Anda di halaman 1dari 5

Kisah BARIDIN diawali suasana keluarga miskin Janda

Mbok Wangsih yang memiliki seorang anak lelaki bernama


Baridin yang pekerjaan sehari-harinya sebagai penggarap
sawah. Keadaan dan suasana kemiskinan Mbok Wangsih dan
Baridin ini dituturkan dalam bentuk komunikasi lagu yang
dibawakan Baridin.

Bardin (prolog) : " Mungkin sudah waktunya, hujan terus menerus


semalaman , Awan mendung gulung menggulung,
gunungpun tak tampak puncaknya .
Rochman

: maksudnya apaan din?awan gulung menggulung,


gunung pun tak tampak puncaknya?

Baridin (Nyanyi ): " ya kalau difikir sampai teliti, belum pernah


mengalaami kebahagiaan sebagai anaknya Mbok
Wangsih, Bapak sudah meninggal dunia, maka hanya
tinggal Mbok Wangsih satu sebagai gantungan Hati
saya, yang selalu dipuja tiap hari dan malam dengan
doa kepada yang kuasa minta dipanjangkan umur.
Kusen

: ya sudahlah kalau begitu bahagiakanlah mbok


wangsih di sisa kehidupannya, baridin.

Selanjutnya Baridin dan kawan-kawan akan membajak sawah milik


Petani Kaya Bunawas. Suasana perjalanan menuju sawah dituturkan
dalam lagu dengan pesan sukses pertanian melaui panca usaha tani.
tetapi ditengah perjalanan Baridin bertemu dengan Suratminah, Gadis
tercantik dan terkaya. Baridin tertarik dengan Suratminah, maka
terjadilah percakapan
Baridin

Ketika Baridin, kusen, dan rochman dalam perjalanan menuju Sawah


untuk membajak sawah, baridin terpikat pada gadis Cantik dan Kaya
Putri tunggal Bapak Dam orang terkaya. Maka, Baridin mondar-mandir
dalam mencari perhatian Suratminah yang akhirnya ditegurlah oleh
Suratminah dengan penghinaan pada Baridin sebagai orang yang
sedang menjual Weluku dan orang miskin (Alat Bajak Sawah yang
ditarik oleh Kerbau).
Baridin : sedang enak-enak jalan menunduk, ada perempuan bicara
kaku, dikatakan perempuan genit tidak mengaku, menuduh aku
pedagang Weluku, Aku ini Baridin, hidup sedang menderita bathin,
setiap hari dirundung malu, sebab belum pernah kawin.
Suratminah : mau kawin atau belum tidak tanya, sebab siapa kan
banyak perempuan, bunga cinta ikan blanak, orangnya jelek baunya
tidak enak, tiba-tiba cerita belum kawin, dasar lelaki tidak tahu malu,
bikin geblok (getuk) dengan irama pelog, orangnya goblok seperti jaka
dolog).
baridin: jangan bicara terlalu menghina, takut nantinya menjadi cinta.
Suratminah: sayang sekali -- menyayangi diri daripada mencintai Baridin
Baridin : jangan terlalu, coba lihatlah urat, tak ikuti sampai akhirat
Suratminah : Gak mau kamu orang melarat - miskin
Baridin : Biarpun melarat - miskin, Baridin lelaki cinta peremuan adalah
WENANG-HAK.
Suratminah : Begitupun itu lelaki ya apa lelakinya, begitu juga
perempuan ya apa perempuannya, perempuannya saya mahal
harganya, tidak pantas Baridin menjadi Jodohnya.
Baridin : Jika tidak terlaksana , aku lebih baik sakit badannya.
Suratminah : Kalau terlaksana aku lebih baik jadi Edan - Gila

Baridin : Apakah bicara begitu dengan kesungguhan.


Suratminah : Mau bersumaph tujuh keturunan, dasar Baridin lelaki yang
tak tahu malu, bicara di jalan taanpa dipikir panjang, Suratmunah tidak
mungkin Mabok Baridin, dasar baridin pengen kawin.
Debat lagu yang ditata sangat apik dan penuh inspirasi.......

Akhirnya Baridin membatalkan untuk membajak sawah Bunawas dan


kembali pulang ke rumah.
Baridin menyampaikan maksudnya pada ibunya Mbok Wangsih untuk
melamar Suratminah.

Betapapun, Mbok Wangsih merasa berat untuk memenuhi keinginan


Baridin tapi akhirnya Mbok Wangsih pergi memenuhi keinginan Baridin
karena cintanya pada anak tunggalnya. Sementara itu, di rumah Bapak
Dam - Suratminah, telah terjadi beberapa kali lamaran untuk Suratminah
namun Suratminah masih terus menolak.
Dialog antara Suratminah - Bapak Dam - dan Pelamar dilakukan melalui
lantunan-lantunan lagu yang sangat apik dan menggambarkan sebagai
Orang Tua yang bijaksana yang menyerahkan sepenuhnya keputusan

pilihan jodohnya pada Suratminah dan santun terhadap Pelamar walau


diselingi dengan lawakan ringan. Yang diakhiri dengan datangnya Mbok
Wangsih dengan pakaiaan compang camping sebagai orang miskin dan
dianggapnya sebagai pengemis.
Sudah menjadi hukum sosial dimasyarakat, kita terlalu yakin dengan
apa yang dilihat dengan mata dan telinga sehingga ketika Mbok

Wangsih datang ke rumah Suratminah dan menyampaikan maksudnya


melamar Suratminah, maka Mbok Wangsih ditolaknya mentah-mentah
dengan cacian dan penghinaan.

Mbok Wangsih akhirnya pulang dengan tangis dan malu, sementara


keinginan Baridin yang begitu kuat menikahi Suratminah sudah
membayangkan rencana pernikahannya, walau teman setianya si
Gemblug menyadarkan niat Baridin.
Mbok Wangsih yang terhina karena niatan Baridin yang melampaui
batas, meluap emosinya dan mengusir Baridin pergi dari rumah.

Tentu keadaan ini membuat Baridin sangat sakit hatinya, maka ia pun
pergi dengan niat LEBIH BAIK MATI untuk menebus sakit dan malu
Mbok Wangsih....
Setelah Baridin pergi meninggalkan Mbok Wangsih, sahabat Baridin
(Gemblung) datang ke rumah Mbok Wangsih dan saat yang tepat ini
Mbok Wangsih minta tolong agar mencari Baridin sampai ketemu.dan
untuk membawa Baridin kebali ke rumah.
Nuansa tangis Mbok Wangsih dalam latar belakang suara Baridin yang
menangis dalam alunan tembang khas Cirebon yang menggambarkan
kepedihan dan niatan atau tekad Baridin akan menyelusuri ujung kaki
sampai dapat membalaskan sakit hati dan malu Mbok Wangsih..
Baridin menggambarkan nasibnya sebagai orang yang belum mati tapi
ruh-nya telah melayang-layang karena tak ada satupun orang yang
menolongnya. Akhirnya dia mau minta tolong sama Ayahnya yang telah
meninggal. Sebenarnya, dahulu Baridin sudah minta dikubur bersama
Ayahnya yang menggambarkan betapa hinanya hidup sebagai orang
miskin. Sementara itu, Mbok Wangsih setelah kepergian Gemblung
akhirnya berdoa mengiringi kepergian Baridin untuk dikuatkan Imannya.
Singkat cerita, Baridin ditemui oleh Gemblung dan meminta Baridin
pulang ke rumah terapi niat Baridin tidak tergoyahkan yang disampaikan
dalam tutur lagu yang akhirnya mengatakannya pada Gemblung
bagaiman caranya Gemblung bisa merasakan sakitnya hati Baridin dan

Mbok Wangsih .Akhirnya Gemblung menceritakan bahwa ia diwarisi


orang tuanya orang tuanya berupa satu DOA JARAN GUYANG, yaitu
DOA pemikat yang akan membuat seseorang menjadi tergila-gila.
Inilah DOA JARAN GUYANG yang dibawakan oleh Baridin dalam
lantunan lagu :
"Niat ingsun arep maca Kemat Jaran Guyang,
dudu ngemat ngemat tangga,
dudu ngemat wong liwat ning dalan,
sing ta kemat anake Bapak Dam
Bocah Gembleng kang kaceluk arane Suratminah,
Kang demen menjelajah desa dilakoni,
yen lagi turu gage ngililira,
yen wis ngelilir gage janggonga,
yen wis njagong gage ngadega,
yen wis ngadeg gage mlayua,
brengengenga kaya jaran,
teka welas teka asih,
atine Suratminah welas teka asih
ning badan ingsun..."
Dalam cerita ini, Baridin diwajibkan tidak makan tidak tidur selama 40
hari dengan niat membalas penghinaan Suratminah terhadap Mbok
Wangsih dengan targetnya Suratminah menjadi gila.

Anda mungkin juga menyukai