Anda di halaman 1dari 4

Kenapa Undang-undang Perlindungan

Konsumen Lebih Melindungi Konsumen


Daripada Pelaku Usaha?
OPINI | 27 April 2013 | 11:09

Dibaca: 2477

Komentar: 0

Pada suatu kesempatan saya dan sahabat saya berbincang mengenai konsumen dan pelaku usaha.
keterkaitan perbincangan kami tersebut tentunya mengarah kepada Undang-Undang No. 8 Tahun
1999, undang-undang khusus yang dibuat untuk melindungi konsumen dalam pemenuhan hakhaknya sebagai konsumen dan kewajiban pelaku usaha dalam memenuhi kewajibannya sebagai
penyedia barang dan jasa.
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 8/1999 tentang perlindungan konsumen,
merumuskan:
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang no. 8/1999 tentang perlindungan konsumen,
merumuskan:
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersamasama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebenarnya juga
memberikan Kewajiban kepada Konsumen dan Hak kepada pelaku usaha. Tetapi karena
konsumen berperan sebagai orang yang hanya menggunakan atau menikmati barang dan/atau
jasa sedangkan Pelaku Usaha berperan sebagai penyedia barang dan/jasa maka hak yang
diberikan oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen kepada
konsumen lebih banyak daripada Hak yang diberikan kepada Pelaku Usaha begitupun sebaliknya
Kewajiban Pelaku Usaha lebih banyak daripada Kewajiban konsumen.
Berikut Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha berdasarkan Undang-Undang
No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen:

Pasal 4
Hak konsumen adalah :
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pasal 6
Hak pelaku usaha adalah :
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen
tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pasal 5
Kewajiban konsumen adalah :
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan
barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Pasal 7
Kewajiban pelaku usaha adalah :
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau
jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan;

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Didasarkan dari ketentuan undang-undang tersebutlah sahabat saya berasumsi bahwa tidak dapat
disalahkan sepenuhnya bagi pelaku usaha yang menjual produk yang telah kadaluwarsa karena
sebagai konsumen haruslah bisa menjadi konsumen yang cerdas. Konsumen saat ingin membeli
barang teliti terlebih dahulu apakah barang yang akan dibeli masa kadaluwarsanya sudah masuk
atau belum karena sebagaimana ketentuan di atas konsumen berkewajiban untuk membaca
petunjuk informasi demi keamanan dan keselamatan konsumen itu sendiri. Sehingga apabila
konsumen membeli barang yang telah kadaluwarsa dan barang tersebut dikonsumsinya yang
pada akhirnya si konsumen mengalami keracunan disebabkan karena kelalain dari konsumen itu
sendiri.
Mungkin hal yang diutarakan oleh sahabat saya ada benarnya juga tetapi menurut saya tidak
sepenuhnya benar. karena kewajiban pelaku usaha salah satunya adalah menjamin agar mutu
barang yang diproduksi atau yang diperdagangkan sesuai dengan standar mutu barang. kalau
barang yang diperdagangkan telah expired maka mutu dari barang pastinya akan berkurang
sehingga kemungkinan yang akan terjadi adalah hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti apakah
hal yang tidak diinginkan tersebut? silahkan Anda klik link ini >> http://monsterbego.blogspot.com/2012/10/efek-samping-makan-mie-instan-expired.html
Kalau hal ini sampai terjadi pelaku usaha tersebut lalai dalam memberikan jaminan mutu
terhadap barang yang diproduksinya atau yang diperdagangkannya. Apakah hal ini karena pelaku
usaha benar-benar lalai? tidak juga. Mungkin saja karena pelaku usaha sebanarnya tahu bahwa
barang yang diproduksinya atau yang diperdagangkannya telah mencapai masa kadaluwarsa
barang tersebut. Dan karena alasan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa
mempertimbangkan keselamatan konsumen atau bahkan telah dipertimbangkannya tetapi pelaku
usaha tersebut berani mengambil resiko tentunya dengan harapan tidak terjadi apa-apa dengan
konsumennya. Maka kemungkinan tersebut selain lalai pelaku usaha juga sengaja tidak
memberikan jaminan mutu terhadap barang yang diproduksinya atau yang diperdagangkannya.
Inilah mengapa Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen lebih
memberikan perlindungan kepada Konsumen daripada Pelaku Usaha. Karena pelaku usaha tidak
hanya lalai dalam membahayakan nyawa konsumennya tetapi juga ada pelaku usaha yang
beritikad buruk untuk memperoleh keuntungan yang sebear-besarnya. Belum pernah ditemukan
konsumen yang beritikad buruk dalam membahayakan dirinya sendiri. Hanya kelalaian
konsumen yang tidak membaca terlebih dahulu petunjuk informasi pada barang yang akan
dibelinya.
Oleh karenanya, sahabat saya memberikan saran kepada para konsumen hendaknya menjadi
Konsumen yang cerdas. Bagaimanakah menjadi Konsumen yang cerdas? silahkan Anda klik link
ini >> http://ditjenspk.kemendag.go.id/index.php/public/home/info-ayo_jadi_konsumen_cerdas

Zaman telah berubah, globalisasi telah mewabah. salah satu pengaruh buruk dari mewabahnya
globalisasi ini adalah kurangnya orang jujur yang ditemui saat ini. Negara telah berusaha
memberikan perlindungan kepada warga negaranya. tetapi yang namanya kesempurnaan hanya
milik Sang Maha Pencipta.

Anda mungkin juga menyukai