Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di indonesia.
Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan
status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya
pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhankebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut (Profil
kesehatan indonesia, 2007).
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam
sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan
beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,
tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat.
Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan
terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan
pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber
daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat mempengaruhi pelayanan
kesehatan (Profil kesehatan indonesia, 2009).
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau
memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang (seorang profesional)
yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial spriritual yang komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia. (Kusnanto, 2003)
Menurut The American Public Health Association perawat kesehatan masyarakat
adalah praktek dari promosi dan perlindungan populasi dengan menggunakan
pengetahuan keperawatan, ilmu sosial dan kesehatan masyarakat (Stanhope &
Lancaster, 2000).
1

Puskesmas sebagai unit pelayanan strata pertama sebenarnya merupakan tempat yang
paling ideal bagi perawat khususnya untuk aplikasi perawatan kesehatan keluarga dan
komunitas. Apalagi sejak dulu perawat mendapat predikat sebagai ujung tombak
pembangunan kesehatan. Jadi agar ujung tombak bisa berfungsi dengan baik, maka
perawat yang berada di puskesmas harus mampu meningkatkan mutu kinerjanya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa tugas perawat di Puskesmas tidak sama dengan di Rumah
Sakit atau klinik. perawat seringkali melakukan tindakan yang sebenarnya merupakan
fungsi dependent dari tenaga keperawatan. perawat di Puskesmas yang semestinya
memiliki lahan garap yang lebih luas malah terjebak dalam rutinitas yang sebagian
besar bukan merupakan tugas pokok dan fungsi seorang perawat.
Maka dari itu perawat di Puskesmas perlu mengembangkan fungsi dan peran perawat
sebagai suatu bentuk pelayanan yang profesional yang mencakup bio-psiko-sosial dan
spiritual yang komperhesif pada masyarakat, dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan.
Nurcing Center sebagai tempat dalam inovasi untuk memberikan pelayanan kesehatan
dan pendidikan kesehatan bagi pasien di dalam gedung maupun di luar gedung beserta
keluarga yang mencakup kelompok keluarga rawan dan resti di wilayah kerja
puskesmas, sehingga dapat tercapai kemandirian pada masyarakat di wilayah kerja
puskesmas. Selain pelayanan dalam nurcing center pendokumentasian keperawatan pun
perlu di perhatikan secara khusus, sampai saat ini pendokumentasian dan pelaporan
asuhan keperawatan di puskesmas belum berjalan dengan optimal, padahal kegiatan
pelayanan keperawatan mungkin saja telah dilakukan secara adekuat di puskesmas,
namun kegiatan keperawatan yang telah dilakukan tidak dapat memberikan konntribusi
informasi yang optimal terhadap sistem kesehatan yang ada, termasuk pembuat
kebijakan.
Pemerintah telah melakukan beberapa strategi untuk meningkatan efisiensi sistem
informasi kesehatan di tingkat puskesmas yang salah satunya berupa pembentukan
Sistem Informasi Puskesmas atau dikenal dengan SIMPUS. SIMPUS adalah salah satu
bentuk inovasi sistem pencatatan dan pelaporan berbasis komputer. Namun, secara
mendasar SIMPUS yang dikembangkan belum merangkum pendokumentasian asuhan
keperawatan terutama kegiatan asuhan keperawatan di luar gedung atau dikenal dengan
kunjungan rumah. Pendokumentasian yang berkembang saat ini ternyata belum dapat
mengintegrasikan data dan informasi dari kegiatan pelayanan kunjungan rumah secara
real time.
2

Di Indonesia perkembangan sistem informasi keperawatan masih sangat terbatas.


Keterlibatan perawat dalam mengembangkan sistem informasi mungkin dapat
membantu mengidentifikasi berbagai aktifitas asuhan keperawatan melalui kunjungan
rumah yang dapat dikembangkan melalui pendokumentasian berbasis komputerisasi.
Upaya ini telah dilakukan di beberapa negara dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan di luar gedung. Melalui pelaporan yang cepat dan tepat
diharapkan dapat memberikan informasi evidence based tentang proses pelayanan
kunjungan rumah yang telah dilakukan perawat.
Kondisi

tersebut

pendokumentasian

memberikan
aktifias

suatu

kunjungan

pemikiran
rumah

tentang

berbasis

suatu

teknologi.

inovasi
Tentunya

pengembangan sistem pendokumentasian yang dilakukan harus dapat disesuaikan


dengan karakteristik pengguna agar utilitas pengembangan sistem dapat memebrikan
daya guna pada pengingkatan kualitas pelayanan keperawatan dan kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar perawat di puskesmas dapat
mengembangkan ilmunya sesuai dengan profesi yang dimiliki serta keterampilan
khusus untuk mengaplikasikan kepada masyarakat langsung yang ada di wilayah kerja
guna tercapainya kemandirian kesehatan di masyarakat.
Perawat dapat mengikuti kemajuan teknologi dan informatika berbasis informasi
dalam pendokumentasian keperawatan di luar gedung guna menciptakan kualitas
pelayanan keperawatan dalam meningkatkan efisiensi pelaporan yang cepat dan tepat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nursing Center
Nursing center merupakan pengelolaan terpadu dalam pelayanan, pendidikan dan
penelitian keperawatan melalui pemberdayaan seluruh potensi yang ada secara
optimal. Dalam nursing center selalu diupayakan untuk memandang keperawatan
sebagai suatu kesatuan yang utuh sehingga nursing center memiliki karakteristik
tertentu. (suhayati, 2002)
Berdasarkan surat keputusan Mentri Kesehatan RI no 279/Menkes/SK/IV/2006
tanggal 21 April 2006 tentang pedoman penyelenggaran upaya keperawatan kesehatan
masyarakat di puskesmas, perawat mempunyai peran minimal dan ideal yang meliputi:
1. Peran Minimal Perawat
a. Penemu Kasus/ Case Finder
b. Pemberi Pelayanan/ Care giver
c. Pendidik/Penyuluh kesehatan
d. Koordinator dan kolaborator
e. Pemberi Nasihat
f. Panutan
2. Peran Ideal Perawat
a. Peran sebagai manajer kasus
b. Konsultan
c. Pemodifikasi lingkungan
d. Peneliti
e. Advokat
f. Pemimpin/ Pembeharu
Nurcing center sebagai model keperawatan komunitas beranjak dari berbagai asumsi
dasar yang berkaitan dengan peran perawat sebagai pelayanan, pendidik dan penelitian
sampai dengan pengembangan keperawatan komunitas.

B. Tahapan Pengembangan Nursing Center


Dikarenakan nursing center merupakan hal yang baru dan sebuah dari inovasi bagi
pelayanan keperawatan komunitas di puskesmas maka pengembangan nursing center
dilakukan mengikuti proses adopsi yang terdiri dari tahapan:
1. Initial/ persiapan
4

Dalam tahapan ini dilakukan sosialisasi tentang konsep nursing center ke semua
pihak terkait untuk memperoleh komitmen dan dukungan
2. Tahap Begining/ Awal
Tahapan ini mulai mengidentifikasi dan mempersiapkan berbagai faktor
pendukung, baik perangkat keras maupun perangkat lunak sesuai dengan
kebutuhan pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan.
Pada tahapan ini mulai dilakukan sosialisasi mengenai nursing center serta
menjelaskan tujuan dari terbentuknya nurcing center kepada pihak-pihak yang
terkait di masyarakat sepertia lurah, ketua Rw, ketua RT dan kader PKK sebagai
penggerak masyarakat untuk melibatkan masyarakat dalam partisifasi aktif.
3. Tahap Kerja
Pada tahapan ini meliputi tiga bidang yakni, bidang pelayanan, pendidikan,
latihan dan penelitian pengembangan.
Pelayanan Nurcing Center dilakukan di dalam gedung dan luar gedung dengan
menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan.
a. Tahapan di dalam gedung
Pelayanan dalam gedung puskesmas meliputi:
1) Pelayanan keperawatan langsung (direct care) serta penemuan kasus baru
(deteksi dini)
2) Penyuluhan dan konseling sesuai kebutuhan
Dilihat dari cakupan kunjungan yang datang ke Puskesmas, klien
Puskesmas bukan hanya orang-orang sakit yang datang untuk berkunjung
berobat akan tetapi mencakup orang sehat yang memerlukan konsultasi
kesehatan (konseling) sesuai dengan kebutuhannya.
Promosi kesehatan bagi pasien di pelayanan medis (pengobatan)
berpegang kepada stategi dasar promosi kesehatan yaitu pemberdayaan
yang di dukung oleh bina suasana dan advokasi. Dalam pelayanan medis
yang diberikan oleh dokter atau perawat seharusnya menyediakan waktu
untuk memberi informasi kesehatan dan menjawab pertanyaan pasien
berkaitan dengan penyakitnya, akan tetapi hal tersebut mugkin sulit untuk
dilakukan dikarenakan banyaknya kunjungan pasien di tempat pelayanan.
Maka dari itu agar puskesmas dapat melaksanakan promosi kesehatan di
sediakan nursing center sebagai tempat khusus untuk pasien yang ingin
mendapatkan informasi atau berkonsultasi tentang penyakitnya guna
mencapai kemandirian pasien.
3) Rujukan khusus secara timbal balik dari dan ke upaya kesehatan lain di
Puskesmas setempat atau kolaborasi

Kolaborasi berarti suatu hubungan kerja kolegial dengan pemberi


perawatan kesehatan lain dalam pemberian (untuk menyuplai) perawatan
pasien.praktik kolaboratif membutuhkan (dapat mencakup) diskusi
diagnosis pasien dan kerja sama dalam penatalaksanaan dan pemberian
perawatan.
Perawat sebagai kolaborator yaitu perawat berkolaborasi dengan klien,
rekan kerja dan profesional perawatan kesehatan lain. Kolaborasi penting
dalam praktik keperawatan profesional sebagai satu cara untuk
memperbaiki hasil akhir klien. Pendekatan kolaboratif terhadap perawatan
kesehatan idealnya bermanfaat bagi klien, profesional, dan sistem
pemberian perawatan kesehatan, perawatan menjadi berpusat pada klien
dan yang terpenting lebih terarah kepada klien. Klien menjadi konsumen
yang mendapat informasi dan secara aktif berpartisipasi dengan perawatan
kesehatan dalam pengambilan keputusan. Gambaran penting untuk
kolaborasi

mencakup keterampilan komunikasi yang efektif, saling

menghargai, rasa percaya, memberi dan menerima umpan balik dan


pengambilan keputusan.
Maka dari itu dikembangkan rujukan khusus lintas tenaga kesehatan
kepada pasien yang memerlukan informasi atau konsultasi lebih lanjut
mengenai penyakitnya, supaya dapat langsung di arahkan ke ruangan
nursing center sebagai pusat informasi kesehatan.
4) Dokumentasi Keperawatan
Pendokumentasian dilakukan setelah tahap akhir, seperti pembuatan
asuhan keperawatan individu, registrasi penemuan kasus baru.
b. Tahapan di luar gedung
Kegiatan pelayanan keperawatan di luar gedung puskesmas dilakukan di daerah
binaan oleh petugas puskesmas.
1) Kegiatan pelayanan keperawatan di luar gedung yaitu asuhan keperawatan
kasus tindak lanjut kasus dari puskesmas atau lebih dikenal kunjungan
rumah meliputi:
Asuhan keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan gerontik
Asuhan keperawatan kelompok khusus
Asuhan keperawatan kesehatan masyarakat di daerah binaan.
2) Pendokumentasian Asuhan keperawatan di luar gedung berbasis komputer
melalui telephon.
6

Secara harfiah dokumen didefinisikan sebagai suatu catatan yang dapat


dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum (Tungpalan,
1993). Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau
merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pembeian jasa (pelayanan)
yang dianggap penting/berharga.
Dokumentasi keperawatan merupakan

bukti

dari

pelaksanaan

keperawatan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan.


Pendokumentasian adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh
perawat setelah memberikan asuhan kepada klien/pasien.
Dari berbagai asuhan keperawatan yang dilakukan di luar gedung,
dapat dilakukan pengembangan teknologi dalam hal pendokumentasian
asuhan keperawatan di luar gedung dengan berbasis komputer melalui
telephon.
Informatika perawatan kesehatan adalah aplikasi teknologi informasi
untuk memfasilitasi akuntabilitas, membantu pengendalian biaya, dan
meningkatkan kualitas perawatan (Ball dan Douglas, 1977). Menurut
Graves dan corcoran (1989), informatika keperawatan adalah kombinasi
ilmu komputer dan informasi dengan ilmu keperawatan. Kombinasi ini
membantu dalam manajemen dan pemprosesan data keperawatan,
informasi dan pengetahuan dalam mendukung praktek keperawatan dan
pemberian perawatan.
Visiting Nurse Association (VNA) dari Boston telah mengembangkan
sistem pendokumentasian aktifitas kunjungan rumah berbasis komputer
melalui media komunikasi telepon rumah. Setelah beroperasional selama
3 (tiga) tahun ada berbagai keuntungan yang diperoleh seperti;
peningkatan manajemen kontrol melalui pelaporan, pelaporan aktifitas
kunjungan rumah yang cepat dan memberikan bantuan yang relevan
terhadap proses pendokumentasian yang tidak membutuhkan waktu lama
dan praktis.
Secara singkat operasional sistem pendokumentasian dan pelaporan
tersebut digambarkan sebagai berikut:
a) Agensi mengirimkan pemberitahuan kepada klien yang akan
dilakukan kunjungan rumah tentang proses pendokumentasian yang
akan dilakukan oleh perawat melalui penggunaan tool-free number
dari telepon klien.
7

b) Ketika perawat tiba di rumah klien, perawat akan mengontak server


komputer

melalui

telepon

dengan

memasukan

kode

untuk

mendapatkan nomor registrasi klien.


c) Server komputer akan mengirimkan pesan balasan melalui nomor
rumah klien yang teregristrasi untuk tujuan memverifikasi bahwa
perawat betul berada di rumah klien yang direkomendasikan. Server
komputer akan merekam kode ID perawat dan klien dan waktu
kunjungan rumah.
d) Ketika aktifitas keperawatan kunjungan rumah selesai dilakukan,
perawat akan mengontak server kembali dan memasukan kode ID
untuk

melakukan

pendokumentasian

keperawatan

yang

telah

dilakukan. Selanjutnya Agensi telah memiliki hasil laporan kegiatan


yang dibutuhkan untuk melakukan evaluasi dan pembayaran.
Berdasarkan gambaran sistem pendokumentasian yang dikembangkan
di atas dapat memberikan gambaran terhadap pembenaran kegiatan
kunjungan rumah yang dilakukan oleh perawat, sehingga semua kegiatan
pelayanan yang dilakukan di luar gedung dapat terpantau dengan baik.
Informasi yang didapatkan juga memberikan dukungan dalam penetapan
reward perawat.
Inovasi yang dikembangkan pada dasarnya cukup relevan jika
diaplikasikan juga di Indonesia,

hanya saja tidak semua penduduk

memiliki telepon rumah sehingga menjadi keterbatasan. Hal yang paling


mungkin dilakukan adalah memadukan server SIMPUS dan handphone
pengentry data di lapangan. Untuk validasi mapping lokasi dapat
dilengkapi GPRS.
Penggunaan teknologi handphone hampir dikenal dan dapat diakses
oleh seluruh perawat di berbagai lapisan masyarakat. Dengan
menggunakan handphone sebagai alat entry data, dapat memfasilitasi
keengganan perawat dalam mengutilisasi teknologi informasi yang
dikembangkan,

karena

tidak

terkesan

sebagai

perangkat

yang

berteknologi tinggi seperti komputer dan perangkatnya sehingga


menimbulkan keengganan untuk mengentry data.

Inovasi dari VNA menggunakan telepon rumah dalam rangka palporan


asuhan keperawatan kunjungan rumah dapat memberikan alternatif solusi
entry data pelaporan yang lebih praktis dan mudah dalam memvalidasi
pembenaran aktfitas kunjungan yang dilakukan. Jika penggunaan telepon
rumah kurang memungkinkan di Indonesia mukin dapat dikembangkan
melaluin handphone pedokumentasian kegiatan lapangan dengan
tampilan fiture pada handphone berupa ID klien dan perawat, waktu
kunjungan,

tindakan keperawatan yang dilakukan. Handphone akan

terkoneksi dengan server SIMPUS sebagai backup data dan pelaporan


cepat (real time).
Berkenaan dengan utilitas teknologi informasi kesehatan dan
keperawatan yang tinggi pemerintah hendaknya memiliki kebijakan yang
mendukung

terhadap

peningkatan

sistem

informasi

kesehatan/keperawatan di berbagai jajaran kesehatan, sehingga tidak


terjadi diskontinuitas dan keengganan para tenaga kesehatan untuk
melakukan pelaporan secara cepat dan akurat.
Dengan demikian sistem Pendokumentasian Asuhan keperawatan di
luar gedung berbasis komputer melalui telephon, sangat relevan untuk
diaplikasikan terhadap seluruh kegiatan keperawatan di luar gedung baik
asuhan keperawatan tindak lanjut, asuhan keperawatan keluarga, asuhan
keperawatan gerontik, asuhan keperawatan kelompok khusus dan asuhan
keperawatan masyarakat di daerah binaan.
4. Tahap terminal dan tahap adopsi
Kedua tahap ini belum dapat dilakukan karena nurcing center belum berjalan.
C. Kelebihan dan Kekurangan
1. Kelebihan
Dalam pembentukan inovasi baru hendaknya terdapat beberapa kelebihan yang akan
di dapat setelah berjalannya inovasi tersebut diantaranya ialah:
a. Kelebihan setelah berjalannya nursing center di Puskesmas:
1) Tenaga keperawatan lebih profesional dalam memberikan

pelayanan

keperawatan sesuai dengan peran yang dimilikinya sebagai pelayanan, pendidik


dan penelitian sampai dengan pengembangan keperawatan komunitas.
2) Perawat dapat bekerja di puskesmas sesuai dengan tugas pokok yang dimiliki
serta dapat memiliki lahan garap yang lebih luas tidak terjebak lagi dalam

rutinitas yang sebagian besar bukan merupakan tugas pokok dan fungsi seorang
perawat.
3) Terciptanya kolaborasi lintas sektor anatar pelayanan kesehatan yang satu
dengan yang lain sehingga dilaksanakan sangat mendukung dalam pelaksanaan
nurcing center.
b. Kelebihan setelah berjalannya pendokumentasian luar gedung berbasis komputer
melalui telepon:
1) Dapat meningkatkan efisiensi pelaporan yang cepet dan tepat.
2) Dapat memberikan alternatif solusi entry data pelaporan yang lebih praktis dan
mudah dalam memvalidasi pembenaran aktfitas kunjungan yang dilakukan
2. Kekurangan
Kekurangan atau hambatan yang dapat mungkin terjadi:
a. Kekurangan atau hambatan yang mungkin ditemukan setelah berjalannya nursing
center di puskesmas ialah:
1) Kurangnya SDM atau tenaga kerja di puskesmas yang dapat memungkinkan
tidak berjalannya nursing center.
2) Manajemen puskesmas yang kurang baik dapat mempengaruhi barjalannya
nursing center.
3) Kolaborasi antar tenaga kesehatan di puskesmas yang kurang berjalan baik
sehingga dapat menjadi hambatan dalam berjalanya nursing center di
puskesmas.
b. Kekurangan atau hambatan yang mungkin ditemukan dalam menciptakan
tercapainya pendokumentasian luar gedung berbasis komputer melalui telepon:
1) Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengembangan teknologi dan informasi
berbasis komputer di puskesmas sehingga dapat menghambat terciptanya
pendokumentasian berbasis komputer.
2) Sarana dan pra sarana yang tidak mencukupi.
3) Kolaborasi dengan dinas kesehatan dan operator teknologi informatika yang
kurang.
4) Pendidikan masyarakat di wilayah kerja yang rendah yang tidak dapat
mengimbangi teknologi.

10

BAB III
KESIMPULAN
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di indonesia.
Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan status
kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal.
Puskesmas sebagai unit pelayanan strata pertama sebenarnya merupakan tempat yang
paling ideal bagi perawat khususnya untuk aplikasi perawatan kesehatan keluarga dan
komunitas.
Nurcing Center sebagai tempat dalam inovasi untuk memberikan pelayanan kesehatan
dan pendidikan kesehatan bagi pasien di dalam gedung maupun di luar gedung beserta
keluarga yang mencakup kelompok keluarga rawan dan resti di wilayah kerja puskesmas,
sehingga dapat tercapai kemandirian pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas.
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti dari pelaksanaan keperawatan yang
menggunakan metode pendekatan proses keperawatan. Pendokumentasian adalah bagian dari
kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberikan asuhan kepada klien/pasien.
Dari berbagai asuhan keperawatan yang dilakukan di luar gedung, dapat dilakukan
pengembangan teknologi dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan di luar gedung
dengan berbasis komputer melalui telephon.
Penggunaan teknologi dalam pendokumentasian keperawatan dapat meningkatkan
efisiensi pelaporan yang cepat dan tepat. Namun teknologi informasi yang dikembangkan
11

hendaknya sesuai dengan kesiapan sumber daya yang ada, baik kompentensi perawat di
bidang teknologi informasi, pembiayaan dan akses internet.

DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Budi, Fallen. (2010). Catatan kuliah Perawatan Komunitas.Yogyakarta : Nuha medika
Fitriani, dianita. Telephon Home. Diambil 23 September 2014 dari HTTP /www. Pkko. Fik.
Ui.ac.id
Hartono, Bambang. (2010). Promosi Kesehatan di Puskesmas & Rumah Sakit. Jakarta :
Rineka Cipta
Hayes, Blais, dkk. (2007). Edisi 4 Praktik Keperawatan Profesional Konsep dan Persfektif.
Jakarta : EGC
Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan.Jakarta : EGC
Perry, Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 1. Jakarta :
EGC
Samba, Suharyati. (2007). Nursing Center Konsep dan Aplikasi. Bandung: Yayasan
Nursentra

12

Anda mungkin juga menyukai