PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keracunan dapat terjadi karena banyak hal, salah satunya disebabkan oleh bahan kimia.
Banyak bahan kimia yang dilarang, ditambahkan ke dalam makanan akan menyebabkan
keracunan (Yuliarti, 2007). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1168 tahun 1999
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1988, ada beberapa
bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan antara lain Asam borat, formalin,
dietilpirokarbonat, kalium klorat (Menteri Kesehatan, 1999).
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and
Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada
organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi,
mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada
organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali
peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan
dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini
sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari
racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran
lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia
dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem,
termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan
demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :
Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus meningkat,
dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat yang tentunya akan
meningkatkan resiko toksikologis.
Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan
menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan ini
tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko
pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
PUTUS ASA
T. S 21 tahun, dibawa keluarganya ke UGD RS pendidikan UNIZAR dengan
keluhan muntah hebat sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluarga penderita
mengatakan bahwa 2 jam sebelum masuk rumah sakit penderita meminum cairan
pemutih pakain sebanyak satu gelas belimbing, dalam percobaan bunuh diri karena
masalah keluarga. Penderita muntah 5 kali sebanyak 1 gelas tiap muntah, dari muntahan
dan mulut penderita juga tercium bau menyengat. Penderita merasakan nyeri uluh hati
dan sesak nafas, penurunan kesadaran tidak ada, kejang tidak ada. Pemeriksaan fisik :
keadaaan umum; kesadaran somnolen, tampak sakit berat TD : 80/60 mmHg, Nadi :
124x/ menit, regular , RR : 28x/menit, T : 36,5
2.3 PERMASALAHAN
2.3.1 Jenis racun apa yang di minum oleh pasien ?
Jenis racun yang diminum oleh korban pada scenario adalah natrium hipoklorit
Natrium hipoklorit ialah suatu senyawa kimia dengan rumusNaOCl. Larutan natrium
hipoklorit, umumnya dikenal sebagai pemutih atau clorox, adalah seringkali digunakan
sebagai penawar infeksi (desinfektan) atau bahan pemutih. Nama lain natrium
hipoklorit ialah natrium klorat(I).
Adapun sifat-sifat Natrium hipoklorit adalah:
Minumpemutihpakaian
masukkelambung
mengiritasilesi di lambung
dansekresiHCl
mengirimrangsangan
kesarafsensorik
aferen,
kepusatmuntah
pecahnya pembuluh darah yang ada dilambung dan akan mengakibatkan syok pada
pasien keracunan zat ini.
2.3.4 Jelaskan efek bagi tubuh jika meminum pemutih (natrium hipoklorit) ?
Efek utama bagi tubuh keracunan adalah gangguan pengelihatan, gangguan
pernafasan dan hiperaktif gastrointestinal.
Efek
1. Muskarinik
2. Nikotinik
3. System
pusat
sarap
Gejala
Salvias, lacrimasi, urinasi dan diare
Kejang perut
Nausea dan vomitus
Bradikardi
Miosis
Berkeringat
Pegal-pegal, lemah
Tremor
Paralysis
Dyspnea
Tahkikardia
jantung
Koma
tidur dan lain-lainnya. Bisa juga zat-zat kimia seperti obat pemati serangga, cairan
pembersih rumah tangga atau terkena serangan gigitan ular, serangga, atau terhisap
gas-gas melalui paru-paru, pestisida yang terserap melalui pori-pori kulit dan lainlain.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari semua
pengunjung departemen kedaruratan dating karena masalah toksik.
Penyebab
Metilin biru
Rifampisin, besi (Fe)
Fenol, kresol
Primidon
Mio/haemoglobinuria
Karakteristik Bau Racun
Penyebab
Isopropil alkohol. Aseton
Sianida
Asenik, selenium, talium
Hidrogen sulfida, Merkaptan.
b) Kosongkan lambung
Efektif bila dilakukan dalam 4 jam setelah racun ditelan.
Emesis, dilakukan dengan cara:
- Mekanik: dengan merangsang dinding farings dengan jari dapat dikombinasi
dengan pemberian emetik.
- Obat-obatan (air garam/ mustard pekat, apomorfin, CuSo4, ZnSo4.).
Kontra indikasi:
- Keracunan zat korosif asam/ basa kuat, fenol, striknin.
- Keracunan senyawa hidrokarbon, minyak tanah, bensin.
- Penurunan kesadaran.
- Kejang.
Bilas lambung
Cara:
- Penderita telungkup dengan kepala dan bahu lebih rendah.
- Pasang mouth gag dan bila terdapat penurunan kesadaran atau bahaya aspirasi
iritan dan dipasang cuffed endotracheal tube.
- Gunakan pipa lambung yang cukup besar.
- Cairan pembilas yang dapat digunakan: air, kalium permanganat, asam asetat/
sitrat 5%, natrium bikarbonat 5%, laruytan activated charcoal (Norit).
- Bilas dengan cairan pembilas yang hangat 250 ml setiap kali sampai kira-kira 20
kali cairan yang terakhir dimasukkan ditinggalkan saja dalam lambung.
Kontraindikasi:
- Keracunan zat korosif.
- Kejang.
Bilas usus besar dengan:
- Pencahar: Natrium sulfat/ magnesium sulfat 20 gr dalam 200 ml air, untuk anak 34 gr dalam 200 ml air peroral.
- Klisma: air sabun/ gliserin perektal.
Bahan racun
Kimia
Sianida
Methanol/etilen glikol
Timbal
Merkuri
Arsenicum
Na hipoklorit
Talium
Organofosfat
Fe (besi)
Obat
Amphetamine
Digoxin
Isoniazide
Opioid
Parasetamol
Warfarin
Propanolol
Racun alam
Datura/kecubung
Amanita phaloides
Oleander
Racun binatang
Scorpion
Ubur-ubur
Ularberbisa
Makanan
Jengkol
Toxin Mikroba
Botulinum
Anti dotum
Nitrit (sodium/amil nitrit)
Etanol.
EDTA
D-penisilamine
Asam 2,3-dimercaptosuksinat
Natrium tiosulfat
Potassium ferric
Sulfas athropine
Desferrioxamine
Lorazepam
Fab fragmen (antibodispesifik)
Piridoksin
Nalokson
N-asetilsistein, metionin
Vitamin k1./ FFP
Isoproterenol, adrenalin, glucagon.
Fisotigmin salisilat
Salibinin
Kolestiramin
Antivenin (polivalen)
Antivenom
SABU
Na Bikarbonat
Antitoksin tipe A, B, E.
Dengan prinsip A, B, C
Airway : bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara
Breathing : penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki
fungsi ventilasi dengan cara memberi pernafasan buatan untuk
menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon
dioksida dengan cara pemberian oksigenasi, hindari obat-obatan
depresan saluran nafas karena pasien mengalami sesak nafas,
kemudian kita beri respirator jika terjadi gagal nafas yang berat
Circulation : Karena psien muntah-muntah banyak sehingga
menyebabkan pasien pada scenario mengalami dehidrasi dan
pasien sudah mengalami syok kita pasang infuse dextrose 5%
2. Eliminasi
Kubah lambung. Efektif bila diberikan dalam 4 jam setelah keracunan
Anti dotum
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa pasien pada
scenario meminum racun pemutih pakaian dimna kandungan dari pemutih pakaian
adalah natrium hipoklorit yang bersifat korosif. Pengetahuan tentang pertolongan
pertama pada keracunan sangatlah penting. Dalam melakukan perawatan dan
penanganan keracunan atau pertolongan pertama
terlebih dahulu
kita
harus
mengetahui jenis dan macamnya yaitu dapat dilihat dari gejala-gejala yang timbul
pada korban, kemudian melakukan pertolongan pertama sesuai dengan jenis
keracunan yang dialami. Ada beberapa jenis keracunan yang sering terjadi di
Indonesia yaitu keracunan makanan, keracunan gas, keracunan zat kimia. Yang harus
di tangani secara benar.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alifia, U, 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. Semarang: PT Bengawan Ilmu.
Braunwald, Eugene et al. 2008. Harrisons Priciples of Intenal Medicine. The McGrawHill Companies.USA
Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press
Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-Press
Munim Idries, Abdul. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik
dalam