Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita ( D.A,
rhinitis alergi, dan atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan ( fleksural ) 1. Kata atopi diambil
dari bahasa Yunani atopia yang berarti sesuatu yang tidak lazim, different atau out of place, dan
istilah ini untuk menggambarkan suatu reaksi yang tidak biasanya, berlebihan (hipersensitivitas)
dan disebabkan oleh paparan benda asing yang terdapat di dalam lingkungan kehidupan
manusia2.
Faktor penyebab dermatitis merupakan kombinasi faktor (turunan) dan lingkungan
seperti kerusakan fungsi kulit, infeksi, dan lain-lain. Gejala klinis dan perjalanan penyakit
dermatitis atopi sangat bervariasi, membentuk sindrom manifestasi.3
Kejadian dermatitis menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, baik di negara*
maju maupun di negara berkembang. Di Negara industri, angka kejadian dermatitis atopi yang
tinggi. Di Amerika, insiden dermatitis atopi sebesar 0,7-2,4% dari populasi dan paling banyak
terjadi pada bayi dan anak. Di negara-negara Eropa, insiden pada anak (sampai 7 tahun) yang
lahir sebelum tahun 1960 kurang dari 3%, pada anak yang lahir antara 1960 dan 1970 sebesar 48%, dan pada anak-anak yang lahir sesudah tahun 1970 sebesar 8-12%. Dari penelitian terakhir,
insiden di Eropa menjadi 15%. Survei di Negara berkembang menunjukkan 10-20% bayi.3,4
Wawasan baru saat ini pada dermatitis atopik menunjukkan bahwa struktur kulit yang
mengalami kelainan dan disregulasi imun beperan penting dalam patofisiologi penyakit 5. Salah
satu faktor yang berperan pada DA adalah faktor imunologik. Di dalam kompartemen dermoepidermal dapat berlangsung respon imun yang melibatkan sel Langerhans (SL) epidermis,
limfosit, eosinofil dan sel mas. Bila suatu antigen ( berupa dihirup, makanan, autoantigen
ataupun super antigen) terpajan ke kulit individu dengan kecenderungan atopi, maka antigen
tersebut akan mengalami proses ditangkapnya IgE yang ada pada permukaan sel mas atau IgE
yang ada di SL epidermis6.

Ada 3 fase klinis dermatitis atopi yaitu dermatitis atopi tipe infant (2 bulan 2 tahun),
dermatitis atopi tipe anak (2 10 tahun) dan dermatitis atopi pada remaja dan dewasa. Gejala
pada bayi biasanya mulai pada wajah kemudian menyebar terutama ke daerah ekstensor dan lesi
biasanya basah, eksudativ, berkrustae dan sering terjadi infeksi sekunder. Pada kurang dari
setengah kasus kelainan kulit akan menyembuh pada usia 18 bulan, dan sisanya akan berlanjut
menjadi bentuk anak. Lesi dermatitis atopi pada anak berjalan kronis akan berlanjut sampai usia
sekolah dan predileksi biasanya terdapat pada lipat siku, lipat lutut, leher dan pergelangan
tangan. Jari-jari tangan sering terkena dengan lesi eksudativ dan kadang-kadang terjadi kelainan
kuku. 1,2,6
Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher, dahi, sekitar mata.
Pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan
tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah,bersisik), vulva, putting
susu atau *calp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan, mengalami
likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak
likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan
akhirnya menjadi hiperpigmentasi2,6.

Gambar 1. Dermatitis Atopi tipe Infant

Gambar 2. Dermatitis Atopi Tipe Anak

Gambar 3. Dermatitis Atopi tipe Dewasa

BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama

: AM

Umur

: 52 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Makassar

Agama

: Islam

Pekerjaan

:-

Status Perkawinan

:-

Tanggal masuk RS

: 16 Maret 2015

Anamnesis : Autoanamnesis dan Alloanamnesis


Keluhan Utama : Rasa Gatal di seluruh tubuh
Anamnesis Terpimpin
Pasien dikonsul dari poli jiwa datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh yang
sudah dirasakan sejak 4 bulan yang lalu, gatal terutama dirasakan pada daerah lengan. Rasa gatal
paling sering muncul pada siang dan malam hari. Rasa gatal pertama kali dirasakan pada daerah
telapak tangan, punggung tangan dan daerah lipatan siku. Kemudian rasa gatal menjalar
dirasakan pada daerah dada, perut, punggung, dan tungkai bawah yaitu daerah paha dan belakang
lutut. Riwayat pasien pernah mengalami scabies sebelumnya.
Status Presens
Keadaan Umum : sakit ( ringan/sedang/berat ) kesadaran ( composmentis/uncomposmentis )

Status Dermato-Venerology :

Lokasi : daerah telapak tangan, lipatan siku, dan belakang lutut

Ukuran :
Effloresensi : eritema, plak eritematous, ekskoriasi, skuama, likenifikasi, eksudasi,
hiperpigmentasi
Resume :
Pasien jiwa dari bangsal Kenanga RSKD PROV. SUL_SEL dikonsul ke Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSKD PROV. SUL_SEL, datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh yang
sudah dirasakan sejak 4 bulan yang lalu, gatal terutama dirasakan pada daerah lengan.. Rasa
gatal pertama kali dirasakan pada daerah telapak tangan, punggung tangan dan daerah lipatan
siku. Kemudian rasa gatal menjalar dirasakan pada daerah dada, perut, punggung, dan tungkai
bawah yaitu daerah paha dan belakang lutut. Riwayat pasien pernah mengalami scabies
sebelumnya.
Diagnosis Banding :
1.
2.
3.
4.

Dermatitis Kontak
Dermatitis Numularis
Skabies
Psoariasis

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan maka pasien didiagnosis dengan :
DERMATITIS ATOPIK
Terapi yang diberikan pada pasien :
1. Terapi Sistemik
Cetirizine 10 mg 1x1/hari
Metilprednisolon 3x1/ hari
Cefadroxyl 2x1/hari
2. Terapi Topikal
Kompres NaCl
Prognosis: Baik, akan tetapi kecendrungan prognosis buruk apabila kedua orang tua menderita
dermatitis atopi, perbaikan spontan pada masa anak dan sering ada yang kambuh pada masa
remaja.
BAB II
PEMBAHASAN

Dermatitis atopik (eksim atopik) adalah, kondisi di mana kulit mengalami inflamasi, gatal
dengan kecenderungan predileksi pada daerah fleksor ekstremitas. Hal ini ditandai dengan
eritema berat dengan edema, vesikel, dalam tahap akut dan penebalan kulit (likenifikasi) dalam
tahap kronis. Meskipun disebut atopik, hingga 60% anak-anak dengan gejala klinis tidak
memiliki hubungan sensitivitas IgE terhadap alergen. Sekitar 70 % dari kasus dermatitis atopik
terdapat pada anak-anak di bawah usia lima tahun, dan 10% kasus yang terlihat dirumah sakit
terdapat pada orang dewasa. Penyakit asma bronchial berpengaruh pada 30% anak-anak dengan
atopik dermatitis, dan rinitis alergi sebesar 35% 7.
Diagnosis dermatitis atopic pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, di mana pada anamnesis didapatkan keluhan gatal pada seluruh tubuh,
terutama pada daerah tangan yaitu telapak tangan, punggung tangan dan daerah lipatan siku.
Kemudian rasa gatal menjalar dirasakan pada daerah dada, perut, punggung, dan tungkai bawah
yaitu daerah paha dan belakang lutut.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa keluhan tersering pada pasien ini adalah gatal.
Gatal dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari.
Akibatnya penederita akan menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan kulit1.
Pada pemeriksaan fisik dari pasien ini didapatkan lesi eritema, plak eritematous,
ekskoriasi, skuama, likenifikasi, eksudasi, hiperpigmentasi, dan daerah yang terkena lesi yaitu
pada daerah tangan terutama pada lipatan siku, dan daerah di belakang lutut. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan, dimana ditemukan beberapa macam lesi terutama terjadi ekskoriasi akibat
garukan, berskuama dan terjadi hiperpigmentasi, dan predileksi pada dermatitis atopi pada orang
dewasa tersering pada daerah lipatan (fleksor) yaitu lipatan siku dan daerah belakang lutut1,2.

Etiopatogenesis
Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam pathogenesis dermatitis atopic misalnya faktor
genetic, lingkungan, sawar kulit, farmakologik dan imunolgik. Konsep dasar terjadinya

dermatitis atopic adalah melalui reaksi imunologik, yang diperantarai oleh sel-sel yang berasal
dari sum-sum tulang.
1. Genetik
Ketika kedua orang tua menderita penyakit atopik dan manifestasi organ yang
sama misalnya, ayah dan Ibu memiliki eksim, anak memiliki risiko 70%-80%
mengembangkan eksim. Namun, jika kedua orang tua menderita dari penyakit atopik
yang berbeda misalnya, asma ayah dan ibu eksim, kejadian penyakit atopik pada anakanak hanya 30% 8.
Kromosom 5q31-33 mengandung kumpulan famili gen sitokin IL-3, IL-4, IL-13
dan GM-CSF, yang diekspresikan oleh sel Th-2. Ekspresi gen IL-4 memainkan peranan
penting dalam ekspresi dermatitis atopik. Perbedaan genetik aktivitas transkripsi gen IL-4
mempengaruhi predisposisi dermatitis atopik. Ada hubungan yang erat antara
polimorfisme spesifik gen kimase sel mast dan dermatitis atopic, tetapi tidak dengan
asma bronkial atau rhinitis alergi. Varian genetic kimase sel mast, yaitu serine protease
yang disekresi oleh sel mast di kulit, mempunyai efek spesifik pada organ, dan berperan
dalam timbulnya dermatitis atopik 1,8.
2. Teori imunologik
Teori imunologi menjelaskan pada dermatitis atopik terjadi ketidakseimbangan sel
T, terutama jenis sel T helper 1, 2, 17, dan 22 dan juga sel T regulator. Pada dermatitis
atopi, khususnya tipe akut, Th2 berdiferensiasi dengan sel-sel CD4 + T naf yang
mendominasi. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi interleukin, terutama IL-4, IL5, dan IL-13, yang kemudian menyebabkan peningkatan IgE, dan Th1 berdiferensiasi
lambat1,4,5 9.
3. Teori Barrier Kulit
Teori barrier kulit yang mengalami kelainan pada saat ini berawal pada
pengamatan bahwa individu dengan mutasi pada gen filaggrin mengalami peningkatan
risiko mengalami dermatitis atopik. Filaggrin mengkodekan protein struktural dalam
stratum korneum dan stratum granulosum yang membantu mengikat keratinosit secara
bersama-sama. Hal ini mampu mempertahankan penghalang kulit tetap utuh dan stratum
korneum terhidrasi. Pada kelainan genetic di mana produksi filaggrin, menyebabkan
disfungsi sawar kulit dan kehilangan air transepidermal, yang menyebabkan eksim.

Mekanisme ini yang menunjukkan bahwa terjadi gangguan pada barrier kulit. Hasil dari
kekeringan kulit ini, menyebabkan peningkatan penetrasi allergen ke dalam kulit 4,8,9,
Pemeriksaan Penunjang
Pengujian laboratorium tidak diperlukan dalam evaluasi rutin dan pengobatan dermatitis
atopik tanpa komplikasi. Tingkat IgE serum yang meningkat dan sekitar 70%-80% persen pasien
dermatitis atopik. ini dikaitkan dengan sensitisasi terhadap inhalan dan makanan alergen dan
atau bersamaan rhinitis alergi dan asma. Sebaliknya, 20%-30% pasien dermatitis atopik memiliki
kadar serum E ig normal. Biopsi kulit yang diambil dari sampel kulit dengan eksim atopik akut
ditandai dengan edema interseluler, infiltrat perivaskular terutama limfosit, dan retensi inti dari
keratinosit di dalam stratum korneum eksim parakeratosis. Pada perjalanan kronik didominasi
oleh stratum korneum yang tebal, disebut hiperkeratosis, yang menebal stratum spinosum
(acanthosis), tetapi infiltrat limfositik jarang.9,10
Diagnosis Banding.
Sebagai diagnosa banding, dermatitis atopik yaitu dermatitis seboroik, ( terutama pada
bayi ), dermatitis kontak, dermatitis numularis, scabies iktiosis, psoriasis ( terutama daerah
palmoplantar ).

Anda mungkin juga menyukai