Wassholatu wassalamu ‘aala asyrofil anbiyaai wal mursaliin, wa ‘alaa aalihi wa sohbihi ajma'iin. Amma ba’du. Para hadirin dan hadirat yang saya hormati dan Allah muliakan. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah mempertemukan dan mengumpulkan kita disini ditempat yang insyaAllah Allah berkahi dan dalam keadaan sehat wal’afiyat. Tak lupa kita ucapkan selalu shalawat serta salam untuk sekalian kekasih Allah SWT, manusia mulia panutan terbaik kita semua yakni Baginda termulia Nabiyullah Muhammad SAW, kepada para sahabatnya, tabi’in dan tabi’atnya serta kita sebagai umatnya yang senantiasa berusaha istiqomah melebur bersama cintaNya dan berharap syafaatnya di yaumul akhir nanti. Para hadirin dan hadirat yang saya hormati dan Allah muliakan. Hari ini, kita hidup berada di dunia merasakan terang dan gelapnya gulita, tubuh dan kaki ikut berpijak di atas bumi dengan leluasa, menghirup udara dengan bebas tanpa bantuan selang medis, merasakan asam dan garamnya kehidupan serta dapat menikmati hidangan yang Allah berikan kepada kita semua disini, tidak lain bukan karena kehebatan kita, kepintaran kita bukan dengan hadirnya kita langsung merasakan itu semua, tetapi berkat kekuasaan Allah yang telah menciptakan seorang laki-laki dan perempuan yang kini kita menyebutnya sebagai “Orang Tua”. Siapakah mereka? Betul, mereka ialah kedua orang tua kita, sepasang kekasih yang Allah satukan untuk saling mencintai dan menyayangi bukan hanya dirinya, tetapi keluarganya serta para keturunan mereka. Kita semua disini, beruntung. Karena Allah telah memberikan titipannya berupa seorang anak, laki laki dan perempuan, bahkan kembar sekalipun kepada orang tua kita, terutama ibu kita semua yang telah bersusah payah dan berlemah lemah dalam mengandung, melahirkan kita untuk menjadi putra-putrinya hingga tumbuh dan berkembang dengan sehat dan cerdas. Para hadirin dan hadirat yang saya hormati dan Allah muliakan. Kita semua disini, harus senantiasa mencerminkan rasa syukur dan perhormatan penuh kepada Allah serta orang tua yang telah melahirkan kita dalam keadaan muslim. Mengapa? Karena betapa dalam Islam Allah telah muliakan dan Allah perhatikan dengan kasih sayang-Nya detail kehidupan kita. Bagaimana Allah muliakan dan angkat derajat kedua orang tua kita terutama, ibu. Sampai Rasulullah SAW mengisyaratkan agar bakti kepada ibu tiga kali lebih besar daripada ayah sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA: “Suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, siapakah diantara manusia yang paling berhak kami sikapi dengan baik? Nabi menjawab, Ibumu. Orang itu bertanya lagi, siapa lagi setelah itu? Nabi menjawab, Ibumu. Orang itu bertanya lagi, siapa lagi setelah itu? Nabi menjawab, Ibumu. Orang itu bertanya lagi, Nabi kemudian menjawab kemudian Ayahmu,”. Dari hadits diatas dapat kita ketahui, sebuah perbandingan yang berbeda kepada Ayah dan Ibu kita. Atas dasar apa Rasulullah SAW mengisyaratkan perbandingan seperti itu, sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Luqman ayat 14, Allah SWT berfirman: “Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada ibu-bapa, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan susah payah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada ibu-bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu”. Para hadirin dan hadirat yang saya hormati dan Allah muliakan. Oleh karena itu, kita sebagai putra-putrinya yang sholih dan sholihah hendaknya selalu mencerminkan sikap serta perlakuan yang baik, penuh hormat, tata krama dan berbicara dengan penuh kerendahan hati, santun dan memiliki rasa takut serta kehati- hatian apabila melukai hati kedua orang tua kita terutama ibu, karena perilaku yang tidak baik kepada mereka akan menjadi catatan dosa dihadapan Allah SWT. Naudzubillahi mindzalik. Lalu, bagaimana sikap atau adab yang wajib kita miliki sebagai putra dan putri dari kedua orang tua ayah dan ibu kita agar mendatangkan keridhoan Allah serta catatan pahala sebagai anak yang berbakti? Bagaimanapun kita dalam berinteraksi harus memperhatikan rambu-rambu serta etika yang disebut adab. Menurut Imam al-Ghazali sebagaimana disebutkan dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasa’il al-Imam al-Ghazali sekurang-kurangnya ada tujuh adab anak kepada orang tua yang artinya, “Adab anak kepada orang tua, yakni mendengarkan kata-kata orang tua, berdiri ketika mereka berdiri, mematuhi sesuai perintah-perintah mereka, memenuhi panggilan mereka, merendah kepada mereka dengan penuh sayang dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan, tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintah mereka, tidak memandang mereka dengan rasa curiga, dan tidak membangkang perintah mereka.” Ketujuh adab yang telah disebutkan tadi, jika kita uraikan maka yang pertama ialah kita harus mendengarkan kata-kata orang tua yakni setiap kali kita sedang berbicara dengan mereka hendaklah mendengarkannya dan menyimaknya dengan baik tanpa bantahan yang kasar, atau memotong pembicaraan ketika belum selesai terlebih sedang memberikan nasehat. Apabila ingin, kita harus meminta izin agar tidak langsung memotong pembicaraan orang tua. Kedua, berdiri ketika mereka berdiri hal ini tidak hanya sebagai bentuk sopan dan santun tetapi mecerminkan kesigapan kita apabila orang tua membutuhkan bantuan kita sebagai anaknya. Ketiga, mematuhi sesuai perintah-perintahnya, sebagai anak yang patuh kita harus mematuhi apapun perintah orang tua misalnya apabila hendak bermain dengan teman-teman kita harus meminta izin terlebih dahulu dibolehkan atau tidak, jika tidak kita harus mematuhinya dengan berdiam dirumah atau bermain dirumah saja, kecuali perintah yang bertentangan dengan Allah. Keempat, memenuhi panggilan mereka apabila kedua orang tua kita memanggil hendaklah kita langsung menghampirinya dan menyambutnya dengan rasa hormat. Kelima, merendah kepada mereka dengan penuh kasih sayang dan tidak menyusahkan mereka dengan paksaan, seorang anak yang berbakti ia akan bersikap dengan penuh kasih sayang dan kelembuatan kepada mereka dan mengerti keadaan orang tua saat keinginan mereka tidak dapat langsung terpenuhi. Karena anak yang berbakti ialah mereka yang mengerti dan peka bagaimana susah payahnya kedua orang tua dalam mencari nafkah untuk anak dan keluarganya. Keenam, tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintahnya. Seorang anak harus selalu mengerti bahwa dahulu orang tua mengasuh dan membesarkannya tanpa kenal lelah dan selalu menyayangi. Untuk itu seorang anak harus selalu berusaha menyenangkan hati orang tua dengan melaksanakan apa yang menjadi perintahnya. Ketujuh, tidak memandang mereka dengan rasa curiga dan tidak membangkang perintah mereka. Seorang anak harus selalu berprasangka baik kepada orang tua. Jika memang ada sesuatu yang perlu ditanyakan, anak tentu boleh menanyakannya dengan kalimat pertanyaan yang baik dan tidak menunjukkan rasa curiga. Selain itu anak tidak boleh membangkang perintah-perintahnya sebab mematuhi orang tua hukumnya wajib. Para hadirin dan hadirat yang saya hormati dan Allah muliakan. Demikianlah pidato yang dapat saya sampaikan, bagaimana Allah perintahkan dalam firman-Nya serta Rasulullah SAW dalam sabdanya dan kalamnya para ulama tentang memuliakan kedua orang tua, adab yang harus kita miliki dan praktikan dalam kehidupan sehari-sehari. Semoga kita semua digolongkan menjadi anak yang sholih dan sholihah, berbakti dan penuh penghormatan kepada Allah, Rasul-Nya dan orang tua kita. Aamiin. Mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan apa yang saya sampaikan, karena kesempurnaan hanya milik Allah dan kesalahan datangnya dari saya sendiri. Terimakasih atas perhatian dan kehadirannya.