Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Tumor merupakan penyakit yang mengkhawatirkan karena menjadi penyebab kematian

nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia
yang meninggal (Riset Kesehatan Dasar tahun 2007). Riset juga menyatakan bahwa setiap 1000
orang terdapat sekitar 4 penderita tumor. Faktor ini terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya
sehingga dalam kurun waktu 10 tahun (2005-2015) WHO memperkirakan jumlah kematian
karena tumor rata-rata 8,4 juta setiap tahun dan tahun 2015 mencapai 9 juta jiwa. Tumor adalah
istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan massa (solid/padat) atau
jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak (benigna tumor) dan tumor ganas
(malignant tumor). Tumor ganas lebih dikenal sebagai kanker. Massa ini timbul sebagai akibat
dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel. Pertumbuhan sel yang tidak terkendali
disebabkan kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi (perubahan genetik yang bersifat
menurun) pada gen vital yang bertugas mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin
dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut disebabkan
agen zat-zat kimia atau fisik yang dinamakan sebagai karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara
spontan (diperoleh) maupun diwariskan.
Perkembangan kanker ditandai dengan sel-sel tumor berinteraksi dengan komponen
lingkungan di sekitarnya seperti sel normal, sel imun (sel efektor), maupun agen terapi yang
secara eksternal dapat ditambahkan ke dalam sistem tubuh. Agen terapi yang dimaksud adalah
kemoterapi dan imunoterapi. Sifat interaksi lingkungan tumor adalah kompleks dan tergantung
pada banyak faktor, di antaranya adalah umur, jenis kelamin dan sebagainya. Faktor-faktor
tersebut dapat menyebabkan perubahan sel tumor menjadi kompleks.
1.2.
Anatomi Fisiologi Tulang dan Otot
1.2.1. Otot Rangka
Otot rangka dihubungkan ke tulang melalui tendon. Tendon menggerakkan tulang
dengan kontraksi otot rangka, yang dikontrol oleh neuron motorik bawah dari medula
spinalis. Satu neuron motorik dan seluruh serabut otot yang dipersarafinya disebut unit
KELOMPOK SGD 2

motorik. Secara umum, otot yang memiliki kontrol halus hanya memiliki sedikit serabut
otot yang dipersarafi oleh neuron motorik tunggal. Otot yang tidak memerlukan kontrol
halus(yaitu otot yang menunjang punggung) terdiri atas banyak serabut otot per neuron
motorik.
Sel otot rangka adalah sel yang sangat berdifrensiasi yang tumbuh selama embriogenesis
dan setelah itu dalam kehidupan di bawah kontrol faktor pertumbuhan, hormon dan
stimulasi fisik. Selama embriogenesis, sel otot rangka mengalami hiperplasia dan
hipertrofi.
1.2.2. Tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Ruang ditengah tulang-tulang
tertentu berisi jaringan hematopoitik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga
merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Komponen-komponen nonseluler utama dari jaringan tulang adalah mineralmineral dan matriks organic ( kolagen dan protegligkan ). Kalsium dan fosfat membentuk
suatu garam Kristal ( hidroksiapatit ), yang tertimbun pada matriks kolagen dan
proteogligkan. Mineral-mineral ini memampattkan kekuatan tulang. Matriks organic
ruling disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe 1
yang kaku dan memberikan daya rentang tinggi pada tulang. Organic lain yang juga
menyusun tulang berupa proteoglukan seperti asam hialuronat.
Hampir semua tulang berongga di bagian tengah-tengahnya. Struktur demikian
memaksimalkan kekuatan structural tulang dengan bahan yang relative kecil atau ringan.
Kekuatan tambahan di peroleh dari susunan kolagen dan mineral dalam jaringan tulang.
Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lameral. Tulang yang berbentuk anyaman
terlihat saat pertumbuhan cepat, seperti sewaktu perkembangan janin atau sesudah
terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh tulang yang lebih
dewasa yang berbentuk lameral. Pada orang dewasa, tulang anyaman ditemukan pada
insersi ligamentum atau tendon. Tuamr sarcoma osteogenik terdiri dari tulang anyaman.
Tulang lameral terdapat doseluruh tubuh orang dewasa. Tulang lameral tersusun dari
lempengan-lempengan mineral yang sangat padat, dan bukan merupakan suatu masa
Kristal yang padat.
a. Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang :
KELOMPOK SGD 2

1. Diafiisis atau batang, adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini
tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.
2. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar didekat ujubg akhir batang. Daerah ini
terutama disusun oeleh tulang trabekular atau tulang spongeosa yang mengandung
sel-sel hemotopoitik. Sum-sum merah terdapat juga di bagian epifisis dan diafisis
tulang. Pada anak-anak sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang
panjang, tetapi kemudian diganti oleh su-sum kuning sejalan dengan semakin
dewasanya anak tersebut. Pada orang dewasa, aktivitas hematopoitik menjadi terbatas
hanya pada sternum dan Kristal iliaka, walaupun tulang-tulang yang lain masih
berpotensi untuk aktif lagi bila diperlukan. Sum-sum kuning yang terdaoat diafisis
tulang orang dewasa, terutama terdiri dari sel-sel lemak. Metafisis juga menopang
sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon dan ligament
pada epifisis.
3. Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan
bagian ini akan menghilang pada orang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan
dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhanb
memanjang tukang terhenti.
Seluruh tulang di liputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periusterum, yang
mengandung sel-sel yang dapat berpoliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan
transversal tulang panjang.
Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteri nutrisi khusus. Lokasi dan
keutuhan dari arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses
penyembuhan suatu tulang yang patah.
b. Susunan Tulang
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel: osteoblas,
osteosit, dan osteoklas.
1. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteogligkan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresian
sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase
alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali

KELOMPOK SGD 2

didalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukkan
tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.
2. Osteosit adalah sel-sel tualang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diarbsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas
menitis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan
matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan
fosfat terlepas kedalam aliran darah.
c. Metabolisme tulang
Diatur oleh beberapa hormon. Suatu peningkatan kadar hormon paratiroid (PTH)
mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang, menyebabkan kalsium dan
fosfat diarbsorbsi dan bergerak memasuki serum. Disamping itu, peningkatan kadar PTH
secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktifitas osteoklas, sehingga
terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada hiperparatiroidisme dapat
pula menimbulkan pembentukan batu ginjal.

KELOMPOK SGD 2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Skenario
Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke poliklinik bedah dengan keluhan
benjolan didaerah telapak tangan kanan sudah sejak 6 bulan yang lalu yang semakin lama
semakin membesar tanpa disertai rasa nyeri. Pada pemeriksaan fisiik didapatkan perabaan
benjolan lunak dengan diameter 6 cm konsistensi kenyal dan mobilisasi +. Riwayat jarang
mengkonsumsi sayur dan buah. Dokter mengusulkan dilakukan pemeriksaan fine needle
biopsy untuk terapi farmakologi dan nonfarmakologi.
2.2 Keyword
Perempuan usia 40 tahun
Benjolan di telapak tangan kanan sejak 6 bulan yang lalu
Semakin membesar tanpa disertai rasa nyeri
Jarang konsumsi sayur dan buah
Dokter mengusulkan dilakukan pemeriksaan fine needle biopsy
PF : - Benjolan lunak
- Konsistensi kenyal
- Mobilisasi
2.3 Permasalahan
1. Penyebab timbulnya benjolan/ massa ?
2. Apakah yang dimaksud dengan fine needle byopsi?
3. Apakah yang dimaksud dengan tumor muskuloskeletal?
4. Apa saja klasifikasi tumor muskuloskeletal?
5. Apa perbedaan tumor jinak dan ganas?
6. Bagaimana diagnostic dari tumor?
7. Bagaimana penatalaksanaan tumor jinak dan tumor ganas?

2.4 Pembahasan permasalahan


2.4.1 Penyebab timbulnya benjolan/ massa ?
Massa disebabkan oleh bagian tumor yang menembus tulang atau bisa karena ekspansi
tulang. Pada tumor ganas, massa berkembang dengan cepat. Pada stadium lanjut massa dapat
menimbulkan perubahan pada kulit, yaitu kulit menjadi tegang dan mengkilat pembuluh
darah lebih menonjol dan timbul striae dan ulkus.
KELOMPOK SGD 2

2.4.2 Apakah yang dimaksud dengan fine needle byopsi?


Merupakan suatu prosedur diagnosis tumor jinak dan ganas yang digunakan hanya pada
bagian superfisial massa atau permukaanya ( hanya dibawah kulit). Aspirasi yang dilakukan
sangat aman dengan insisi kecil.
2.4.3 Apakah yang dimaksud dengan tumor muskuloskeletal?
Tumor merupakan massa yang dapat berasa dari jaringan tulang maupun jaringan lunak
seperti otot, pembuluhdarah saraf, tendo, dan lemak.
2.4.4
-

2.4.5

Apa saja klasifikasi tumor muskuloskeletal?


Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi:
a. Tumor jinak
b. Tumor ganas
c. Tumor metastatik
Menurut asalnya
a. Tumor tulang
1. Tumor tulang jinak
2. Tumor tulang ganas
b. Tumor jaringan lunak
1. Tumor jaringan lunak jinak
2. Tumor jaringan lunak ganas
Apa perbedaan tumor jinak dan ganas?
N
O
1

Perbedaan

Tumor jinak

Tumor ganas

Nyeri

Tidak selalu ada

Nyeri

Massa

Berbatas tegas berupa kapsul

Tidak berbatsa tegas

Imobilisasi

Mobilisasi

Imobilisasi

Pertumbuhan

Ekspansi

Inspansi

2
3
4
5
Metastatis

metastatis

2.4.6 Bagaimana diagnostic dari tumor?


A. Diagnosa
1 Anamnesa
Usia
Kecepatan pertumbuhan tumor
KELOMPOK SGD 2

2.4.7

Nyeri
Pucat, nafsu makan menurun, berat badan menurun
Sesak napas, lemah
Riwayat trauma, penyakit keluarga
Pemeriksaan Fisik
Jinak : keras, nyeri (-), neurovaskularisasi (-), ukuran kecil
Ganas : besar, difus, nyeri (+), venektasi, ulkus
Gangguan gerakan sendi
Kekakuan otot
Fraktur patologis
Gangguan neurologis
Pemeriksaan Labolatorium
Peningkatan kadar kalsium
Alkali posphatase
Kadar total protein
Protein Bence-Jones
Hemoglobin
Laju Endap Darah (LED)
Pemeriksaan Radiologis
Foto rongent (tulang, paru)
Bone survey / Bone scan
MRI / CT scan
Histopatologi
Pemeriksaan patologi anatomi secara mikroskopik

Bagaimana penatalaksanaan tumor jinak dan tumor ganas?


Penatalaksanaan tumor tumor jinak biasanya tidak terlalu sulit dibandingkan tumor
tumorganas. Pada tumor tumor ganas diperlukan kerjasama dan konsultasi antara ahli
bedah onkologi, ahli bedah ortopedi, ahli radiologi, ahli patologi serta ahli prostetik
dan rehabilitasi.
- Tumor jinak

yang

jelas,

misalnya

osteokondroma

yang

kecil

tidak

diperlukantindakan khusus. Apabila jenis tumor diragukan maka perlu dilakukan


-

pemeriksaanbiopsi.
Curiga akan tumor ganas apabila suatu lesi pada tumor primer dicurigai sebagai
suatukeganasan dmaka penderita sebaiknya dirawat untuk pemeriksaan lengkap,
pemeriksaan darah, foto paru paru, pencitraan baik dengan foto polos maupunCT

scan dan biopsi tumor.


a. Operasi
KELOMPOK SGD 2

Eksisi tumor dengan cara operasi dapatdilakukan dengan beberapa tehnik, yaitu :
1) Intralesional atau intrakapsuler. Tehnik inidilakukan dengan eksisi/kuretase
tumor,tidak dianjurkan pada tumor ganas dan biasanya dilakukan pada kelompok low
gradetumour, misalnya giant cell tumor.
2) E k s i s i m a r g i n a , a d a l a h p e n g e l u a r a n t u m o r diluar dari kapsulnya.
Tehnik ini dilakukan pada tumor jinak atau tumor ganas jenis low garade malignancy.
3) E k s i s i l u a s ( e k s i s i e n b l o c ) .
P a d a e k s i s i luar, tumor dikeluarkan secara utuh disertai jaringan di sekitar
tumor yang berupa pseudokapsul atau jaringan yang bereaksi diluar. Tindakan eksisi
luas dilakukan pada tumorganas dan biasanya dikombinsi denganpemberian
kemoterapi atau radioterapi padapre/ pascaopeasi.
4) O p e r a s i r a d i k a l .
O p e r a s i r a d i k a l d i l a k u k a n seperti pada eksisi luas dan ditambah dengan
pengeluarn seluruh tulang serta sendi dan jaringan sebagai suatu bagian yang utuh.
Cara ini biasanya berupa amputasi anggotagerak di atasnya dan disertai pengeluaran
sendi

atasnya.

Dengan

staging

yang

tepatserta

pemberian

kemoterapi

untuk mengontrol penyebaran tumor, tindakan amputasi dapat dihindarkan dengan


suatuteknik

yang

disebut

imb-sparin

surgery

(limsaving procedure) yaitu berupa eksisi yang luas disertai dengan penggantian anggota
gerak dengan mempergunakan bone graftatau protesis yang disesuaikan dengananggota gerak
tersebut yang dibuat khusus secara individu.
b. Radioterapi
Radiasi dengan energi tinggi merupakan

suatucara

eradikasi

tumor

tumor

ganasradiosensitif dan dapat juga sebagai tindakanawal sebelum tindakan operasi


dilakukan.Kombinasi radioterapi dapat pula diberikanberama sama dengan kemoterapi.
Radioterapidilakukan pada keadaan keadaan yang in opeablemisalnya adanya metastasis
atau keadaan lokalyang tidak memungkinkan untuk tindakanoperasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan suatu pengobatantambahan pada tumor ganas tulang dan
jaringanlunak.

Obat

obatan

yang

dipergunakan

adalahmetotreksat,

adriamisin,

siklofosfamid,vinkristin, sisplatinum, pemberian kemoterapibiasanya dilakukan pada


pre/pasca operasi.

KELOMPOK SGD 2

BAB III
DIFERENTIAL DIAGNOSIS
3.1.

Tumor Tulang
Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma) di dalam tulang
yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna (kanker). Neoplasma adalah masa
abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada
jaringan normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang
menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999, 261, basic of pathology disease).
Tumor tulang ini dapat di bedakan menjadi dua yaitu:

1) Tumor tulang primer


- Tumor tulang primer merupakan tumor tulang yang berasal dari dalam tulang itu sendiri
(osteogenik).
Jinak : osteoid osteoma
Ganas : oesteosarkoma
- Tumor yang membentuk tulang rawan (kondrogenik)
Jinak : Kondroblastoma
Ganas : Kondrosarkoma
- Tumor jaringan ikat (fibrogenik)
Jinak : Non Ossifying Fibroma
Ganas : Fibrosarkoma
- Tumor sumsum tulang (myelogenik)
Ganas : multiple myeloma
2) Tumor tulang sekunder / metastasik
Tumor tulang sekunder merupakan tumor tulang yang berasal dari metastase tumor yang
berasal dari organ/bagian tubuh yang lain, misalnya pada tumor tulang yang terjadi dari
tumor payudara, prostase, paru-paru. Terutama sekali tumor yang berada pada akses utama
sistem vaskuler.
3.1.1. Tumor Tulang Benigna dan Maligna
B. Definisi
1. Tumor Jinak (Benigna)
Tumor Tulang Jinak (Benigna Bone Tumor) adalah pertumbuhan abnormal pada selsel di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau tumor jinak
(benigna) tidak menyerang dan menghancurkan tissue (sekumpulan sel terinterkoneksi
yang membentuk fungsi serupa dalam suatu organisme) yang berdekatan, tetapi mampu
KELOMPOK SGD 2

tumbuh membesar secara lokal. Biasanya setelah dilakukan operasi pengangkatan (tumor
jinak), tumor jenis ini tidak akan muncul lagi.
2. Tumor Ganas (Maligna)
Tumor jenis ini lebih dikenal dengan istilah kanker, yang memiliki potensi untuk
menyerang dan merusak tissue yang berdekatan, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau menyebabkan terjadinya metastasis (migrasi sel
ke tempat yang jauh).
C. Etiologi
1. Etiologi Tumor Tulang Benigna
Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya muncul pada area
yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi pada penelitian biomolekuler
lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme terjadinya neoplasma tulang, yaitu melalui
identifikasi mutasi genetik yang spesifik dan penyimpangan kromosom pada tumor.
Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus oncogen. Tumor histogenik
memiliki dua level tipe, yaitu:
- benigna bone tumor;
- maligna bone tumor.
Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi cromosom P53 dan Rb juga
dapat menjadi penyebab terjadinya tumor (Robins 1999, 551, Basic of Pathology
Disease). Selain itu penyebabnya bisa karena adanya trauma dan infeksi yang berulang
misalnya Bone infarct, osteomyelitis chronic paget disease. Faktor lingkungan berupa
paparan radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon dan bahan metal lain), serta gaya
hidup (perokok, alkoholik, dan sering terpapar stress) juga merupakan faktor predisposisi
terjadinya tumor tulang ini.
2. Etiologi Tumor Tulang Maligna
Faktor penyebab tumor maligna jaringan lunak yaitu:
1) Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari embrionik mesoderm.
2) Virus
Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga mengganggu generasi
mendatang dari populasi sel.
3) Agen fisik
4) Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi
berulang atau ketika terapi radiasi digunakan untuk mengobati penyakit.
5) Agen hormonal
KELOMPOK SGD 2

10

Pertumbuhan tumor

mungkin

dipercepat dengan

adanya

gangguan

dalam

keseimbangan hormon baik dalam pembentukan hormon tubuh sendiri (endogenus)


atau pemberian hormon eksogenus.
6) Kegagalan sistem imun
Kegagalan sisem imun untuk berespon dengan tepat terhadap sel-sel maligna
memungkinkan tumor tumbuh sampai pada ukuran yang terlalu besar untuk diatasi
oleh mekanisme imun normal.
7) Agen kimia
Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik dengan
menggunakan struktur DNA pada bagian-bagian tubuh (zat warna amino aromatik,
anilin, nikel, seng, polifinil chlorida).
D. Faktor Risiko Tumor Tulang
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tumor tulang yaitu:
1 Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumor tulang ganas selama masa
2
3

kanak-kanak terutama daerah metafise tulang panjang.


Paparan radiasi
Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh kelainan DNA pada tulang
faktor genetik contohnya:
a Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14
b Displasi tulang, penyakit paget, fibrous displasia, enchondromatosis, eksostosis
c

herediter multiple
L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53)
Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif autosomal yang berkaitan
dengan kelainan tulang kongenitaaaal, displasia rambut dan kulit, hipogonadism, dan

katarak
Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan minuman yang
mengandung karbon.

E. Jenis-jenis Tumor Tulang Benigna dan Maligna


1 Benigna
Yang merupakan tumor tulang benigna adalah :
-Osteokondroma
-Kondroma Jinak
-Kondroblastoma
-Fibroma Kondromiksoid
-Osteoid Osteoma
-Tumor Sel Raksasa
a

Osteokondroma
KELOMPOK SGD 2

11

Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor tulang jinak


yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20 tahun. Tumor ini
tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki
satu atau beberapa benjolan, 10% dari penderita yang memiliki beberapa
osteokondroma, akan mengalami keganasan tulang yang disebut kondrosarkoma, tetapi
penderita yang hanya memiliki satu osterokondroma, tidak akan menderita
kondrosarkoma.
b Kondroma jinak
Kondroma Jinak biasanya terjadi pada usia 10-30 tahun, timbul dibagian tengah
tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tidak menimbulkan nyeri,
tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto
rontgen. Jika tumor tidak dapat di diagnosis

melalui foto rontgen atau jika

menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor
tersebut bisa berkembang menjadi kanker atau tidak.
c

Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung
tulang. Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri,
yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan
melalui pembedahan; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh
kembali.

Fibroma kondromiksoid
Fibroma Kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada
usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini
akan memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah
pengangkatan melalui pembedahan

Osteoid osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh dilengan
atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri
yang memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis
rendah. Kadang otot di sekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan ini akan
KELOMPOK SGD 2

12

membaik setelah tumor diangkat. Skening tulang menggunakan pelacak radioaktif bisa
membantu menentukan lokasi yang tepat dari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor
sulit ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan
dan foto rontgen dengan teknik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan
merupakan satusatunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita
enggan menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan aspirin.

Tumor sel raksasa


Tumor Sel Raksasa biasanya terjadi pada usia 20 tahun dan 30 tahun. Tumor ini
umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan di sekitarnya, biasanya
menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat
melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang
atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat
luas kadang perlu dilakukan pengangkatan satu segmen tulang yang terkena. Sekitar 10
% tumor akan muncul kembali setelah pembedahan, walaupun jarang tumor ini bisa
tumbuh menjadi kanker.

Maligna
Yang merupakan tumor tulang maligna yaitu:
- Kondrosarkoma
- Ewings Sarcoma
- Fibrosarkoma & Histiositoma Fibrosa Maligna
- Mieloma Multipel
- Osteosarkoma
- Limfoma Tulang Maligna
a

Kondrosarkoma
Chondrosarcoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan)
yang ganas, merupakan jenis tumor ganas kedua yang paling banyak didapati diderita.
Kebanyakan Chondrosarcoma tumbuh lambat atau merupakan tumor derajat rendah
yang sering dapat disembuhkan dengan pembedahan. Namun, ada juga tumor derajat
tinggi yang cenderung untuk menyebar. Biasanya untuk menegakkan diagnosis perlu
dilakukan biopsi. Tumor jenis ini harus diangkat seluruhnya melalui pembedahan
karena tidak bereaksi terhadap kemoterapi maupun terapi penyinaran. Amputasi tungkai
KELOMPOK SGD 2

13

atau lengan jarang diperlukan. Jika tumor diangkat seluruhnya, lebih dari 75%
penderita bertahan hidup.
b

Ewings sarcoma
Ewings sarcoma ditemukan oleh Dr. James Ewing pada tahun 1921, dan sering
ditemukan muncul pada masa pubertas, dimana tulang tumbuh sangat cepat. Jenis
tumor ini jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 10tahun dan hampir
tidak pernah ditemukan pada anak-anak afro-amerika.Ewings sarcoma bisa tumbuh di
bagian tubuh manapun, namun paling sering ditemukan pada tulang panjang anggota
gerak, panggul atau dada, bahkan juga bisa tumbuh di tulang tengkorak atau tulang
pipih lainnya.

Fibrosarkoma & histiositoma fibrosa maligna


Kanker ini biasanya berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selain tulang, yaitu
ligamen, tendo, lemak dan otot) dan jarang berawal dari tulang. Kanker ini biasanya
ditemukan pada usia lanjut dan usia pertengahan. Tulang yang paling sering terkena
adalah tulang pada tungkai, lengan dan rahang. Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa
maligna mirip dengan osteosarcoma dalam bentuk, lokasi dan gejala-gejalanya,
pengobatannya juga sama.

Mieloma multipel
Mieloma multipel merupakan kanker tulang primer yang paling sering ditemukan,
yang berasal dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah, umumnya terjadi
pada orang dewasa. Tumor ini dapat mengenai satu atau lebih tulang sehingga nyeri
dapat muncul pada satu tempat atau lebih. Pengobatannya meliputi kemoterapi, terapi
penyinaran dan pembedahan.

Osteosarkoma
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya
berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata
penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan
anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki. Penyebab yang pasti tidak diketahui. bukti-bukti
mendukung bahwa osteosarcoma merupakan penyakit yang diturunkan.
KELOMPOK SGD 2

14

Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan


atas (ujung atas) dan tulang kering (ujung atas). Ujung tulang-tulang tersebut
merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatan pertumbuhan yang terbesar.
Meskipun demikian, osteosarkoma juga bias tumbuh di tulang lainnya. Gejala yang
paling sering ditemukan adalah nyeri. sejalan dengan pertumbuhan tumor, juga bisa
terjadi pembengkakan dan pergerakan yang terbatas. Tumor di tungkai menyebabkan
penderita berjalan timpang, sedangkan tumor di lengan menimbulkan nyeri ketika
lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu benda. Pembengkakan pada tumor mungkin
teraba hangat dan agak memerah. Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan patah
tulang karena tumor bisa menyebabkan tulang menjadi lemah. patah tulang di tempat
tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan
rutin.
f

Limfoma tulang maligna


Limfoma Tulang Maligna (Sarkoma Sel Retikulum) biasanya timbul pada usia 4050 tahun. Bisa berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh
kemudian menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan
pembengkakan, dan tulang yang rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri dari
kombinasi kemoterapi dan terapi penyinaran, yang sama efektifnya dengan
pengangkatan tumor. Amputasi jarang diperlukan.

F. Patofisiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna


Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama sekali, bermula
ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini
membentuk klon dan mulai berfoliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur
pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut kemudian dicapai suatu tahap dimana sel
mendapatkan ciri-ciri invasif. Dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya sel-sel tersebut
menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh
darah, melalui pembuluih darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk
membentuk metastase. Penyebaran limfogen terjadi karena sel kanker menyusup ke saluran
limfe kemudian ikut aliran limfe menyebar dan menimbulkan metastasis di kelenjar limfe
KELOMPOK SGD 2

15

regional. Pada umumnya kanker mula-mula menyebar dengan cara ini baru kemudian
menyebar hematogen, pada permulaan penyebaran hanya terjadi pada satu kelenjar limfe saja
tetapi selanjutnya terjadi pada kelenjar limfe regional lainnya. Setelah menginfiltrasi kelenjar
limfe sel kanker dapat menembus dinding struktur sekitar menimbulkan perlekatan. Kelenjar
limfe satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar limfe. Penyebaran
hematogen terjadi akibat sel kanker menyusup ke kapiler darah kemudian masuk ke
pembuluh darah dan menyebar mengikuti aliran darah vena sampai organ lain.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel osteoblas,
osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas, mensekresikan
sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan dalam mengendapkan kalsium dan
fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfotase alkali akan memasuki aliran darah,
dengan demikian maka keadaan fosfotase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang
baik tentang pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis
kanker ke tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi untuk tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar berinti
banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti
osteoblas dan osteosit, osteoklas adalah proses pengikisan tulang.
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon kalsitonin, hormon
paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone kalsitonin mempunyai efek terjadinya
peningkatan absorbsi ke dalam tulang sehingga mengakibatkan terjadinya pengapuran tulang
yang menjadikan tulang-tulang rawan menjadi keras. Jika terjadi peningkatan hormon
paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorbsi dan
bergerak memasuki serum. Di samping itu peningkatan kadar PTH secara perlahan-lahan
menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas, sehingga terjadi demineralisasi.
Peningkatan kadar kalsium serum pada hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan
pembentukan batu ginjal. Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang
terlihat pada kadar PTH yang tinggi.
G. Manifestasi Klinis
KELOMPOK SGD 2

16

Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna


Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada malam hari dan
biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan pembengkakan mungkin dapat diketahui
dengan palpasi, tetapi gejala pokok (kehilangan berat badan, demam, berkeringat pada
malam hari, lemas) biasanya tidak ditemukan, kecuali pada kasus tumor metastase.
Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor tidak terkendali,
bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali dirasakan kurang nyeri bahkan tidak
nyeri. Nyeri ini disebabkan tertekannya saraf-saraf nyeri oleh massa.

Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna


a Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar 75% pasien dengan tumor
tulang maligna merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan tergantung pada predileksi
serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat
pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung lama dan memburuk pada
malam hari. Saat istirahat nyeri tidak menghilang, nyeri diperberat oleh adanya fraktur
patologis.
b

Pembengkakan
Pembengkakan lokal biasa ditemukan.

Massa yang teraba


Teraba massa yang diakibatkan penonjolan tulang

Frekuensi miksi meningkat


Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna di pelvis, namun manifestasi
klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor tulang maligna. Gejala yang ditimbulkan
tergantung dari gradenya. Pada grade tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga disertai
nyeri yang hebat. Sedangkan pada grade rendah, pertumbuhan tumor lambat dan biasanya
disertai keluhan orang tua seperti nyeri pinggul dan pembengkakan.

3.2.

Lipoma
KELOMPOK SGD 2

17

A. Definisi
Lipoma adalah neoplasma jinak yang tunggal atau mutiple, yang terbentuk dari jaringan
lemak. Biasanya terdiri dari massa lobus yang kekuningan
B. Etiologi
Etiologi dari suatu neoplasma sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti,
demikian juga dengan lipoma pada dasar mulut ini. Ada beberapa kemungkinan etiologi dari
lipoma, antara lain :
1 Metafase sel otot
2 Degenerasi lemak
3 Hereditar
4 Hormonal
5 Trauma
6 Infeksi
7 Iritasi kronis
C. Patofisiologi
Lipoma adalah neoplasma jaringan lunak jinak yang paling sering terjadi pada orang
dewasa, yaitu sekitar 1% populasi. Lipoma paling sering ditemukan antara usia 40-60 tahun.
Neoplasma ini jinak tumbuh lambat yang terdiri dari sel-sel lemak matang. Dimana tampak
metabolik sel-sel lipoma berbeda dari sel normal meskipun sel-sel tersebut secara histologis
serupa. Jaringan lemak berasal dari jaringan ikat yang berfungsi sebagai depot lemak.
Jaringan lemak ini adalah jaringan yang spesial terdiri dari sel spesifik yang mempunyai
vaskularisasi tinggi, berlobus dan berfungsi sebagai depot lemak untuk keperluan
metabolisme.
Sel-sel lemak primitif biasanya berupa butir-butir halus di dalam sitoplasma. Sel ini
akan membesar seperti mulberry sehingga akhirnya derajat deposisi lemak menggeser inti ke
arah perifer. Jaringan lemak berasal dari sel-sel mesenkim yang tidak berdifferensiasi yang
dapat ditemukan di dalam tubuh. Beberapa sel-sel ini menjadi jaringan sel lemak yang
matang membentuk lemak dewasa.Terjadinya suatu lipoma dapat juga disebabkan oleh
karena adanya gangguan metabolisme lemak.
Pada lipoma terjadi proliferasi baik histologi dan kimiawi, termasuk komposisi asam
lemak dari jaringan lemak normal. Metabolisme lemak pada lipoma berbeda dengan
metabolisme lemak normal, walaupun secara histologi gambaran sel lemaknya sama.2Pada
lipoma dijumpai aktivitas lipoprotein lipase menurun. Lipoprotein lipase penting untuk
transformasi lemak di dalam darah. Oleh karena itu asam lemak pada lipoma lebih banyak
KELOMPOK SGD 2

18

dibandingkan dengan lemak normal. Hal ini dapat terjadi bila seseorang melakukan diet,
maka secara normal depot lemak menjadi berkurang, tetapi lemak pada lipoma tidak akan
berkurang bahkan bertambah besar. Ini menunjukkan bahwa lemak pada lipoma bukan
merupakan lemak yang dibutuhkan oleh tubuh.
Apabila lipoma membesar akan tampak sebagai suatu penonjolan yang dapat menekan
jaringan di sekitarnya. Pada dasar mulut, pembesaran lipoma dapat mengganggu fungsi
pengunyahan dan fungsi bicara, sedangkan pertumbuhannya menekan gigi geligi maka dapat
menyebabkan tanggalnya gigi di sekitar lipoma tersebut.

KELOMPOK SGD 2

19

BAB IV
KESIMPUALAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien pada skenario menderita
tumor jinak. Dasar diagnosa dapat dilihat dari gejala fisik yang ada pada skenario berupa
benjolan didaerah telapak tangan kanan yang semakin lama semakin membesar tanpa disertai
rasa nyeri. Pada pemeriksaan fisiik juga didapatkan perabaan benjolan lunak dengan diameter 6
cm konsistensi kenyal dan mobilisasi (+). Dengan demikian diagnose dapat diarahkan pada
tumor jinak.

KELOMPOK SGD 2

20

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidjat, R. 2013. Ilmu Bedah De Jong. EGC. Jakarta.


Price, Sylvia A. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. EGC. Jakarta.
Rasjad, Choirudin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT. Yarsih Watampone. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. EGC. Jakarta

KELOMPOK SGD 2

21

Anda mungkin juga menyukai