atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas dan tidak

selalu peserta didik dibawa ke obyek atau peristiwa tersebut.

3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel

atau penampang daun yang tidak mungkin kita lihat dengan mata

telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau

foto.

4) Gambar dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan

untuk usia berapa saja.


26
Ibid. h. 29-40
24

5) Tidak memerlukan peralatan khusus untuk menyampaikannya.

6) Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.

7) Gambar yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran

8) Ukurannya terbatas untuk kelompok besar.27

Selain itu menggunakan belajar media gambar dapat juga

memudahkan dalam menyampaikan materi kepada anak, memudahkan

anak dalam memehami materi yang disampaikan, dapat menarik

perhatian dan minat anak dan media gambar dapat digunakan secara

berulang-ulang.

4. Gaya Belajar Siswa

Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar

manusia dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:28

a. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat,

mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini

terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini,

mata adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau

stimulus (rangsangan) belajar. Orang dengan gaya belajar visual senang

mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati gambar-gambar,

meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya. Hal ini sangat

27
Ibid. h. 45.
Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar
28

Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa Learning, 2013). h. 113


25

berpengaruh terhadap pemilihan metode dan media belajar yang dominan

mengaktifkan indera penglihatan (mata).29

Seorang anak yang mempunyai gaya belajar visual akan lebih

mudah mengingat dengan cara melihat, misalnya membaca buku, melihat

demonstrasi yang dilakukan guru, melihat contoh-contoh yang tersebar di

alam atau fenomena alam dengan cara observasi, bisa juga dengan

melihat pembelajaran yang disajikan melalui TV atau video kaset.

b. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara

mendengar. Orang dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam

menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar.

Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau

rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga). Orang

dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya

untuk mendengar.30 Pada umumnya, seorang anak yang memiliki gaya

belajar auditori ini senang mendengarkan ceramah, diskusi, berita di

radio, dan juga kaset pembelajaran. Mereka senang belajar dengan cara

mendengarkan dan berinteraksi dengan orang lain.

c. Gaya Belajar Kinestetik

29
Sukadi, Progressive Learning, (Bandung: Niaga Qolbun Salim, 2018). h. 96.
30
Ibid. h. 98
26

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara

bergerak, bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan

mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Orang dengan

gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak,

meraba, atau mengambil tindakan. Misalnya, ia baru memahami makna

halus apabila indera perasanya telah merasakan benda yang halus.

Individu yang bertipe ini, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-

tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara

atau penglihatan. Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan

dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung.31

B. Penelitian Yang Relevan

Guna memperkuat analisis skripsi ini, calon peneliti mencoba menelaah

beberapa penelitian skripsi yang mendukung dengan judul skripsi ini antara lain:

1. Penelitian Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014.

Dengan judul penelitian upaya meningkatkan kemampuan membaca anak

dengan menggunakan media gambar di RA Muslimat NU Bondowoso

Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang. Hasil penelitiannya

menyimpulakan bahwa media gambar merupakan suatu sarana

pengajaran yang berbentuk gambar yang mengandung makna, situasi,

keadaan, peristiwa, dan benda. Media gambar sangat penting digunakan

dalam usaha memperjelas pengertian pada siswa sehingga dengan

menggunakan media gambar siswa lebih memperhatian terhadap tanda

31
Ibid. h. 100
27

benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya yang berkaitan dengan

materi pengajaran. Dengan gambar, pengertian dan pengalaman siswa

menjadi lebih luas, menjadi jelas dan tidak mudah dilupakan serta lebih

konkrit dalam ingatan siswa. Oleh karena itu pengalaman langsung dan

pengalaman konkrit yang kemudian menuju kemampuan abstrak

merupakan cara belajar yang efektif dan efisien.

2. Skripsi Siti Nasriyah, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun

2014. Dengan judul penelitian media cerita bergambar untuk

meningkatkan kemampuan membaca pada anak usia dini kelompok B

Raudhatul Athfal Masyithah Madugondo Kajoran Kabupaten Magelang

Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu

yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang

fikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses intraksi

komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat

guna dan berdaya guna. Sementara cerita bergambar adalah berupa

buku-buku bergambar. Buku-buku ini memiliki kata-kata sederhana yang

memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa, daya khayal,

keindahan dan kreativitas siswa.

3. Penelitian Umu Salamah, Mahasiswa UIN Sumatera Utara Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2017.

Dengan judul penelitian upaya meningkatkan kemampuan membaca dini

melalui media gambar diam pada kelompok B RA. AL-Mukhlisin Tahun


28

Ajaran 2016-2017. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa, ada

peningkatan kemampuan membaca anak menggunakan media gambar

diam. Kemampuan membaca anak yang tuntas maupun tidak tuntas

dapat dilihat dari hasil observasi awal pada Siklus I pertemuan I

sebanyak 9 orang anak yang belum tuntas dan 3 orang anak yang tuntas,

pertemuan I sebanyak 7 orang anak yang belum tuntas dan 5 orang anak

yang tuntas, pertemuan III sebanyak 3 orang anak yang belum tuntas dan

9 orang anak yang tuntas. Pelaksanaan Siklus II pada pertemuan I, II, III

hanya 1 orang anak yang belum tuntas dan 11 orang anak lainnya tuntas

dengan hasil yang memuaskan. Dengan demikian, peningkatan secara

keseluruhan kemampuan membaca anak mengalami peningkatan sebesar

16,7%. Peningkatan kemampuan membaca anak tersebut secara bertahap

dari kategori kriteria penilaian cukup dan akhirnya menjadi baik/sangat

baik.

C. Kerangka Berpikir

Membaca adalah hal yang penting dimana dengan membaca kita

mendapatkan suatu informasi atau pengetahuan untuk menambah wawasan,

terutama dengan siswa dimana membaca adalah suatu yang penting untuk

menambah kosakata agar meningkatkan perkembangan bahasa seorang peserta

didik. Dengan membaca, peserta didik tidak hanya mengembangkan kemampuan

bahasa tetapi dapat meningkatkan kognitifnya dengan memahami isi bacaan

tersebut. Membaca juga tidak hanya dengan membaca suatu kata-kata yang

menjadi sebuah kalimat, tetapi membaca juga dapat dengan suatu gambar.
29

Dengan media gambar siswa dapat menerima pesan dari apa yang telah

ia baca dan pahami isi bacaan tersebut, serta media gambar memusatkan siswa

pada pembelajaran yang guru diberikan hingga siswa mudah memahami isi

gambar dan menambah pembendaharaan kata pada siswa. Media gambar juga

memudahkan siswa dalam membaca, siswa hanya melihat gambar lalu guru

menanyakan dan menyuruh siswa untuk menceritakan, saat itu siswa sudah

mampu untuk membaca serta menambah kemampuan berbahasanya.

Berikut ini, skema kerangka berpikir dari peneliti dapat digambarkan

dalam bagan alur mengenai laur pikir dalam penelitian sebagai berikut:

Kemampuan Membaca siswa

Kondisi
Awal

Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol

Tes Awal
(Pretest)

Menggunakan Media Gambar Tidak Menggunakan Media

Tes Akhir
(Posttest)
30

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban

sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis merupakan salah satu unsur

teori yang didapat melalui analisis perbandingan. Yang perlu ditekankan di sini

ialah bahwa status hipotesis kerja ialah sesuatu yang disarankan, bahkan sesuatu

yang diuji di antara hubungan kategori dan kawasannya. Perlu pula dikemukakan

bahwa hipotesis kerja senantiasa diverifikasi sepanjang penelitian itu berlangsung.

Menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang

terkumpul.32 Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka berpikir di atas maka

dapat diajukan hipotesis yaitu:

1. Tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar

Negeri 104321 Paya Pasir yang menggunakan metode gambar dengan

metode konvensional

2. Terdapat perbedaan kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar Negeri

104321 Paya Pasir yang menggunakan metode gambar dengan metode

konvensional

32
Suharsimi Arikunto, Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010). Edisi Revisi. h. 67.

Anda mungkin juga menyukai