SINDROM NEFROTIK
OLEH :
1. Agus Tina Diana Sari
2. Elfera Puri Nur Ilma
3. Revina Andayani
J 500090086
J 500090051
J 500090013
PEMBIMBING:
dr. Hardiyanto, Sp.Rad
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
SINDROM NEFROTIK
OLEH :
1. Agus Tina Diana Sari
2. Elfera Puri Nur Ilma
3. Revina Andayani
J 500090086
J 500090051
J 500090013
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
tanggal
September 2014
Pembimbing :
dr. Hardiyanto, Sp.Rad
(.........................................)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Hardiyanto, Sp.Rad
(.........................................)
(.........................................)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom
nefrotik
adalah
salah
satu
manifestasi
klinik
membranosa
dan
proliferasi
glumerulonefritis.
(GN)
perubahan
membranosa
merupakan
penyebab dari 25 % kasus nefrotik sindroma pada orang dewasa dan hanya
2 % pada anak-anak. Sekitar 95 % pasien ini menderita azotemia dan
meninggal akibat uremia dalam waktu 10 sampai 20 tahun. Perubahan
histologis yang terutama adalah penebalan membran dasar yang dapat
terlihat baik oleh mikroskop electron maupun mikroskop cahaya.2
Glomerulonefritis perubahan proliferatif dan membranoproliferatif
merupakan penyebab dari 35 % sisa kasus pada orang dewasa yang
menderita sindroma nefrotik dan 22 % pada anak-anak. GN perubahan
proliferatif ditrandai oleh hiperselularitas dan sekaligus penebalan
membran
dasar.
Respon
terhadap
terapi
pada
berbagai
jenis
udema.
Berulangnya
rangkaian
kejadian
tersebut
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi,
epidemiologi,
etiologi,
patofisiologi,
manifestasi
klinis,
diagnosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu menifestasi klinik
glomerulonefritis (GN) ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif
3,5 g/hari, hipoalbuminemia < 3,5 mg/dl, hiperkolesterolemia, dan
lipiduria.1,2
Pada proses awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis
tidak semua gejala tersebut harus ditemukan. Proteinuria masif merupakan
tanda khas SN, tetapi pada SN berat yang disertai kadar albumin serum
yang rendah ekskresi protein dalam urin juga berkurang. Proteinuria juga
berkonstribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada SN.
Hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan lipiduria, gangguan keseimbangan
nitrogen, hiperkoagulobilitas, gangguan metabolisme kalsium dan tulang,
serta hormone tiroid sering dijumpai pada SN. Umumnya pada SN fungsi
ginjal normal kecuali sebagian kasus yang berkembang menjadi penyakit
ginjal tahap akhir (PGTA). Pada beberapa episode SN dapat sembuh
sendiri dan menunjukkan respons yang baik terhadap terapi steroid, tetapi
sebagian lain dapat berkembang menjadi kronik.1
B.
EPIDEMIOLOGI
Awitan sindrom nefrotik biasanya mendadak pada anak berusia 2
hingga 6 tahun, dengan rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2:1, lesi ini
jarang terjadi pada orang dewasa dan tercatat hanya 15% atau 20% dari
kasus sindrom nefrotik.2
C.
ETIOLOGI
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer
dan sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung
(connective tissue disease), obat atau toksin, dan akibat penyakit sitemik. 1
Klasifikasi dan penyebab sindrom nefrotik :
1. Sindrom nefrotik primer 1,3,4
d). lain-lain
probenesid,
kaptopril,
amiloidosis,
pre-
eklamsia.
D.
ANATOMI GINJAL
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu
tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan
ureter menuju dan meninggalkan ginjal.5
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi, hal ini tergantung pada
jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada
autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata
adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya
bervariasi antara 120-170 gram, atau kurang lebih 0,4% dari berat badan.5
PATOFISIOLOGI
Pemahaman patogenesis dan patofisiologi sangat penting dan
merupakan pedoman pengobatan rasional untuk sebagian besar pasien
sindrom nefrotik.9
10
Proteinuria,
merupakan
kelainan
dasar
sindrom
nefrotik.
dan
hipoalbuminemia
akhirnya
menurunkan
hipoalbuminemia.
tekanan
Pada
osmotik
gilirannya,
koloid
plasma,
menyebabkan filtrasi transkapiler lebih besar dari air ke seluruh tubuh dan
akhirnya dapat menimbulkan edema.10
Hiperlipidemia dan lipiduria, Hiperlipidemia merupakan keadaan
yang sering menyertai SN. Kadar kolesterol umumnya meningkat
sedangkan trigliserid bervariasi dari normal sampai sedikit meninggi.
Peningkatan kadar kolesterol disebabkan oleh meningkatnya LDL.
Mekanisme hiperlipidemia pada sindrom nefrotik dihubungkan dengan
peningkatan sintesis lipid dan lipoprotein hati dan menurunnya
katabolisme.
Semula
diduga
hiperlipidemia
hasil
stimulasi
non
spesifikterhadap sintesis protein oleh hati. Oleh karen sintesis protein tidak
berkorelasi dengan hiperlipidemia disimpulkan hiperlipdemia tidak
langsung diakibatkan oleh hipoalbuminemia. Hiperlipidemia dapat
ditemukan pada sindrom nefrotik dengan kadar albumin mendekati normal
dan sebaliknya pada pasien hipoalbuminemia kadar kolesterol dapat
normal.11
11
aktivitas
enzim
tersebut
diduga
terkait
dengan
DIAGNOSIS
Gambaran klinis
Penyakit ini terjadi tiba tiba terutama pada anak. Edema
merupakan gejala klinis yang menonjol, kadang-kadang mencapai 40%
dari berat badan dan didapatkan edema anasarka. Edema ini bertanggung
jawab untuk kenaikan berat badan yang signifikan. Pada kasus sindrom
nefrotik dengan onset akut, dapat ditemukan oligouria dan hipertensi.12,13
Gangguan gastrointestinal sering timbul dalam perjalanan penyakit
sindrom nefrotik. Diare sering dialami pasien dalam keadaan edema massif
dan keadaan ini tidak berkaitan dengan infeksi namun diduga penyebabnya
adalah edema dimukosa usus.3
Hepatomegali dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik, mungkin
disebabkan
sintesis
albumin
yang
meningkat
atau
edema
atau
13
14
Pemeriksaan Laboratorium
Pada urinalisis ditemukan proteinuria masif (3+ sampai 4+),
Dapat
disertai
hematuria.
Pada
pemeriksaan
darah
ditemukan
15
dan dapat
16
H.
TERAPI
Sindrom nefrotik diobati dengan obat kortikosteroid dan
imunosupresif yang langsung berhubungan dengan asal lesi, makanan
tinggi protein dan garam yang dibatasi, diuretik, beberapa infus IV
albumin, dan membatasi aktivitas selama fase akut. Jika memakai
diuretik, harus digunakan dengan hati-hati karena diuresis yang
berlebihan
akan
menyebabkan
penurunan
volume
ECF
dan
dan
penanganan
hipertensi
secara
agresif
untuk
di atas 6 tahun
Disertai oleh hipertensi
Disertai hematuria
Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder
Gambaran histopatologik bukan kelainan mini
17
18
BAB III
KESIMPULAN
Sindrom
nefrotik
(SN)
merupakan
salah
satu
menifestasi
klinik
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Prodjosudjadi W. Sindrom Nefrotik. In : Sudoyo Aru W. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jakarta : Departemen ilmu penyakit dalam
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia ; 2006. Hal 547-549
2. Price S, Wilson L. Gagal Ginjal Kronik. In : Huriawati Hartanto.
Patfisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC; 2006. Hal 929-933.
3. Noer MS, Soemarsono N. Sindrom Nefrotik. (online). 2010. (cited 2012
september 16). Available From : www.Pediatrik.com
4. Richard E.Berhman, Robert M. Kligman, Ann M. Arvin. Keadaankeadaan yang terutama disertai dengan proteinuria. In : Wahab A. Samik.
Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-15. Jakarta : EGC; 2000. Hal.1828-1829
5. Purnomo Basuki B. Anatomi Sistem Urogenitalia. Dasar-Dasar Urologi.
Edisi ke-2. Malang : CV. Sagung Seto; 2009. Hal 1-3.
6. Putz R, Pabst R. Organ Visera Pelvis dan Retroperitoneum. In : Sugiharto
Liliana. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edisi ke-22. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006. Hal 182.
7. Ivan. Glomerulonefritis akut. (Online). 2009. (cited 2012 september 16).
Available
From
http://ivanmedical.blogspot.com/2009_10_04_
archive.html.
8. Marlina. Mengenal anatomi dan Fisiologi. (Online). 2011. (cited 2012
september 16). Available From : http://marlina2.wordpress.com /
2011/08/01/mengenal-anatomi-dan-fisiologi/
9. Gunawan C. Sindrom Nefrotik Patogenesis dan penatalaksanaan. Cermin
Dunia kedokteran No. 150. (online). 2010. (cited 2012 september 16).
Available From : URL http://www.SindromaNefrotikPatogenesis.html
10. Eric P Cohen MD. Pathophysiology : Nephrotic syndrome. (online). 2012.
(cited 2012 september 16). Available From : http://emedicine.medscape.
com/article/244631-overview#a0104
11. Pustaka Indonesia. Sekilas tentang sindrom Nefrotik (SN). (online). 2012.
(cited 2012 september 16). Available From : http://www.othe.org/ilmupengetahuan/kedokteran/2036/sekilas-tentang-sindrom-nefrotik-sn/
20
From
http://www.healthoncare.com/nephrotic-syndrome-
definition-causes-symptoms-diagnosis-and-treatment.html.
14. Sharon. Nephrotic syndrome : Symptom, diagnose, and treatment. (online).
2011.
(cited
2012
september
16).
Available
From
URL
http://knol.google.com/k/sharon/nephrotic-syndrome/hY0t/vbl/AYxo8A
15. Rasad Syahriar. Pleura dan Mediastinum. In : Ekayuda I. Radiologi
Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2006. Hal. 116,453.
16. Sutton David. Textbook of Radiology and Imaging. 7th Edition. Churchill
livingstone : Elsevier science ; 2003. p. 90
17. Bates JA. Abdominal ultrasound how, why, and when. 2nd edition.
Philadelphia: Churchill Livingstone ; 2004. p. 90, 145, 178.
18. Meddean. Ascites. (online). 2011. (cited 2012 September 25). Available
From : URL : http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/
curriculum/Surgery/Ascites.htm
19. Ifan. Ascites. (online). 2010. (cited 2012 september 26). Available From :
URL : http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/21/ascites/
20. Herawati Sudiono, Iskandar Ign, Halim S.L, Santoso Regie, Sinsanta.
Penyakit/kelainan ginjal. In : Winarto Emilia F. Patologi klinik Urinalisis.
Edisi ke-2. Jakarta : Bagian patologi klinik fakultas kedokteran UKRIDA ;
2008. Hal. 74
21. Schmidt G. Thieme Clinical Companions Ultrasound. Stuttgart, Germany :
Georg Thieme veralg ; 2007. p. 269
22. Ghanie Ali. Gagal jantung kronik. In : Sudoyo Aru W. Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jakarta : Departemen ilmu penyakit dalam
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia ; 2006. Hal 1511
23. Philip Eng, Foong-koon cheah. Interpreting Chest X-Rays illustrated with
100 cases. New York : Cambridge University Press ; 2005. p. 17
24. Davey Patrick. Sindrom Nefrotik dan Nefritik . In : Safitri Amaliah. At a
Glance Medicine. Jakarta : Erlangga ; 2006. Hal.244-245
21
22