Anda di halaman 1dari 23

BASED COUSTUMER BRAND EQUITY

(Studi Kasus Terhadap Brand POP MIE)


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Islamic Branding
Dosen Pengampu : Muhammad Qoes Atieq, MBA

Disusun oleh:
1. Dahlia Indah N.H (2150210037)
2. Riska Ramayanti (2150210038)
3. Dewi Maharani (2150210039)
4. Husna Izzatin Nufus (2150210043)
5. Tsaniya Almer Elfayet (2150210061)

Kelas : B4MBR

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS
2023

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufiq, hidayah,
serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kuliah dalam bentuk makalah dengan
judul “Coustumer Based Brand Equity” guna memenuhi mata kuliah Islamic Branding. Sholawat
serta salam kami kami curahkan kepada junjungan Nabi Agung Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafaatnya kelak di akhir zaman.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung referensi dalam pembuatan dan peyelesaian makalah kali ini. Kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun dan pembaca. dan kami menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami butuh adanya kritik dan
saran terutama dari Bapak Muhammad Qoes Atieq, MBA. untuk perbaikan dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kudus, Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Branding merupakan salah satu proses manajemen strategis dalam suatu
pemasaran produk yang memungkinkan untuk mengidentifikasi dan membedakan mereka
dari produk dan layanan serupa. Praktik branding yang sukses berasal dari Customer-
Based Brand Equity (CBBE) konsep untuk memprediksi bahwa pelanggan akan
merespon positif terhadap produk, harga, promosi, dan distribusi dari produk bermerek
dibandingkan produk bermerek lainnya dalam kategori yang sama.

Tingginya proporsi angka dari segmentasi pasar membuat para pemilik usaha
mulai memperluas target pasar dan menyesuaikan mereknya untuk dapat menembus
segmentasi pasar yang telah di rencanakan sebelumnya. Perusahaan-perusahaan di
Indonesia menyesuaikan strategi pemasaran, produk dan ekuitas mereknya agar dapat
menjangkau Target pasar yang ingin dicapai . Salah satu merek yang memanfaatkan
momentum ini adalah Pop Mie. Menurut MacInnis(2017),sebuah perusahaan tidak cukup
dengan hanya membangun ekuitas merek, namun juga perlu mengembangkan dan
mempertahankan ekuitas mereknya agar dapat terus relevan dengan perkembangan
zaman.

Customer-based brand equity (CBBE) atau ekuitas merek berbasis konsumen,


mengacu pada emosi dan pengalaman yang muncul dalam pikiran konsumen saat melihat
suatu merek (Keller & Swaminathan, 2020). Dengan adanya CBBE, membuat konsumen
merasakan kepuasan tidak hanya dari aspek fungsional produknya saja tetapi juga
kepuasan psikologisnya saat mengkonsumsi sebuah produk. Keller juga menjelaskan agar
ekuitas merek semakin kuat, perusahaan harus memastikan merek berjalan di arah yang
benar, tetap inovatif dan relevan (Award, 2019). Hal inilah yang dilakukan oleh Seorang
Pengusaha untuk memastikan produk dan mereknya dapat terus memenuhi selera
konsumen. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini akan membahas bagaimana
penerapan Coustumet based brand equity terhadap produk POP MIE.
BAB II

MATERI
A. Definisi CBBE
Definisi customer based brand equity adalah suatu bentuk dari diferensiasi brand
akan pengetahuan brand sebagai hasil dari pengalaman konsumen dari brand tersebut.
Menurut Keller (2020) coustumer based brand equity merupakan “the differential effect
of brand knowledge on consumer response to the marketing of the brand”. 1 CBBE dinilai
positif ketika konsumen bereaksi lebih baik terhadap suatu produk atau strategi
pemasaran sebuah merek yang teridentifikasi daripada yang tidak.
Produk atau merek tertentu apabila semakin sering diingat akan memunculkan
ketergantungan produk tertentu ketimbang produk pesaing, ini artinya kekuatan suatu
merek akan lebih besar apabila merek itu lebih sering diingat oleh pelanggannya dan
akan lebih memprioritaskan merek tersebut ketimbang pesaing. CBBE muncul ketika
konsumen merasa familiar dengan merek dan memiliki asosiasi merek yang baik, kuat, dan unik
di dalam memorinya sehingga kekuatan dari sebuah merek terletak aipada apa yang ada di
benak dan hati konsumen.
Ekuitas Merek bisa menjadi kuat jika konsumen memiliki citra positif dan
asosiasi yang menguntungkan tentang merek tertentu. Jadi, ini berarti bahwa suatu merek
yang memiliki Asosiasi Merek akan meningkatkan nilai dari Ekuitas Merek perusahaan.2
Asosiasi Merek dapat membantu dalam menciptakan nilai baik bagi perusahaan maupun
pelanggannya dan membangun Ekuitas Merek dengan membedakan merek, menciptakan
perasaan atau sikap positif di benak konsumen.
Suatu Asosiasi Merek akan berdampak positif pada merek atas dasar pengalaman
pembelian yang dilakukan oleh pelanggan. Asosiasi Merek harus didukung dengan
strategi komunikasi, bagaimana atribut yang dimiliki merek lebih sering diingat dan

1
Keller, Leveraging Secondary Assisiacion To build Brand Equity: Theoritical Perspektives and Practical
Application, International Journal Of Advertising, (2020)

2
Sharma, “Effect of celebrity endorsements on dimensions of customerbased brand equity: empirical
evidence from indian luxury market”, Journal of Creative Communications 11, no. 3 (2016), 264–281
muncul di benak konsumen, terlebih lagi hal tersebut akan menciptakan penawaran yang
berbeda dari merek yang dirasakan oleh konsumen, sehingga membuat karakteristik dari
suatu merek dapat tercapai.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam CBBE, yaitu:
a. Efek diferensial
Efek diferensial yang dimaksud adalah pentingnya suatu merek memiliki ciri khas
yang bisa membedakan dan membuatnya unggul.
b. Pengetahuan merek
Perbedaan respon konsumen terhadap suatu merek juga dapat diukur dari hasil
pengetahuan yang dimiliki konsumen tentang merek tersebut atau apa yang ada di
benak konsumen tentang merek tersebut.
c. Respon konsumen
Respon konsumen terhadap aktivitas pemasaran yang tercermin dəri persepsi, pilihan,
dan perilaku konsumen Jugǝ Dapat menentukan ekuitas sebuah merek.

B. Dimensi CBBE
Menurut keller terdapat 4 dimensi pada coustumer based brand equity (CBBE),
diantaranya:3
1. Brand identy
Brand identy ini termasuk suatu strategi yang digunakan untuk menggambarkan
kemampuan yang dimiliki oleh sebuah merek dalam menyampaikan identiitasnya
dengan baik kepada konsumen, sehingga dapat tertanam dalam benak konsumen.
 Brand Sallence
Brand Sallence berkaitan dalam menunjang kesadaran merek yang terdiri dari
aspek-aspek sebuah merek, seperti seberapa sering dan seberapa mudah sebuah
merek diingat dan dikenal dalam berbagai situasi. Faktor ini menyangkut seberapa
bagus elemen merek menjalankan fungsinya sebagai pengidentifikasi produk.
Kesadaran merek bukan hanya menyangkut apakah konsumen mengetahui nama
merek dan pernah melihatnya, namun juga menghubungkannya dengan
mengaitkan merek(nama merek, logo,simbol, dan seterusnya) dengan asosiasi-
asosiasi tertentu dalam ingatan konsumen.
3
Swaminathan, Kaller, Startegic Brand Management (Global Edition: Pearson Education Limited, 2020)
2. Brand Meaning
Brand meaning dalam CBBE menggambarkan citra merek yang tercipta dari asosiasi-
asosiasi yang berkaitan denngan merek dan berdasarkan pengalaman dari konsumen
terhadap merek.
 Performance
Berkenaan dengan kemampuanprodukdanjasadalam memenuhi kebutuhan
kesehatankonsumen. Secara garis besar, ada lima atribut dan manfaat pokok yang
mengaturkinerja merek:
 unsur primer dan fitur suplemen
 reliabilitas, durabilitas, dan kemudahan servis produk
 efektivitas, efisiensi , dan layanan empati
 model dan desain
 harga .
 Imagery
imagery merupakan suatu kemampuan merek dalam memenuhi kebutuhan
psikologis atau sosial pelanggan. Brand imagery dapat terbentuk secara langsung
(melalui pengalamankonsumendan kontaknya dengan produk, merek,pasar, atau
penggunaan situasi) dan tidak langsung (melalui iklan dankomunikasi).
3. Brand Response
Brand response menggambarkan suatu respon dari konsumen tentang pengalaman
yang mereka rasakan dan tentang persepsi mereka terhadap sebuah merek serta
aktivitas pemasarannya .
 Judgement
Berfokus pada pendapat dan evaluasi konsumen terhadap merek berdasarkan
kinerja merek dan asosiasicitrayang dipersepsikannya.
 Feeling
respon dan reaksi emosionalkonsumenterhadapmerek. Reaksi semacam ini bisa
berupa perasaankehangatan, kesenangan, kegembiraan, keamanan, persetujuan
sosial, dan harga diri.
4. Brand Relathionship
Brand relathinship menggambarkan hubungan antara merek dengan konsumennya
yang ditandai dengan perasaan selaras sehingga menghasilkan ikatan psikologi yang
kuat antara konsumen dengan merek.
 Resonance
Mengacu pada karakteristik hubungan yang dirasakan pelanggan terhadap merek
tertentu. Resonansi pantulan pada intensitas atau kekuatan ikatan psikologis
antara pelanggan dan merek, serta tingkat aktivitas yang menimbulkan loyalitas
tersebut (misalnya, tingkat pembelian ulang, usaha dan waktu yang dicurahkan
untuk mencariinformasimerek, dan seterusnya). Secara spesifik, resonansi
meliputi perilaku loyalitas (Share of Category Requirements),loyalitas , sense of
community (identifikasi dengan brand community), dan keterlibatan aktif
(berperan sebagai brandpenginjil dan duta merek ).

C. Bagian-Bagian CBBE
Berikut merupakan bagian-bagian inti pada CBBE :
1. Kesan Kualitas Merek ( Brand Perceived Quality )
Durianto (2001:96) menyebutkan kesan kualitas adalah persepsi pelanggan
terhadap kualitas suatu merek produk. Kesan kualitas tidak harus didasarkan pada
pengetahuan tentang spesifikasi produk secara rinci, dan kesan kualitas dapat
mengambil bentuk yang berbeda-beda untuk berbagai jenis industri. Kesan kualitas
akan mempengaruhi secara langsung terhadap keputusan pembelian dan loyalitas
merek, khususnya apabila pembeli tidak termotivasi atau mampu untuk memberikan
analisis detil tentang produk.
Persepsi kualitas mempunyai peranan yang penting dalam membangun suatu
merek, dalam banyak konteks persepsi kualitas sebuah merek dapat menjadi alasan
yang penting pembelian serta merek mana yang akan dipertimbangkan konsumen
yang pada gilirannya akan memengaruhi konsumen dalam memutuskan merek mana
yang akan dibeli.
2. Kesan Nilai Merek dari Sebuah Harga ( Brand Perceived Value for The Cost )
Kesan nilai merek dari sebuah harga (Brand Perceived Value for The Cost (PVC)
ditegaskan sebagai penilaian keseluruhan dari konsumen terhadap kegunaan merek.
3. Keunikan Merek ( Brand Uniqueness )
Keunikan merek (uniqueness of brand ) adalah asosiasi terhadap suatu merek mau
tidak mau harus terbagi dengan merek merek lain. Oleh karena itu, harus diciptakan
keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi konsumen untuk memilih suatu
merek tertentu. Dengan memposisikan merek mengarah kepada pengalaman atau
keuntungan diri dari image produk tersebut. Dari perbedaan yang ada, baik dari
produk, pelayanan, personil, dan saluran yang diharapkan memberikan perbedaan dari
persainganya, yang dapat memberikan keuntungan bagi produsen dan konsumen, atau
dengan kata lain merupakan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh produk/merek
tersebut.
Keunikan didefinisikan sebagai level dimana para konsumen merasa bahwa
merek tersebut berbeda dari merek-merek saingannya atau bagaimana merek tersebut
dipandang cukup berbeda dari para pesaingnya.
Penilaian dari keunikan sebuah merek dapat disimpulkan melalui berbedanya
tanggapan periklanan atau dari pengalaman langsung merek tersebut. Terlepas dari
bagaimana keunikan tersebut dibentuk, jika suatu merek dianggap unik, maka merek
tersebut dapat menempatkan harga tinggi di pasar.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang bersikap deskriptif, data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata gambar, bukan angka-angka. Dengan demikian, hasil dari
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
penelitian. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Adapun
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu data yang terbentuk berupa uraian kata-kata atau lampiran untuk dikumpulkan dan
kemudian dilakukan analisa secara deskriptif. Peneliti ini menggunakan metode penelitian
kulitatif deskriptif ini karena penulis ingin mengetahui tentang fakta mengenai coustumer Based
brand equity pada produk POP MIE. Peneliti mengakumulasi data sehingga membuat
kesimpulan dari keseluruhan data yang diteliti.

Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena
metode ini merupakan startegi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Proses pengumpulan
data dapat dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan adalah orang
diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara, yang diperkirakan menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian Ada pun kriteria-kriteria
yang peneliti tuju yaitu:

1. Mereka yang masih tergolong berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan yang diteliti.
2. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta memberikan informasi.
3. Mereka yang mulanya tergolong cukup asing dengan penulis sehingga lebih
menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Peneleti menentukan informan pada penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive
sampling, dimana peneliti memilih berdasarkan kriteria yang telah diterapkan berdasarkan tujuan
penelitian, kriteria yang penulis tentukan sesuai dengan topik penelitian dan mempunyai
kredibelitas untuk menjawab penelitian ini.
Dalam penelitian ini peneliti dalam wawancara menggunakan teknik wawancara semi
struktur. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara semi struktur. Merupakan teknik
pengumpulan data atau informasi yang lebih terbuka dengan memberikan kesempatan kepada
narasumber untuk memberikan jawaban mengenai pendapat mereka. Pada wawancara semi
struktur ini, pewawancara mempunyai garis besar pokok pembicaraan tentang Coustumer Based
Brand Equity atau ekuitas merek yang berbasis konsumen. dimana ekuitas merek berbasis
konsumen tersebut di dasarkan pada 4 dimensi yaitu Brand identy , Brand Meaning, Brand
Response, Brand relathionship.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis terlebih dahulu pada pengumpulan data
berlangsung dan setelah pengumpulan data dilapangan. Dalam menganalisis data, penulis
melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Data Reduction
Reduksi data disini adalah peneliti merangkum data-data yang sudah dikumpulkan
dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi mengenai
ekuitas merek berbasis konsumen atau yang di sebut CBBE terhadap produk POP
Mie. Tujuannya untuk memilih data yang pokok dan memfokuskannya pada hal-hal
yang penting.
2. Data display (penyajian data)
Penyajian data dilakukan dengan menyusun data-data yang telah diperoleh peneliti
agar dapat memaparkan tentang ekuitas merek pada brand POP Mie yang yang
bersumber langsung dari seorang konsumen.
3. Conclusion Drawing (penarikan kesimpulan)
Pada tahap ini penulis menarik kesimpulan terhadap hasil penelitian. Penarikan
kesimpulan dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, dengan meninjau
kembali secara sepintas pada catatan lapangan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Profil Produk

Nama Produk : Pop Mie


Jenis Produk : Mi Instan
Owner : Indofood Cbp
Varian Produk : Pop Mie tersedia dalam berbagai pilihan
rasa sebagai mi kuah dan mi goreng, beberapa diantaranya
seperti Mi Goreng Spesial, Mi Goreng Pedas, Rasa Ayam
Bawang, Rasa Baso Spesial, Rasa Ayam, Rasa Baso, Rasa
Soto Ayam, dan Rasa Kari Ayam. Selain itu juga tersedia
Pop Mie Mini dalam berbagai pilihan rasa sebagai mi kuah,
seperti Rasa Ayam Bawang, Rasa Baso Sapi, dan Rasa Soto Mi.

B. Hasil
Kami mewawancarai beberapa konsumen dan penjual Pop mie di daerah Kabupaten
Kudus Berikut hasil dari wawancara kami,
 Penjual 1
Nama : Ibu Yanti 48 Tahun
Dari hasil wawancara yang kami lakukan kami mewawancarai seorang pejual (Ibu
Yanti) yang menjual produk Pop Mie di Kabupaten Kudus, berikut merupakan
inti dari proses wawancara yang peneliti lakukan:
Peneliti : “Ibu Menjual produk Mie Instan Cup merk Pop Mie saja apa ada merk
lain?”
Narasumber : “Kalau saya ngambil 2 merk mbak mie Sedap Cup sama Pop Mie ”
Peneliti : “Kalau berdasarkan penjualan, yang lebih banyak peminatnya dari merk
apa bu?”
Ibu penjual : Kalau dari konsumen itu pada milih Produk Mie Sedap, tapi tidak
jarang juga yang memilih produk Pop Mie… kadang bilangnya Pop Mie milihnya
mie Sedap juga banyak.”
Peneliti :” Jadi Bilang mau beli Pop Mie tapi milihnya Mie Sedap gitu ya buu…. “
Narasumber : “Iya mungkin karena produk Pop Mie lebih lama dikenal orang,
sudah tidak asing, makanya mereka mengganggap semua merk Mie Instan Cup itu
ya Pop Mie”
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan Narasuber tersebut, Dapat di tarik
kesimpulan bahwa citra merek mempengarui keputusan pembelian seorang. Ketika
suatu produk memiliki ekuitas merek yang baik dan menarik, konsumen akan lebih
mudah mengingat apa brand dari produk tersenut, seperti halnya produk Pop Mie ,
Pop Mie memiliki citra merek yang sangat tinggi buktinya orang yang membeli
produk sama dengan produk Pop Mie tetapi dengan merek yang lain, konsumen
cenderung mempunyai persepsi atau keyakinan bahwa produk tersebut adalah produk
pop mie,
 Penjual 2
Nama: Ibu Ana (45 tahun)
Hasil dari observasi wawancara yang kami lakukan kami mewawancarai seorang
penjual kaki lima di Kabupaten Kudus ( Ibu Ana 45tahun ) selaku penjual produk
Pop Mie. Ibu Ana mengaku bahwa selama menjual produk Mie Instan cup Beliau
mengambil beberapa merk untuk dijual salah satunya adalah produk Pop Mie.
Berikut sekilas hasil percakapan wawancara kami dengan penjual produk Pop Mie
:
Peneliti : “Dalam proses penjualan, Kebanyakan konsumen itu memilih produk
merk apa bu?”
Narasumber : “Kalau seringnya ya Pop Mie mbak tapi tidak jarang juga yang
milih produk Mie Sedap Cup”
Peneliti : “Kalau untuk produknya Ibu beli ke agen langsung atau ada pihak seles
yang datang lalu menawarkan produknya untuk ibu beli? Dan apakah pernah ibu
mendapat Reward dari produk tersebut?
Narasumber : “Saya di satori dari selesnya mbak, kalau ada varian baru juga saya
di tawari, kalau untuk hadiah seperti itu dari pihak produknya ada seperti
mengumpulkan 50 tutup cup Mie , Tapi kalau dapat hadiahnya saya belum pernah
soalnya jangka waktunya pengumpulan pada saat ada event seperti itu pendek.”
Peneliti : “Kalau ngomong soal kerugian pada produk, ibu mengalami tidak ya?
Seperti stock produk lama ?”
Narasumber : “kalau masalah itu tetap ada mbak, soalnya kalau produk lama
walaupun belum masa kadaluarsa itu saja bumbunya sudah menggumpal apalagi
kalau sudah kadaluarsa. ”
Peneliti : “Kalau dari segi Omset penjualan produk Pop Mie itu bagaimana bu?”
Narasumber: “Kalau pop mie saat ini menurun karena kalah dengan Produk Mie
Sedap. Karna saya stock keduanya.”
Peneliti : “Nah untuk produk Pop Mie sendiri itu kan sekarang banyak varian
rasanya ya bu, untuk respon konsumen dengan hal tersebut bagaimana,?”
Narasuber : “Kebanyakan dari mereka memilih produk Mie Sedap Cup.”
Peneliti : “Kok bisa demikian ya bu, salah satu faktornya apa kalau ibu lihat dari
segi penjual?”
Narasumber : “Kalau menurut saya ya karena produk Mie Sedap Cup itu
Bumbunya lebih kerasa dan lebih banyak, desain tampilan juga lebih menarik dari
produk Mie Sedap”

Dari wawancara ini dapat disimpulkan bahwa Penjual produk Pop Mie
mengaku mengalami penurunan omset penjualan produk Pop Mie karena dirasa
konsumen lebih tertarik dengan produk yang lain, faktor dari hal itu dikarenakan
produk Pop Mie mempunyai tampilan yang kurang menarik dibandingkan produk
lain, lalu porsi bumbu yang dimiliki produk Pop Mie kurang, jadi berpengaruh ke
kualitas produknya. Jika produk tidak memiliki identitas yang kuat, tidak update,
maka lama kelamaan produk tersebut kalah dengan competitor lain. Maka dari itu
Brand Identy Penting bagi sebuah produk, tak hanya itu menjaga kualitas produk
dan meningkatkan kualitas produk juga penting agar produk tetap unggul di
banding produk lain.
Selain melakukan wawancara dengan penjual dari produk Pop Mie,
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa konsumen, inti dari proses
wawancara nya sebagai berikut:
Peneliti : “Apakah Anda tau dengan produk Pop Mie ? Atau sudah sering
mendengar produk tersebut ?”
Narasumber : “Iya produk tersebut sudah familiar di telinga saya,”
Peneliti : “apakah anda sering mengkonsumsi produk tersebut ?”
Narasumber : “Tidak sesering itu si mbak, paling kalau lagi diluar gini / pas ke
wisata-wisata, karna emang kalo tempat-tempat banyak pengunjung biasanya
pada jual makanan pop mie itu lebih praktis”
Peneliti : “Iya memang banyak pejual popmie di tempat-tempat keramaian seperti
itu ya, kalau anda sedang membeli produk Pop Mie kan pasti banyak pilihan rasa
dan merek yang di sediakan penjual ya, itu kalian tetap memilih produk merk Pop
Mie / yang lain seperti Mie Sedap kemasan cup dan mie-mie lain sejenisnya?”
Narasumber : “Tergantung keinginan saat itu si mbak. Tapi dominan ke pop.mie,
malahan saya belum pernah coba produk mie sedap cup.”
Peneliti : “Wah, berarti secara tidak langsung kalian mempunyai persepsi baik ya
dengan produk Pop Mie sehingga selalu memilih pop mie sebagai makanan ketika
berwisata.”
Narasumber : “Iya mbak mungkin karna memang dari dulu selalu memilih
produk Popmie.”
Peneliti : “Lalu selama membeli produk tersebut, apakah pernah mengalami
kekecewaan saat memgkonsumsi nya?”
Narasumber : “Selama mengkonsumi, belum pernah kecewa si mbak”
Peneliti : “Baik kalau gitu, Kalau dari segi harga, harga yang di patok apakah
sesuai dengan kualitas yang diberikan?
Narasumber: Kalau soal kualitas sudah tidak di ragukan, karna produk teresebut
termasuk produk legend, tapi kalau soal harga tergantung lokasi penjualan kalo
menurut saya. Beda-beda tiap tempatnya.

Peneliti : “ kalau menurut anda apa yang membedakan produk pop mie dengan
produk mi cup yang lain?
Narasumber : ya, mungkin dari nama nya saja sudah beda ya ada Pop Mie da nada
merek lain, kalau dari segi rasa sekarang pop mie juga sudah mengeluarkan
macam-macam varian rasa baru juga.
Peneliti : kalau untuk harganya gimana apa mengalami perubahan?
Narasumber : kalau menurut saya harga naik wajar ya, soale ada harga ada
kualitas. Apalagi pop mie kan tergolong sudah lama ya jadi kalau mengeluarkan
produk baru dengan harga yang sedikit terlalu tinggi dari harga sebelumnya juga
menurut saya ngga papa, soalnya saya udah familiar sama produk pop mi.”
Peneliti : pernah mengalami kecewa atau kurang puas saat mengkonsumsi pop
mi?
Narasumber : sejauh ini belum.

Dari sekilas wawancara tersebut dapat di simpulkan bahwa terdapat


dimensi Ekuitas Merek yakni “Brand Response” terhadap konsumen yang
mengkonsumsi produk Pop Mie tersebut. Mereka mempunyai persepsi baik
terhadap Brand PopMie, Ketika pelanggan/Konsumen memiliki persepsi yang
baik akan suatu produk, mereka akan cenderung merasa lebih percaya dan yakin
untuk membeli produk tersebut secara berulang, Brand Image yang baik akan
memberikan dampak positif dari pelaku usaha/ perusahaan yang akhirnya akan
memberi keuntungan bagi perusahaan / penjual karena peningkatan pembelian
produk karena persepsi yang baik.

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang peneliti lakukan menunjukan bahwa POP
Mie mempunyai nilai ekuitas merek yang cukup tinggi di benak konsumen. jika dikaitkan
dengan Teori coutumed based brand equity menurut kaller Teori (2020) CBBE berperan
“sebagai efek diferensial yang dimiliki pengetahuan merek tentang respons konsumen
terhadap pemasaran merek tersebut”. Teori tersebut relevan dengan hasil penelitian ini
yang mana POP Mie telah melaksanakan kegiatan pemasaran yang unik dan tertarget
sehingga menjadi efek diferensial dari merek mi instan lainnya. Adanya kampaye
pemasaran yang dilkukan oleh produsen dari POP Mie telah melaksanakan aktivitas
pemasaran yang berorientasi pada pengembangan ekuitas merek agar tetap relevan
dengan target pasar.
Customer-based brand equity dalam penelitian ini diukur melalui empat dimensi yaitu
1. Brand Identy
Brand identy yang di miliki oleh mi instan cup yang bermerek POP Mie mudah
diingat oleh para pelanggan dengan identitas yang berbeda. Dalam kemasan POP Mie
sudah tercantum nama sekaligus logo yang dapat menunjukan identitas dari produk
POP Mie. POP Mie sendiri merupakan pelopor mie instan cup dan merupakan salah
satu produk mie cup yang popular di Indonesia.
Selain itu, Responden juga berpendapat bahwa Pop Mie telah menjadi top of mind di
benak mereka jika mendengar kata mi instan cup. Inovasi kemasan, varian rasa dan
jenis produk yang sangat berbeda dari mi instan pada umumnya, menjadi terobosan
baru di industri mi instan pada umumnya. Keunikan yang di miliki oleh Pop Mie
berupa produk mi instan yang praktis karena sudah dilengkapi dengan kemasan
berbentuk cup dan juga garpu di dalamnya tersebut membuat produk-produk dari pop
Mie mudah diterima, di minati dan mudah diingat oleh responden sebagai merek yang
mempunyai ciri khas sendiri.
2. Brand meaning
Ada banyak macam Varian produk yang ditawarkan oleh POP Mie. Setiap produk
yang ditawarkan berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan dari seorang konsumen.
dari hasil wawancara bersama salah satu distributor pop mie menyatakan bahwa dulu
produk pop mie hanya terdapat sedikit varian rasa saja hingga semakin hari
peminatnya berkurang, tetapi setelah banyak produk mi instan cup pesaing yang
muncul maka pop mi pun melakukan inovasi untuk menawarkan produk-produk baru
yang disesuaikan dengan keinginan konsumen.
Jika di tinjau dari aspek harga responden dari konsumen berpendapat bahwa harga
yang di tawarkan dalam produk pop mie juga sudah sesuai, hanya saja ada beberapa
desain kemasan dari produk yang masih kurang mmemuaskan di mata konsumen.
Adapu hasil dari penelitian ini POP Mie mampu membentuk citra merek sebagai mi
instan cup kekinian dan inovatif yang merepresentasikan citra diri kepada konsumen..
3. Brand responses
Seperti yang sudah di bahas sebelumnya produk-produk POP Mie dicipitakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen sesuai dengan tren. POP Mie dengan kampanye
Penjualannya telah berhasil membuat konsumennya merasa senang dan antusias
terhadap inovasi-inovasi yang dihasilkan dalam pengelolaan produknya.
Perasaan senang tersebut didukung dengan kualitas dan pengemasan produk yang
baik dan orisinil sehingga produk secara fungsionalnya dapat diterima secara
maksimal oleh responden.
4. Brand Relationship
Responden berpendapat bahwa ketertarikan mereka terhadap produk-produk hasil
dari POP Mie menggerakkan mereka untuk rela mencari informasi tentang produk,
dan memakai waktu, energi, serta uangnya untuk produk tersebut. Responden merasa
kedekatan kepada POP mie yang mereka dapatkan dikarenakan produk-produk yang
mereka hasilkan relevan dengan selera responden dan mengikuti tren sehingga
hasilnya tidak terduga (out of the box) dan Pop Mie dianggap memiliki kepekeaan
terhadap kebutuhan konsumen akan inovasi produk.
BAB V

KESIMPULAN

Produk atau merek tertentu apabila semakin sering diingat akan memunculkan ketergantungan
produk tertentu ketimbang produk pesaing, ini artinya kekuatan suatu merek akan lebih besar
apabila merek itu lebih sering diingat oleh pelanggannya dan akan lebih memprioritaskan merek
tersebut ketimbang pesaing.

CBBE muncul ketika konsumen merasa familiar dengan merek dan memiliki asosiasi merek
yang baik, kuat, dan unik di dalam memorinya sehingga kekuatan dari sebuah merek terletak
aipada apa yang ada di benak dan hati konsumen.

Asosiasi Merek harus didukung dengan strategi komunikasi, bagaimana atribut yang dimiliki
merek lebih sering diingat dan muncul di benak konsumen, terlebih lagi hal tersebut akan
menciptakan penawaran yang berbeda dari merek yang dirasakan oleh konsumen, sehingga
membuat karakteristik dari suatu merek dapat tercapai.

Pengetahuan merek Perbedaan respon konsumen terhadap suatu merek juga dapat diukur dari
hasil pengetahuan yang dimiliki konsumen tentang merek tersebut atau apa yang ada di benak
konsumen tentang merek tersebut.Kesadaran merek bukan hanya menyangkut apakah konsumen
mengetahui nama merek dan pernah melihatnya, namun juga menghubungkannya dengan
mengaitkan merek(nama merek, logo,simbol, dan seterusnya) dengan asosiasi-asosiasi tertentu
dalam ingatan konsumen.

Persepsi kualitas mempunyai peranan yang penting dalam membangun suatu merek, dalam
banyak konteks persepsi kualitas sebuah merek dapat menjadi alasan yang penting pembelian
serta merek mana yang akan dipertimbangkan konsumen yang pada gilirannya akan
memengaruhi konsumen dalam memutuskan merek mana yang akan dibeli.

Keunikan yang di miliki oleh Pop Mie berupa produk mi instan yang praktis karena sudah
dilengkapi dengan kemasan berbentuk cup dan juga garpu di dalamnya tersebut membuat
produk-produk dari pop Mie mudah diterima, di minati dan mudah diingat oleh responden
sebagai merek yang mempunyai ciri khas sendiri.

dari hasil wawancara bersama salah satu distributor pop mie menyatakan bahwa dulu produk
pop mie hanya terdapat sedikit varian rasa saja hingga semakin hari peminatnya berkurang, tetapi
setelah banyak produk mi instan cup pesaing yang muncul maka pop mi pun melakukan inovasi
untuk menawarkan produk-produk baru yang disesuaikan dengan keinginan konsumen.

Jika di tinjau dari aspek harga responden dari konsumen berpendapat bahwa harga yang di
tawarkan dalam produk pop mie juga sudah sesuai, hanya saja ada beberapa desain kemasan dari
produk yang masih kurang mmemuaskan di mata konsumen.

Responden merasa kedekatan kepada POP mie yang mereka dapatkan dikarenakan produk-
produk yang mereka hasilkan relevan dengan selera responden dan mengikuti tren sehingga
hasilnya tidak terduga (out of the box) dan Pop Mie dianggap memiliki kepekeaan terhadap
kebutuhan konsumen akan inovasi produk.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai