KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Budaya Sekolah
Budaya disebut juga dengan kebiasaan, kebiasaan (habbits) yang
berarti buah prilaku seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang,
terus-menerus dan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga budaya
akan mendarah daging dan menjadi kodrat bagi manusia. Kebiasaan
dapat dilakukan dengan mudah tanpa berfikir, mengingat-ngingat dan
merencanakan terlebih dahulu sebelumnya. Kebiasaan dapat melekat
dan menyatu menjadi ciri dari prilaku setiap manusia.
Budaya merupakan suatu aturan dan kebiasaan yang diturunkan
secara turun-temurun. Aturan dan kebiasaan tersebut menjadi ciri khas
untuk suatu daerah. Budaya dibuat untuk mengatur dan membiasakan
seseorang atau sekelompok masyarakat untuk memiliki kepribadian
yang budi luhur.
Budaya tidak hanya dapat diciptakan dalam lingkungan masyarakat
untuk bersosialisasi, akan tetapi budaya dapat juga diciptakan dalam
lingkungan sekolah untuk bersosialisasi. Budaya sekolah diciptakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan sekolah sesuai dengan visi
dan misi sekolah.
Budaya sekolah secara umum mencakup aktivitas dan seluruh
kegiatan disekolah, serta seluruh interaksi sosial antar komponen yang
terdapat di sekolah. Budaya sekolah merupakan suatu kegiatan yang
sudah menjadi tradisi yang tidak wajib namun harus dilaksanakan.
Budaya menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang dengan
demikian sebelum peserta didik mengenal lingkungan sekolah ia sudah
mengenal lingkungan sekitar.
Budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar serta nilai-nilai
keyakinan dan kebiasaan yang dipegang oleh seluruh warga sekolah.
Budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar pengembangan
10
11
1
Sudardja Adiwikarta, sosiologi pendidikan (Analisis Sosiologi Tentang Praksis
Pendidikan), hlm 131.
2
Pipit uliana dan Rr. Nanik Setyowati, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui
Kultur Sekolah pada siswa”, Vol.1 No 1 tahun 2013, hlm.171
3
Daryanto, Implementasi Pendidikan Karakter di sekolah. Gava Media, (Yogyakarta.
2013)
12
َح َّدثَنَا َعبَّاسُ ب ُْن َع ْب ِد ْال َع ِظ ِيم ْال َع ْنبَ ِريُّ َح َّدثَنَا النَّضْ ُر ب ُْن ُم َح َّم ٍد ْال ُج َر ِش ُّي
ٍدW َك ب ِْن َمرْ ث ِ W ِ ٍل ع َْن َمالW ار َح َّدثَنَا َأبُو ُز َم ْي ٍ ْاليَ َما ِم ُّي َح َّدثَنَا ِع ْك ِر َمةُ ب ُْن َع َّم
ك َ ُمWلَّ َم تَبَ ُّسWصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس َ ِ ال َرسُو ُل هَّللا َ َع َْن َأبِي ِه ع َْن َأبِي َذ ٍّر قَا َل ق
ٌص َدقَة َ ك ع َْن ْال ُم ْن َك ِر َ ُُوف َونَ ْهيِ ص َدقَةٌ َوَأ ْم ُر بِ ْال َم ْعر َ َك لَك َ فِي َوجْ ِه َأ ِخي
ِلWك لِل َّر ُج َ ُرW ص َ َ َدقَةٌ َوبW ص َ ك َ W َاَل ِل لW الضَّ ض ِ ْل فِي َأرW َ Wك ال َّر ُج َ ا ُدW َوِإرْ َش
ظ َم ع َْن ْ وْ َكةَ َو ْال َعWالشَّ َر َوWك ْال َح َج َ Wُ َدقَةٌ َوِإ َماطَتWص َ َكWَ ِر لWص َ َ َّر ِدي ِء ْالبWال
ا َلWWَ َدقَةٌ قW ص َ ك َ W َك ل َ ك فِي د َْل ِو َأ ِخي َ ك ِم ْن د َْل ِو َ ص َدقَةٌ َوِإ ْف َرا ُغ
َ ك َ َيق ل ِ الطَّ ِر
ا َلWWَ َرةَ قWَوفِي ْالبَاب ع َْن ا ْب ِن َم ْسعُو ٍد َو َجابِ ٍر َو ُح َذ ْيفَةَ َوعَاِئ َشةَ َوَأبِي هُ َر ْي
ِدW ك ب ُْن ْال َولِي ُ َريبٌ َوَأبُو ُز َمي ٍْل ا ْس ُمهُ ِس َما ِ يث َح َس ٌن غ ٌ َأبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد
ْال َحنَفِ ُّي
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2012, hlm. 1576
14
5
Putri Ferryka, program 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) dalam
mengembangkan karakter siswa, (jurnal, Universitas Widya Dhama Klaten), hlm. 11
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012. Hlm.1364
15
dari satu daerah dengan daerah yang lain ataupun dari satu
komunitas dengan komunitas yang lain.8
Dalam islam juga diajarkan kalimat salam berupa
“Assalamualaikum warahmatullah Wabarakatuh, artinya adalah dan
keatasmu salam, rahmat Allah dan berkat-Nya atas kamu. Orang
yang membalasnya akan menjawab Wa’alaikumussalam
Warahmatullahi Wabarakatuh, artinya adalah dan keatasmu salam,
rahmat Allah dan berkat-Nya.” Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam surah An-Nisa’ ayat 86,
ِّلWWانَ ع َٰلى ُكWWنَ ِم ْنهَٓا اَوْ ُر ُّدوْ هَا ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكWَواِ َذا ُحيِّ ْيتُ ْم بِت َِحيَّ ٍة فَ َحيُّوْ ا بِاَحْ َس
٨٦ َش ْي ٍء َح ِس ْيبًا
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012. 1091
17
9
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012. Hlm. 1876
18
وْ َمWWَوا هّٰللا َ َو ْاليWWانَ يَرْ ُجWWنَةٌ لِّ َم ْن َكW َوةٌ َح َسWلَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس
٢١ ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا
“sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (QS.Al-Ahzab: 21).
10
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter: Berbasis Total Quality Management,
2018 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), hlm.71
11
Sahriansyah, Ibadah dan akhlak, (Banjarmasin: IAIN Aantasari Press, 2014), hlm.
175
12
Jam’iyyah Ihya Turats Islamy, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Insan Media
Pustaka, 2014), hlm. 373
13
Ibid., hlm. 564.
20
Jadi pada hakikatnya akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia yang akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu serta tidak
memerlukan dorongan dari luar dan sifat itu dapat lahir berupa baik
atau buruk sesuai dengan pembinaannya.
14
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000). h. 3
15
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran akhlakul Karimah Mahasiswa. h. 7.
16
Ibid. h. 352.
21
17
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Mulia, 2005), Cet. Ke-2. h. 25.
18
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), Cet. Ke-3. h. 346
19
Q.S. Thaahaa; 20/132.
22
22
Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2003). h. 12.
23
Q.S. At Tahriim; 66/6
26