Anda di halaman 1dari 8

INDENTIFIKASI BUDAYA-BUDAYA YANG ADA DI SEKOLAH DAN PERAN GURU

PAI DALAM UPAYA PENGEMBANGANNYA

Ziora Dika Fatama

(18110040)

A. Identifikasi Budaya Sekolah


Budaya sekolah menurut Zamroni adalah “pola nilai-nilai, norma-norma, sikap,
ritual, mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah,
dimana budaya sekolah tersebut dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staff,
maupun siswa, sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai
persoalan yang muncul di sekolah”.1 Ada beberapa budaya-budaya yang dapat diterapkan
di sekolah di antaranya :
1. 5S (senyum, sapa/salam, sopan, santun)
a. Senyum
Senyum secara tidak langsung memberikan sebuah tanda dimulainya suatu
interaksi atau ikatan persaudaraan. Senyum dalam agama memiliki nilai ibadah,
bahkan orang yang senyum kepada sesama saudaranya akan dihitung sebagai
shodaqoh, maka dapat dikatakan senyum adalah ibadah yang paling murah. Dengan
senyum kita dapat membagikan sebuah keceriaan, dengan kecerian tersebut maka
akan memberikan sebuah dampak positif kepada sesama.
Selain itu, budaya senyum dalam agama Islam telah sering dicontohkan oleh
Rasulullah SAW, sebagai pelopor yang memberikan pemahaman akan pentingnya
sebuah senyumaman. Dengan senyum akan tergambarkan sebuah akhlak mulia yang
terpancar daari wajah seseorang, dan juga memberikan sebuah rasa nyaman terhadap
orang-orang yang ada disekeliling kita, Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kamu
mengganggap remeh apa saja dari kebaikan, meski hanya engkau bertemu
saudaramu dengan muka yang manis (senyum).”
b. Sapa/Salam

1
Inayatul Ngabqoriah, Skripsi, “Penerapan Budaya 7k (Keamanan, Kenyamanan, Kebersihan,
Keindahan, Ketertiban, Kekeluargaan, Kerindangan) Untuk Siswa Kelas Atas Di SD Negeri 1 Bandung Kecamatan
Kebumen” (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2016),hlm.8
Sapa adalah suatu bentuk kata teguran yang bertujuan untuk mengajak
berbicara kepada orang lain. Sapa juga dapat digunakan untuk mencerahkan suasana
hati, menguatkan hubungan silaturahmi, dan mencairkan keadaan.
Dalam Islam, kita diajarkan untuk menyapa sesama dengan perkataan-perkataan
yang baik, salah satunya dengan salam. Salam merupakan bentuk ucapan yang
mengandung sebuah doa dan kasih sayang sesama muslim, maka ucapan salam sangat
lebih baik apabila kita menggunakannya untuk menyapa daripada kata-kata yang lain
seperti sapaan gaul atau ala-ala Barat.
Kita dapat menggunakan kalimat “Assalamu’alaikum” apabila ingin menegur
atau menyapa kepada sesama, baik kepada yang lebih muda maupun kepada yang
lebih tua. Kalimat tersebut mengandung sebuah do’a agar kita senantiasa diberikan
keselamatan. Selain itu dengan membiasakan diri kita mengucapkan atau menebarkan
salam, merupakan salah satu sebab jalan kita menuju kepada surga Allah SWT.
Rasaulullah SAW bersabda : “Sembahlah Ar Rahman semata, berikanlah makan
(kepada yang membutuhkan), tebarkanlah salam, maka engkau akan masuk surga
dengan selamat.”
c. Sopan
Sopan memiliki arti suatu sikap yang menunjukan rasa hormat, takzim, dan
tertib sesuai adat atau budaya. Kesopanan yang dimiliki oleh seseorang
mencerminkan perilaku dalam dirinya, maka wajib bagi kita untuk memiliki rasa
sopan sebagai salah satu bentuk cara kita dalam menghargai orang lain. Contoh-
contoh berprilaku sopan dalam kehidupan sehari-sehari seperti : Memberikan atau
menerima sesuatu dengan menggunakan tangan kanan, menghormati orang yang
usianya lebih tua dari kita, berkata yang baik dengan tidak menggunakan kata-kata
kasar maupun kotor terhadap orang lain, menda, tidak meludah sembarangan dll.
d. Santun
Santun memiliki arti halus, baik, tenang, dan sabar. Seseorang yang memiliki
perilaku santun senantiasa menggunkan bahasa atau kata-kata yang baik, dia tau mana
yang pantas untuk dikatakan dan tau mana yang tidak pantas unuk diucapkan. Dalam
Islam kita senantiasa diajarkan untuk berprilaku santun kepada sesama, terutama
kepada yang lebih tua misalnya kedua orang tua dam guru, dalam QS Luqman : 19
Allah berfirman : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
selain itu apabila kita bisa untuk bersikap santun maka akan berdampak positif untuk
diri kita, salah satunya kita akan lebih dihargai oleh orang-orang disekeliling kita.2
2. 7K ((keamanan, kenyamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, dan
kerindangan)
a. Keamanan
Dalam melakukan kegiatan di lingkungan sekolah, maka nilai keamanan harus
dijadikan landasan oleh seluruh warga sekolah agar terciptanya suasana belajar yang
kondusif. Menjaga keamanan dalam Islam sangat dianjurkan, terutama daripada
pengaruh-pengaruh negatif seperti adu domba, tawuran, hingga obat-obatan terlarang
yang bisa berdampak buruk kepada warga sekolah. Menjaga keamanan bukan hanya
dilakukan oleh satu atau dua orang saja, namun tanggung jawab bersama. Beberapa
contoh budaya menjaga keamanan di sekolah yang juga dianjurkan dalam Islam
seperti tidak memakai pakaian atau perhiasan yang mencolok, berlaku sopam
terhadap sesama, menaati aturan yang ada, dan bergaul kepada sesama dengan cara
yang baik. Apabila pembiasaan tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka akan
terciptanya sebuah lingkungan sekolah yang mampu memberikan rasa aman kepada
seluruh warganya.
b. Kenyamanan
Perasaan nyaman merupakan kebutuhan setiap orang, termasuk bagi mereka
yang dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam Islam kenyaman dapat
dilakukan dengan cara saling bertoleransi atau menghargai satu sama lain. sikap
bertoleransi dan menghargai ini dapat memberikan sebuah kenyamanan terhadap
sesama, karena mereka merasa menjadi lebih dihargai. Selain itu kenyaman dapat
dilakukan dengan memberikan perhatian dan kasih sayang atas dasar ukhuwah
keimanan. Dengan memberikan rasa nyaman terhadap orang-orang disekeliling kita
maka dapat memberikan sebuah dampak positif, salah satunya semakin kuatnya tali
persaudaraan dan keberadaan kita dapat secara mudah diterima oleh orang banyak.

2
Annisa, Budaya 5 S ( Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) Dalam Pembentukan Karakter Siswa/Siswi Di Sd
Muhammadiyah Sapen Yogyakarta, Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah, 2(2),hlm.76-80.
c. Kebersihan
Menjaga kebersihan merupakan salah satu hal terpenting yang harus dilakukan
oleh seluruh orang. Dalam Islam, budaya menjaga kebersihan sangat dianjurkan
karena mengandung sebuah nilai untuk selalu mencintai lingkungan yang ada di
sekitar kita. Salah satu contoh pembiasaan budaya menjaga kebersihan dengan
membuang sampah sembarang, melakukan kerja bakti secara berkala dll. Dengan
menjaga kebersihan maka akan memberikan sebuah kenyamanan lingkungan yang
bersih dan sehat.
d. Ketertiban
Tertib merupakan sikap seseorang yang apabila melakukan suatu pekerjaan
dilakukan secara beraturan, atau dapat dikatakan tertib adalah suatu sikap yang taat
terhadap aturan. Dalam budaya tertib ini terdapat nilai agama salah satunya disiplin
dan sabar, misalnya disiplin untuk sampai di sekolah tepat waktu, dan sabar dalam
menunggu giliran antrian. Dengan membiasakan budaya tertib inilah yang akhirnya
membetuk suatu karakter peserta didik untuk disiplin menjalankan aturan yang ada
dan bersabar jika hendak melakukan sesuatu. Maka demi menjadikan sekolah yang
kondusif dan nyaman, sekolah memiliki tata tertib yang harus ditaati oleh selurh
warganya.
e. Keindahan
Dalam budaya keindahan terdapat nilai agama yaitu agar kita selalu menjaga
lingkungan yang ada di sekeliling kita, karena keindahan sendiri sangat dicintai oleh
Allah SWT, dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah
dan menyukai keindahan.” Kita bisa membiasakan budaya keindahan di dalam kelas
maupun lingkungan sekolah. Di kelas kita bisa menerapkan budaya keindahan dengan
menata meja, merapikan rak sepatu, merapikan rak buku, membersihkan bagian-
bagian kelas yang kotor, bahkan bisa juga menghias kelas dengan kreatifitas. Sedang
di lingkungan sekolah kita bisa mengambil sampah yang berserakan, membuang
sampah pada tempatnya, merawat tanaman dll.
f. Kekeluargaan
Seluruh warga sekolah baik itu siswa, guru, kepala sekolah, staff, dan semua
karyawan adalah satu keluarga yang ada dilingkungan sekolah. Kekeluargaan
dilingkungan sekolah bisa bermakna suatu sifat solidaritas yang mencerminkan suatu
keluarga antar warga sekolah. Dalam budaya kekeluargaan terdapat nilai agama untuk
saling menjaga, menghargai, menyayangi, dan menghormati satu sama lain. Bahkan
budaya kekeluargaan telah diajarkan dalam Islam, melalui sebuah hadis Rasulullah
bersabda: “Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai,
saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu
anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut
merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.”
g. Kerindangan
Dalam kerindangan akan terciptanya suasana lingkungan belajar yang sejuk
sekaligus nyaman. Tedapat nilai agama di dalamnya yaitu agar kita selalu merawat
tumbuh-tumbuhan di sekitar kita, karena tumbuhan juga merupakan makhluk Allah
SWT, yang perlu untuk kita jaga. Dengan hal tersebut akan menumbuhkan suatu
kesadaran peserta didik akan pentingnya menjaga ekosistem yang ada, karena apabila
tidak menjaganya dengan baik akan berdapampak juga kepada lingkungan di
sekelilingnya seperti udara menjadi kotor dan tercemar, lingkungan menjadi panas
dll. Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah dengan membudidayakan menanam
tanaman-tanaman di sekitar kita.3
B. PERAN GURU PAI DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BUDAYA DI
SEKOLAH
Guru menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 bahwa
“Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada usia
dini, pendikan dasar, dan pendidikan menengah jalur pendidikan formal.”4 Maka jika kita
lihat tugas guru bukannya hanya mentransfer ilmu saja, di antara peran guru yang sangat
penting adalah membimbing dan mengarahkan seluruh siswanya . Peran membimbing
dan mengarahkan ini juga sangat dibutuhkan dalam pengembangan budaya yang ada di

3
Inayatul Ngabqoriah, Skripsi, “Penerapan Budaya 7k (Keamanan, Kenyamanan, Kebersihan,
Keindahan, Ketertiban, Kekeluargaan, Kerindangan) Untuk Siswa Kelas Atas Di SD Negeri 1 Bandung Kecamatan
Kebumen”, hlm. 12-24.
4
Marelus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya, (Jakarta: PT
Indeks, 2011), 3
sekolah, karena seorang guru merupakan sosok figure yang ditiru oleh para siswa.
Berikut ini cara atau model yang dapat digunakan guru dalam pengembangan budaya
agama di sekolah, di antaranya:
1. Top Down
Top down artinya dari atasan menuju bawahan, dalam hal ini berarti pendidik
kepada peserta didiknya. Pengembangan budaya agama dengan model top down
dapat dilakukan dengan guru memberikan contoh atau keteladanan kepada seluruh
siswanya. cara ini tidak hanya terpaku kepada jam pelajaran, artinya guru dapat
memberikan contoh dan keteladanan di setiap tempat maupun di setiap waktu, apa
yang dilakukan guru, maka akan ditiru oleh anak didiknya, maka sudah seharusnya
guru memberikan contoh dan keteladanan yang baik. Misalnya guru mencontohkan
kepada muridnya dengan datang atau masuk ke kelas tepat waktu, dengan datang
tepat waktu secara tidak langsung guru tersebut telah mencontohkan kepada siswanya
untuk disiplin waktu. Tentu cara ini tidak hanya dalam aspek kedisiplinan saja, dapat
juga dilakukan untuk mengembangkan budaya agama yang lain seperti menjaga
kebersihan, berkata santun dll. Maka semakin banyak guru memberikan contoh dan
keteladanan kepadasiswanya, semakin banyak juga siswa yang meneladani sikap-
sikapnya.
2. Bottom Up
Bottom up berarti dari bawahan menuju atasan, artinya dalam hal ini guru
memberdayakan siswa agar dapat mengembangkan budaya agama secara mandiri.
Pengembangan budaya agama dengan menggunakan model bottom up dapat
dilakukan dengan pembiasaan, salah satu contohnya guru dapat membiasakan murid-
muridnya agar tidak membuang sampah sembarangan. Apabila pembiasaan ini terus
dilakukan setiap hari, maka para peserta didik dengan sendirinya akan membuang
sampah pada tempatnya tanpa harus terus diperintah lagi, sehinga apabila dia
membuang sampah sembarangan dirinya akan merasa bersalah karena telah
menyalahi kebiasaan baik yang telah dilakukannya selama ini. Pembiasan tidak dapat
dilakukan hanya dalam jangka waktu satu atau dua hari, tapi secara rutin sehingga
pesertadidik melakukan pengamalan budaya agama bukan karena terpaksa, namun
atas dasar kesadaran yang ada dalam dirinya sendiri.
3. Normatif Eduktif
Model pengembangan budaya agama ini dapat dilalukan melalui materi
pembelajaran di kelas. Contohnya Seperti guru memberikan pengetahuan atau
penjelasan mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, pentingnya
berperilaku sopan santun, keutamaan-keutamaan apabila kita selalu senyum kepada
saudara seiman, manfaat menjaga keindahan lingkungan sekolah dll. Dengan
menanamkan pengetahuan-pengetahuan tersebut, maka guru dapat menumbuhkan
kesadaran para siswanya untuk berperilaku dan berbudaya sesuai norma-norma yng
berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Annisa. Budaya 5 S ( Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) Dalam Pembentukan Karakter
Siswa/Siswi Di Sd Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. Jurnal Teknologi Pendidikan
Madrasah, 2(2).

Ngabqoriah, Inayatul. 2016. Skripsi, “Penerapan Budaya 7k (Keamanan, Kenyamanan,


Kebersihan,Keindahan, Ketertiban, Kekeluargaan, Kerindangan) Untuk Siswa Kelas
Atas Di SD Negeri 1 Bandung Kecamatan Kebumen” (Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta)

Payong , Marelus R. 2011. Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya, (Jakarta: PT Indeks)

Anda mungkin juga menyukai