Anda di halaman 1dari 4

ARTI DARI SEBUAH KEPEDULIAN

Di pagi hari jalanan depan pasar cukup padat kendaraan lalu-lalang, seorang
ibu tua dengan bawaan bakulan di kepala telah lama menunggu kendaraan
sepi untuk menyeberang, tiba-tiba seorang pemuda dengan tampang acakacakan, celana bolong, telinga tersemat anting dan rambut pirang acakacakan persis seorang berandal menyeberang ke tempat ibu tua tadi dan
membimbingnya menyeberangi jalan, sesampainya di sisi jalan yang lain ibu
tersebut mengucapkan terimakasih dan menawarkan pemuda tersebut untuk
minum, tampaknya dia menjual cendol bakulan, namun pemuda tersebut
menolak dengan cueknya meninggalkan ibu tersebut.
Pada hari yang lain, pengendara sepeda motor menabrak sebuah mobil yang
ngerem mendadak menyebabkan dia terkapar di aspal dan tak sadarkan diri
dengan darah mengucur dari kepalanya, sontak kejadian tersebut
mengundang perhatian banyak orang di sekitar dan ramai-ramai membantu
si pengendara dengan menghentikan sebuah mobil bak terbuka lalu
membawanya ke puskesmas terdekat dan yang lainnya menahan si
pengemudi mobil untuk menyelesaikan perkara kecelakaan tersebut.
Bahkan tidak jarang juga di kampung ketika ada orang sakit yang
membutuhkan
pertolongan
secepatnya,
tetangga
dengan
sigap
memanggilkan perawat atau petugas kesehatan yang ada di kampung untuk
memeriksa si sakit, atau ketika harus di bawa ke rumah sakit, tetangga
membantu menyiapkan mobil dan ikut turut mengantar ke rumah sakit, atau
juga ketika ada yang mendapat musibah, anggota keluarga meninggal dunia
semua warga turut merapat ke rumah duka untuk berbela sungkawa dan
menyiapkan perlengkapan untuk pelaksanaan pemakaman.
Kesemuanya itu merupakan bentuk kepedulian antar sesama yang lahir dari
sebuah kebiasaan atau situasional yang menggerakkan hati kita untuk peduli
dan membantu orang lain, keadaan seperti itu sering kita temukan dan kita
dapat ambil bagian untuk terlibat di dalamnya. kepedulian seperti ini muncul
karena kondisi atau keadaan yang secara tidak terencana untuk kita lakukan
namun mengikuti situasi untuk tergeraknya rasa peduli tersebut, atau
meminjam istilah Abraham Maslow (1986) yang dinamakan humanisme
dalam bentuk hirarki kebutuhan dan aktualisasi diri, dimana salah satu
kebutuhan secara psikologis dalam diri kita yaitu mampu mendapatkan
pemenuhan atas kegelisahan ketika ada rangsangan dari luar yang
menggerakkan kita untuk bertindak/peduli terhadap orang lain yang sedang
membutuhkan.

Kepedulian kondisional seperti ini kiranya sebagai pembelajaran, bahan


renungan dalam diri kita, kenapa kita peduli terhadap orang lain ketika
dalam keadaan seperti itu, kenapa hanya muncul ketika orang lain sudah
terdesak, kenapa kita hanya bisa ambil bagian untuk peduli ketika sudah
terjadi menimpa orang lain. lalu kenapa tidak kita aplikasikan bentuk-bentuk
kepedulian tersebut tidak mesti dengan keadaan seperti narasi di atas akan
tetapi secara kontinuitas kepedulian dalam diri kita seharusnya kita jadikan
intervensi dalam penuangan ide-ide kreatif demi terwujudnya sebuah
perubahan ke arah yang lebih baik dan sebagai wujud nyata adanya
kepedulian kita terhadap sesama dalam bentuk pengabdian dan pembinaan
mental dan spiritual masyarakat.
Kepedulian hendaknya dijadikan intervensi berkelanjutan untuk melahirkan
pemikiran-pemikiran progresif, seperti halnya seorang guru peduli akan
penguasaan intelektualitas siswanya, bukan hanya sekedar tunai tugas,
seorang petugas kesehatan di kampung peduli dan sigap ketika ada warga
yang sedang membutuhkan pertolongan, seorang kepala madrasah peduli
akan kelanjutan madrasahnya demi terwujudnya pendidikan yang lebih baik,
seorang marbot masjid peduli bagaimana memakmurkan masjid supaya
ramai berjamaah, seorang pemuda peduli dengan generasi-generasi muda
yang ada di sekitar lingkungannya melalui pembimbingan spiritual dan
pendidikan membaca Al Quran di Mushalla, bentuk kepedulian seperti inilah
yang dapat kita jadikan dasar untuk membina sebuah kemandirian di tengah
masyarakat sehingga terwujudnya peningkatan kualitas masyarakat di
berbagai bidang.
Begitu juga halnya dengan pembentukan sebuah organisasi, komunitas, atau
kelompok-kelompok massa, awalnya berangkat dari sebuah kepedulian
untuk mengatasi kegelisahan yang dihadapi masyarakat menuju perubahan
yang lebih baik. sebut saja PS. Lank, digagas untuk menampung talentatalenta generasi muda dalam bidang olahraga supaya lebih terarah dan
mampu bersaing dengan menjadikan klub sepakbola tersebut sebagai ajang
silaturahmi dan menyatukan persepsi generasi muda khususnya dalam
bidang sepakbola, sekarang PS. Lank sudah mengepakkan sayap dengan
terus ambil bagian ketika ada event-event sosial atau keagamaan yang
diadakan sebagai bentuk kepedulian demi terwujudnya mental sosial di
tengah masyarakat.
Demikian halnya dengan Koperasi yang dibentuk di kampung kita, berangkat
dari rasa peduli untuk membangun kekuatan ekonomi masyarakat dengan
mengusung program-program ekonomi kreatif yang sempat berjalan dengan

baik (kerajinan tikar pandan, simpan pinjam untuk anggota) dengan


meletakkan dasar asas pembangunan untuk madrasah, kesemuanya itu
merupakan wujud kepedulian dengan niatan mulia untuk perubahan yang
lebih baik.
Selanjutnya KOMPAK (Komunitas Pemuda Kreatif) yang merupakan inisiatif
untuk menampung ide, kreatifitas dan gerak pemuda untuk menunjukkan
eksistensi di tengah masyarakat, juga berawal dari kegelisahan, keprihatinan
akan kondisi pemuda saat ini, serta dengan harapan menjadi trendsetter di
tengah masyarakat sebagai pelopor adanya perubahan dengan tetap
berpegang pada asas sosial, pendidikan dan dakwah. KOMPAK dengan citacita besar mencoba bergerak dengan kepedulian untuk membangun
kekuatan ekonomi pemuda dengan merancang beberapa program usaha
sederhana untuk merintis modal. namun pesimistis karena kita terlalu lama
tersugesti dengan anggapan sulit untuk memulai, semuanya butuh modal
besar dan itupun tidak kita miliki saat ini, pergerakan terhenti, seiring waktu
satu per satu anggota kompak terhenyak dengan kesibukan pribadi masingmasing, satu per satu direkrut sebagai penjaga (red : karyawan) untuk
kepentingan pribadi orang lain, satu per satu meninggalkan kampung
halaman di bawah bayang-bayang kesejahteraan rantauan, dan seolah citacita besar tersebut tertelan waktu dan menunggu gerak langkah orang yang
peduli.
KOMPAK kini sedang kebingungan, menyisakan segelintir orang yang hanya
punya ambisi tetapi tidak ada langkah dari kerja tim, KOMPAK sedang
menunggu, menunggu hidayah untuk bergerak, yang pasti tidak akan
didapatkan jika kita hanya berharap tanpa langkah. KOMPAK masih belum
memiliki kepedulian jika egoistis masih saja dipertahankan. KOMPAK
hanyalah sebuah nama, yang tidak mampu mengamalkan amanat sila ke-6
pancasila yang dileluconkan "Kreatif Sampai Mati", kita dituntut untuk
kreatif tetapi ruang gerak terbatas dan tak mau ambil pusing. KOMPAK hanya
punya ide, ambisi, angan, harapan besar, namun tersesat dan kebingungan
langkah untuk bergerak, KOMPAK kini sedang mendengkur, mengenang
semangat hangat-hangat tahi ayam di awal muncul, KOMPAK kini sedang
resah, mencemaskan Dana Penguasa yang sungguh fatamorgana dan hanya
celoteh belaka, KOMPAK kini sadar, bahwa perubahan tidak semulus lidah
mengucap retorika yang hanya sebagai wacana (penulis juga termasuk).
KOMPAK setidaknya masih memiliki semangat, walaupun sedikit akan tetapi
terus dipupuk, semangat kepedulian tidak harus menghasilkan profit
(keuntungan), namun semangat berbagi dapat tertularkan kepada orang

lain. kepedulian hendaknya melahirkan perubahan, dan itulah yang akan kita
garap dengan keringanan langkah dan gerak kawan-kawan. sebuah langkah
untuk perubahan tidak harus dengan uang, modal besar yang tidak kita
miliki saat ini, namun selangkah demi selangkah mari kita gagas, seperti
mensukseskan majlis ilmu pengkajian kitab di panti asuhan, pengadaan
kelompok diskusi entah dalam bentuk english study club atau diskusi kopi
duduk, maupun kelompok usaha yang sekiranya bisa kita jalankan dengan
modal seadanya. hal sederhana namun sulit untuk dimulai, lagi-lagi kita
tersugesti dengan pesimistis beratnya memulai yang jarang bisa kita tepis
malah cenderung mengaminkan.
Semoga semangat kepedulian dan berbagi itu masih terpatri dalam diri kita
sehingga menemukan jalan untuk disalurkan dengan gerak langkah untuk
membangun sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. ambisi memang kita
butuhkan, namun apalah arti sebuah ambisi jika tidak didukung dengan
komitmen dan tanggung jawab dari kita. seperti yang diungkapkan steve
jobs revolusioner apple inc. "mereka yang cukup gila berpikir bisa merubah
dunia, adalah mereka yang melakukannya", tidak cukup hanya dengan
berpikir, berangan-angan, namun tindakan nyata juga diperlukan sehingga
tidak ada lagi istilah "Talk more do less" akan tetapi "Talk more do more".
Wallahu alam (Lengkok, 26-03-15)

Anda mungkin juga menyukai