JUDUL PROGRAM
Diusulkan oleh :
SURAKARTA
2009
PROPOSAL
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN
(PKM-P)
A. JUDUL
PENERAPAN MOL (MIKROORGANISME LOKAL) DARI BONGGOL PISANG
(Musa paradisiaca) SEBAGAI BIOSTARTER DALAM PEMBUATAN KOMPOS.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang massalah di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara memanfaatkan bonggol pisang (Musa paradisiaca) menjadi mol
yang akan digunakan sebagai bio starter?
2. Bagaimana cara membuat kompos organik dengan bio starter yang hemat biaya dan
ramah lingkungan?
D. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Pemanfaatan bonggol pisang sebagai bahan baku pembuatan MOL ( Mikro
Organisme Lokal ) yang mudah ditemukan di masyarakat.
2. Membuat MOL ( Mikro Organisme Lokal ) bonggol pisang sebagai starter dalam
pembuatan kompos.
3. Mengaplikasikan MOL bonggol pisang sebagai biostarter dalam pembuatan kompos.
4. Megurangi ketergantungan masyarakat terhadap starter kimia.
F. KEGUNAAN
Kegunaan dari program ini adalah :
1. Memberi alternatif starter dalam pembuatan kompos dengan pemanfaatan bonggol
pisang yang diolah menjadi MOL.
2. Menumbuhkembangkan aplikasi ilmu-ilmu bioteknologi berbasis mikroba yang
dikemas secara sederhana sehingga bisa dinikmati masyarakat.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. BIOSTARTER
Bioaktivator adalah suatu campuran senyawa yang berfungsi sebagai biostimulans
yang dapat merangsang kerja bakteri untuk menguraikan hidrokarbon minyakbumi yang
masuk ke dalam lingkungan laut. Prinsip kerjanya adalah mengimbangi munculnya
defisiensi nutrisi akibat kelebihan hidrogen dan karbon dalam lingkungan laut. Dengan
bioaktivator tersebut, lingkungan laut mengalami keseimbangan kembali unsur-unsur gizi
yang diperlukan oleh biota dan ekosistem untuk melanjutkan proses regenerasinya.
Upaya membuat suatu formula bioaktivator telah dilakukan di Universitas Hasanuddin
sejak sepuluh tahun yang lalu. Saat ini formula tersebut, Bioaktivator UH-1 (BUH-1),
telah digunakan untuk berbagai kajian in-vitro dalam mendegradasi minyakbumi dalam
lingkungan laut. Hasil kajian menunjukkan adanya prospek yang baik untuk
dikembangkan lebih jauh. Dalam waktu 336 jam, BUH-1 terbukti mendegradasi
minyakbumi 240 persen lebih besar dibanding dengan tanpa penggunaan BUH-1 tersebut
(Damma, 1993). Kondisi yang sama untuk lingkungan sungai bahkan menghasilkan
penambahan kemampuan mendegradasi menjadi lima kali lipat (Edward, 1995).
Penelitian aplikasi sedang dipersiapkan dan menunggu kesempatan riset terapan yang
memadai. Bantuan dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait mutlak diperlukan Contoh-
contoh biostarter antara lain stardec dan EM-4 ( Alvian noor : 2003).
EM-4 adalah kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman. Sebagian besar mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp.
bakteri penghasil asam laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik
Streptomyces sp. dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah
organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga
hama dan mikroorganisme patogen.
EM-4 diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi
mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan
kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman secara berkelanjutan.
EM-4 juga dapat digunakan untuk mempercepat pengomposan sampah organik
atau kotoran hewan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada
tambak udang dan ikan.
EM4 sendiri mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri
fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat
diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman
kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik
digunakan sebagai bahann pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi
yang sangat baik untuk mikroorganisme. Keuntungan em-4 antara lain ;
1. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2. Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, serta menekan aktivitas serangga hama
dan mikroorganisme patogen.
3. Meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman dan menjaga kestabilan
produksi.
4. Mempercepat proses fermentasi pada pembuatan Kompos. kompos yang dibuat
dengan teknologi EM disebut dengan BOKASHI.
5. Memperbaiki komposisi dan jumlah mikroorganisme pada perut ternak sehingga
pertumbuhan dan produksi ternak meningkat (Songgolangit : 2008).
2. BONGGOL PISANG
Tanaman ini banyak ditemukan di Indonesia, terutama, di daerah yang banyak
mendapat sinar matahari. Pohon pisang bisa mencapai ketinggian 3 m. Batangnya yang
berupa batang semu berpelepah berwarna hijau sampai coklat.
Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam keluarga besar
Musaceae, sebagaimana penggolongan dari tingkat Kingdom hingga species berikut ini:
· Kingdom : Plantae
· Division : Magnoliophyta
· Class : Liliopsida
· Orde : Zingiberales
· Family : Musaceae
· Genus : Musa
· Species : Musa Paradisiaca
(Tjiptrosoepomo Gembong : 1989)
Jantung pisang yang merupakan bunga pisang berwarna merah tua keunguan. Di
bagian dalamnya terdapat bakal pisang. Bonggol pisang, yakni bagian terbawah dari
batang semu yang berada di dalam tanah, mengandung banyak cairan yang bersifat
menyejukkan dan berkhasiat menyembuhkan Kandungan & manfaat: Pisang bersifat
mendinginkan. Zat tanin pada pisang bersifat antiseptik, sedangkan zat saponin
berkhasiat mengencerkan dahak. Pisang, terutama pisang raja, mengandung kalium yang
bermanfaat melancarkan air seni. Selain itu, juga mengandung vitamin A, B, C, zat gula,
air, dan zat tepung ( Rosy : 2005)
Zat mineral yang terkandung dalam bonggol pisang antara lain :
Tabel 1. Daftar Komposisi Bahan Makanan
Kalori Protein Lemak Hidrat Ca P Fe Vitamin Air
(si) (si) (mg) arang (mg) (mg) (mg) (mg) (%)
(mg)
Basah 43 0,6 11,6 15 60 0,5 0,01 12 86
kering 245 3,4 66,2 60 150 2 0,04 4 20
(Daftar Komposisi Bahan Makanan, Dir. Gizi, 1979).
Berdasarkan komposisi kimia bonggol pisang tersebut maka bonggol pisang dapat
dipergunakan sebagai bahan makanan yang cukup baik, karena bonggol pisang cukup
banyak mengandung karbohidrat (66,2%), maka pemanfaatannya sebagai bahan makanan
(pengganti beras dan gandum paling sederhana) dan juga dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan alkohol. Alkohol tersebut dapat berfungsi sebagai pengganti bahan bakar
minyak (BBM). Alkohol yang diperoleh tersebut juga dapat dipergunakan sebagai bahan
industri kimia, bahan kecantikan dan kedokteran (Munadjim : 1983).
Sumber Pati/Hidrat arangBonggol pisang basah mengandung kira-kira 11% pati.
Pati ini dapat dipisahkan dengan metode pengepresan. Bonggol pisang yang masih segar
dihancurkan/diparut dengan mesin penghancur (parut), kemudian dimasukkan ke dalam
mesin pengepres. Pati akan mengendap dan airnya ditampung dalam bejana untuk
diendapkan. Pati yang diperoleh dikeringkan hingga bebas air. Pengeringan dapat
dilakukan dengan sinar matahari atau dengan alat khusus. Agar pati tidak lekas rusak,
maka pengeringan dilakukan secepat mungkin ( Anonim : 2009 ).
3. MOL
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah aktivator atau starter kompos yang
diperlukan untuk mempercepat pengomposan namun dibuat sendiri dan berasal dari
sampah organik rumah tangga. Keunggulanan penggunaan MOL tentu saja karena murah
meriah tanpa biaya
MOL adalah kumpulan mikro organisme yang bisa “diternakkan”, fungsinya
dalam konsep zero waste adalah untuk starter pembuatan kompos organik. Dengan MOL
ini maka konsep pengomposan bisa selesai dalam waktu 3 mingguan.
Cara-cara lain dalam membuat mol misal dari bahan sampah dapur yang mudah
membusuk, sayur kemarin yang basi. Bisa juga dari bahan lain misalnya keong sawah
yang ditumbuk, buah nenas yang busuk. Tinggal pilih bahan yang paling mudah didapat
disekitar kita. Setelah bahan dipilih dari salah satu di atas, kemudian dimasukkan ke
dalam drum plastik, dan diberi air, hingga bahan tenggelam. Setelah 4 atau 5 hari MOL
ini sudah bisa dipakai.
Selain untuk starter kompos, MOL bisa juga dipakai untuk pupuk cair dengan
cara diencerkan terlebih dahulu, 1 bagian MOL dicampur 15 bagian air ( Vidi
Januardani : 2009)
Tiga bahan utama yang menyusun mol adalah :
1. Karbohidrat : Bisa dari Air cucian beras (Tajin), nasi bekas (basi), singkong, kentang,
gandum. Bahan yang paling sering digunakan adalah air tajin.
2. Glukosa : bisa dari gula Merah bata diencerkan dengan air(diulek sampai halus) , bisa
dari cairan gula pasir , bisa dari gula batu dicairkan, bisa dari air gula , air kelapa
3. Sumber Bakteri : Bisa dari keong, kulit buah-buahan misalnya tomat, pepaya, dan lain
- lain, lalu bisa juga dari air kencing, atau apapun yang mengandung sumber
bakterinya ( Ivan Hadinata : 2009).
Pada umumnya mikro organisme hanya membutuhkan 2 komponen hidup, yaitu
air dan udara. Sedikit berbeda dengan makro organisme atau makhluk hidup yang terlihat
mata, membutuhkan tiga komponen hidup air, udara dan tanah. Mikro organisme tidak
membutuhkan tanah sebagai media penunjang hidupnya tetapi mereka bisa hidup di tanah
dan lebih mudah berkembang di tanah.
Mikro organisme selalu ada disetiap makhluk hidup yang makro, mereka tumbuh
dimana ada air dan udara. Oleh karena itu mengumpulkan mikro organisme bukanlah
pekerjaan yang sulit, karena mereka selalu ada di setiap makhluk hidup. Itulah sebabnya
pengumpulan mikro organisme dilakukan melelui media makhluk hidup yang sudah mati,
karena pada makhluk hidup yang sudah mati mereka (mikro organisme) berkembang
lebih cepat.
a. Prinsip-prinsip membuat MOL
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan prinsip-prinsip pembuatan kompos, hanya
saja prinsip pembuatan MOL membutuhkan lebih banyak air dan sedikit udara, untuk
mempercepat pertumbuhan Mikro Organisme di tambahkan gula atau bahan-bahan
organik yang manis, seperti air kelapa, air tebu, air nira, dan buah-buahan yang manis.
b. Bahan-bahan membuat MOL
Juga tidak berbeda dengan bahan-bahan kompos, hanya saja volume bahan
organiknya lebih sedikit dan lebih banyak air, di tambah dengan gula atau bahan organik
yang manis.
c. Macam - macam pembuatan mikro organisme lokal (MOL) yaitu:
Pertama, dengan menggunakan air rebusan dari air kacang kedelai. Cara
pembuatan mikro organismenya dengan cara rebus air kedelai, untuk 10 liter air di
campur dengan gula merah ¼ kg.
Kedua, dengan menggunakan air kelapa sebagai larutan organisme, untuk 10 liter
air kelapa dicampur dengan gula merak sebanyak ¼ kg ditambah dengan buah-buahan
busuk (pisang, pepaya, semangka, dan lainnya). Buah yang rasanya manis banyak
mengandung unsur K (Calori).
Ketiga, jika menggunakan larutan keong mas atau limbah ikan. Dengan cara ini
cukup ditambah air kelapa sebanyak 10 liter dicampur dengan gula merah ¼ kg,
kemudian dicampur dengan keong mas sebanyak 2 kg di tambah dengan limbah ikan
secukupnya. Untuk menghilangkan bau yang tidak sedap cukup ditambah dengan empon-
empon kunyit sebanyak ¼ kg dan lengkuas sebanyak ¼ kg.
Keempat, kemudian jika dengan menggunakan batang pisang. Bahan yang perlu
dipersiapkan adalah air sebanyak 10 liter, gula merah ¼ kg, batang pisang (ati/ares) 5 cm.
Bahan-bahan ini banyak mengandung unsur N dan K.
4. KOMPOS
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi
dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur
dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini
meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah
mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun
anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang
sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec,
ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM
(Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos
(vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah
untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi
bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara.
Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak
membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk
kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat
kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos
yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur
lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah
petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan,
dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang mengandung
karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair
dan limbah industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan
bahan baku pengomposan.
Tabel 2. Bahan – bahan yang umum untuk dijadikan kompos
Asal Bahan
1. Pertanian
Limbah dan residu tanaman Jerami dan sekam padi, gulma, batang
dan tongkol jagung, semua bagian
vegetatif tanaman, batang pisang dan
sabut kelapa
Limbah & residu ternak Kotoran padat, limbah ternak cair,
limbah pakan ternak, cairan biogas
Azola, ganggang biru, enceng gondok,
Tanaman air
gulma air
2. Industri
Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas,
ampas tebu, limbah kelapa sawit,
Limbah padat
limbah pengalengan makanan dan
pemotongan hewan
Alkohol, limbah pengolahan kertas,
Limbah cair ajinomoto, limbah pengolahan minyak
kelapa sawit
Limbah rumah tangga
H. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen dengan melakukan
percobaan di laboratorium.
1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi Program Studi Pendidikan
Biologi jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, kegiatan ini dilaksanakan selama 3
bulan.
2. Bahan dan Alat yang Digunakan
a. Adapun bahan yang digunakan antara lain :
1) Bonggol pisang 10 kg
2) Gula merah 12 kg
3) Air beras 60 liter
4) Air
b. Alat yang digunakan antara lain :
1) Tong plastik
2) Plastik penutup
3) Selang plastik
4) Botol
c. Pasokan Bahan Baku
Untuk bonggol pisang dapat diambil dari kebun atau budidaya, gula merah
diperoleh dengan membeli, dan air beras dapat diperoleh dengan membuat rendaman
beras kemudian diambil airnya.
1. Langkah Operasional
1) Menyiapkan semua alat dan bahan
2) Menumbuk / menghaluskan bonggol pisang, kemudian menempatkan dalam
wadah plastik bersama dengan air beras
3) Memasukkan gula merah dalam adonan tersebut, kemudian mengaduk hingga
rata
4) Menyimpan adonan tersebut dalam tong plastic
5) Menutup tong plastik tersebut dengan menggunakan plastik penutup dengan rapat
6) Memberi lubang udara dengan cara memasukkan selang plastik yang
dihubungkan dengan botol yang sedah terisi air ( ujung selang plastik harus
terendam dalam air ).
7) Membiarkan fermentasi anaerob tersebut berlangsung selama 15 hari
Selang plastik
I II III IV V VI
1. Tahap Persiapan
administrasi
alat dan bahan
2. Eksperimen
Eksperimen I
Evaluasi I
Eksperimen II
Evaluasi II
Eksperimen III
Evaluasi III
Pelaporan awal
3.
Pelaporan akhir
4.
RANCANGAN BIAYA
PEMBUATAN MOL (Mikroorganisme Lokal) BONGGOL PISANG
Tabel 6. Rancangan biaya
No A. PERALATAN RINCIAN JUMLAH
PENUNJANG
1 Drum plastic 6 @300.000,- Rp1.800.000,-
2 Selang Plastik 6 @100.000,- Rp 600.000,-
3 Ember + tutup 3 @ 50.000,- Rp. 150.000,-
4 Penumbuk 1 @165.000,- Rp. 165.000,-
5 Botol 3 @ 50.000,- Rp. 150.000,-
6 Pisau 5 @ 20.000,- RP. 100.000,-
7 Pipa Pralon 6 @ 35.000,- Rp. 210.000,-
8 Pengaduk 3 @ 30.000,- Rp. 90.000,-
9 Solder 1 @ 195.000 Rp. 195.000,-
10 Kertas Label 3 @ 10.000 Rp. 30.000,-
11 Sarung tangan karet 5 @ 50.000 Rp. 250.000,-
12 Termometer 3 @ 100.000 Rp.300.000,-
13 Masker 5 @ 35.000 Rp.175.000,-
14 Timbangan 1 @ 230.000,- Rp. 230.000,-
15 Garpu Pembalik 3 @ 80.000 Rp. 240.000,-
16 Ayakan 2 @ 50.000 Rp.100.000
Sub total Rp 4.785.000,-
B.BAHAN HABIS PAKAI
1 Bonggol pisang 10 Kg @ 240.000,- Rp.2.400.000,-
2 Gula Jawa 12 Kg @ 12.000,- Rp. 144.000,-
3 Air Beras 60 L @ 6000,- Rp. 360.000,-
4 Plastik Penutup 6 m @ 50.000,- Rp. 300.000,-
5 Stardec 3 @ 50.000,- Rp. 150.000,-
6 Jerami Rp.311.000,- Rp. 311.000,-
7 Lakban 5 @ 15.000 Rp. 75.000,-
8 Lem pipa pralon 6 @ 17.500 Rp.105.000,-
Sub total Rp.3.845.000,-
C. LAIN_LAIN
1 Penggandaan Proposal 6 @ 70.000,- Rp 420.000,-
2 Transportasi 6 @ 75.000,- Rp 450.000,-
3 Konsumsi 5 @ 100.000,- Rp. 500.000,-
Sub total Rp.1.370.000,-
J. DAFTAR PUSTAKA