Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara adalah minyak

bumi. Eksploitasi secara ekstensif dan berkepanjangan menyebabkan cadangan


minyak bumi semakin menipis dan harganya melonjak secara tajam dari tahun ke
tahun. Diantaranya berbagai produk olahan minyak bumi, seperti bensin, minyak
tanah, minyak solar, dan avtur (Bestari, 2013).
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia
namun sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak di sektor transportasi dan energi.
Dalam jangka panjang impor BBM ini akan makin mendominasi penyediaan
energi nasional apabila tidak ada kebijakan pemerintah untuk melaksanakan
penganekaragaman energi dengan memanfaatkan energi terbaharukan dan lainlain (Rahayu, 2006). Oleh karena itu sudah saatnya dikembangkan bahan bakar
alternatif sebagai substitusi bahan bakar fossil, terutama yang bahan bakunya dapat
diperbarui agar ketergantungan terhadap impor dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan dan ketersediaannya terjamin (Hardjono, 2010).
Bahan bakar biodiesel (asam lemak mmetil ester atau metil ester) merupakan
bahan yang dapat diperbaharui dan terbiodegradasi dan juga aman bagi lingkungan,
contohnya dapat diproduksi dari minyak hewani dan nabati (Meng, et al., 2011).

Biodiesel merupakan sumber energi alternatif yang diperoleh dari minyak nabati,
seperti minyak sawit, minyak jagung, minyak jatropa, dan minyak hewani sebagai
pengganti minyak fosil. Kriteria bahan baku yang dibutuhkan untuk pembuatan
biodiesel diantaranya adalah mudah tumbuh, mudah dikembangkan secara luas,
dan mengandung minyak nabati yang cukup besar (Purwaningrum, 2011).
Kebutuhan biodiesel Indonesia terus meningkat tiap tahunnya.
Peningkatan kebutuhan biodiesel Indonesia tiap tahun dan proyeksi kebutuhan
biodiesel indonesia hingga tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1 Kebutuhan Biodiesel Di Indonesia


Tahun

Kebutuhan biodiesel

(juta kiloliter)
2005
0
2006
0,22
2007
0,88
2008
1,06
2009
1,25
2010
1,44
2011
1,63
2012
1,82
2013
2,01
2014
2,20
(Handbook Of Energy and Economic Statistis Of Indonesia, ESDM, 2007)
Berikut ini adalah tabel produksi, impor, ekspor dan konsumsi biodiesel di
Indonesia :
Tabel 1.2 Produksi Biodiesel di Indonesia (Dalam Juta Liter)
2006
2007
2008
2009
Produksi 24
35
110
350
(USDA Foreign Agricultural Service, 2010)

2010
400

2011
400

Tabel 1.2 menyatakan bahwa produksi bahan bakar biodiesel di Indonesia


terus meningkat. Kebutuhan biodiesel saat ini sebagian besar dipenuhi dari kelapa
sawit (crude palm oil) dan tanaman nabati lainnya dalam jumlah kecil. Sehingga
diperlukan alternatif tanaman nabati lainnya yang banyak terdapat di Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Biji
karet yang merupakan limbah dari pengolahan tanaman karet sangat berpotensi
menjadi bahan baku bodiesel. Selain harganya yang terjangkau, produksi karet
yang cukup besar di Indonesia memudahkan produsen dalam mengembangkan
pembuatan biodiesel dari minyak biji karet.
Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam hayati, Indonesia
memiliki banyak sekali sumber minyak nabati yang dapat digunakan sebagai
bahan baku dalam proses pembuatan biodiesel. Sebagai contoh, Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Selama ini hasil
utama yang diambil dari tanaman karet adalah latex. Sementara biji karet masih
belum dimanfaatkan dan dibuang sebagai limbah. Biji karet mengadung sekitar

40-50% minyak nabati yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi bahan
baku pembuatan biodiesel (Santoso, dkk., 2013).
Tabel 1.3 Luas Areal dan Produksi Tanaman Karet Indonesia, 2008-2012
Tahun

Luas Tanaman

Produksi Tanaman

Karet (Ha)
Karet (Ton)
2008
3.424.217
2.751.286
2009
3.435.270
2.440.347
2010
3.445.415
2.734.854
2011
3.456.128
2.990.184
2012
3.484.073
3.040.376
(Kementerian Pertanian, 2013)
Tabel 1.4 Ekspor dan Impor Karet Indonesia, 2008-2012
Tahun

Ekspor Karet

(ton)
2008
2.283.200
2009
1.991.500
2010
2.351.900
2011
2.556.200
2012
2.444.300
(Badan Pusat Statistik, 2013)

Impor Karet
(ton)
12.600
12.700
17.100
15.900
26.900

Biji karet sampai saat ini belum dimanfaatkan dengan baik, umumnya
masih dibuang di setiap perkebunan. Biji karet berpotensi dijadikan biodiesel
melihat luasnya perkebunan karet dan jumlah biji karet di perkebunan biji karet
mencapai 1 kg/m2 serta kandungan minyak yang terdapat pada biji karet yang
mencapai 45,63% (Syahrir, 2011).
Tingginya potensi biji karet sebagai sumber minyak nabati ditunjukkan
dengan data bahwa satu hektar tanaman karet (populasi sekitar 500 pohon), umur
lebih dari 10 tahun, dapat menghasilkan lebih dari 5 ton biji. Jika kadar lemak biji
karet sebesar 32%, maka dapat dihasilkan sekitar 1,5 ton minyak per hektar.
Minyak biji karet yang dihasilkan kemudian diproses menjadi biodiesel
(Soemargono dan Mulyadi, 2001). Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik tahun 2013, Sumatera Utara merupakan areal perkebunan karet
terluas kedua setelah Sumatera Selatan dengan luas areal 481.800 Hektar. Dengan
demikian, Sumatera Utara sebagai daerah penghasil karet yang cukup besar,
memungkinkan untuk dijadikan lokasi pengembangan pabrik biodiesel.

Ada beberapa kelebihan metil ester (biodiesel) sebagai sumber bahan


bakar yaitu :
1. Memiliki angka setana yang lebih baik dari minyak solar biasa
2. Tidak mengandung sulfur dan senyawa aromatik sehingga emisi
pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan
3. Tidak menambah akumulasi gas karbondioksida di atmosfer
4. Dapat terdegredasi dengan mudah (biodegradable)
(Setyadji dan Susiantini, 2005)
Selain sebagai bahan bakar diesel, hasil produk samping dari proses ini
juga dapat dimanfaatkan. Kegunaan gliserol sangat banyak, terutama adalah
sebagai : resin sintetis; getah ester; obat obatan; kosmetika; dan pasta gigi
(Prasetyo dan Nugroho, 2010). Oleh karena itu, pembangunan industri biodiesel
berbahan baku minyak biji karet sangat cocok dan ideal bila didirikan di Indonesia
dalam memenuhi permintaan dalam negeri dan permintaan dunia akan biodiesel.
1.2 Perumusan Masalah
Sehubungan dengan meningkatnya produksi karet serta tingginya
kebutuhan akan alternatif energi, maka diperlukan suatu usaha untuk mengolah
biji karet menjadi biodiesel. Hal ini secara tidak langsung dapat mengurangi
pemakaian energi bahan bakar yang mulai langka dan menciptakan suatu energi
alternatif dari bahan baku biji karet yang merupakan komoditas primer di
Indonesia. Dengan demikian Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Biodiesel Dari
Biji Karet memaparkan aspek ekonomi dan teknik.
1.3 Tujuan Perancangan
Tujuan

dari

perancangan

pabrik

biodiesel

ini

adalah

untuk

mengaplikasikan ilmu teknik kimia meliputi neraca massa, neraca energy,


spesifikasi alat, operasi teknik kimia, utilitas, dan bagian ilmu teknik kimia
lainnya serta untuk mengetahui aspek ekonomi dalam pembagian pabrik sehingga
akan memberikan gambaran kelayakan Pra Rancangan Pabrik Pembuatan
Biodiesel dari Biji Karet.
1.4 Manfaat Perancangan

Manfaat atau kontribusi yang dapat diberikan oleh Pra Rancangan Pabrik
Pembuatan Biodiesel dari Biji Karet adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi pemerintah
a. Untuk memenuhi kebutuhan energy alternatif di Indonesia
b. Menambah pendapatan bagi daerah/Negara, misalnya dari pajak,
ekspor, bea cukai dan lain sebagainya
2. Manfaat bagi Perguruan Tinggi
a. Sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian dan perancangan
selanjutnya tentang proses pembuatan biodiesel
b. Sebagai aplikasi bagi mahasiswa dari teori-teori yang didapat
dalam perkuliahan
3. Manfaat bagi masyarakat
a. Meningkatkan kesempatan kerja, yang berartienurunkan jumlah
pengangguran di Indonesia
b. Membuka pemikiran masyarakat terhadap perkembangan sains dan
teknologi

Anda mungkin juga menyukai