Anda di halaman 1dari 10

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak
dapatbertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang
hidup bagimanusia. Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun
yang dapatdikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit.
Dari total jumlah air yang ada, hanya lima persen saja yang tersedia sebagai air
minum,sedangkan sisanya adalah air laut. Selain itu, kecenderungan yang terjadi
sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air bersih itu dari hari ke hari.
Semakinmeningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum.
Sehinggaketersediaan air bersih pun semakin berkurang. Seperti yang disampaikan
JacquesDiouf, Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), saat
inipenggunaan air di dunia naik dua kali lipat lebih dibandingkan dengan seabad
silam namun ketersediaannya justru menurun. Akibatnya, terjadi kelangkaan air
yang harusditanggung oleh lebih dari 40 persen penduduk bumi. Kondisi ini akan
kian parahmenjelang tahun 2025 karena 1,8 miliar orang akan tinggal di kawasan
yangmengalami kelangkaan air secara absolut. Kekurangan air telah berdampak
negatif terhadap semua sektor, termasuk kesehatan. Tanpa akses air minum yang
higienismengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh penyakit. Begitu
peliknyamasalah ini sehingga para ahli berpendapat bahwa pada suatu saat nanti,
akan terjad pertarungan untuk memperbuatkan air bersih ini. Sama halnya
dengan pertarungan untuk memperebutkan sumber energi minyak dan gas bumi
Disamping bertambahnya populasi manusia, kerusakan lingkungan merupakan
salah satupenyebab berkurangnya sumber air bersih. Abrasi pantai menyebabkan
rembesan airlaut ke daratan, yang pada akhirnya akan mengontaminasi sumber air
bersih yang adadi bawah permukaan tanah. Pembuangan sampah yang sembarang
di sungai jugamenyebabkan air sungai menjadi kotor dan tidak sehat untuk
digunakan. Di Indonesiasendiri diperkirakan, 60 persen sungainya, terutama di
Sumatera, Jawa, Bali, danSulawesi, tercemar berbagai limbah, mulai dari bahan
organik hingga baktericoliform dan fecal coli penyebab diare. Menurut data
Departemen Kesehatan tahun2002 terjadi 5.789 kasus diare yang menyebabkan 94
orang meninggal. Pembabatanhutan dan penebangan pohon yang mengurangi daya

resap tanah terhadap air turutserta pula dalam menambah berkurangnya asupan
air bersih ini. Selain itupendistribusian air yang tidak merata juga ikut andil dalam
permasalahan ini. Berkaitan dengan krisis air ini, diramalkan 2025 nanti hampir dua
pertiga penduduk duniaakan tinggal di daerah-daerah yang mengalami kekurangan
air. Ramalan itu dilansirWorld Water Assesment Programme (WWAP), bentukan
United Nation Educational,Scientific and Cultural Organization (Unesco). Lembaga
itu menegaskan bahwa krisisair didunia akan memberi dampak yang mengenaskan.
Tidak hanya membangkitkanepidemi penyakit yang merenggut nyawa, tapi juga
akan mengakibatkan bencanakelaparan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Sumber Air
Sungai
Rata-rata lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar diperoleh dari sungai-sungai di
dunia. Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000 meter kubik untuk setiap
orang) sepintas terlihat cukup untuk menjamin persediaan yang cukup bagi setiap
penduduk, tetapi kenyataannya air tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat
yang tidak tepat. Sebagai contoh air bersih di lembah sungai Amazon walupun
ketersediaannya cukup, lokasinya membuat sumber air ini tidak ekonomis untuk
mengekspor air ke tempat-tempat yang memerlukan.
Curah hujan
Dalam pemanfaatan hujan sebagai sumber dari air bersih, individu perorangan/
berkelompok/ pemerintah biasanya membangun bendungan dan tandon air yang
mahal untuk menyimpan air bersih di saat bulan-bulan musim kering dan untuk
menekan kerusakan musibah banjir.
Air permukaan dan air bawah tanah.
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. Air tanah
adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan
tanah.
2.2 Masalah Ketersediaan Air

Global Warming
Pemanasan global telah memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan
melelehnya es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiknya
permukaan air laut dan dampak buruk lainnya. Seiring dengan semakin panasnya
permukaan bumi, tanah tempat di mana air berada juga akan cepat mengalami
penguapan untuk mempertahankan siklus hidrologi. Air permukaan juga mengalami
penguapan semakin cepat sedangkan balok-balok salju yang dibutuhkan untuk
pengisian kembali persediaan air tawar justru semakin sedikit dan kecil. Ketika salju
mencair tidak menurut musimnya yang benar, maka yang terjadi bukanlah salju
mencair dan mengisi air ke danau, salju justru akan mengalami penguapan. Danaudanau itu sendiri akan menghadapi masalahnya sendiri ketika airnya tidak lagi
membeku.
Air akan mengalami penguapan yang jauh lebih lambat ketika permukaannya
tertutup es, sehingga ada lebih banyak air yang tersisa dan meresap ke dalam
tanah. Ketika terjadi pembekuan yang lebih sedikit, artinya semakin banyak air
yang dilepaskan ke atmosfir. Maka, ketika gletser yang tersisa dari zaman es
mencair semua, sungai-sungai akan kehilangan sumber air.
Penggundulan Hutan
Kerusakan lingkungan yang makin parah akibat penggundulan hutan
merupakan penyebab utama kekeringan dan kelangkaan air bersih. Kawasan hutan
yang selama ini menjadi daerah tangkapan air (catchment area) telah rusak karena
penebangan liar. Laju kerusakan di semua wilayah sumber air semakin cepat, baik
karena penggundulan di hulu maupun pencemaran di sepanjang DAS. Kondisi itu
akan mengancam fungsi dan potensi wilayah sumber air sebagai penyedia air
bersih.
Berdasarkan data di Departemen Kehutanan hingga tahun 2000 saja
diketahui luas lahan kritis yang mengalami kerusakan parah di seluruh Indonesia
mencapai 7.956.611 hektare (ha) untuk kawasan hutan dan 14.591.359 ha lahan di
luar kawasan hutan. Sedangkan pada tahun yang sama rehabilitasi atau
penanaman kembali yang dilakukan pemerintah hanya mampu menjangkau 12.952
ha kawasan hutan dan 326.973 ha di luar kawasan hutan.

Perilaku Manusia
Sebagian besar masyarakat Indonesia, menyediakan air minum secara mandiri,
tetapi tidak tersedia cukup informasi tepat guna hal hal yang terkait dengan
persoalan air, terutama tentang konservasi dan pentingnya menggunakan air
secara bijak. Masyarakat masih menganggap air sebagai benda sosial.
Masyarakat pada umumnya tidak memahami prinsip perlindungan sumber air
minum tingkat rumah tangga, maupun untuk skala lingkungan. Sedangkan sumber
air baku (sungai), difungsikan berbagai macam kegiatan sehari hari, termasuk
digunakan untuk mandi, cuci dan pembuangan kotoran/sampah. Sebagian
masyarakat masih menganggap bahwa air hanya urusan pemerintah atau PDAM
saja, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi masalah air minum secara bersama.
Populasi yang terus bertambah dan sebaran penduduk yang tidak merata.
Pemanfaatan sumberdaya air bagi kebutuhan umat manusia semakin hari semakin
meningkat. Hal ini seirama dengan pesatnya pertumbuhan penduduk di dunia, yang
memberikan konsekuensi logis terhadap upaya-upaya pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Disatu sisi kebutuhan akan sumberdaya air semakin meningkat pesat dan
disisi lain kerusakan dan pencemaran sumberdaya air semakin meningkat pula
sebagai implikasi industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tidak disertai
dengan penyebaran yang merata sehingga menyebabkan masih tingginya jumlah
orang yang belum terlayani fasilitas air bersih dan sanitasi dasar.
Dampak Kelangkaan air
Lingkungan
Kelangkaan air memiliki berbagai dampak negatif bagi lingkungan. Penggunaan air
yang berlebih terkait erat dengan kasus kelangkaan air. Kelangkaan air
menyebabkan peningkatan kadar garam tanah, pencemaran nutrisi,
hilangnya rawa, dan penyusutan tepi sungai. Seama lebih dari seratus tahun yang
lalu, lebih dari setengah lahan basah di bumi telah hilang. ] Lahan basah seperti
rawa dan tepi sungai merupakan habitat yang penting
bagi mamalia, burung, ikan, amfibi, dan invertebrata, juga bagi manusia karena
berbagai jenis lahan pertanian (seperti sawah) dibangun di atas lahan basah. Lahan

basah juga berfungsi sebagai penyaring air dan perlindungan dari banjir.Laut
Aral merupakan contoh kasus di mana kelangkaan air akibat irigasi berlebihan
menyebabkan suplai air ke lokasi ini terhenti, menyebabkan hilangnya 58 ribu
kilometer persegi perairan, dan salinisasi tanah terjadi sepanjang tiga dekade
terakhir. Subsiden adalah "tenggelamnya" tanah secara perlahan maupun tiba-tiba,
dan merupakan petunjuk adanya kelangkaan air tanah. Di Amerika Serikat
diperkirakan 17 ribu mil persegi lahan telah mengalami subsiden, dan 80 persen di
antaranya merupakan hasil dari penggunaan air tanah secara berlebihan.
Fisik Ekonomi
Kelangkaan air secara fisik adalah kondisi di mana sumber daya air tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan suatu wilayah atau negara, termasuk air untuk
memenuhi kebutuhan pelestarian ekologi.[6] Kondisi ini juga terjadi di wilayah di
mana air terdapat dalam jumlah yang banyak namun dipompa secara berlebihan
untuk kebutuhan lain seperti irigasi. Gejala yang memperlihatkan kelangkaan air
fisik mencakup degradasi lingkungan dan turunnya tinggi muka air tanah. [11]
Kelangkaan air secara ekonomi disebabkan oleh kurangnya investasi di infrastruktur
dan teknologi untuk menyediakan air bagi kebutuhan manusia. Adanya manusia
yang masih mencari air dari tempat yang jauh merupakan salah satu tanda adanya
kelangkaan air secara ekonomi.

Peran Air
Pada dasarnya air sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup. Tidak hanya
manusia, hewan dan tanaman pun membutuhkannya. Hal ini dikarenakan air
memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Peran air sendiri antara lain :

Kaitannya dengan food security


Seperti yang kita ketahui, bahwa terjadi kelangkaan air di Afrika dimana
ketersediaan air bersih sangat minim sekali. Jika hal ini terus terjadi akan
mengakibatkan masalah keamanan pangan. Contohnya Near East and North Africa

(NENA) ini merupakan negara yang ketersediaan air tawarnya anjlok hingga dua
pertiga selang 40 tahun terakhir. Selain itu, masalah gizi kronis yang dialami
wilayah tersebut mencapai 11,2 % periode 2010-2013. Wilayah ini > 85%
mengandalkan tadah hujan untuk pertanian dan kegiaatan pertanian lainnya.
Sedangkan sumber irigasi dan air tanah dan permintaan untuk produk-produk
pertanian diperkirakan tumbuh di tengah perkembangan populasi perkotaan dan
peningkatan ekspor.
Dengan cara peningkatan manajemen dan penggunaan sistem tadah hujan, irigasi
dan air tanah melalui pendeketan inovatif meliputi :
-

Penciptaan konsensus luas mengenai agenda reformasi air di antara semua

pemangku kepentingan yang terlibat


Pengakuan peran petani dalam mendorong pergeseran sumber daya air

dengan cara yang digunakan dan dikelola


Keterlibatan sektor swasta sebagai manajer yang sebenarnya dari rantai nilai

makanan dan emasok tenologi terbaru yang tersedia


Pembentukan kemitraan yang berorientasi aksi dan hasil berbasis
Pengembangan alat untuk mengukur hasil konkret dan mnegumpulkan bukti
mendukung pembuatn kebijakan dan proses pengmabilan keputusan.

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCEQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.fao.org%2Fnews%2Fstory%2Fen%2Fitem%2F214224%2Ficode
%2F&ei=bcD0VNuFFMqKuATPsoCgDQ&usg=AFQjCNEQSkE9yLWKlAC44u8zS2F6oyFB
YA
air merupakan kunci keamanan pangan. Air dibutuhkan tumbuhan dan hewan untuk
tumbuh. Air dalam pertanian dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk irigasi dan
berkualitas dalam berbagai proses produksi.
Hubungannya :
Ketika ketersediaan air itu berkurang baik untuk dikonsumsi sebagai air minum,
untuk pertanian, untuk industri maka pangan yang tersedia juga berkurang. Karena
air sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya semakin banyak
lahan yang sangat berguna untuk pertanian malah dibangun gedung-gedung,
perumahan dan ini akan menyebabkan peresapan air berkurang. Jika tak ada sawah

untuk menanam padi maka tak ada beras yang nanti dapat dikonsumsi sebagai
nasi. Kelaparan pun terjadi. Tidak hanya itu saja. Jika air bersih saja tidak ada pada
suatu wilayah, maka pada wilayah tersebut akan mengalami kematian akibat
dehidrasi.
http://www.un.org/waterforlifedecade/food_security.shtml
ketahanan panga merupakan faktor kelentingan terhadap gangguan di masa depan
atau ketiadaan suplai pangan penting akibat berbagai faktor seperi kekeringan,
gangguan perkapalan, kelangkaan bahan bakar, ketidak stabilan ekonomi,
peperangan, dan sebagainya. WHO mendefinisikan tiga komponen utama
ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan
pangan. FAO menambahkan komponen keempat adalah kestabilan dari ketiga
kompoen tsb dlm kurun wkt yang panjang.
Berbagaai negara di dunia telah melakukan importasi gandum yang disebabkan
terjadinya defisit air. Tinggi muka air tanah terus turun dibeberapa negara aibat
pemompaan air yang berlebihan. Hal ini memicu kelangkaan air dan penurunan
produksi tanaman pangan. Ketika produksi tanaman pangan menurun harga akan
meningkat karena populasi bertambah. Selain itu, terjadi perebutan lahan karena
kepemilikan lahan lintas batas negara semakin meningkat. Perubahan iklim dimana
fenomena cuaca yang ekstrim seperti kekeringan dan banjir terus meningkat.
Kejadian ini memiliki dampak kesektor pertanian. Dampak dari perubahana cuaca
ekstrem ini mencakup kemampuan perubahan produktivitas, gaya hidup,
pendapatan ekonomi, infrastuktur, dan pasar. Dengan adanya dampak tersebut
dapat mengurangi hasil pertanian dan peningkatan harga pangan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ketahanan_pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia baik secara individu maupun
kelompok karena sangat diperlukan untuk Tumbang . Pangan dan gizi mempunyai
peranan yang sangat menentukan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas
hidup manusia dan kehidupan masyarakat . Oleh karena itu pangan harus selalu
tersedia setiap saat dan tempat dengan jumlah dan mutu yang memadai ( materi
kuliah Ekologi pangan dan gizi )
Air merupakan kebutuhan vital bagi manusia . Seluruh makhluk hidup yang ada di
bumi pasti membutuhkan air. Air bisa dikatakan sebagai sumber kehidupan.

Hubungan antara air dengan ketahanan pangan sudah sangat jelas sekali. Dimana
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,
dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan , pengolahan, dan atau
pembuatan makanan atau minuman (Suryana, 2003). Disamping itu air juga
merupakan salah satu masukan mendasar faktor ke produksi pangan
Sehingga disini permasalahan air erat kaitannya permasalahan ketahanan pangan .

Dari tahun ke tahun Indonesia terancam terjadi Krisis air yang berkepanjangan . Hal
ini tidak saja menyebabkan ketersediaan air untuk kebutuhan sehari-hari yang
berkurang, tapi juga berakibat terhadap gagalnya panen sejumlah lahan pertanian
yang berdampak terjadinya krisis pangan. Bappenas (2005), melaporkan bahwa
sekitar 77 persen kabupaten/kota di Jawa, di luar Jabodetabek, telah memiliki satu
hingga delapan bulan defisit air dalam setahunnya. Pada tahun 2025 jumlah
kabupaten/kota yang defisit air ditaksir meningkat hingga mencapai sekitar 78,4
persen, dengan defisit berkisar mulai dari satu hingga dua belas bulan, atau defisit
sepanjang tahun.
Dari wilayah yang mengalami defisit tersebut, terdapat 38 kabupaten/kota
atau sekitar 35 persen telah mengalami defisit tinggi. Khusus wilayah Jabotabek
yang 60 persennya mendapat pasokan air dari waduk Jatiluhur, sekitar 50 persen
kabupaten/kotanya mengalami defisit air dan diperkirakan meningkat menjadi 100
persen pada tahun 2025.
Sungguh ironis jika krisis air bersih melanda Indonesia. Padahal, Indonesia
merupakan negara yang kaya sumber-sumber air. Indonesia memiliki 6 persen
persediaan air dunia atau sekitar 21 persen dari persediaan air di Asia Pasifik,
namun pada kenyataannya dari tahun ke tahun Indonesia terus mengalami krisis air
bersih.
Potensi sebagai negara yang kaya air, ternyata tidak mampu menghindarkan
Indonesia dari krisis air bersih. Setiap kali musim kemarau tiba berbagai daerah
mengalami kekeringan air. Bahkan ketika musim penghujan pun krisis air bersih
tetap mengintai lantaran surplus air yang kerap mengakibatkan banjir sehingga
sumber air tidak dapat termanfaatkan.
Potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung berkurang
akibat rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan yang
diperkirakan sebesar 15C35% per kapita per tahun. Padahal di lain pihak
kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara drastis mengikuti laju
pertumbuhan penduduk.

Kualitas air berkaitan dengan kelayakan pemanfaat air untuk untuk berbagai
kebutuhan. Kualitas air juga berhubungan dengan volume dan daya pulih air (self
purification) untuk menerima beban pencemaran dalam jumlah tertentu. Dan
kelayakan air, terutama untuk minum, di Indonesia telah mencapai ambang yang
sangat memprihatinkan.
Upaya-upaya menuju perbaikan lingkungan harus diprioritaskan dalam
mengatasi krisis air khususnya wilayah DAS, termasuk perbaikan dan peningkatan
kondisi situ dan waduk, konservasi lahan yang berfungsi lindung serta pengendalian
pemanfaatan lahan baik yang berfungsi lindung maupun budidaya. Untuk itu perlu
kerja keras, kerjasama, terkoordinir, sistemik, dan terpadu dari seluruh elemen
pemerintah dan didukung oleh masyarakat.

Air memang menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal tersebut disadari
bahwa air menjadi faktor pendukung dalam sektor pangan dan energi. Tiga hal tersebut merupakan krisis
dunia. Dengan keberadaan air maka ketahanan pangan dapat dilakukan. Dari air juga, energi dapat
diciptakan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Demikian disampaikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam Halal Bil Halal yang
diselenggaralan oleh HATHI, KNI ICID dan KNI - Bendungan Besar(BB), Selasa (18/9) di Jakarta. Turut
hadir dalam acara tersebut Wakil Menteri PU Hermanto Dardak, Irjen PU Basoeki Hadimoelyono selaku
Ketua Pengurus KNI BB, Sekretaris Dewan Nasional Sumber Daya Air Imam Ansori dan pengurus serta
anggota dari ketiga himpunan tersebut.
Sebagaimana kita ketahui bahwa krisis di dunia adalah air, pangan dan energi. Nah, yang utama dari
ketiga krisis tersebut adalah air. Dengan pengelolaan air yang naik maka akan tercapai ketahanan
pangan dan energi. Untuk itu, dari himpunan dan komite yang ada di sektor air mari kita pikirkan
bagaimana mengelola air dengan baik agar tidak terjadi banjir dan kekeringan, ujar Djoko Kirmanto.
Dengan berkumpulnya perhimpunan di sektor air tersebut, diharapkan dapat memberikan sumbang
pikiran untuk pengelolaan sumber daya air. Saran dan masukan sangat diharapkan dari pemerintah untuk
dapat bersama sama mengelola dan menjaga air. Karena, dengan menjaga air maka kita bisa
sejahtera. (ind)

Anda mungkin juga menyukai