03007282
YUSMIATI TOMALIMA
03007300
03007310
03007325
03007327
03008003
03008059
BHASTIYAN D W
03008101
03008103
FIFI TANDION
03008124
03008125
03008128
IRFAN SUGIYANTO
03008138
KRISNA HERDIYANTO
BAB I
PENDAHULUAN
Demam reumatik merupakan penyakit anak-anak dan remaja.Biasanya penyakit
ini mulai terjadi 1 sampai 3 minggu setelah seseorang menderita pharyngitis. Di Amerika
Serikat, telah dikembangkan antibiotik untuk mengatasi penyakit ini. Akan tetapi dengan
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Datang Ny. Nani, 26 tahun, dengan keluhan bengkak pada kedua tungkai. Pembengkakan
makin besar pada sore hari. Timbul sudah sejak 2 bulan terakhir.
: 11g%
Lekosit
: 6000/l
Hematokrit
: 33%
LED
: 20mm/jam
CRP
: (-)
ASTO
: 150 lU
Echocadiogram menunjukan :
Katup mitral tebal. Mitral valve area saat diastolic 0.8 cm2. Tampak kalsifikasi (ringan).
Anamnesis :
1. Identitas
Nama
Usia
: Ny. Nani
: 26 tahun
Jenis kelamin
: perempuan
Alamat
: Agama:
: Pekerjaan
:2. Keluhan utama
: bengkak pada kedua tungkai
3. Keluhan tambahan
Bengkak makin besar pada sore hari
Sering batuk
4. Riwayat penyakit sekarang
Sesak napas terutama malam hari atau saat bekerja(pekerjaan
5.
6.
7.
8.
rumah tangga)
Riwayat penyakit dahulu
Saat kanak-kanak sering demam, sakit menelan
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat pengobatan
Riwayat kebiasaan
Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda vital :
Tekanan darah
: 110/70 mmHg (N : )
Heart rate : 120x/teratur (N: 60-100)
Pernapasan : 16x/menit (N : 16-20)
Nadi
: isi cukup, tidak ada pulsus alternans
3. JVP
: 5+4, melebar, hepatojugular refluks (+)
Menandakan adanya gagal jantung kanan
4. Struma (-). Arteri carotis normal
5. Inspeksi
Pitting edema kedua tungkai
6. Palpasi
Hepatomegali 3 jari di bawah arcus kosta, tepi tumpul, nyeri
tekan, permukaan licin
akibat stenosis mitral yang menyebabkan gagal jantung
kiri dan menjalar menjadi gagal jantung kanan
7. Pekusi
8. Auskultasi
Ictus cordis pada ICS V, 2 jari lateral garis midclavikularis kiri
S1-S2 reguler
M1 keras, OS (+), middiastolik murmur di apeks sesudah OS,
berlanjut dengan presystolic murmur di apeks sesudah OS.
Pansystolic murmur pada parasternal kiri ICS IV
Menandakan stenosis mitral
Pemeriksaan laboratorium
Hb
: 11 g%
Lekosit
: 6000/Ul
(N: 5000-10000/Ul)
Hematokrit
: 33%
(N: 36-47%)
LED
: 20 mm/jam
(N: <15mm/jam)
CRP
: (-)
(N: (-) )
ASTO
: 150 IU/dl
(N: <200)
- Penurunan kadar Hb pada pasien ini menunjukkan adanya anemia. Pada pasien ini
terjadi anemia
- Penurunan kadar Hematokrit menunjukkan adanya anemi
- Peningkatan LED menunjukkan adanya infeksi.
Pemeriksaan EKG
Gambaran EKG menunjukkan LAH, LVH, QRS rate 120/menit menandakan
stenosis mitral.
pembesaran atrium kiri, ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Apeks ke lateral dibentuk oleh
ventrikel kanan, segmen pulmonal menonjol menunjukkan edema paru.
Pembesaran atrium kiri bisa terjadi karena stenosis aorta atau insufisiensi mitral.
Pembesaran ventrikel kiri bisa terjadi karena insufisiensi mitral atau stenosis aorta.
Pembesaran ventrikel kanan bisa terjadi karena stenosis mitral, stenosis trikuspid,
regurgitasi trikuspid.
Pemeriksaan Echocardiogram
- stenosis mitral
- mitral valve area saat diastolic 0.8 cm2. tampak kalsifikasi (ringan). Menandakan
stenosis mitral,.
Diagnosis
Diagnosis Anatomi : Stenosis mitral berat
Diagnosis Etiologi : RHD (Reumatic Heart Disease)
Diagnosis fungsional : NYHA 3
Diagnosis patofisiologi : Udema paru dan gagal jantung kanan
Diagnosis Etiologi : RHD (Reumatic Heart Disease)
Karditis akibat demam rematik adalah perikarditis, berarti mengenai endokardium,
myocardium dan pericardium. Pada penderita yang meninggal akibat karditis demam
rematik miokard tampak pucat, lembek, udematus sedikit hipertrofik, ruangan jantung
dilatasi, 1 atau lebih katup mengalami incompetent (bocor), nodul translucent yang
disebut verrucae didapati pada pinggir-pinggir dari daun katup
Diagnosis fungsional NYHA kelas 3 karena adanya pembatasan bermakna dari aktivitas
sehari-hari.
Diagnosis
patofisiologi
Udema
paru
dan
gagal
jantung
kanan
Pada gagal jantung kanan, jugularis vena pressure meningkat, dan pada udema paru,
mekanisme terjadinya : terdapat stenosis mitral dimana katup mitral tidak membuka
dengan sempurna => terjadi hipertrofi di atrium kiri => darah yang dari paru akan
terhambat => paru yang mendapat darah terus menerus dari ventrikel kanan akan
membengkak, sehingga ventrikel kanan pun ikut membengkak karena menampung
banyak darah. Adanya bendungan di jantung kanan juga dapat menyebabkan stenosis
trikuspidalis sehingga tekanan hidrostatik lebih besar daripada tekanan osmotik yang
mengakibatkan
darah
keluar
masuk
jaringan
intersisial
=>
udema
Diagnosis kerja
Gagal jantung kanan et causa mitral stenosis et causa RHD
Patofisiologi
Keterlibatan jantung pada demam reumatik dapat mengenai setiap komponen
jaringannya. Proses radang selama karditis akut paling sering terbatas pada endokardium
dan miokardium, namun pada pasien dengan miokarditis berat, perikardium dapat juga
terlibat. Beberapa dengan pada penyakit kolagen lain seperti lupus eritematosus
sistematik atau artristis reumatoid juvenil (pada kedua penyakit ini serositas biasanya
ditunjukkan oleh perikarditis), pada demam reumatik jarang ditemukan perikaditis tanpa
endokarditis atau miokarditis. Perikaditis pada pasien reumatik bisanya menyatakan
adanya pankarditis atau perluasan proses radang.
Penemuan histologis pada karditis reumatik akut tidak selalu spesifik. Tingkat
perubahan histologis tidak perlu berkolerasi dengan derajat klinis. Pada stadium awal,
bila ada dilatasi jantung, perubahan histologis dapat minimal, walaupun gangguan fungsi
jantung mungkin mencolok.
Dengan berlanjutnya radang, perubahan eksudatif dan proliferatif menjadi lebih
jelas. Stadium ini ditandai dengan perubahan edematosa jaringan, disertai oleh infiltrasi
selular yang terdiri dari limfosit dan sel plasma dengan beberapa granulosit. Fibrinoid,
bahan granular eusinofil ditemukan tersebar di seluruh jaringan dasar. Bahan ini meliputi
serabut kolagen ditambah bahan granular yang berasal dari kolagen yang sedang
berdegenerasi dalam campuran fibrin, globulin, dan bahan-bahan lain.
Reaksi radang juga mengenai lapisan endokardium yang mengakibatkan
endokarditis. Proses endokarditis tersebut mengenai jaringan katup serta dinding
endokardium. Radang jaringan katup menyebabkan manifestasi klinis yang mirip karditis
reumatik. Yang paling sering terlibat adalah katup mitral, disusul katup aorta. Katup
trikuspid jarang terlibat, dan katup pulmonal jarang sekali terlibat.
Radang awal pada endokarditis juga menyebabkan terjadinya insufisiensi katup.
Penemuan histologis dalam endokarditis terdiri dari edema dan linfiltrasi selular jaringan
katup dan korda tendine. Lesi yang khas endokarditis reumatik adalah tambalan (patch)
MacCallum, daerah jaringan menebal yang ditemukan dalam atrium kiri, yakni di atas
dasar daun katup mitral posterior. Degenerasi hialin pada katup yang terkena akan
menyebabkan pembentukan veruka pada tepinya, yang akan menghalangi pendekatan
daun-daun katup secara total dan menghalangi penutupan ostium katup. Dengan radang
yang menetap, terjadilah fibrosis dan kalsifikasi katup.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
-Diuretika digunakan pada Mitral stenosis (MS) sedang berat yang bertujuan untuk
mengurangi udema.
- Furosemid : 1 tablet 40 mg, dosis - 1 tablet/ hari, diberikan intra vena bila terjadi
udema paru.
-Warfarin : antikoagulan oral untuk mencegah thrombosis dan emboli.
- Benzatin penisilin G 1,2 juta U i.m : selama 10 tahun sejak terjadi serangan pertama.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Demam reumatik merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai
faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta hemolyticus grup A.
Etiologi
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Infeksi Streptococcus beta
hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik, baik
pada serangan pertama maupun serangan ulangan. Untuk menyebabkan serangan demam
reumatik, Streptokokus grup A harus menyebabkan infeksi pada faring, bukan hanya
Faktor Predisposisi
Faktor Individu
1.
Faktor Genetik
Banyak demam reumatik/penyakit jantung reumatik yang terjadi pada satu
keluarga maupun pada anak-anak kembar. Karenanya diduga variasi genetik merupakan
alasan penting mengapa hanya sebagian pasien yang terkena infeksi Streptococcus
menderita demam reumatik, sedangkan cara penurunannya belum dapat dipastikan.
2.
Jenis Kelamin
Tidak didapatkan perbedaan insidens demam reumatik pada lelaki dan wanita.
Meskipun begitu, manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada salah satu
jenis kelamin, misalnya gejala korea jauh lebih sering ditemukan pada wanita daripada
laki-laki. Kelainan katub sebagai gejala sisa penyakit jantung reumatik juga menunjukkan
perbedaan jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral lebih
sering ditemukan pada wanita, sedangkan insufisiensi aorta lebih sering ditemukan pada
laki-laki.
3.
Umur
Paling sering pada umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun.
Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum umur
3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens
infeksi Streptococcus pada anak usia sekolah.
4.
diketahui bahwa penderita sickle cell anemia jarang yang menderita demam
reumatik/penyakit jantung reumatik.
Patogenesis
Meskipun pengetahuan serta penelitian sudah berkembang pesat, namun
mekanisme terjadinya demam reumatik yang pasti belum diketahui. Pada umumnya para
ahli sependapat bahwa demam reumatik termasuk dalam penyakit autoimun.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk
ekstrasel; yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase,
streptokinase,
disfosforidin
nukleotidase,
deoksiribonuklease
serta
streptococcal
BAB IV
KESIMPULAN
Demam reumatik merupakan suatu reaksi autoimun terhadap faringitis
Streptococcus beta hemolyticus grup A yang mekanismenya belum sepenuhnya
dimengerti. Demam reumatik tidak pernah menyertai infeksi kuman lain maupun infeksi
Streptococcus di tempat lain. Penyakit ini juga cenderung berulang.
Insidens tertinggi penyakit ini ditemukan pada anak berumur 5-15 tahun dan
pengobatan yang tuntas terhadap faringitis akut hampir meniadakan risiko terjadinya
demam reumatik.
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik didahului
pertama kali oleh infeksi saluran napas atas oleh kuman Streptococcus beta hemolyticus
grup A dan selanjutnya diikuti periode laten yang berlangsung 1-3 minggu kecuali korea
yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan. Setelah periode laten, periode
berikutnya merupakan fase akut dari demam reumatik dengan timbulnya berbagai
manifestasi klinis, dan diakhiri dengan stadium inaktif, yang pada demam reumatik tanpa
kelainan jantung atau penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak
menunjukkan gejala apa-apa.
Manifestasi klinis demam reumatik dibagi menjadi manifestasi klinis mayor yaitu
artritis, karditis, korea, eritema marginatum dan nodulus subkutan. Manifestasi klinis
minor yaitu demam, artralgia, peningkatan LED dan C-reactive protein dan pemanjangan
interval PR. Kriteria diagnosis berdasarkan kriteria Jones (revisi 1992) ditegakkan bila
ditemukan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor +2 kriteria minor ditambah dengan
bukti infeksi Streptococcus grup A tenggorok positif + peningkatan titer antibodi
Streptococcus.
Penatalaksanaan pada demam reumatik/penyakit jantung reumatik berupa
eradikasi dari kuman Streptococcus beta hemolyticus grup A, obat-obat analgesik dan
antiinflamasi, diet, istirahat dan mobilisasi serta pengobatan lain yang diberikan sesuai
klinisnya seperti pengobatan korea. Kemudian diikuti dengan pencegahan sekunder yang
lamanya sesuai dengan klinisnya. Pencegahan sekunder ini diharapkan dapat efektif
untuk mencegah timbulnya demam reumatik berulang.
Pengobatan serta pencegahan yang harus dilaksanakan secara teratur ini,
informasinya harus disampaikan kepada pasien atau keluarga pasien sehingga prognosis
pasien dengan penyakit ini baik walaupun pada pasien dengan penyakit jantung yang
berat.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1.Kasper DL, Braunwald E, Fauchi AS et al (editor). Harrisons Principles of internal
medicine. 16 ed, 2003.
2.Palupi, S.E.E, Khairani Rita (editor). Kumpulan Kuliah Kardiologi. Bagian Ilmu
penyakit
dalam
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Trisakti.
Jakarta:2007.
3.Rilantono Lily. I, dkk. Buku Ajar Kardiologi. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta:1996.
4.Sudoyo Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 4 ed, 2006.