OLEH
Kelompok :6
Anggota : 1. Amalia Adriatna Putri (061740421536)
2. Dytha Florenza (061740421539)
Kelas : 5 KIA
Dosen Pembimbing: Ir. Muhammad Zaman, M.Si., M.T
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat
menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini
hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang
telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan pertanyaan dari rumusan masalah pada subbab sebelumnya maka
diperoleh tujuan dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
1 Memperoleh proto tipe alat pengering mekanis tipe cabinet dryer
2. Memperoleh kelayakan teknis, kualitas hasil, dan kelayakan finansial alat
pengering mekanis tipe cabinet dryer untuk pengeringan eceng gondok
sebagai bahan baku kerajinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
2.1.1. Pengertian Pengeringan
Pengeringan merupakan bagian dalam rangkaian operasi pada industri proses.
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat
sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat sampai batas yang
dapat diterima dengan menggunakan energi panas.Zat padat yang akan dikeringkan
terdapat dalam berbagai macam bentuk antara lain serpih, biji-bijian, serbuk, kristal,
lempeng, atau lembaran sinambung. Untuk mengeringkan bahan-bahan tersebut di
industri telah terdapat berbagai bentuk alat pengering. Alat-alat pengering itu antara
lain tray dryer, screen conveyor dryer, tower dryer, rotary dryer and spray dryer.
Tujuan dari pengeringan pada prinsipnya adalah menurunkan kadar air suatu
produk sehingga memenuhi rencana penggunaan selanjutnya. Secara garis besar
pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pengeringan secara alami (natural drying) dan pengeringan buatan (artificial
drying). Pengeringan secara alami dapat dilakukan dengan cara menjemur di
bawah sinar matahari (sun drying). Sedangkan pengeringan secara buatan
dilakukan dengan menggunakan alat pengering.Pengeringan alami atau pengeringan
matahari telah digunakan pada daerah beriklim panas untuk memproduksi buah-
buahan atau biji-bijian kering.
Pengeringan ini dapat dilakukan dengan penyinaran matahari langsung dimana
pengeringan dilakukan dengan udara kering panas. Terbukti bahwa buah-buahan
kering hanya dihasilkan di daerah dimana keadaan cuaca mendukung seperti
temperatur yang relatif tinggi, kelembaban relatif rendah, dan sedikit atau bahkan
tidak ada curah hujan
a. Pengeringan Adiabik
Pengeringan adiabatik adalah pengeringan dimana panas dibawa ke alat
pengering oleh udara panas. Udara panas ini akan memberikan panas pada bahan
pangan yang akan dikeringkan dan mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh
bahan. Sedangkan pengeringan isotermik adalah pengeringan dimana bahan yang
akan dikeringkan berhubungan langsung dengan lembaran atau plat logam panas.
2.1.2. Prinsip dasar dan mekanisme pengeringan
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan
pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas harus di
transfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air,
uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus di transfer
melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi panas harus di
sediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam
tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas. Lama
proses pengeringan tergantung pada bahan yang di keringkan dan cara pemanasan
yang digunakan. Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan makin
cepat pula proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering,
makin besar energi panas yang di bawa udara sehingga makin banyak jumlah massa
cairan yang di uapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran
udara pengering makin tinggi maka makin cepat massa uap air yang dipindahkan dari
bahan ke atmosfer. Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap
air. Pada kelembaban udara tinggi, perbedaan tekanan uap air didalam dan diluar
bahan kecil, sehingga pemindahan uap air dari dalam bahan keluar menjadi
terhambat. Pada pengeringan dengan menggunakan alat umumnya terdiri dari tenaga
penggerak dan kipas, unit pemanas (heater) serta alat-alat kontrol. Sebagai sumber
tenaga untuk mengalirkan udara dapat digunakan blower. Sumber energi yang dapat
digunakan pada unit pemanas adalah tungku, gas, minyak bumi, dan elemen pemanas
listrik.
Prinsip – prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat pengering
antara lain :
1. Pola suhu di dalam pengering
2. Perpindahan kalor di dalam pengering
3. Perhitungan beban kalor
4. Satuan perpindahan kalor
5. Perpindahan massa di dalam pengering
Proses utama dalam pengeringan adalah proses penguapan air maka perlu
terlebih dahulu diketahui karakteristik hidratasi bahan pangan yaitu sifat-sifat bahan
yang meliputi interaksi antara bahan pangan dengan molekul air yang dikandungnya
dan molekul air di udara sekitarnya. Peranan air dalam bahan pangan dinyatakan
dengan kadar air dan aktivitas air, sedangkan peranan air di udara dinyatakan dengan
kelembaban relatif dan kelembaban mutlak.
Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah sebagai
berikut:
1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.
2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian
bahan.
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-
lapisan permukaan komponen padatan dari bahan.
4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.
(Dewi, 2010)
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeringan
1. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk
mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan
dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
a. Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan
permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan
sehingga air mudah keluar,
b. Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana
panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan
mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke
permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
4. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara
untuk mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya
tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih
banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan
udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
5. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi
dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari
atmosfir (Supriyono, 2003).
2.2 Eceng Gondok
2.2.1. Pengertian Eceng Gondok
Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah
satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di
beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di
daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampungdikenal dengan nama
Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan
nama Tumpe. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga
tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan.
Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang
lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi
dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan
ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng
gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang
tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium
Amazon Brazil dan telah di introduksi ke daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia
(Langeland dan Burks, 1998 dalam Maysara 2010). Eceng gondok di Indonesia pada
mulanya diperkenalkan oleh kebun raya Bogor pada tahun 1894 yang akhirnya
tumbuhan yang tergolong dalam divisi Embryophytasi Phonogama dengan sub divisi
merayap keluar dari ketiak daun yang dapat tumbuh lagi menjadi tumbuhan baru
dengan tinggi 0,4 – 0,8 m tumbuhan ini memiliki bentuk fisik berupa daun-daun yang
tersusun dalam bentuk radikal (roset). Setiap tangkai pada helaian daun yang dewasa
memiliki ukuran pendek dan berkerut. Helaian daun (lamina) berbentuk bulat telur
lebar dengan tulang daun yang melengkung rapat panjang 7-25 cm, gundul dan warna
Bakal buah memiliki tiga ruang dan berisi banyak. Tangkai daun pada eceng gondok
bersifat mendatangkan dan membangun spon yang membuat tumbuhan ini
mengambang. Bunganya termasuk bunga majemuk berbentuk bulir, kelopaknya
berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak
memiliki tiga ruang dan warna hijau. Akarnya merupakan akar serabut. (Artati dan
Fadillah, 2006).
2.2.3. Ekologi
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran
air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat
beradaptasi dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan
perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air.
Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang
mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya
akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat
menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di
daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim
hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
Populasi tanaman baru sering terbentuk dari satu tanaman, induk yang
mempunyai akar,dan angin serta arus berkontribusi terhasap penyebaran tanaman ini.
Eceng gondok bersaldari daerah tropis Amerika Selatan namun telah
diadaptasikan dengan daerah panas didunia, meliputi Amerika Tengah, Amerika
Utara (California dan negara bagian selatan), Afrika, India, Asia, dan Australia.
Eceng gondok dapat ditemukan di Amerika Serikat bagian selatan, Virginia
hinnga Florida Selatan, ke barat hingga Missouri, Texas, dan California.
BAB III
METODE PENELITIAN
n
Ct
NPV =∑ −C 0
t =0 ( 1+ r )2
Keterangan:
a−b
PBP=n+ ×1 Tahun
c−b
Keterangan:
a = Jumlah investasi