Anda di halaman 1dari 8

Agustinus Sigit Pamungkas / 11 2010 221

Page | 1

Addison Disease

I.

Definisi
Penyakit Addison merupakan suatu kondisi berkurangnya sintesis hormon
kortisol yang diakibatkan oleh gangguan fungsi pada korteks adrenal, pada beberapa
kasus sintesis hormon aldosteron juga terganggu.

II.

Fisiologi hormone korteks adrenal


a. Kortisol (glukokortikoid)
Hormon ini diproduksi oleh kelenjar adrenal, yang mempengaruhi hampir setiap
organ dan jaringan dalam tubuh. Fungsi dari hormon ini yang terpenting adalah
membantu tubuh merespon stress. Selain itu, kortisol berfungsi: membantu
mempertahankan tekanan darah dan fungsi jantung, membantu memperlambat
respon peradangan sistim imun, membantu menyeimbangkan efek-efek dari
insulin dalam mengurai gula untuk energy, dan membantu mengatur metabolisme
protein, karbohidrat, dan lemak
Pengaturan Kortisol
Seperti banyak hormon-hormon lain, Kortisol diatur oleh hypothalamus dan
kelenjar pituitary. Hypothalamus mengeluarkan CRH (Corticotorphin Releasing
Hormon) ke kelenjar pituitary. Pituitary merespon dengan mengeluarkan ACTH
(adrenocorticotropin), hormon yang menstimulasi kelenjar adrenal untuk
menghasilkan Kortisol. Setelah produksi Kortisol cukup, terjadi umpan balik ke
pituitary untuk mengurangi sekresi ACTH.

Agustinus Sigit Pamungkas / 11 2010 221

Page | 2

b. Aldosteron (mineralocorticoids)
Aldosterone membantu mempertahankan tekanan darah dan keseimbangan air dan
garam dalam tubuh dengan membantu ginjal menahan Natrium dan mengeluarkan
Kalium. Ketika produksi aldosterone rendah, ginjal tidak mampu mengatur
keseimbangan garam dan air, menyebabkan volume darah dan tekanan darah
turun.

III.

Etiologi dan Patogenesis


Secara umum, penyebab penyakit Addison dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Insufisiensi adrenocortical primer
Pada insufiensi adrenocortical primer, gangguan terletak pada adrenal sendiri. Yang
disebabkan oleh:
-

Imunologi
Disebabkan oleh kerusakan perlahan dari korteks adrenal, lapisan luar dari
kelenjar adrenal oleh sistim imun tubuh sendiri. Sekitar 70 % kasus penyakit
Addison disebabkan oleh kelainan autoimun dengan membuat antibodi yang
menyerang jaringan atau organ tubuh secara perlahan. System imun ini bagian
dari PGA (polyglandular autoimun), yang berkaitan dengan defisiensi
polyendocrine :
o PGA type I
Disebabkan karena defeks pada T cell-mediated yang diturunkan secara
autosomal resesif. Terjadi pada masa anak-anak, biasanya diikuti oleh
hipoparatiroid, distrofi gigi dan kuku, hipogonadism, anemia pernisiosa,
dan hepatitis kronik aktif.

Agustinus Sigit Pamungkas / 11 2010 221

Page | 3

o PGA type II
Disebabkan oleh autoimun yang berhubungan dengan HLA tanpa
hipoparatiroid, berkaitan dengan autoimun dari tiroid. Terjadi pada dewasa
muda yang ditandai dengan hipotiroid, hipogonadism, diabetes mellitus
tipe 1, hipopigmentasi, dan vitiligo. Kombinasi dari penyakit Addison dan
hipotiroidism disebut Schmidts syndrome.
Insufisiensi adrenal terjadi ketika 90 persen dari korteks telah dihancurkan.
Akibatnya, hormon glucocorticoid (cortisol) dan mineralocorticoid (aldosterone)
kekurangan.
-

Tuberculosis (TB),
Infeksi ini dapat menghancurkan kelenjar adrenal, bertanggung jawab terhadap 20
% kasus insufisiensi adrenal primer di negara berkembang. Insufisiensi adrenal
diidentifikasi pertama kali oleh Dr. Thomas Addison pada tahun 1849, TB
ditemukan pada otopsi pada 70 90 % dari kasus penyakit addison.

Sebab lain
o infeksi kronis, terutama jamur.
o sel-sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain ke kelenjar adrenal.
o Amyloidosis, penumpukan protein diberbagai organ.
o pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi

2. Insufisiensi adrenocortical sekunder


Pada Insufisiensi adrecocortical sekunder, gangguan terjadi di luar ginjal,
biasanya karena defisiensi ACTH. Tanpa ACTH yang menstimulasi adrenal, produksi
cortisol dari kelenjar adrenal turun, namun bukan aldosterone. Bentuk sementara dari
insufisiensi adrenal sekunder terjadi ketika sedang menerima hormon glucocorticoid
seperti prednisone untuk waktu yang lama, secara tiba-tiba berhenti atau memotong

Agustinus Sigit Pamungkas / 11 2010 221

Page | 4

mengkonsumsi obat. Hormon glucocorticoid yang terdapat pada prednisone


menghalangi pelepasan corticotropin-releasing hormone (CRH), akibatnya
pituitary tidak distimulasi untuk melepaskan ACTH, dan adrenal gagal mengeluarkan
hormon cortisol yang cukup.
Penyebab lain dari insufisiensi adrenal sekunder adalah operasi pengangkatan dari
tumor jinak dari kelenjar pituitary yang memproduksi ACTH, radiasi tumor pituitary,
pengangkatan bagian hypothalamus, dan hipoperfusi pada pituitari.

IV.

Manifestasi Klinis
Biasanya perlahan, ditandai dengan kelelahan yang memburuk/kronis, kelemahan otot,
kehilangan nafsu makan, dan kehilangan berat badan. Sebagian besar penderita juga
mengeluh mual, muntah dan diare. Gejala lain yang dapat dialami adalah tekanan darah
rendah (hipotensi postural) dan hiperpigmentasi kulit. Dari segi psikiatri, defisiensi dari
hormone ini dapat menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam merespon stress yang
dapat menyebabkan depresi. Keadaan yang menjadi kegawatan adalah terjadinya krisis
addisonian, yang ditandai oleh:
- Nyeri menembus yang tiba-tiba pada punggung bawah, perut, atau kaki-kaki
- Muntah dan diare yang berat
- Dehidrasi berat
- Tekanan darah rendah

V.

Pemeriksaan dan Diagnosis


Pemeriksaan yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis penyakit Addison melalui
pemeriksaan laboratorium, yaitu:
-

Hematologi dapat di jumpai neutropenia, limfositosis, dan hemoglobin turun.

Agustinus Sigit Pamungkas / 11 2010 221

Page | 5

Pemeriksaan Khusus
o Tes Stimulasi ACTH
Merupakan tes yang paling spesifik untuk mendiagnosis penyakit Addison.
Pada tes ini, cortisol darah, cortisol urin, atau kedua-duanya diukur sebelum
dan setelah bentuk sintetik dari ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes
ACTH yang disebut pendek atau cepat, pengukuran cortisol dalam darah
diulang 30 sampai 60 menit setelah suntikan ACTH secara intravena. Respon
normal setelah suntikan ACTH adalah kenaikan tingkat-tingkat cortisol dalam
darah dan urin. Pasien dengan insufisiensi adrenal merespon dengan kenaikan
plasma kortikoid < 10 Ug/100 ml, sedangkan pada urine setelah 8 jam tidak
terdapat kenaikan 17-hidroksikortikoid atau kenaikan kurang dari 8 Ug/100
ml.
o Tes Stimulasi CRH
Ketika respon pada tes ACTH adalah abnormal, tes stimulasi CRH
diperlukan untuk menentukan penyebab dari insufisiensi adrenal. Pada tes ini,
CRH sintetik disuntikan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum
dan 30, 60, 90, dan 120 menit setelah suntikan. Pasien dengan insufisiensi
adrenal primer mempunyai ACTH yang tinggi namun tidak mempunyai
respon terhadap produksi cortisol. Pasien dengan insufisiensi adrenal sekunder
mempunyai respon terhadap kekurangan kortisol namun tidak ada atau
terlambatnya ACTH yang menstimulus produksi kortisol. Tidak adanya
respon ACTH menunjukkan pituitary sebagai penyebabnya; terlambatnya
respon ACTH menunjukkan hypothalamus sebagai penyebabnya.

Pemeriksaan lain
Saat diagnosis insufisiensi adrenal primer telah ditegakkan, pemeriksaan BNO abdomen
dapat dilakukan untuk mengetahui adanta endapan kalsium. Endapan kalsium mungkin
mengindikasikan TB. Tes kulit tuberculin juga mungkin digunakan.

Agustinus Sigit Pamungkas / 11 2010 221

Page | 6

Jika Insufisiensi adrenal sekunder adalah penyebabnya, Dapat dilakukan CT scan untuk
mengetahui keadaan hypothalamus dan pituitary.

VI.

Penatalaksanaan
Non-Medika Mentosa
Sesuai dengan keluhan dan penyakit dasarnya yang terjadi.
Medika Mentosa
Hydrocortisone
Merupakan drug of choice dalam terapi hormon. Dosis yang dianjurkan berkisar
15 25 mg, di berikan 2 kali sehari.
Prednisolone
Beberapa pasien memberikan respon yang baik terhadap 2-3 mg predisolone,
yang diberikan 2 kali sehari.
Fludrocortisone acetate (Florinef)
Mempunyai efek yang baik dalam menahan natrium. Dosis yang di anjurkan 0.05
0.3 mg peroral/hari. Pada hipotensi postural, hiponatremia dan hiperkalemia
dosisnya ditingkatkan. Begitu juga dengan pasien dengan gejala kelelahan dan
peningkatan plasma renin. Pada pasien dengan hipokalemia dan hipertensi,
dosisnya diturunkan.
DHEA (Dehydroepiandrosteron)
Merupakan precursor hormon sex, dapat diberikan pada wanita yang mengalami
insufisiensi adrenal, dengan dosis 50 mg peroral/hari diyakini dapat meningkatkan
mood dan sexualitas.

Agustinus Sigit Pamungkas / 11 2010 221

Page | 7

Pasien yang menerima terapi penggantian aldosteron disarankan untuk


meningkatkan pemasukkan garam mereka. Dosis dari setiap obat disesuaikan
kepentingan dan keadaan pasien.
Pada Krisis addisonian, dengan tekanan darah rendah, glukosa darah yang
rendah, dan kadar kalium yang tinggi dapat mengancam nyawa. Terapi standar
melibatkan pemberian hydrocortisone IV, saline (air garam), dan dextrose. Ketika
pasien sudah dapat mengkonsumsi cairan dan obat-obatan secara oral, jumlah
hydrocortisone dikurangi hingga dosis pemeliharaan tercapai. Jika aldosterone tak
mencukupi,

terapi

pemeliharaan

juga

memasukkan

dosis

oral

dari

fludrocortisone acetate.

VII.

Komplikasi
Komplikasi dari penyakit Addison berkaitan dengan penyakit dasarnya. Pada kasus yang
tidak ditangani dengan baik, dapat mengakibatkan krisis addisonian, yang ditandai
dengan penurunan tekanan darah, penurunan glukosa darah, dan peningkatan kalium.

VIII.

Prognosis
Sangat tergantung dari penanganan yang diberikan, jika ditangani dengan tepat melalui
terapi pergantian hormone, mempunyai prognosis yang baik. Namun, jika tidak ditangani
dengan baik dapat mengakibatkan krisis addisonian yang dapat mengancam nyawa.

Agustinus Sigit Pamungkas / 11 2010 221

Page | 8

Daftar Pustaka
1. Stephen JM, Maxine AP, and Lawrence MT. Current Medical Diagnosis and
Treatment, in Chronic Adrenocortical Insufficiency (Addisons Disease). 47 th Ed.
USA: The McGraw-Hill Companies. 2008:1003-1005.
2. Piliang S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th Ed. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fak Kedok Univ Indonesia. 2007:1984-1986.
3. TotalKesehatanAnda.

Penyakit

Addison.

2008.

Diunduh

dari

http://www.totalkesehatananda.com/addison.html, 21 Mei 2011.


4. Medicastore.

Penyakit

Addison.

2008.

Diunduh

dari

http://medicastore.com/penyakit/3307/Penyakit_Addison.html, 21 Mei 2011.


5. Wrongdiagnostis.

Addisons

Disease.

2008.

Diunduh

dari

http://www.wrongdiagnosis.com/a/addisons_disease/intro.html, 21 Mei 2011.


6. Elizabeth

AL.

Addisons

Disease.

2010.

Diunduh

http://emedicine.medscape.com/article/1096911-overview, 21 Mei 2011.

dari

Anda mungkin juga menyukai