1
Muarifah, Alif, Nurul Hidayati Rofiah, Mujidin Mujidin, Zhooriyati Sehu Mohamad, and Fitriana Oktaviani.
"Students’ academic procrastination during the COVID-19 pandemic: How does adversity quotient mediate
parental social support?." In Frontiers in Education, vol. 7, p. 961820. Frontiers, 2022.
2
Sulfemi, Wahyu Bagja. "Pengaruh disiplin ibadah sholat, lingkungan sekolah, dan intelegensi terhadap hasil
belajar peserta didik mata pelajaran pendidikan agama Islam." Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama
dan Keagamaan 16, no. 2 (2018).
Harvard
B. Tata Krama/berakhlak
Dalam interaksi sosial dengan manusia, diperlukan penerapan prinsip tata karma.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "tata" merujuk pada sikap yang penuh hormat dan
tertib sesuai dengan adat istiadat yang baik, serta beradab dalam tingkah laku, ucapan,
berpakaian, dan sebagainya, termasuk berbudi pekerti serta perilaku yang timbul darinya.
Sementara itu, "krama" mengacu pada sikap yang baik dalam berbudi pekerti dan
berperilaku. Jadi, apabila kedua kata tersebut digabungkan, "tata krama" mengandung
makna tentang memiliki moralitas yang baik, beradab, dan berperilaku dengan tata cara
yang baik. Tata krama merupakan kebiasaan sopan santun yang telah disepakati dalam
lingkungan sosial antara manusia.3 Tata krama memegang peran penting dalam pandangan
masyarakat terhadap seseorang. Jika seseorang memiliki tata krama yang baik, masyarakat
akan lebih mudah menerima kehadiran individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan mereka. Tata karma dalam islam biasa dikenal dengan kata “akhlak” yang
memiliki pengertian sifat-sifat yang timbul dari dalam diri individu secara spontan dan tanpa
disadari. Beberapa tokoh seperti Imam Ghazali menyampaikan penjelasan mengenai akhlak
sebagai karakteristik bawaan dalam diri yang menghasilkan berbagai tindakan dengan
mudah tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu.4
a. Tata Krama dalam Pergaulan
Tata krama dalam pergaulan merupakan aturan kehidupan yang mengatur
hubungan antar sesama manusia.5 merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan
saat membangun hubungan sosial dengan orang lain. Keuntungan menggunakan tata
krama dalam interaksi sosial adalah mengungkapkan sikap pribadi yang positif dan
menghormati orang lain, sehingga memudahkan seseorang untuk diterima di dalam
lingkungan.
Dengan menerapkan tata krama, seseorang akan diberi penghargaan dan orang
lain akan cenderung menghindari perilaku yang tidak sopan. Hal ini menciptakan
kenyamanan bagi orang lain dan memfasilitasi terjalinnya hubungan yang baik dengan
mereka. Tata krama juga berperan dalam menciptakan keteraturan, keselarasan,
kerukunan, keamanan, kedamaian, dan rasa tenteram dalam kehidupan bermasyarakat.
3
Shaula, Dea Faustina, and Noor Hasyim. "Menanamkan konsep tata krama pada anak melalui
perancangan game edukasi." Jurnal Informatika Upgris 3, no. 1 (2017).
4
Habibah, Syarifah. "Akhlak dan etika dalam islam." Jurnal Pesona Dasar 1, no. 4 (2015).
5
Gumilar, Gumgum. "ETIKA PERGAULAN."
orang bahkan tidak menyukai kebiasaan mengunyah makanan dengan suara yang
mengganggu. Tata krama makan dapat diterapkan dengan duduk dengan sikap yang
sopan, mengunyah makanan dengan tenang dan tanpa mengeluarkan suara, menjaga
kebersihan dan kerapihan meja makan, menghindari mengkritik makanan,
menghormati masakan orang lain dengan memberikan pujian, dan menghabiskan
makanan yang disajikan.
1. Menghargai perbedaan
Pada zaman ini, peran media sosial tidak hanya sebatas sebagai platform untuk
berbagi informasi, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi dan
mengungkapkan pendapat. Sudah tidak asing lagi bagi kita melihat berbagai pendapat
dan pemahaman yang kadang-kadang berbeda dengan prinsip-prinsip yang kita anut.
Untuk menghadapi situasi tersebut, penting bagi kita untuk memiliki sikap
saling menghargai. Perlu kita sadari bahwa setiap individu memiliki prinsip dan
pemikiran yang unik. Seperti halnya prinsip dan pendapat kita yang tidak bisa diubah,
demikian juga mereka memiliki pemikiran dan pendapat yang tidak bisa dipaksa.
6
Mutiah, Tuty, Ilham Albar, A. Rafiq Fitriyanto, and A. Rafiq. "Etika Komunikasi dalam menggunakan Media
Sosial." Jurnal Global Komunika 1, no. 1 (2019): 14-24.
2. Tidak menyebarkan berita hoax
Media sosial memiliki karakteristik yang bertentangan. Di satu sisi, dapat
memudahkan penyebaran informasi dan memfasilitasi komunikasi. Namun, di sisi lain,
mungkin menimbulkan sejumlah masalah, termasuk penyebaran berita palsu yang tidak
terkendali.
Dalam konteks ini, penting untuk menerapkan etika dalam penggunaan media
sosial. Salah satu aspeknya adalah menghindari dengan sungguh-sungguh
menyebarkan berita palsu. Meskipun tampak remeh, konsekuensi dari penyebaran
berita hoaks dapat menciptakan kecemasan bahkan perpecahan dalam masyarakat.
7
Makarim, Mufti. "Memaknai Kekerasan." Pusat Dokumentasi ELSAM 19 (2012).
8
Sukardi, Didi. "Perlindungan Hukum Anak Korban Penelantaran Orang Tua Berbasis Hukum Positif dan Islam."
Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 1, no. 2 (2016).
E. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual merupakan sebuah perbuatan melanggar hukum yang
berpotensi merugikan individu lain dan bahkan dapat menyebabkan trauma pada korban.9
Kejadian pelecehan seksual semakin meningkat, walaupun masih banyak orang yang
tidak mengerti tanda-tanda yang ada. Sebagai konsekuensinya, sangat menantang untuk
menghindari perilaku tersebut, baik ketika dialami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Memahami variasi pelecehan seksual kemudian dapat berfungsi sebagai upaya
perlindungan individu.
Macam – macam pelecehan seksual :
1. Pelecehan gender
Tindakan dan sikap seksis yang meremehkan dan mengejek perempuan dapat
berupa pernyataan dan perilaku yang merendahkan. Contoh-contohnya meliputi
komentar yang menghina, gambar atau tulisan yang merendahkan perempuan, lelucon
cabul, serta humor tentang seks atau perempuan secara umum.
2. Perilaku Menggoda
Perilaku seksual yang merendahkan, tidak pantas, dan tidak diinginkan meliputi
berulangnya ajakan seksual yang tidak diinginkan, memaksa lawan jenis untuk
melakukan kegiatan seperti makan malam, minum, atau berkencan, mengirimkan surat
dan melakukan panggilan telepon yang tetap berlanjut meskipun sudah ditolak, serta
tindakan serupa lainnya.
3. Penyuapan Seksual
Tuntutan untuk terlibat dalam aktivitas seksual atau perilaku seksual lainnya
dengan janji imbalan merupakan tindakan yang dapat dilakukan dengan cara terang-
terangan atau melalui cara yang lebih halus. Jenis tindakan semacam ini juga termasuk
dalam kategori pelecehan seksual.
4. Pemaksaan Seksual
Penggunaan paksaan dalam aktivitas seksual atau perilaku seksual lainnya
dengan ancaman hukuman termasuk dalam tindakan tersebut. Contohnya adalah
mengancam dengan evaluasi kerja negatif, mencabut promosi, bahkan ancaman
pembunuhan. Jika Anda mengalami perlakuan semacam itu, segera laporkan kepada
orang-orang terdekat atau kepada pihak berwenang yang berkompeten.
5. Pelanggaran Seksual
Pelanggaran seksual serius, yang mencakup tindakan seperti menyentuh,
merasakan, atau meraih secara paksa, serta penyerangan seksual, termasuk dalam
kelompok pelecehan seksual.
9
Sari, Ratna, Soni Akhmad Nulhaqim, and Maulana Irfan. "Pelecehan seksual terhadap anak." Prosiding
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2, no. 1 (2015).
serta daya rangsang.10 Dampak dan risiko narkoba atau narkotika dan obat-obatan
terhadap kehidupan dan kesehatan pecandu dan keluarganya semakin menimbulkan
kekhawatiran.
Narkoba memiliki sisi dua yang dapat memberikan manfaat namun juga
merusak kesehatan. Beberapa jenis obat-obatan termasuk dalam kategori narkoba dan
digunakan dalam proses penyembuhan karena efek menenangkan yang dimilikinya.
Namun, jika digunakan dalam dosis berlebihan, dapat menyebabkan ketergantungan.
Penyalahgunaan ini biasanya dimulai ketika pengguna merasakan efek yang
menyenangkan.
Hal ini mendorong keinginan untuk terus menggunakan narkoba guna mencapai
perasaan ketenangan yang bersifat halusinasi. Meskipun bahaya narkoba sudah diketahui
oleh banyak orang, hal ini tidak mengurangi jumlah pengguna. Meskipun ada
kemungkinan penyembuhan dari bahaya narkoba dan ketergantungannya, lebih baik
untuk segera berhenti menggunakan narkoba atau bahkan tidak menggunakannya sama
sekali.
Rokok merupakan tabung terbuat dari kertas yang berisi serpihan daun
tembakau, dilengkapi dengan filter atau tanpa filter. Ada berbagai jenis senyawa dalam
rokok, termasuk karbon monoksida, tar, dan nikotin. Karbon monoksida adalah gas
beracun yang bereaksi dengan hemoglobin dalam tubuh, mengakibatkan penurunan
kadar oksigen dalam darah. Tar adalah zat yang memiliki sifat karsinogenik, sementara
nikotin adalah zat beracun yang dapat merusak organ tubuh dan menyebabkan
kecanduan.11 Rokok mengandung racun-racun yang akan merusak semua fungsi organ
tubuh. Mula-mula rokok akan menganggu saluran pernapasan, yaitu hidung, tenggorokan
dan paru-paru.
Bahaya merokok bukan saja dapat mengancam kesehatan si perokok tetapi juga
orang lain yang ada di sekitar perokok. Mereka sering disebut dengan istilah “perokok
pasif”. Oleh karena itu, jika disekitarmu ada orang yang merokok tegurlah agar menjauh
darimu atau kamu yang berusaha menjauh dari mereka, agar terhindar dari kemungkinan
ikut menghirup asap dari rokok tersebut.
G. Pencegahan dan penanganan terhadap tindak kekerasan
a. Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Fisik
Berikut adalah beberapa langkah pencegahan dan penanganan yang dapat
dilakukan terhadap kekerasan fisik:
Pencegahan:
10
Supramono, Gatot. "Hukum Narkoba Indonesia." (2004).
11
Hakameri, Cecen Suci, Nia Septia Lisa, and Nurul Latifa. "Penyuluhan Rokok & Narkoba Di SMP N 4 Siak
Hulu." Prosiding Hang Tuah Pekanbaru (2020): 34-38.
2. Mengatasi faktor risiko: Mengidentifikasi dan mengatasi faktor risiko yang dapat
menyebabkan kekerasan fisik, seperti pengangguran, kemiskinan, ketidaksetaraan
sosial, dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.
3. Penguatan keluarga: Membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung dalam
keluarga, serta meningkatkan keterampilan komunikasi dan penyelesaian konflik yang
positif.
Penanganan:
1. Pelaporan dan penegakan hukum: Mendorong korban dan saksi untuk melaporkan
kekerasan fisik kepada pihak berwenang dan memastikan penegakan hukum yang tegas
terhadap pelaku kekerasan.
Penanganan:
4. Menjaga bukti dan dokumentasi: Penting untuk mencatat dan menjaga bukti perilaku
kekerasan psikis yang terjadi, termasuk catatan tanggal, waktu, dan deskripsi insiden.
Hal ini dapat berguna sebagai bukti dalam proses hukum atau ketika meminta
perlindungan hukum.
Pencegahan:
Penanganan:
1. Menyelamatkan dan melindungi: Jika ada indikasi atau laporan penelantaran,
langkah pertama yang penting adalah menyelamatkan dan melindungi korban. Hal ini
dapat dilakukan melalui intervensi langsung oleh pihak berwenang atau melalui
organisasi yang berfokus pada perlindungan anak atau orang dewasa yang rentan.
Pencegahan:
3. Akses ke layanan sosial: Memastikan akses yang mudah ke layanan sosial yang
mendukung, termasuk perumahan yang layak, pelayanan kesehatan yang terjangkau,
layanan konseling, dan dukungan keuangan. Ini dapat membantu mencegah situasi di
mana keluarga merasa terdesak dan mungkin melakukan tindakan penelantaran.
Pencegahan:
Penanganan:
3. Pusat krisis dan tempat perlindungan: Membangun dan menyediakan pusat krisis dan
tempat perlindungan bagi korban kekerasan seksual. Tempat-tempat ini dapat
menyediakan perlindungan yang aman, bantuan medis dan konseling, serta dukungan
emosional bagi korban.
Penanganan Narkoba:
Pencegahan Rokok:
1. Edukasi dan Kesadaran: Memberikan informasi yang jelas dan faktual tentang
bahaya merokok serta risiko kesehatan yang terkait. Kampanye edukasi yang kuat dan
jelas tentang bahaya merokok dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan
mempengaruhi perilaku konsumen.
3. Dukungan Berhenti Merokok: Memberikan dukungan dan sumber daya bagi mereka
yang ingin berhenti merokok. Program dukungan berhenti merokok yang melibatkan
konseling, terapi penggantian nikotin, dan kelompok dukungan dapat membantu
individu dalam mengatasi kecanduan dan memulai gaya hidup bebas rokok.
Sulfemi, Wahyu Bagja. 2018. "Pengaruh disiplin ibadah sholat, lingkungan sekolah,
dan intelegensi terhadap hasil belajar peserta didik mata pelajaran pendidikan agama Islam."
Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
Shaula, Dea Faustina, and Noor Hasyim. 2017 "Menanamkan konsep tata krama pada
anak melalui perancangan game edukasi." Jurnal Informatika Upgris
Habibah, Syarifah. 2015. "Akhlak dan etika dalam islam." Jurnal Pesona Dasar
Sukardi, Didi. 2016. "Perlindungan Hukum Anak Korban Penelantaran Orang Tua
Berbasis Hukum Positif dan Islam." Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam
Sari, Ratna, Soni Akhmad Nulhaqim, and Maulana Irfan. 2015. "Pelecehan seksual
terhadap anak." Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Hakameri, Cecen Suci, Nia Septia Lisa, and Nurul Latifa.2020 "Penyuluhan Rokok &
Narkoba Di SMP N 4 Siak Hulu." Prosiding Hang Tuah Pekanbaru