Anda di halaman 1dari 14

2.

Macam-macam menghargai orang lain

A. Menghargai orangtua

Sikap Menghormati dan Menghargai Kehidupan


Keluarga

Dalam suatu keluarga biasanya terdiri dari suami, istri, dan anak-
anaknya. Bahkan dalam keluarga di masyarakat kita, tidak jaranf
ada juga anggota keluarga lain yang tinggal bersama. Misalnya
saja anggota keluarga yang lain itu seperti kakek/nenek,
adik/kakak dari pihak ibu/bapak, saudara sepupu, dan
semacamnya. Di antara anggota keluarga itu harus ada
sikap/perilaku saling menghormati serta saling menghargai.
Perwujudan sikap/perilaku saling menghormati dan menghargai
itu antara lain melalui sikap, ucapan, dan perbuatan yang
menyenangkan dan bermanfaat.

Dalam interaksi antara suami dan istri misalnya suami dianggap


menghormati dan menghargai istri apabila ia memenuhi hak-hak
istrinya dan menjalankan kewajibannya sebagai istri dengan
sebaik-baiknya pula.

Dalam interaksi antara anak dan orangtuanya misalnua setiap


anak harus menyadari bahwa kedua orangtuanya, merupakan
irang-orang yang paling berjasa. Oleh karena itu, si anak wajib
menghormati dan menghargai kedua orang tuanya dengan cara
berbakti kepada mereka. Seorang anak dianggap berbakti kepada
kedua orang tuanya, apabila sikap, tutur kata, dan perbuatannya
menyenangkan serta mendatangkan manfaat bagi mereka.

Berbahagialah anak yang senantiasa menghormati dan


menghargai kedua orang tuanya dengan cara berbakti kepada
mereka, karena ia akan memperoleh ridha Allah Swt dan
kebaikan-kebaikan yang banyak. Terkait dengan iteraksi antara
anak dan orangtuanya Rasulullah bersabda:

Artinya : “Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua


orang tua dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan
kedua orang tuanya. “ (H.R. Turmidzi)

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda :


Artinya : “Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orang tua,
maka berbahagialah ia dan Allah akan menambahkan
kebahagiaan dalam hidupnya.” (H.R. Abu Ya’la dan Tabrani)

Bila dalam suatu keluarga sikap saling hormat-menghormati dan


harga menghargai ini diterapkan, tentu keluarga tersebut akan
menjadi keluarga yang damai dan bahagia.

2. Sikap Menghormati dan Menghargai Kehidupan


Bertetangga

Tetangga ialah orang-orang yang tempat tinggalnya berdekatan


dengan tempat tinggal kita. Bersikap menghormati dan
menghargai tetangga termasuk akhlak mulia serta meruakan
tanda dari tanda-tanda orang beriman. Rasulullah bersabda :

Artinya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka


hendaknya ia menghormtai tetangganya” (H.R. Muslim)

Allah SWT berfirman, yang artinya: “Sembahlah Allah dan


janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-
ana yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An-Nisa, 4 :36)

Seseorang dianggap menghormati dan menghargai tetangganya,


apabila sikap, ucapan, dan perbuatannya itu baik, diridhai Allah
serta mendatangkan manfaat. Termasuk ke dalam perbuatan
yang baik, apabila seseorang melaksanakan kewajiban-kewajiban
terhadap tetangganya. Rasulullah SAB bersabda yang artinya :
“Saya, (Mu’awiyan bin Jundup r.a, seorang sahabat Nabi
Muhammad SAW) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah kewajiban
tetangga terhadap tetangganya?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Jika
sakit Anda jenguk, jika mati Anda antarkan jenazahnya, jika
meminjam uang Anda pinjami, jika kekurangan Anda tutupi, bila
mendapat kebaikan Anda beri selamat, bila mendapat kesusahan
Anda hibur, jangan meninggikan bangunanmu di atas
bangunannya, sehingga menghalangi datangnya angin
kepadanya dan jangan diganggu dengan bau masakanmu, kecuali
Anda memberi hadiah kepadanya dari masakan itu.” (H.R.
Tabrani)

Juga Rasulullah bersabda :


Artinya : “Wahai Abu Zar, jika Anda memasak hendaklah Anda
perbanyak kuahnya dan berilah hadiah kepada tetanggamu.”
(H.R. At-Tirmidzi dan Annasa’i)

Jika berbuat baik kepada tetangga itu, merupakan suruhan Allah


SWT, karena akan mendatangkan manfaat, maka berbuat jahat
kepada tetangganya termasuk ke dalam larangan-Nya karena
akan mendatangkan kerugian. Rasulullah bersabda :

Artinya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka


janganlah menyakiti tetangganya, dan pesan memesan yang
baiklah kamu kepada wanita.” (H.R. Bukhari).

Seseorang dianggap menyakiti tetangganya apabila ia bertutur


kata keji, melakukan ghibah, fitnah, dan mengadu domba
(namimah). Sedangkan perbuatan yang dianggap menyakiti
tetangga seperti melakukan penganiayaan, melakukan pencurian,
dan berzina dengan tetangga.

Seseorang yang berbuat jahat pada tetangganya dengan cara-


cara seperti tersebut di atas tentu akan memperoleh kerugian-
kerugian. Dia tidak akan disenangi dalam pergaulan, memperoleh
kesulitan-kesulitan dan di alam akhirat kelak akan ditempatkan di
neraka. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : “Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak


merasa aman dari gangguannya.” (Al-hadist)

Sikap Menghormati dan Menghargai Kehidupan Bermasyarakat,


Berbangsa dan Bernegara

a. Guru dan Ulama

Guru dan ulama merupakan orang-orang yang berjasa. Sudah


selayaknya setiap orang menghormati dan menghargai guru dan
ulama. Seseorang dianggap menghormati dan menghargai guru
dan ulama apabila ia bersikap dan bertutur kata sopan yang
menyenangkan hati serta menghindarkan diri dari sikap dan tutur
kata jahat yang melukai hati. Demikian juga seorang dianggap
menghormati guru dan ulama apabila dapat mengambil manfaat
dari apa yang disampaikan oleh mereka.

b. Orang yang Lebih Tua dan Lebih Muda


Orang yang senantiasa menghormati orang yang lebih tua atau
pun sudah lanjut kelak di masa tuanya ia akan dihormati pula oleh
orang yang lebih muda.

c. Teman Sejawat dan Teman Sebaya

Seseorang biasanya bergaul dengan orang-orang yang sejawat


atau sebaya daripada bergaul dengan orang-orang yang tidak
sejawat dan tidak sebaya. Oleh karena itu, hubungan dengan
teman sejawat hendaknya saling menghormati dan menghargai.
Apabila hubungan antarteman sejawat sudah saling menghormati
dan menghargai biasanya akan diikuti oleh perilaku yang terpuji.
Misalnya, saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan dan
bekerja sama untuk kebahagiaan dan kemajuan bersama.

d. Kaum Dhu’afa

Ada pun terhadap kaum dhu’afa dari kalangan kaum fakir miskin
dan anak-anak terlantar, yang tidak mampu berusaha, tetap
harus dihargai dan dihormati dengan sikap dan tuur kata yang
baik serta dengan perbuatan yang bermanfaat.

e. Terhadap Lawan Jenis

Dalam pergaulan antara pria dan wanita hendaknya saling


menghormati dan menghargai baik dengan sikap dan tutur kata
yang sopan maupun dengan perbuatan baik yang diridhai oleh
Allah. Salah satu bentuk dari saling menghargai antara pria dan
wanita adalah hendaknya mereka berusaha agar tidak terjadi
fitnah.

f. Terhadap Orang yang Berlainan Agama

Dalam bergaul dengan umat beragama lain, umat Islam harus


berpegang teguh dengan apa yang telah dianutnya. Meskipun
begitu, tetap harus menghormati dan menghargai orang yang
berlainan agama. Misalnya, tidak mengolok-olok ajaran agama
lain, tidak mendiskriminasi orang yang beragama lain.

g. Terhadap Ulul Amri


Berikut ini setidaknya ada 10 cara yang cukup sederhana yang dapat kita lakukan untuk
berbakti atau memuliakan orang tua, termasuk kepada orang tua yang telah tiada.

1. Lemah Lembut Dalam Bertutur Kata Kepada Orang Tua


Jagalah setiap tutur kata kita sebagai anak agar senantiasa lemah lembut tatkala berbicara
kepada orang tua. Jauhi ucapan-ucapan bernada tinggi, apalagi kata-kata kasar. Kepada
pimpinan atau bos kita saja kita bisa berusaha santun (meskipun terkadang hanya basa-basi),
seharusnya kita pun bisa bertutur lemah lembut kepada orang tua. Kadang kita temui anak
yang berkata kepada orang tuanya dengan cara berteriak-teriak.

2. Membantu Berbagai Pekerjaan Rumah


Banyak dari kita yang tidak menyadari sebenarnya ada berbagai rutinitas orang tua,
terutamanya Ibu yang sebenarnya cukup melelahkan, namun atas dasar tanggung jawab
sebagai orang tua, perkara-perkara rutinitas dalam keseharian itu tidak menjadikan mereka
berkeluh kesah. Maka tidak ada salahnya bagi kita untuk membantu meringankan beban
orang tua tersebut, seperti halnya membantu mencuci piring, menyapu halaman, mengepel
lantai, membersihkan rumah dan semisalnya. Meskipun mungkin kita tidak setiap hari
membantu dalam meringankan pekerjaan-pekerjaan tersebut, tapi niscaya itu akan membuat
orang tua merasa bahagia.

3. Ringan Tangan Menjalankan Perintah Orang Tua


Jika orang tua memerintahkan suatu hal kepada kita, yang mana hal tersebut dapat kita
jalankan, maka janganlah menolak atau menunda-nunda jika memang kita tidak memiliki
udzur dalam perkara tersebut. Orang tua ‘melayani’ kita sejak kita lahir, sejak masih bayi
hingga dewasa dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Sungguh tidak pantas ketika tiba
saatnya orang tua kita memerintahkan kita untuk melakukan suatu perkara yang sanggup kita
kerjakan, namun kita mencari-cari alasan untuk mengelak dari perintah tersebut.

4. Senantiasa Bersikap Sopan dan Santun


Tidak sekedar ucapan yang lemah lembut saja yang harus kita jaga, namun juga disertai
dengan sikap sopan dan santun terhadap orang tua. Semisal kita mengucapkan salam ketika
pulang, tidak sekedar seperti orang masuk pasar. Terlebih lagi kita harus menjauhi sikap
kurang ajar kepada orang tua.

5. Bersikap Sabar dan Menahan Marah


Sering kali kita mendengar ucapan dari sekian banyak orang terkait orang tua yang semakin
bertambah usia mereka, maka akan semakin ‘rewel’ sikap mereka, seperti anak kecil lagi.
Terkadang dipicu oleh kondisi kesehatan yang sudah tidak prima lagi, terkadang orang tua
semakin usianya renta mereka jadi lebih sensitif dan mudah marah. Dalam keadaan seperti ini
kita harus berusaha untuk menahan diri dengan bersabar. Bahwasanya surga itu adalah tempat
yang salah satu ciri-ciri penghuninya adalah mereka yang dapat menahan marah.Bayangkan
bagaimana kesabaran orang tua mengasuh kita sejak kecil hingga dewasa, sabar menghadapi
kebandelan kita, sabar menasehati kita, dll.

6. Memberi Hadiah Kepada Orang Tua


Memberi hadiah tidak hanya khusus dituntunkan kepada pasangan suami-istri ataupun dari
orang tua kepada anak. Namun anak pun dapat memberikan suatu hadiah kepada orang
tuanya. Hadiah tidak haruslah yang mahal, namun yang penting dapat menyenangkan orang
tua kita. Semisal untuk Ibu kita beri hadiah berupa jilbab yg syar’i, atau kepada bapak kita
hadiahkan sebuah sarung yang bagus, semisal tatkala Alloh ‘Azza wa Jalla memberi kita
kemudahan dalam hal rezeki yang berlebih. Betapa orang tua akan merasa dimuliakan anak.

7. Tidak Menyia-nyiakan Kerja Keras Orang Tua


Di jaman sekarang ini, banyak kita temui anak yang tidak bisa menghargai perjuangan dan
kerja keras orang tuanya dalam menafkahi mereka, menyekolahkan mereka, dan hal yang
semisalnya yang notabene perjuangan tersebut adalah untuk membuat kita menjadi lebih
baik. Semisal bentuk tidak menghargai perjuangan dan kerja keras orang tua adalah: bolos
sekolah, menghambur-hamburkan uang pemberian orang tua, malas belajar, dan sikap negatif
lainnya yang dilakukan seorang anak.

8. Merawat Mereka Saat Usia Semakin Renta


Saat kita masih kecil hingga kita dewasa orang tua merawat kita dengan penuh kesabaran dan
ketelatenan. Saat kita sakit sejak kita bayi hingga dewasa, orang tua menjaga kita siang dan
malam. Ingatlah bagaimana Ibu kita memandikan kita, menyuapi kita dengan telaten,
memakaikan baju setiap hari, mengajari kita hal-hal yang baik, mengganti popok kita, dll.
Sekarang banyak kita temui, anak-anak yang menaruh orang tuanya di panti jompo
dikarenakan mereka lebih memilih menghabiskan semua waktu untuk mengejar nafsu
duniawi. Sungguh kebanyakan orang tua akan nelangsa dengan perlakuan seperti ini.

9. Doa Anak Yang Shalih Untuk Orang Tua Yang Telah Meninggal
Bagi Kaum Muslimin yang mana kedua orang tua atau salah satunya telah tiada, bahwasanya
doa dari anak yang sholeh begitu luar biasa memberi manfaat bagi orang tua yang telah
meninggal. Telah banyak hadits yang menerangkan tentang bagaimana kebaikan yang akan
didapatkan orang tua di kehidupan setelah mati tatkala memiliki anak-anak yang sholeh yang
mau mendoakan mereka. Dan shaleh ataupun shalehah itu harus diperjuangkan dengan cara
taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti tuntunan Rasul-Nya, Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wasallam. Sebaliknya anak-anak yang tidak mau taat kepada perintah Alloh
dan sebaliknya gemar berbuat dosa akibat meninggalkan shalat, berbuat maksiat, tidak mau
belajar ilmu agama dan hal-hal yg dibenci Alloh serta RasulNya.. maka sang anak hanya akan
memberikan beban berat yang harus dipertanggung jawabkan orang tuanya di yaumul akhirat.

0. Menjaga Silahturahmi Dengan Kerabat ataupun Teman Orang Tua


Termasuk juga dalam ini adalah menyambung hubungan dengan teman atau sahabat dari
orang tua kita yang telah tiada. Dalam syariat Islam bahwasanya dituntunkan untuk kita
senantiasa menyambung tali silahturahmi dengan keluarga-keluarga dari orang tua kita yang
telah tiada sebagai bentuk bakti kita kepada orang tua. Kita usahakan meluangkan waktu
untuk berkunjung ke rumah paman, tante dan semisalnya.

Hadits Shahih :

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
“Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang
tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk
syurga.”

[Hadits Riwayat Muslim 2551, Ahmad 2:254, 346]


Penjelasan ringkas dari hadits di atas: Bahwasanya kedua orang tua itu adalah ‘ladang pahala’
untuk kita menggapai surga Alloh ‘Azza wa Jalla. Terdapat kemuliaan tatkala seorang anak
ikhlas dan sadar dalam memuliakan serta berbakti kepada kedua orang tuanya dalam perkara-
perkara yang ma’ruf (perkara yang baik dan tidak melanggar syariat). Dan sungguh celaka
dan merugi bagi seorang anak yang tatkala kedua orang tua atau salah satunya masih hidup
lantas ia enggan merawatnya, enggan berbakti kepada mereka terlebih tatkala orang tua sudah
renta, bahkan sampai membiarkan orang tua terlantar tanpa perhatian dan kasih sayang dari
anak-anaknya. Demi mengejar karir, demi membahagiakan istri atau suami, sering kali
akhirnya orang tua dilupakan dan dikesampingkan. Tanpa disadari mereka mendekatkan diri
dengan api neraka dan azab-Nya.
Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru sangatlah ditekankan dalam
Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin
harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada
Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga menegaskan
kepada umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya. Muslim yang baik
tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama
Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu dan
ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia
untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain
pada Surah Al-Isra' yang artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai
Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu
kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24) Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua Seorang
anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan
kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti
kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt. Apalagi seorang anak
akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan
lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis
disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak
pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi) Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi
saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada
waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.”
Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR.
Bukhari) Banyak dari kita yang tidak menyadari sebenarnya ada bermacam rutinitas orang
tua, terutamanya Ibu kita yang sebenarnya cukup melelahkan, namun atas dasar tanggung
jawab sebagai orang tua, tidak menjadikan mereka berkeluh kesah terhadap perkara-perkara
rutinitas dalam keseharian itu. Maka wajib bagi kita selaku anak untuk membantu
meringankan beban orang tua tersebut, seperti halnya membantu menyapu halaman,
mengepel lantai, mencuci piring, membersihkan rumah dan pekerjaan-pekerjaan lainnnya.
Meskipun mungkin kita tidak setiap saat membantu mereka dalam meringankan pekerjaan-
pekerjaan tersebut, tapi niscaya hal itu akan membuat orang tua kita merasa bahagia. Kita
selayaknya berlaku lemah lembut dalam bertutur kata saat berbicara dengan orang tua kita,
jagalah setiap tutur kata kita, jauhilah ucapan-ucapan bernada tinggi, apalagi dengan kata-
kata kasar. Kepada pimpinan saja kita bisa berusaha santun (meskipun kadangkala hanya
basa-basi), seharusnya kita juga dapat bertutur lemah lembut terhadap orang tua kita.
Kadangkala kita melihat seorang anak yang berkata kepada orang tuanya dengan cara
berteriak-teriak, hal tersebut dapat melukai perasaan orang tuanya, dan laknat Allah Swt.
akan mendekatinya, Jika orang tua memerintahkan suatu hal yang dapat kita jalankan, maka
janganlah menolak atau menunda-nunda jika memang kita tidak memiliki halangan dalam
perkara tersebut. Orang tua telah memelihara dan melayani kita sejak kita lahir, sejak masih
bayi hingga dewasa dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Sangat tidak pantas ketika
tiba saatnya orang tua kita minta tolong kepada kita untuk melakukan suatu perkara yang
sanggup kita kerjakan, namun kita masih mencari-cari alasan untuk mengelak dari perintah
tersebut. Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan
kembali, bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar
berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun
bukanlah merupakan balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah
diberikan orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya
sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu
berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai
hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.” Tentu
saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah tanpa alasan.
Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua
dan guru. Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun
hikmah ya
Sebagai contoh dalam Luqman 14 :
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang Ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
Kita tidak boleh lupa bahwa mematuhi hak-hak Allah SWT adalah wajib, hak-hak manusia
juga harus diperhatikan. Tetapi dari semua manusia, hak-hak Ibu-Bapak adalah yang
terpenting.
Al Ahqaf 15 – 18
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang Ibu bapaknya,
Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah.
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada Ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah
kebaikan kepadaku dengan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada
Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". Mereka itulah
orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan
Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji
yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. Dan orang yang berkata kepada dua orang
Ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?
lalu kedua Ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan:
"Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini
tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". Mereka itulah orang-orang
yang telah pasti ketetapan atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum
mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.
Allah SWT telah memerintahkan dan menekankan manusia untuk memperlakukan kedua Ibu-
Bapaknya dengan hormat dan mulia. Dari kedua Ibu-Bapak, Ibu mendapat hak lebih besar
daripada Bapak karena alasan yang disebutkan pada ayat di atas. Nabi Muhammad SAW
bersabda:
“ Layani Ibumu, kemudian Ibumu, kemudian Ibumu, kemudian Bapakmu, kemudian saudara-
saudara terdekatmu kemudian saudara-saudara jauhmu.”
Sesungguhnya, Allah SWT telah memberikan kedudukan yang terhormat dan termulia untuk
semua Ibu berdasarkan beberapa alasan:
1. Ibu mengalami penderitaan yang berat ketika sedang hamil dan melahirkan anaknya.
2. Ibu memberikan makanan kepada anaknya baik ketika di dalam kandungan maupun setelah
lahir.
3. Biasanya Ibulah yang mendidik anak dan melayani kebutuhan anaknya baik siang maupun
malam.
4. Ibu mengajar dan mendidik anaknya. Para psikolog menyebutkan bahwa pelajaran dan
pendidikan di masa balita adalah faktor yang sangat menentukan di dalam membentuk
kepribadian seorang anak. Terbukti bahwa orang-orang besar dilahirkan oleh Ibu-Ibu yang
besar juga.
Di atas segalanya, menghormati seorang Ibu adalah wajib karena Allah SWT telah
memerintahkan kita untuk melakukannya. Sayang sekali banyak para Ibu yang
menyalahgunakan penghargaan yang diberikan Allah SWT ini. Banyak Ibu yang
memaksakan kehendaknya terhadap anak-anaknya dan mereka memilih untuk menuruti
kemauan Ibu mereka. Ini menyebabkan peran Bapak menjadi tidak efektif. Sedemikian
parahnya sampai sang Ibu bersekongkol dengan anak-anaknya melawan Bapak dalam urusan
keluarga, dan struktur keluarga menjadi lemah, bahkan sampai hancur.
Para Ibu ini melupakan perintah Allah SWT di dalam Al Qur’an. An Nisa 34
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara.
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya , maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Allah SWT telah menurunkan firmanNya di dalam Al Qur’an mengenai kehidupan keluarga
lebih banyak dari pada aspek-aspek lain karena kestabilan keluarga adalah hal paling penting
di mata Allah SWT. Tindak-tanduk yang tidak Islami dari para Ibu ini dan tindakannya
menyakiti suami-suaminya adalah sangat merusak. Ini mengurangi pahala bagi Ibu-Ibu ini
dari Allah SWT untuk pelayanan lainnya yang dilakukannya untuk keluarganya. Bebarapa
Ibu baru menyadari kesalahannya ini di hari tuanya ketika mereka terjebak di dalam masalah
keluarga yang diciptakannya sendiri. Sudah terlambat untuk memperbaiki kesalahannya
karena kerusakan terlanjur terjadi. Anak-anak yang teramat dicintainya adalah yang paling
dirugikan.
Sesungguhnya perbuatan apapun yang menghianati pengajaran Al Qur’an dan Hadits selalu
menjadi bumerang bagi para pelakunya.
Fathir 43
Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.
Saya yakin banyak yang akan setuju pada analisa di atas tetapi dibutuhkan keberanian yang
besar dan kepatuhan kepada Allah SWT untuk menghindari kerusakan yang diciptakan
sendiri ini terhadap keluarga dan masyarakat Muslim.
Perintah yang sangat rinci mengenai tugas kita terhadap Ibu-Bapak juga diturunkan di dalam
Al Isra 23 – 25
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil". Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu;
jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-
orang yang bertaubat.
Sekali lagi di dalam ayat-ayat ini Allah SWT memerintahkan penghormatan kepada Ibu-
Bapak disamping perintahNya untuk memujaNya semata. Oleh karena itu menghormati Ibu-
Bapak adalah kewajiban setiap orang. Ada beberapa tradisi yang bisa mendidik kita lebih
lanjut dalam hal ini.
Suatu waktu seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW
“Pekerjaan apakah yang dilakukan orang yang sangat dicintai Allah SWT?”
Nabi menjawab, “Shalat tepat pada waktunya,”
Orang itu bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?”
Nabi SAW menjawab, “Memperlakukan Ibu-Bapakmu dengan baik.” (Bukhari)
Abdullah bin Umar RA meriwayatkan bahwa seseorang meminta ijin Nabi Muhammad SAW
untuk mengikuti jihad.
Nabi Muhammad SAW bertanya, “Apakah Ibu-Bapakmu masih hidup?”.
Ia menjawab, “Ya, masih.”
Muhammad SAW bersabda, “Melayani kedua Ibu-Bapakmu adalah jihad bagimu.” (Bukhari)
Al Qur’an memerintahkan dan menekankan manusia dengan sangat menunjukkan hormat
semaksimum mungkin kepada Ibu-Bapak. Ini juga berarti menghormati sanak saudara dan
juga Sahabat-Sahabat Ibu-Bapak kita.
Abdullah bin Umar RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kalau
engkau menunjukkan hormat kepada teman-teman Bapakmu, sama juga dengan engkau
menunjukkan hormat kepada Bapakmu.” (Bukhari) Pada ayat-ayat Al Isra di atas, Allah SWT
telah mengingatkan kita tentang ketidak berdayaan serta ketergantungan total kita terhadap
Ibu-Bapak dimasa kecil kita. Ibu-Bapak kita memenuhi semua keinginan kita dengan sukacita
dan penuh kasih sayang. Adalah menjadi kewajiban kita untuk memperlakukan Ibu-Bapak
kita setara dengan itu.
Walaupun Ibu-Bapak harus dihormati sepanjang waktu, perhatian khusus, timbang rasa dan
kasih harus lebih diberikan kepada Ibu-Bapak dimasa usia tua mereka.
Perintah yang rinci dan penting telah difirmankan oleh Allah SWT:
1. Jangan mengucapkan sepatah katapun yang menunjukkan ketidak hormatan terhadap mereka.
2. Jangan membentak mereka.
3. Berbicaralah dengan Ibu-Bapak dengan hormat dan santun.
4. Bersikaplah merendah dan lembut kepada mereka. Kerendahan hati ini akan menunjukkan
cintakasih kepada mereka. Kerendahan hati ini harus keluar dari lubuk hati, dan bukan basa
basi saja.
5. Tidaklah mungkin seseorang bisa menunjukkan segala bentuk kesenangan kepada Ibu-
Bapaknya, karena anda hanya bisa melakukannya sepanjang kemampuan anda
ng bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama. Apabila kedua orang
tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha. Berbakti kepada orang tua
dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan
amal saleh tersebut. Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan
dipanjangkan umur. Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah
(surga) oleh Allah Swt

Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/09/pentingnya-hormat-dan-patuh-
kepada.html
Ulul Amri bisa diartikan pemimpin, yang mengurus, mengatur,
dan memerintah. Antara pemimpin dan yang dipimpin hendaknya
saling menhormati dan menghargai. Pemimpin menghormati
rakyatnya dengan menjalankan tugas dan kewajibannya dengan
ikhlas karena Allah. Yang dipimpin dianggap menghormati
pemimpinnya apabila melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
yang dipimpin dengan niat ikhlas karena Allah.Terhadap Ulul
Amr

‫ف نرظظرر‬ ‫وأفركبْبر درجاَ ض‬


‫ت أفركبْفبظر فوفللَخخفرةظ بفبرع ض‬
‫ضرلفناَ فكري ف‬
‫ضظهرم ف ض‬
‫ض فعفلىَ بفبرع ف‬ ‫ف فظ فف ف‬
(٢١)‫ضيل‬ ‫تفبرف خ‬

(٢٢) ‫فمرظذول فمرذظموُلماَ فبتَفبرقعظفد آفخفر إخ فللاَ اللضخه فمفع فرتفعرل ل‬


‫خ‬
َ‫ضى‬ ‫الرخكبْفبفر خعرنفدفك يفبربْبلظغفضن إخضماَ إخرحفساَلناَ فوخباَلرفوُالفديرخن إخضياَهظ خإل تفبرعبْظظدوا فأل فرب ف‬
‫ك فوقف ف‬

Anda mungkin juga menyukai