Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Budaya Sekolah
Budaya disebut juga dengan kebiasaan, kebiasaan (habbits) yang
berarti buah prilaku seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang,
terus-menerus dan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga budaya
akan mendarah daging dan menjadi kodrat bagi manusia. Kebiasaan
dapat dilakukan dengan mudah tanpa berfikir, mengingat-ngingat dan
merencanakan terlebih dahulu sebelumnya. Kebiasaan dapat melekat
dan menyatu menjadi ciri dari prilaku setiap manusia.
Budaya merupakan suatu aturan dan kebiasaan yang diturunkan
secara turun-temurun. Aturan dan kebiasaan tersebut menjadi ciri khas
untuk suatu daerah. Budaya dibuat untuk mengatur dan membiasakan
seseorang atau sekelompok masyarakat untuk memiliki kepribadian
yang budi luhur.
Budaya tidak hanya dapat diciptakan dalam lingkungan masyarakat
untuk bersosialisasi, akan tetapi budaya dapat juga diciptakan dalam
lingkungan sekolah untuk bersosialisasi. Budaya sekolah diciptakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan sekolah sesuai dengan visi
dan misi sekolah.
Budaya sekolah secara umum mencakup aktivitas dan seluruh
kegiatan disekolah, serta seluruh interaksi sosial antar komponen yang
terdapat di sekolah. Budaya sekolah merupakan suatu kegiatan yang
sudah menjadi tradisi yang tidak wajib namun harus dilaksanakan.
Budaya menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang dengan
demikian sebelum peserta didik mengenal lingkungan sekolah ia sudah
mengenal lingkungan sekitar.
Budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar serta nilai-nilai
keyakinan dan kebiasaan yang dipegang oleh seluruh warga sekolah.
Budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar pengembangan

10
11

kelompok dalam mengatasi masalah-masalah dalam waktu lama yang


menghasilkan keseluruhan system berfikir, nilai, norma sosial yang
dianggap valid dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya sekolah merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan,
asumsi, pemahaman, dan harapan-harapan yang diyakini oleh seluruh
warga sekolah serta yang menjadi pedoman dalam berprilaku di
sekolah. Budaya sekolah adalah situasi dan corak kehidupan sekolah
yang dibentuk melalui penyusunan dan pengorganisasian komponen-
komponen kepranataan pendirikan, yang dilakukan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Wujud nyata dari suatu budaya sekolah adalah
suasana atau iklim sekolah yang dirasakan apabila kita masuk ke dalam
lokasi suatu kampus. Apakah kita merasakan suatu suasana tertib,
bersih, teratur, disiplin, dan sebagainya.1
Budaya menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang
dengan demikian sebelum peserta didik mengenal lingkungan sekolah
maka peserta didik sudah mengenal lingkungan sekitar. Melalui budaya
selain peserta didik mengenal maka peserta didik dapat membiasakan
budaya tersebut.
Budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui
kegiatan pengembangan diri, yaitu: (a) kegiatan rutin, dilakukan peserta
didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat, (b) kegiatan
spontan, dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, (c)
keteladanan, merupakan perilaku sikap guru, tenaga kependidikan dan
peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan
yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain,
(d) pengkondisian, penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan
pendidikan karakter.2
Terbentuknya budaya sekolah berawal dari jaringan yang terdiri
dari nilai, norma dan aturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Namun
dengan semakin berkembangnya pendidikan maka budaya tersebut akan
tertanam pada masing-masing individu.3

1
Sudardja Adiwikarta, sosiologi pendidikan (Analisis Sosiologi Tentang Praksis
Pendidikan), hlm 131.
2
Pipit uliana dan Rr. Nanik Setyowati, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui
Kultur Sekolah pada siswa”, Vol.1 No 1 tahun 2013, hlm.171
3
Daryanto, Implementasi Pendidikan Karakter di sekolah. Gava Media, (Yogyakarta.
2013)
12

2. Pengertian 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun)


Budaya 5S merupakan implementasi dari budaya sekolah. Budaya
tersebut akan membentuk kepribadian atau akhlak siswa menjadi
pribadi yang baik dan akan menjadi suatu keterbiasaan seorang siswa.
Budaya sekolah merupakan konteks dibelakang layar sekolah yang
menunjukkan keyakinan nilai, norma dan kebiasaan yang telah
dibangun hal kerja sama di sekolah.
Salah satu budaya sekolah yang ada dalam lingkungan sekolah
dasar adalah budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun). Budaya
tersebut untuk membina sikap siswa dilingkungan sekolah dalam
membudayakan kebiasaan yang baik dan positif. Adapun pemahaman
mengenai 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) adalah sebagai
berikut :
a. Senyum
Kebanyakan orang tersenyum untuk menampilkan kebahagiaan
dan rasa senang. Senyum datang dari rasa kebahagiaan atau
kesengajaan karena adanya sesuatu yang membuat dia tersenyum,
seseorang sendiri kalau senyum umumnya bertambah baik raut
wajahnya atau menjadi lebih cantik atau tampan. Senyum adalah
pancaran wajah dan Bahasa tubuh yang dapat mengungkapkan rasa
senang, ramah, gembira, menghargai orang lain dan suka hati.
Senyum juga termasuk pengungkapan perasaan yang ada pada
diri sendiri. Senyum dapat membuat seseorang memiliki ketenangan
jiwa, merasa bahagia, memiliki rasa semangat dan dapat
membagikan rasa bahagia kepada orang lain. Seseorang yang mudah
untuk tersenyum akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik
dan dapat membiasakan diri kearah positif.
Senyum adalah ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya
atau timbulnya suatu gerakan dibibir atau kedua ujungnya, atau pula
disekitar mata. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) senyum merupakan ekspresi gerak tawa yang tidak bersuara
13

untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan sebagainya


dengan mengembangkan bibir sedikit.4
Salah satu pancaran wajah yang paling positif adalah
tersenyum. Tersenyum dapat membuat kita diterima dengan mudah
dibanyak kalangan masyarakat, dengan senyum kita akan selalu
dapat berarti bersikap baik, menghormati, rasa tulus, dan bernuansa
positif dengan semuanya.
Jika bertemu dengan orang lai berilah senyuman, karena
terdapat keutamaan dari sebuah senyuman. Seperti halnya yang
sudah disabdakan oleh nabi Muhammad Saw

‫َح َّدثَنَا َعبَّاسُ ب ُْن َع ْب ِد ْال َع ِظ ِيم ْال َع ْنبَ ِريُّ َح َّدثَنَا النَّضْ ُر ب ُْن ُم َح َّم ٍد ْال ُج َر ِش ُّي‬
‫ ٍد‬W َ‫ك ب ِْن َمرْ ث‬ ِ W ِ‫ ٍل ع َْن َمال‬W ‫ار َح َّدثَنَا َأبُو ُز َم ْي‬ ٍ ‫ْاليَ َما ِم ُّي َح َّدثَنَا ِع ْك ِر َمةُ ب ُْن َع َّم‬
‫ك‬ َ ‫ ُم‬W‫لَّ َم تَبَ ُّس‬W‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ع َْن َأبِي ِه ع َْن َأبِي َذ ٍّر قَا َل ق‬
ٌ‫ص َدقَة‬ َ ‫ك ع َْن ْال ُم ْن َك ِر‬ َ ُ‫ُوف َونَ ْهي‬ِ ‫ص َدقَةٌ َوَأ ْم ُر بِ ْال َم ْعر‬ َ َ‫ك لَك‬ َ ‫فِي َوجْ ِه َأ ِخي‬
‫ ِل‬W‫ك لِل َّر ُج‬ َ ‫ ُر‬W ‫ص‬ َ َ‫ َدقَةٌ َوب‬W ‫ص‬ َ ‫ك‬ َ W َ‫اَل ِل ل‬W ‫الض‬َّ ‫ض‬ ِ ْ‫ل فِي َأر‬W َ W‫ك ال َّر ُج‬ َ ‫ا ُد‬W ‫َوِإرْ َش‬
‫ظ َم ع َْن‬ ْ ‫وْ َكةَ َو ْال َع‬W‫الش‬َّ ‫ َر َو‬W‫ك ْال َح َج‬ َ Wُ‫ َدقَةٌ َوِإ َماطَت‬W‫ص‬ َ َ‫ك‬Wَ‫ ِر ل‬W‫ص‬ َ َ‫ َّر ِدي ِء ْالب‬W‫ال‬
‫ا َل‬WWَ‫ َدقَةٌ ق‬W ‫ص‬ َ ‫ك‬ َ W َ‫ك ل‬ َ ‫ك فِي د َْل ِو َأ ِخي‬ َ ‫ك ِم ْن د َْل ِو‬ َ ‫ص َدقَةٌ َوِإ ْف َرا ُغ‬
َ ‫ك‬ َ َ‫يق ل‬ ِ ‫الطَّ ِر‬
‫ا َل‬WWَ‫ َرةَ ق‬W‫َوفِي ْالبَاب ع َْن ا ْب ِن َم ْسعُو ٍد َو َجابِ ٍر َو ُح َذ ْيفَةَ َوعَاِئ َشةَ َوَأبِي هُ َر ْي‬
‫ ِد‬W ‫ك ب ُْن ْال َولِي‬ ُ ‫َريبٌ َوَأبُو ُز َمي ٍْل ا ْس ُمهُ ِس َما‬ ِ ‫يث َح َس ٌن غ‬ ٌ ‫َأبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬
‫ْال َحنَفِ ُّي‬

Telah menceritakan kepada kami Abbas bin Abdul Azhim Al Anbari,


telah menceritakan kepada kami An Nadlr bin Muhammad Al
Jurasyi Al Yamami, telah menceritakan kepada kami Ikrimah bin
Ammar, telah menceritakan kepada kami Abu Zuamail dari Malik
bin Martsad dari bapaknya dari Abu Dzarr ia berkata, Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda, "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah,
engkau berbuat ma'ruf dan melarang dari kemungkaran juga
sedekah, engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat
juga sedekah, engkau menuntun orang yang berpenglihatan kabur
juga sedekah, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan
merupakan sedekah, dan engkau menuangkan air dari embermu ke
ember saudaramu juga sedekah." Hadits semakna diriwayatkan dari
Ibnu Mas'ud, Jabir, Hudzaifah, 'Aisyah dan Abu Hurairah. Berkata
Abu 'Isa: Ini merupakan hadits hasan gharib dan Abu Zumail
bernama Simak bin Walid Al Hanafi. (H.R. Tarmidzi Nomor 1879).

4
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2012, hlm. 1576
14

Senyuman merupakan sedekah gratis yang bisa kita lakukan


dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun dengan takaran yang
tidak berlebihan. Karena, jika berlebihan akan memberikan
pengertian yang akan berbeda.
Berdasarkan dari pemaparan tentang senyum dapat
disimpulkan bahwa senyum adalah ekspresi wajah dan pancaran
wajah yang terjadi akibat bergeraknya suatu bibir yang dapat
mengungkapkan rasa senang dan suka hati. Senyum juga merupakan
ibadah dan dapat membangun rasa saling menyayangi dan
menghormati dengan individu yang lain.
b. Sapa
Sapa adalah ungkapan mengajak seseorang untuk berinteraksi
saling berbincang-bincang yang harus dilakukan dengan sopan
santun sehingga dapat memudahkan kita untuk bergaul akrab dan
berinteraksi.
Sapa atau bisa disebut menyapa merupakan salah satu bentuk
perilaku kita untuk menghargai orang lain. menyapa identik dengan
menegur lebih jauh dari itu menyapa bisa berarti mengajak seseorang
untuk saling berbicara. Tegur sapa bisa memudahkan siapa saja
untuk bergaul akrab, saling kontak, dan berinteraksi.5
Sapa adalah ungkapan untuk memberi perhatian atau mengajak
bercakap-cakap. Menyapa dengan siapapun harus dilakukan dengan
sopan santun yang dimaksud adalah santun dalam berbahasa.
Menyapa bisa dilakukan saat bertemu dengan teman, guru, tetangga,
keluarga dan siapapun yang dikenal.
Dalam kamus besar Bahasa indonesia menjelaskan, sapa berarti
perkataan untuk menegur. Menegur dalam hal ini bukan berarti
menegur karena seseorang telah bersalah melainkan menegur karena
kita bertemu atau berpapasan dengan seseorang, misalnya; menegur
dengan memanggil namanya.6
Sedangkan menurut departemen pendidikan nasional
menjelaskan bahwa sapa berarti perkataan untuk menegur karena

5
Putri Ferryka, program 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) dalam
mengembangkan karakter siswa, (jurnal, Universitas Widya Dhama Klaten), hlm. 11
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012. Hlm.1364
15

salah, melainkan menegur karena kita bertemu dengan seseorang,


misalnya saja dengan memanggil namanya atau menggunakan
sapaan-sapaan yang sudah sering kita gunakan seperti “hey atau
Assalammualaikum”. Bila seseorang menyapa orang lain maka
suasana akan menjadi hangat dan bersahabat.7
ࣖ َ‫اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَ اَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬
١٠

“sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu


damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan
bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat Allah”
(QS. Al-Hujarat ayat 10).

Dari ayat diatas bagaimana mengajarkan berprilaku kepada


orang-orang mukmin agar membangun suasana damai diantara orang
mukmin yang bersaudara suka bertegur sapa dengan siapa saja
misalnya, dalam lingkungan sekolah, masyarakat, dan keluarga.
Karna itulah pembiasaan dan contoh tauladan yang selalu diterapkan
di setiap harinya akan menumbuhkan sikap dan perilaku yang
berkarakter siswa yang islami.
c. Salam
Salam sama halnya dengan sapa yaitu kegiatan menegur,
menyapa atau awal dari komunikasi, akan tetapi salam lebih
menegaskan dalam memberikan kehormatan kepada seseorang.
Berbeda dengan sapa, salam biasa diawali dengan kalimat “selamat
Pagi, selamat datang, Assalamualaikum, dan sebagainya. Salam juga
tidak selalu berawal dari ungkapan tetapi bisa juga melalui berjabat
tangan.
Dalam kamus besar Bahasa indonesia salam yakni berasal dari
salam/sa-lam/ yaitu berarti damai dan juga sebagai pernyataan rasa
hormat, jika seseorang memberi salam terhadap orang lain yang
dijumpainya berarti orang tersebut itu bersikap hormat kepada orang
yang diberi salam. Salam memiliki pengucapan yang berbeda-beda,
7
Reza Pahlevi, Peranan Budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan, santun) dalam
meningkatkan kepatuhan peserta didik terhadap tata tertib, Edukasi (November 2018), hlm.
17-19.
16

dari satu daerah dengan daerah yang lain ataupun dari satu
komunitas dengan komunitas yang lain.8
Dalam islam juga diajarkan kalimat salam berupa
“Assalamualaikum warahmatullah Wabarakatuh, artinya adalah dan
keatasmu salam, rahmat Allah dan berkat-Nya atas kamu. Orang
yang membalasnya akan menjawab Wa’alaikumussalam
Warahmatullahi Wabarakatuh, artinya adalah dan keatasmu salam,
rahmat Allah dan berkat-Nya.” Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam surah An-Nisa’ ayat 86,

ِّ‫ل‬WW‫انَ ع َٰلى ُك‬WW‫نَ ِم ْنهَٓا اَوْ ُر ُّدوْ هَا ۗ اِ َّن هّٰللا َ َك‬W‫َواِ َذا ُحيِّ ْيتُ ْم بِت َِحيَّ ٍة فَ َحيُّوْ ا بِاَحْ َس‬
٨٦ ‫َش ْي ٍء َح ِس ْيبًا‬

Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan (salam),


balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau
balaslah dengan yang sepadan. Sesungguhnya Allah Maha
Memperhitungkan segala sesuatu. (Q.S. An-Nisa; 86)

Sopan santun merupakan hal yang berbeda. Sopan adalah


sesuatu kegiatan yang tidak dapat dibuktikan namun dapat dirasakan,
sedangkan santun merupakan kegiatan yang dapat dibuktikan dan
dirasakan.
Sopan adalah sikap hormat dan beradab dalam perilaku, santun
dalam tutur kata, budi Bahasa dan kelakuan yang baik sesuai dengan
adat istiadat dan budaya setempat, harus kia lakukan. Sebagai
manusia indonesia kita masih menjunjung tinggi norma agama,
budaya setempat dan kesopanan dalam perilaku.
Sopan santun merupakan norma etika yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat, yaitu menghargai orang lain serta hokum
yang berlaku disekitarnya, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Sopan santun dimulai dari membiasakan diri untuk berperilaku hal
yang positif seperti senyum, sapa dan salam.

8
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012. 1091
17

Menurut departemen pendidikan nasional sopan memiliki arti


hormat, takzim dan tertib menurut adat. Seseorang yang sopan akan
bersikap mengikuti adat, tidak pernah melanggar adat.9 Sedangkan
santun, memiliki pengertian halus dan baik (tingkah lakunya) sabar
dan tentang juga penuh rasa belas kasihan (suka Menolong).
Seseorang yang bersikap santun akan mementingkan kepentingan
orang lain dari pada mementingkan diri sendiri.
Perilaku sopan mencerminkan perilaku diri sendiri, karena
sopan memiliki arti hormat, takzim dan tertib menurut adat. Maka
dari itu wajib kita lakukan setiap bertemu orang lain sebagai wujud
kita dalam menghargai orang lain. Orang yang tidak sopan biasanya
dijauhi orang lain. Kita sesama manusia mempunyai keinginan untuk
dihargai, itulah alasan mengapa kita harus senantiasa sopan terhadap
orang lain.
Santun diartikan sebagai sikap berbicara dengan sabar dan
tenang, baik budi bahasanya dalam bertutur dengan penuh rasa
toleransi dan suka menolong merupakan sikap yang santun. Santun
dalam berbahasa yang baik dan benar seharusnya diterapkan
dinegara tercinta indonesia. Salah satu contoh adalah “kata aku
diganti saya” bila berbicara dengan orang yang dituakan, kata “saya”
dalam Bahasa indonesia memiliki makna yang lebih santun bila
diucapkan terhadap orang yang dihormati dibandingkan “aku”. Kata
“aku” biasanya dipakai berbicara dalam pergaulan yang setara,
atarteman atau kepada orang yang lebih muda, namun kata saya akan
tetap lebih baik bila digunakan kepada siapa saja.
Berdasarkan dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
santun adalah sifat yang halus dan baik hati sehingga mampu
berbicara dengan sabar dan tenang serta baik budi bahasanya dalam
bertutur maupun baik dalam tata perilakunya ke semua orang.
Perwujudan dari sikap sopan santun ini adalah perilaku yang

9
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012. Hlm. 1876
18

menghormati orang lain. Dalam budaya jawa sikap sopan salah


satunya ditandai dengan perilaku menghormati kepada orang yang
lebih tua, menggunakan Bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat
yang sombong. Karena Allah SWT berfirman:

‫وْ َم‬WWَ‫وا هّٰللا َ َو ْالي‬WW‫انَ يَرْ ُج‬WW‫نَةٌ لِّ َم ْن َك‬W‫ َوةٌ َح َس‬W‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس‬
٢١ ‫ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬
“sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (QS.Al-Ahzab: 21).

3. Tujuan Budaya 5S (Senyum, sapa, salam, sopan, santun)


Tujuan dibangunnya budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan,
Santun) diantaranya yaitu, dapat saling peduli sesama warga sekolah,
saling menciptakan komunikasi dan tidak ada perilaku yang buruk di
lingkungan sekolah.
Tujuan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) dalam perspektif
budaya dapat menjadikan komunitas masyarakat yang memiliki rasa
kedamaian, santun, saling tenggang rasa, toleran dan rasa hormat.
Sedangkan jika dilihat dari unsur santun dan toleran antar siswa dapat
saling menghormati antara yang muda dengan yang lebih tua,
menghormati perbedaan agama, bahkan saling menghormati antar
agama yang berbeda.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) yaitu salah satu
cara untuk menanamkan pendidikan karakter kepada siswa. Apabila
siswa menerapkan budaya 5S dalam kehidupan sehari-hari maka hal itu
dapat menjadikan siswa berkepribadian baik, selain itu siswa dapat
belajar bagaimana cara menghormati satu sama lain dan memiliki belas
kasih. Kepribadian siswa akan terbentuk menjadi baik ketika dibiasakan
untuk melakukan hal baik.

4. Pengertian Pendidikan Akhlak


19

Pendidikan merupakan suatu proses bimbingan, tuntunan atau


pimpinan yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik,
anak didik dan sebagainya. Pendidikan merupakan proses pembentukan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
membimbing kearah yang lebih baik melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
Pendidikan berasal dari kata kata didik dan didikan. Didik berarti
memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sementara itu, didikan adalah
hasil dari mendidik.10
Akhlak secara kebahasaan yaitu kata akhlak berasal dari Bahasa
arab yang merupakan bentuk jamak dari Khuluq atau Khalq, yang
berarti tabiat atau budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan,
kesatriaan, kejantanan, atau agama.11 Senada dengan hal tersebut, Al-
Qur’an menyebutkan bahwa agama itu adalah adat kebiasaan dan budi
pekerti yang luhur, sebagaimana yang terkandung dalam dua ayat Al-
Qur’an berikut ini:

ُ ُ‫اِ ْن ٰه َذٓا اِاَّل ُخل‬


١٣٧ ۙ ‫ق ااْل َ َّولِي َْن‬
Artinya: (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang
dahulu. (Qs. As-Syu’ara : 137)12

ٍ ُ‫ك لَ َع ٰلى ُخل‬


٤ ‫ق َع ِظي ٍْم‬ َ َّ‫َواِن‬
Artinya: dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung, (Qs. Al-Qalam : 4)13

Dua ayat Al-Qur’an diatas menegaskan dua hal. Pertama, bahwa


Al-Qur’an menyebutkan Akhlak yaitu adat kebiasaan. Kedua, bahwa

10
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter: Berbasis Total Quality Management,
2018 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), hlm.71
11
Sahriansyah, Ibadah dan akhlak, (Banjarmasin: IAIN Aantasari Press, 2014), hlm.
175
12
Jam’iyyah Ihya Turats Islamy, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Insan Media
Pustaka, 2014), hlm. 373
13
Ibid., hlm. 564.
20

yang terpenting dalam ajaran islam adalah mengamalkan ajarannya dan


berbudi pekerti sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari.
Jika dilihat dari terminologinya, akhlak berasal dari bahasa Arab
yaitu isim mashdar (bentuk infintif) dari kata akhlaka, yukhliqu,
ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af ala, yuf’ilu
if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan,
tabi’at, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah
(peradaban yang baik), dan al-din (agama).14
Akhlak merupakan perbuatan yang berpangkal pada hati atau
kesadaran jiwanya tanpa memerlukan pertimbangan dan tanpa ada
unsur pemaksaan, kemudian diwujudkan dalam perbuatan yang
berulang-ulang sehingga menjadi adat yang akhirnya menjadi sifat. 15
Akhlak adalah suatu perbuatan yang terbentuk karena adanya suatu
perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan tanpa
adanya proses pemikiran terlebih dahulu yakni terjadi secara spontan,
karena sifat tersebuat merupakan sifat bawaan dari manusia itu sendiri.
Akhlak menurut defenisi Al Ghazali yang sebagaimana dikutip
oleh Muhammad Daud Ali,
“Suatu sikap (ba’iyah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya
lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu
pikiran dan perkembangan.Jika sikap itu yang darinya lahir
perbuatan yang baik dan terpuji. Baik dari segi akal dan syara’,
maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya
perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang
buruk.”16

Jadi pada hakikatnya akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia yang akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu serta tidak
memerlukan dorongan dari luar dan sifat itu dapat lahir berupa baik
atau buruk sesuai dengan pembinaannya.

14
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000). h. 3
15
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran akhlakul Karimah Mahasiswa. h. 7.
16
Ibid. h. 352.
21

Nilai akhlak menurut sumber Islam yang pertama, yaitu Alquran


dan Hadist, yang telah menjadi ketentuan agama seluruhnya dan dunia
secara keseluruhan, dan apabila suatu bangsa kurang melakukan
kegiatannya dalam menegakkan amal yang langsung hubungannya
dengan keagungan Allah, atau yang berhubungan dengan manusia,
maka berarti bangsa tersebut telah mengalami kemerosotan akhlak.
Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tabi’at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun
agama.17 Bentuk jamak khuluk atau al-Khulq, yang secara etimologis
antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.
Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan
perbuatan (prilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin juga buruk. 18
Dalam Islam, akhlak merupakan tolak ukur dalam menuntukan
kemuliaan seseorang. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan
perbuatan terpuji yang di ridhai Allah yang akan menyelamatkan dan
menjauhkan manusia serta alam semesta dari kehancuran dan
kerusakan.
Akhlak dalam Islam, antara lain dilakukan dengan keteladanan.
Dalam Alquran surat Thaahaa ayat 132 yang berbunyi;

َ ۗ W ُ‫ا نَحْ ُن نَرْ ُزق‬Wۗ Wً‫ك ِر ْزق‬


‫ك‬ َ ُ‫ا اَل نَسَْٔـل‬Wۗ Wَ‫طَبِرْ َعلَ ْيه‬W ‫اص‬ َّ ِ‫كَ ب‬WWَ‫رْ اَ ْهل‬WW‫َوْأ ُم‬
ْ ‫ ٰلو ِة َو‬W ‫الص‬
١٣٢ ‫َو ْال َعاقِبَةُ لِلتَّ ْق ٰوى‬
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki
kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Q.S. Thaahaa; 132).19

Seluruh definisi akhlak sebagaimana dijelaskan di atas tidak saling


bertentangan, melainkan saling berkesinambungan dan melengkapi.
Dapat disimpulkan dari definisi para ahli di atas, yaitu suatu sifat yang
tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan yang

17
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Mulia, 2005), Cet. Ke-2. h. 25.
18
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), Cet. Ke-3. h. 346
19
Q.S. Thaahaa; 20/132.
22

dilakukan dengan mudah. Tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah


menjadi kebiasaan dalam kehidupannya. Oleh karena itu wujud akhlak
adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia.
Akhlak merupakan tingkah laku atau tabiat yang dilandasi dengan
sifat yang melekat pada diri seseorang. Akhlak terbentuk karena
kebiasaan yang dilakukan dikehidupan sehari-hari. Akhlak didasari dari
perbuatan yang timbul dengan mudah tanpa dipikir atau diteliti terlebih
dahulu sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Karena
akhlak seseorang itu berada pada jiwa orang itu sendiri. Jika jiwanya
baik maka akan melahirkan perbuatan atau akhlak yang baik.
Sebaliknya, apabila jiwanya buruk akan melahirkan akhlak yang buruk.
Pendidikan akhlak adalah bagian dari materi pendidikan agama,
karna jelas diketahui bahwa agama adalah akhlak, sehingga kehadiran
Rasulullah Muhammad Saw ke muka bumi adalah dalam sebagai
bentuk menyempurnakan akhlak manusia yang ketika itu sudah
mencapai titik terendah. Karna begitu besar peran pendidikan akhlak
dalam pembentukan kepribadian anak manusia, maka semua filsuf
muslim sepakat bahwa pendidikan akhlak merupakan jiwa pendidikan
islam, karena tujuan tertinggi dari pendidikan islam adalah mendidik
jiwa dan akhlak.20
Dalam hal ini pendidikan akhlak adalah pendidikan yang menjadi
pondasi manusia dalam bertingkah laku dalam kehidupan, maka dari itu
pendidikan akhlak menjadi bagian terpenting untuk diajarkan dan
dibiasakan oleh keluarga. Pendidikan akhlak sangat berperan penting
dalam pembentukan kepribadian anak dimana pendidikan akhlak
memberikan bimbingan kepada anak agar terbentuk kepribadian yang
baik di dalam jiwanya.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Siswa
Faktor penting dalam penentuan baik dan buruk tingkah laku seseorang
yang dapat mencetak dan mempengaruhi tingkah laku manusia dalam
pergaulannya yang meliput:
a. Manusia, selaku makhluk yang istimewa dengan kelainan-kelainannya
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, memiliki kelebihan
20
Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an, Cet. 1 (Yogyakarta:
Penerbit Teras, 2010), hlm. 96-97.
23

kelebihan juga kekurangan-kekurangan tertentu. Disamping itu karena


manusia selaku pelaku akhlak yang memiliki kelebihan akal untuk
berfikir dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya.
b. Inctinct (naluri), naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir,
jadi merupakan suatu pembawaan asli. Pandangan lain tentang
naluri ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu ke arah
tujuan itu tanpa di dahului latihan itu.
c. Kebiasaan, adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga
menjadi mudah dikerjakan.
d. Keturunan, ada beberapa yang biasa diturunkan, pada garis besarnya
ada dua: 1) sifat jasmaniah, yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat
saraf orangtua dapat diturunkan kepada anak, 2) sifat rohaniah,
yakni lemah atau kuatnya suatu naluri diturunkan pula oleh orang
tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya.
e. Lingkungan, dalam hubungan ini lingkungan dibagi menjadi dua
bagian: 1) lingkungan alam yang bersifat kebendaan, 2) lingkungan
pergaulan yang bersifat rohaniah.
f. Kehendak, salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku
manusia adalah kemauan keras (‘azam). Itulah yang menggerakan
manusia berbuat dengan sungguh-sungguh.
g. Suara hati (dhamir), fungsi dari suara batin adalah memperingatkan
bahayahnya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya.
h. Pendidikan yang dimaksud disini ialah segala tuntutan dan pengajaran
yang diterima seorang dalam membina kepribadian. Pendidikan itu
mempunyai pengaruh yang besar dalam akhlak, sehingga ahli-ahli etika
berpandangan bahwa pendidikan adalah faktor yang turut menentukan
dalam etika disamping faktor-faktor yang sebelumnya telah
diterangkan.

Aklak seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, diantaranya ialah:


a. Faktor Nativisme
Faktor Nativisme yang berpengaruh terhadap pembinaan diri
seseorang adalah faktor pembinaan diri dalam yang bentuknya dapat
berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Faktor Nativisme
ini didasari bahwa pada anak dan orangtua terdapat kesamaan baik
fisik ataupun psikis. Setiap manusia memiliki gen, gen inilah yang
terdapat dalam sel-sel kelamin yang dipindahkan dari orangtua
kepada anaknya dan merupakan sifat-sifat yang diwariskan.
b. Faktor empirisme
Faktor Empirisme, faktor dari luar yaitu faktor sosial termasuk
pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Faktor ini paling
mempengaruhi terhadap pembentukan akhlak. Ketika manusia lahir
dan lingkungan yang baik, maka pengaruhnya kepada pembentukan
akhlaknya juga dan ketika ia lahir di lingkungan yang kurang baik,
maka pengaruh akhlaknya juga menjadi tidak baik. Maka disinilah
24

pendidikan dan bimbingan akhlak sangat diperlukan untuk


membentuk dan mengembangkan akhlak manusia.
c. Faktor Konvergensi
Kemudian faktor konvergensi berpendapat bahwa: pembinaan
akhlak di pengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak,
dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat
secara khusus untuk melalui interaksi dan lingkungan sekolah.21

Secara umum pengaruh pendidikan akhlak seseorang tergantung


pada dua faktor yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor Internal atau disebut juga dengan faktor yang berasal
kepribadian dari orang itu sendiri. Perkembangan agama pada
seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang
dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama
(masa anak) dari umur 0-12 tahun. Kemampuan seseorang dalam
memahami masalah-masalah agama atau ajaran-ajaran agama, hal
ini sangat dipengaruhi oleh intelegensi pada orang itu sendiri dalam
memahami ajaran-ajaran Islam.
b. Faktor Eksternal
Ada beberapa faktor eksternal yang bisa mempengaruhi akhlak
(moral) seseorang yaitu:
1) Lingkungan Keluarga
Pada dasarnya, lingkungan lain menerima anak-anak setelah
mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga, dalam asuhan
orangtuanya. Dengan demikian, rumah keluarga muslim adalah
benteng utama tempat anak-anak dibesarkan melalui pendidikan
Islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga
yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang
sesuai dengan syariat Islam.
Dalam pembinaan Akhlak, faktor orangtua sangat menentukan,
karena akan masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan unsur-
unsur pribadi yang didapatnya melalui pengalaman sejak kecil.
21
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 165
25

Pendidikan keluarga sebagai orangtua mempunyai tanggungjawab


dalam mendidik anak-anaknya karena dalam keluarga mempunyai
waktu banyak untuk membimbing, mengarahkan anak-anaknya agar
mempunyai akhlak Islami.22 Allah berfirman dalam surah At-
Tahriim ayat 6, yang berbunyi;
     
     
        
 
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-
Tahriim; 6).23

Ayat diatas memberikan gambaran bahwa dakwah dan


pendidikan harus diawali dari lembaga yang paling kecil, yaitu diri
sendiri dan keluarga menuju yang besar dan luas. Ayat diatas
awalnya berbicara masalah tanggung jawab pendidikan keluarga,
kemudian diikuti dengan akibat dari kelalaian tanggung jawab yaitu
siksaan. Dalam membicarakan siksaan, Alquran menyebutkan bahan
bakar neraka, bukan model dan jenis siksaanya. Sementara bahan
bakar siksaan di dalam ayat diatas digambarkan berasal dari
manusia. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegagalan dalam mendidik
masa kecilnya, dalam lembaga yang terkecil yaitu keluarga.
Kegagalan pendidikan pada usia dini ,akan menyebabkan manusia
terbakar emosinya oleh dirinya sendiri yang tidak terarahkan pada
usia dininya.
2) Lingkungan Sekolah
Perkembangan akhlak anak yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekolah. Di sekolah ia berhadapan dengan guru-guru yang berganti-

22
Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2003). h. 12.
23
Q.S. At Tahriim; 66/6
26

ganti. Kasih guru kepada murid tidak mendalam seperti kasih


orangtua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terkait oleh
tali kekeluargaan. Guru bertanggung jawab terhadap pendidikan
murid-muridnya, dia harus memberi contoh dan teladan bagi mereka,
dalam segala mata pelajaran ia berupaya menanamkan akhlak sesuai
dengan ajaran Islam. Bahkan sekolah pun ia harus bertindak sebagai
seorang pendidik.
3) Lingkungan Masyarakat
Lembaga non-formal akan membawa seseorang berperilaku
yang lebih baik, karena didalamnya akan memberikan pengarahan-
pengarahan terhadap norma-norma yang baik dan buruk. Misalnya
pengajian, ceramah yang barang tentu akan memberikan pengarahan
yang baik, tak ada seorang mubaligh yang mengajak hadirin untuk
melakukan perbuatan yang tidak baik.
Lingkungan masyarakat yakni lingkungan yang selalu
mengadakan hubungan dengan cara bersama orang lain. Oleh
karena itu lingkungan masyarakat juga dapat membentuk akhlak
seseorang, didalamnya orang akan menatap beberapa permasalahan
yang dapat mempengaruhi bagi perkembangan, baik dalam hal-hal
yang positif maupun negatif dalam membentuk akhlak pada diri
seseorang. Oleh karena itu lingkungan yang berdampak negatif
tersebut harus diatur, supaya interaksi edukatif dapat berlangsung
dengan sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai