Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ADAB TERHADAP SESAMA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “ ADAB TERHADAP
SESAMA”

Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa adab terhadap orang tua merupakan sesuatu hal yang
sangat penting. Karena, orang tua adalah orang yang mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa.
Dan setiap orang tua pun pasti mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses,
berbakti kepada orang tua, serta menjadi lebih baik dan sholeh, di samping itu juga tentunya dalam kehidupan
kita sehari-hari tidak terlepas dari interaksi dengan yang ada di sekeliling kita, guru, tetangga, dan sesama
makhluk Allah SWT.

Maka dari itu, jika kita memang seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu berbakti kepada orang tua,
melakukan apa yang telah diperintahkan oleh orang tua, dan pantang untuk membangkang kepada orang tua,
dan juga harus memperhatikan yang ada di sekeliling kita agar terciptanya keharmonisan dalam kehidupan.

Demikian makalah ini kami susun dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang posisi bagi ummat
manusia, dan tak lupa koreksi ataupun saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca dengan harapan hasil
penyusunan kami lebih baik di kemudian hari.

bandung, 13 februari 2024 Penyusun

Keisya Keila
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, menjaga hubungan baik dengan orang di sekitar merupakan suatu nilai yang
sangat dihargai. Adab, atau tata krama dalam berinteraksi, menjadi landasan utama untuk menciptakan harmoni
dalam berbagai relasi. Makalah ini akan membahas adab-adab dalam berhubungan dengan orang tua, guru,
saudara, teman, dan tetangga.

Dengan adanya makalah ini penyusun mencoba menjelaskan tentang pandangan islam tentang adab/tatakrama/
prilaku yang seharusnya dijunjung tinggi dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
bergaul satu sama lain, dalam bidang ekonomi sosial budaya dan lain sebagainya.

Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan d kaji adalah :

1. Bagaimana pengertian adab?


2. Bagaimanakah adab terhadap orang tua, guru, saudara, teman, dan saudara?

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:

1. Untuk mendiskripsikan pengertian adab.


2. Untuk menjelaskan adab terhadap orang tua, guru, saudara, teman, dan saudara?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Adab

Menurut bahasa Adab memiliki arti kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti, akhlak. M. Sastra Praja
menjelaskan bahwa, adabyaitu tata cara hidup, penghalusan atau kemuliaan kebudayaan manusia.Sedangkan
menurut istilah Adab adalah suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang
salah.

Pengertian bahwa adab ialah mencerminkan baik buruknya seseorang, mulia atau hinanya seseorang, terhormat
atau tercelanya nilai seseorang. Maka jelaslah bahwa seseorang itu bisa mulia dan terhormat di sisi Allah dan
manusia apabila ia memiliki adab dan budi pekerti yang baik.

Seseorang akan menjadi orang yang beradab dengan baik apabila ia mampu menempatkan dirinya pada sifat
kehambaan yang hakiki. Tidak merasa sombong dan tinggi hati dan selalu ingat bahwa apa yang ada di dalam
dirinya adalah pemberian dari Allah swt. Sifat-sifat tersebut telah dimiliki Rasulullah saw. Secara utuh dan
sempurna.

Menurut Imam al-Ghazali akhlak mulia adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh para utusan Allah swt. yaitu para
Nabi dan Rasul dan merupakan amal para shadiqin. Akhlak yang baik itu merupakan sebagian dari agama dan
hasil dari sikap sungguh-sungguh dari latihan yang dilakukan oleh para ahli ibadah dan para mutaqin.

Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidikan akhlak hendaknya didasarkan atas mujahadah (ketekunan) dan
latihan jiwa. Mujahadah dan riyadhah-nafsiyah (ketekunan dan latihan kejiwaan) menurut al-Ghazali ialah
membebani jiwa dengan amal-amal perbuatan yang ditujukan kepada khuluk yang baik, sebagaimana kata
beliau: Barangsiapa yang ingin dirinya mempunyai akhlak pemurah, maka ia harus melatih diri untuk
melakukan perbuatan-perbuatan pemurah, yakni dermawan, dan gemar bersedekah.
Jika beramal bersedekah dilakukan secara istiqamah, maka akan jadi kebiasaan.

Konsepsi pendidikan modern saat ini sejalan dengan pandangan al-Ghazali tentang pentingnya pembiasaan
melakukan suatu perbuatan sebagai suatu metode pembentukan akhlak yang utama. Pandangan al-Ghazali
tersebut sesuai dengan pandangan ahli pendidikan Amerika Serikat, John Dewey, yang dikutip oleh Ali Al
Jumbulati menyatakan: Pendidikan moral terbentuk dari proses pendidikan dalam kehidupan dan kegiatan yang
dilakukan oleh murid secara terus-menerus.
1. Adab terhadap orang tua

Islam adalah agama yang indah dan penuh kasih sayang yang mengajarkan kepada kita bagaimana cara berbakti
kepada orang tua kita. Orang tua merupakan orang yang telah melahirkan kita di dunia merawat, menjaga dan
mendidik kita dari kecil sampai kita bisa berdiri sendiri. Peran orang tua sebagai pelindung, pengayom mencari
nafkah , menjadi teladan sangat berjasa bagi perjalanan hidup kita. Maka sudah seharusnya kita berbuat baik
kepada mereka selagi mereka masih hidup ataupun sudah meninggal. Sesuai ajaran islam yang memuliakan
orang tua terdapat dalam surat Al Quran Al Isra :23

‫َو َقَض ٰى َر ُّبَك َأاَّل َتْعُبُدوا ِإاَّل ِإَّياُه َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِإْح َس اًناۚ ِإَّم ا َيْبُلَغَّن ِع ْنَدَك اْلِكَبَر َأَح ُدُهَم ا َأْو ِكاَل ُهَم ا َفاَل َتُقْل َلُهَم ا ُأٍّف َو اَل َتْنَهْر ُهَم ا َو ُقْل َلُهَم ا َقْو اًل َك ِريًم ا‬

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Bersikap yang baik kepada orang tua adalah sangat penting karena membantu membangun hubungan yang kuat
dan lingkungan keluarga yang positif, harmonis, keluarga yang Sakinah, mawadah, warahmah.
Contoh berbakti kepada orang tua yang masih hidup ;

Ungkapkan rasa terima kasih kita kepada orang tua atas semua yang telah mereka lakukan untuk kita dapat
berupa ucapan terima kasih yang sederhana atau dengan memberikan hadiah istimewa. Sering mengunjungi
orang tua berbagi cerita sehingga orang tua tidak merasa diabaikan Menjawab dan segera datang ketika mereka
memanggil atau membutuhkan kita Menggunakan bahasa dan nada yang sopan dan lemah lembut saat berbicara
dengan orang tua,Menawarkan bantuan untuk membantu pekerjaan rumah tanpa diminta. Peluklah sesering
mungkin ayah ibu kalian agar perasaan mereka bahagia. Hindari menyela mereka ketika mereka berbicara
dengan orang lain atau di telepon. Minta maaf ketika melakukan kesalahan atau berperilaku tidak pantas, dan
lakukan upaya untuk memperbaiki diri

Cara berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal ;

Menurut Rasullulah SAW dalam hadist (Musnad Ahmad : 16059) bahwa berbakti kepada orang tua yang sudah
meninggal adalah : Mendoakan untuk orang tua orang tua, Memohonkan ampunan untuk orang tua,
Menunaikan janji orang tua yang belum terlaksana, Menjalin silaturahmi dengan teman atau kerabat orang tua,
Bersedekah untuk orang tua. Dengan memperhatikan adab sopan santun terhadap orang tua yang masih hidup
ataupun yang sudah meninggal akan membuat orang tua kita bahagia dan dapat membangun hubungan yang
lebih kuat dengan orang tua dan berkontribusi pada lingkungan keluarga yang harmonis.

2. Adab terhadap guru


Dalam proses pembelajaran, murid membutuhkan orang alim atau yang umum disebut dengan guru, ustadz,
atau kiai. Murid dan orang alim perlu berinteraksi. Oleh karena itu ada adab-adab tertentu yang harus
diperhatikan seorang murid terhadap gurunya sebagaimana dinasihatkan oleh Imam al-Ghazali dalam
risalahnya berjdudul al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-
Taufiqiyyah, t.th., halaman 431) sebagai berikut:

‫ وال يبتسم‬، ‫ وال يسأل جليسه في مجلسه‬، ‫ قال فالن خالف ما قلت‬: ‫ وال يقول له‬، ‫ ويقوم له إذا قام‬، ‫ ويقل بين يديه الكالم‬، ‫ يبدؤه بالسالم‬:‫آداب المتعلم مع العالم‬
‫ وال يكثر عليه عند ملله‬،‫ وال يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله‬، ‫ وال يأخذ بثوبه إذا قام‬، ‫ وال يشير عليه بخالف رأيه‬، ‫عند مخاطبته‬.

Artinya, “Adab murid terhadap guru, yakni: mendahului beruluk salam, tidak banyak berbicara di depan guru,
berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda”,
tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika
berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru,
tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru
sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.”

Dilansir dari NU Online, Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU)
Surakarta menjelaskan dari al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali ini dapat diuraikan
kesepuluh adab murid terhadap guru sebagai berikut:

Pertama, mendahului beruluk salam. Seorang murid hendaknya mendahului beruluk salam kepada guru. Hal ini
sejalan dengan hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa
yang kecil memberi salam kepada yang besar.

Kedua, tidak banyak berbicara di depan guru. Banyak berbicara bisa berarti merasa lebih tahu dari pada orang-
orang di sekitarnya. Apa bila hal ini dilakukan di depan guru, maka bisa menimbulkan kesan seolah-seolah
murid lebih tahu dari pada gurunya. Hal ini tidak baik dilakukan kecuali atas perintah guru.

Ketiga, berdiri ketika guru berdiri. Bila guru berdiri, murid sebaiknya lekas berdiri juga. Hal ini tidak hanya
penting kalau-kalau guru memerlukan bantuan sewaktu-waktu, misalnya uluran tangan agar segera bisa tegak
berdiri, tetapi juga merupakan sopan santun yang terpuji. Demikian pula jika guru duduk sebaiknya murid juga
duduk.
Keempat, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda.” Ketika guru
memberikan suatu penjelasan yang berbeda dengan apa yang pernah dijelaskan oleh orang lain, sebaiknya
murid tidak langsung menyangkal penjelasan guru. Sebaiknya murid meminta izin terlebih dahulu untuk
menyampaikan pendapat orang lain yang berbeda. Jika guru berkenan, murid tentu boleh menyampaikan hal
itu.

Kelima, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya sewaktu guru di dalam majelis. Dalam majlis ta’lim atau
kegiatan belajar mengajar di kelas, murid hendaknya bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum jelas. Hal
ini tentu lebih baik daripada bertanya kepada teman di sebelahnya. Lebih memilih bertanya kepada teman dan
bukannya langsung kepada guru bisa membuat perasaan guru kurang nyaman.

Keenam, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru. Guru tidak sama dengan teman, dan oleh
karenanya tidak bisa disetarakan dengan teman. Seorang murid harus memosisikan guru lebih tinggi dari teman
sendiri sehingga ketika berbicara dengan guru tidak boleh sambil tertawa atau bersenyum yang berlebihan.

Ketujuh, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru. Bisa saja seorang
murid memiliki pendapat yang berbeda dengan guru. Jika ini memang terjadi, murid tidak perlu
mengungkapkannya secara terbuka sehingga diketahui orang banyak. Lebih baik murid meminta komentar sang
guru tentang pendapatnya yang berbeda. Cara ini lebih sopan dari pada menunjukkan sikap kontra dengan guru
di depan teman-teman.

Kedelapan, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri. Ketika guru hendak berdiri dari posisi duduk mungkin ia
membutuhkan bantuan karena kondisinya yang sudah agak lemah. Dalam keadaan seperti ini, murid jangan
sekali-kali menarik baju guru dalam rangka memberikan bantuan tenaga. Ia bisa berjongkok untuk menawarkan
pundaknya sebagai tumpuan untuk berdiri; atau sesuai arahan guru.

Kesembilan, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah. Jika ada suatu
hal yang ingin ditanyakan kepada guru, terlebih jika itu menyangkut pribadi guru, tanyakan masalah itu ketika
telah sampai di rumah. Tentu saja ini berlaku terutama kalau perjalanan dengan menaiki kendaraan umum.

Kesepuluh, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah. Dalam keadaan guru
sedang lelah, seorang murid hendaknya tidak mengajukan banyak pertanyaan yang membutuhkan jawaban
pelik, misalnya. Dalam hal ini dikhawatirkan guru kurang berkenan menjawabnya sebab memang sedang lelah
sehingga membutuhkan istirahat untuk memulihkan stamina.
Demikian kesepuluh adab murid terhadap guru sebagaimana dinasihatkan oleh Imam al-Ghazali. Jika diringkas,
maka pada intinya adalah seorang murid hendaknya berlaku hormat kepada guru baik dengan sikap-sikap
tertentu maupun dengan pandai-pandai menjaga lisan. Ia hendaknya tahu kapan dan bagaimana sebaiknya ia
berbicara kepada guru termasuk ketika hendak mengajukan pertanyaan.

3. Adab terhadap saudara

Di dalam Al-Qur’an, terdapat sebuah ayat yang memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik terhadap
sesama. Terutama bagi saudara tersebut. Dalam surah An-Nisa’ ayat 36, Allah SWT berfirman sebagai berikut
ini:

‫َو اْع ُبُدوا َهَّللا َو اَل ُتْش ِرُك وا ِبِه َشْيًئاۖ َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِإْح َس اًنا َو ِبِذ ي اْلُقْر َبٰى َو اْلَيَتاَم ٰى َو اْلَم َس اِكيِن َو اْلَج اِر ِذ ي اْلُق ْر َبٰى َو اْلَج اِر اْلُج ُنِب َو الَّص اِحِب ِب اْلَج ْنِب َو اْبِن الَّس ِبيِل َوَم ا‬
‫َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم ۗ ِإَّن َهَّللا اَل ُيِح ُّب َم ْن َك اَن ُم ْخ َتااًل َفُخ وًرا‬
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” Selain itu, Nabi Muhammad SAW
telah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu memuliakan tetangga. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir
maka hendaklah dia memuliakan tamunya,” (HR Muslim). Dalam hadis lain, Nafi’ bin Jubair mengabarkan dari
Abu Syuraih Al Khuza’i, bahwa Nabi bersabda: “Barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir hendaknya ia
berbuat baik terhadap tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia
memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berbicara baik atau
diam,” (HR Ibnu Majah). Kedua hadis di atas juga diperkuat melalui riwayat lain yang menyebutkan: “Sebaik-
baik sahabat di sisi Allah adalah seorang yang terbaik terhadap temannya. Dan tetangga yang paling terbaik di
sisi Allah adalah seorang yang paling baik baik terhadap tetangganya,” (HR. Tirmidzi).

Adab terhadap saudara diperlukan demi menjaga hubungan baik di dalam keluarga. Keharmonisan pun bakal
tercapai andai antar sesama saudara dapat menerapkan perilaku baik dalam menjalin hubungan tersebut.
Beberapa contoh adab kepada saudara diantaranya ialah sebagai berikut: 1. Menjalin silaturrahmi 2. Saling
perhatian dan kasih sayang 3. Menjaga nama baik keluarga 4. Menjauhi sifat permusuhan 5. Menjaga perasaan
6. Bertegur sapa dengan santun 7. Saling merendah dan tidak meremehkan satu sama lain
4. Adab terhadap teman

Adab berteman juga diatur dalam Islam. Sebagai makhluk sosial, manusia tentu tidak dapat hidup seorang diri
tanpa bantuan orang lain. Sebab, manusia membutuhkan teman untuk menjalani kehidupan. Islam bahkan
menganjurkan umatnya untuk memperbanyak teman yang baik karena akan mengajak pada kebaikan, seperti
disebutkan dalam buku Pelajaran Adab Islam tulisan Suhendri dan Ahmad Syukri.

Dalam surat Al Hujurat ayat 13, Allah SWT menjelaskan bahwa pergaulan manusia antara perempuan dan laki-
laki harus berjalan dengan baik, karena keduanya diciptakan untuk saling mengenal satu sama lain.
‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَٰن ُك م ِّم ن َذ َك ٍر َو ُأنَثٰى َو َج َع ْلَٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَع اَر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع نَد ٱِهَّلل َأْتَقٰىُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,”

Adab Berteman yang Baik Menurut Islam

Merujuk pada sumber yang sama, terdapat sejumlah adab dalam berteman yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Berikut pemaparannya.

1. Memilih Teman yang Baik

Ketika seseorang memiliki teman yang baik, maka ia akan mendapatkan pengaruh yang baik pula. Sebaliknya,
bergaul dengan teman yang buruk akan memberikan pengaruh yang buruk. Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Seseorang ada di atas agama temannya, maka hendaknya salah seorang kalian meneliti siapa yang dijadikan
sebagai temannya.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

2. Menjaga Kerukunan

Saat berteman, hendaknya kita menjaga kerukunan. Ini merupakan adab yang harus selalu dijaga oleh setiap
muslim kepada temannya.

3. Mendahului Mengucapkan Salam

Seorang teman tidak sungkan-sungkan untuk mendahului mengucapkan salam ketika bertemu. Mengucapkan
salam bisa mendatangkan rasa sayang antar sesama teman. Rasulullah SAW bersabda, “Maukan kalian aku
tunjukkan suatu amalan yang bisa membuat kalian saling menyayangi? Sebarkanlah salam di antara kalian.”
(HR Muslim)
4. Berteman karena Allah

Menukil dari Buku Pintar 50 Adab Islam yang disusun oleh Arfiani, ketika berteman tentu pertemanan harus
harus didasarkan karena Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa yang ingin merasakan lezatnya
iman hendaknya dia tidak mencintai seseorang karena Allah.” (HR Ahmad)

5. Bersikap Lemah Lembut

Sifat yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat yaitu bersikap lemah lembut kepada teman.
Allah SWT bahkan menjelaskan sifat Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya dalam surat Al Fath ayat
29,

‫ُّمَحَّم ٌد َّرُسوُل ٱِهَّللۚ َو ٱَّلِذ يَن َم َع ٓۥُه َأِش َّد ٓاُء َع َلى ٱْلُك َّفاِر ُر َح َم ٓاُء َبْيَنُهْم ۖ َتَر ٰى ُهْم ُر َّك ًعا ُسَّجًدا َيْبَتُغ وَن َفْض اًل ِّم َن ٱِهَّلل َو ِرْض َٰو ًناۖ ِس يَم اُهْم ِفى ُو ُجوِهِهم ِّم ْن َأَثِر ٱلُّس ُجوِد ۚ َٰذ ِل َك َم َثُلُهْم‬
‫ِفى ٱلَّتْو َر ٰى ِةۚ َوَم َثُلُهْم ِفى ٱِإْل نِج يِل َكَزْر ٍع َأْخ َرَج َش ْطَٔـ ۥُه َفَٔـاَز َر ۥُه َفٱْسَتْغَلَظ َفٱْسَتَو ٰى َع َلٰى ُسوِقِهۦ ُيْع ِج ُب ٱلُّز َّراَع ِلَيِغ يَظ ِبِهُم ٱْلُك َّفاَر ۗ َو َعَد ٱُهَّلل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا َو َع ِم ُل و۟ا ٱلَّٰص ِلَٰح ِت‬
‫ِم ْنُهم َّم ْغ ِفَر ًة َو َأْج ًرا َع ِظ يًۢم ا‬

Artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia
Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-
sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya
maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar,”

6. Menerima Kekurangan dan Menutup Aib Teman

Adab selanjutnya dalam berteman yang perlu diperhatikan yaitu menerima kekurangan dan menutup aib teman.
Teman merupakan manusia biasa yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Rasulullah SAW bersabda,
“Janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Jika dia tidak senang satu akhlaknya, niscaya dia akan
senang dengan akhlaknya yang lain,”
5. Adab terhadap tetangga

Ada sebuah ungkapan yang akrab didengar yakni ‘tetangga adalah saudara terdekat’. Kata-kata tersebut bisa
dibilang benar, karena tetangga merupakan orang yang tinggalnya bersebelahan dengan kita dan seringkali
membantu jika ada permasalahan. Manusia juga merupakan makhluk sosial, yang mana pasti akan berinteraksi
dan membaur dengan orang lain, termasuk tetangga. Untuk itu perlu menjalin hubungan yang baik dengan
tetangga. Untuk membangun kerukunan dan persatuan di antara tetangga, diperlukan akhlak dan perilaku yang
sesuai. Dan agama Islam pun mengajarkan adab bertetangga yang bisa diterapkan oleh umat muslim.

Allah SWT bahkan dalam Surah An-Nisa ayat 36 memerintahkan kepada hamba-Nya untuk selalu berbuat baik
kepada tetangga.

‫َو اْع ُبُدوا َهّٰللا َو اَل ُتْش ِرُك ْو ا ِبٖه َش ْئًـا َّو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِاْح َس اًنا َّو ِبِذ ى اْلُقْر ٰب ى َو اْلَيٰت ٰم ى َو اْلَم ٰس ِكْيِن َو اْلَج اِر ِذ ى اْلُقْر ٰب ى َو اْلَج اِر اْلُج ُنِب َو الَّصاِح ِب ِب اْلَج ْۢن ِب َو اْبِن الَّس ِبْيِۙل َوَم ا َم َلَك ْت‬
‫َاْيَم اُنُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب َم ْن َك اَن ُم ْخ َتااًل َفُخ ْو ًر ۙا‬

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat
baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan
tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” Begitu pula dengan Rasulullah dalam
sabdanya,

‫ما زاَل ِج ْبِريُل ُيوِص يِني بالجاِر حَّتى َظَنْنُت أَّنه َس ُيَو ِّر ُثه‬

Artinya: “Malaikat Jibril tidak henti-hentinya berpesan kepadaku mengenai tetangga, sampai sampai aku
menyangka tetangga akan dijadikan ahli waris.” (HR Abu Dawud), Dalam sabda Nabi SAW yang lain juga
dikatakan, “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia memuliakan tetangganya.” (HR
Bukhari & Muslim)

Dalam kitab Minhajul Muslim karya Syaikh Abu Bakar Jabar Al-Jazairi, ada beberapa adab bertetangga yang
bisa diteladani.

I. Tidak Menyakiti Tetangga

Menyakiti di sini bisa dengan ucapan atau perbuatan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, Rasulullah bersabda,

‫َم ن كاَن ُيْؤ ِم ُن باِهَّلل والَيوِم اآلِخ ِر فال ُيْؤ ِذ جاَرُه‬

Artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, janganlah menyakiti tetangganya.” (HR Bukhari
& Muslim) Rasul dalam sabdanya yang lain juga mengatakan: “Demi Allah, tidaklah beriman. Demi Allah,
tidaklah beriman”. Lantas beliau ditanya oleh sahabat, “Siapakah ia, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab,
“Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari perbuatan jahatnya.” (HR Bukhari & Muslim)

II. Memperlakukan Tetanggga dengan Sebaik-baiknya

Sebagaimana perintah Allah dalam Surah An-Nisa ayat 36 untuk berbuat baik kepada tetangga, Bentuk
perbuatannya bisa dengan tolong menolong ketika dibutuhkan, tidak mengusiknya, juga memaafkan kekeliruan
yang diperbuat, atau perilaku lain yang terpuji.
III. Berbagi dan Tidak Meremehkan Pemberian

Dalam sabdanya Rasulullah mengingatkan wanita muslim di zamannya untuk tidak menyepelekan pemberian
tetangga walau hanya berupa kaki kambing.

‫ ولو ِفْر ِس َن شاٍة‬،‫ ال َتْح ِقَر َّن جاَر ٌة ِلجاَرِتها‬،‫يا ِنساَء الُم ْس ِلماِت‬

Artinya: “Wahai para istri kaum Muslimin, jangan sampai seorang tetangga meremehkan (pemberian)
tetangganya, meski hanya berupa kaki kambing.” (HR Bukhari & Muslim) Rasulullah juga mengajarkan untuk
berbagi dengan tetangga, jika memiliki rezeki yang lebih. Sabda Nabi SAW kepada Abu Dzarr, “Wahai Abu
Dzarr, apabila engkau memasak maraqah (sayur) maka perbanyaklah kuahnya dan bagikanlah kepada tetangga-
tetanggamu.” (HR Muslim & Ad-Darimi)

IV. Menghormati dan Menghargai tetangga

Apabila hendak menjual atau menyewakan bangunan yang menempel dengan rumah tetangga, hendaknya untuk
menawarkan dan berkonsultasi kepada tetangga terlebih dahulu. Berdasarkan hadits Rasulullah, “Barangsiapa
memiliki tetangga yang temboknya menempel dengan rumahnya atau yang satu rumah dengannya
(memilikinya secara bersama), janganlah menjual rumah itu sebelum menawarkan kepadanya terlebih dahulu.”
(HR Al-Hakim)

BAB III

SIMPULAN

Adap terhadap sesama adalah mencintai karena allah, menampakkan senyum, bersikap lembut dan kasih sayang
kepada sesama saudara seiman, disunnahkan memberi nasihat dan hal itu termasuk kesempurnaan
persaudaraan, saling tolong menolong antar sesama, sesama saudara semestinya saling merendahkan diri
diantara mereka dan tidak sombong atau meremehkan yang lain, berakhlak yang terpuji, berbaik sangka.
DAFTAR PUSTAKA

DR.Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari. 2006. Keistimewaan Akhlak Islam. Bandung: ________
Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai