Anda di halaman 1dari 5

Analisis Masalah

1. Ny. A, 42 tahun, mengeluh demam tinggi dan menggigil serta 1 minggu lalu mengeluh
mata dan badan kuning, BAK seperti teh tua, BAB seperti dempul dan gatal-gatal.
a.Demam dan menggigil

Etiologi : Adanya infeksi

Mekanisme :
Obstruksi (+) infeksi pirogen endogen melepaskan sitokin ( IL-1, IL-6, dan
TNF Alfa). sitokin bermigrasi ke otak aktivasi jalur as. Arakidonat hasilkan
PGE-2 yang distimulasi COX-2. PGE-2 peningkatan set point di hipothalamus
peningkatan suhu tubuh demam
Mengiggil adalah usaha tubuh untuk menyamakan suhu lingkungan dan suhu tubuh
dan juga peningkatan tonus otot

a.

Bagaimana etiologi dan mekanisme


mual?

Etio : Peningkatan HCL lambung


Nyeri Kolik hilang timbul

Merangsang nervus vagal (N.X Vagus)

Menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis

Peningkatan HCL lambung

Mual
7. Bagaimana diagnosa banding dan working diagnosa pada kasus ini?
Sign & symptom

Ca caput
pankrea
s

Batu
Emped
u
+
infeksi

Hepatom
a lobus
kiri

Cholangi
o
carsinoma

Lemah

Mata kekuningan

Nyeri abomen atas kanan

Limfoma maligna

-/+

Peyebaran nyeri ke bahu

Massa di epigastric

Bloating

nafsu makan

Heartburn
Muntah

Urine gelap

Demam

Gatal-gatal

BB

Clay stool

Tachycardia
Conjunctiva
pucat

+
+
+(mlm hari)

+
palpebra

Leucoplaque
Papil atrophy
Abdomen distended

Nyeri tekan kuadran kanan


atas
Hepatomegali

Massa
intraabdominal,keras,nyeri
(-),non mobile

-/+

+++

+
Massa,kenyal,
nyeri(-)

Shifting dullness (+)

Jaundice (kuku, kulit)

Tanda garukan

8. Bagaimana epidemiologi kasus ini?


Epidemiologi

Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% sedangka angka kejadian di Indonesia
tidak berbeda jauh dengan negara lain di Asia Tenggara (syamsuhidayat). Peningkatan
insiden batu empedu dapat dilihat dalam kelompok resiko tinggi yang disebut 5 Fs : female
(wanita), fertile (subur)-khususnya selama kehamilan, fat (gemuk), fair, dan forty (empat
puluh tahun)7.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko. Namun, semakin banyak
faktor resiko, semakin besar pula kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis8,9.

9. Bagaimana penatalaksanaan untuk kasus ini?


Penatalaksanaan
Konservatif
a).
Lisis batu dengan obat-obatan
Sebagian besar pasien dengan batu empedu asimtomatik tidak akan
mengalami keluhan dan jumlah, besar, dan komposisi batu tidak berhubungan dengan
timbulnya keluhan selama pemantauan. Kalaupun nanti timbul keluhan umumnya
ringan sehingga penanganan dapat elektif. Terapi disolusi dengan asam ursodeoksilat
untuk melarutkan batu empedu kolesterol dibutuhkan waktu pemberian obat 6-12
bulan dan diperlukan monitoring hingga dicapai disolusi. Terapi efektif pada ukuran
batu kecil dari 1 cm dengan angka kekambuhan 50 % dalam 5 tahun1.
b).
Disolusi kontak
Metode ini didasarkan pada prinsip PTC dan instilasi langsung pelarut
kolesterol ke kandung empedu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah
angka kekambuhan yang tinggi2.
c).
Litotripsi (Extarcorvoral Shock Wave Lithotripsy =ESWL)
Litotripsi gelombang elektrosyok meskipun sangat populer beberapa tahun
yang lalu, analisis biaya-manfaat pada saat ini hanya terbatas untuk pasien yang
benar-benar telah dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini. Efektifitas ESWL
memerlukan terapi adjuvant asam ursodeoksilat10.
Penanganan operatif
a). Open kolesistektomi

Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu empedu
simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris
rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi
trauma CBD, perdarahan, dan infeksi. Data baru-baru ini menunjukkan mortalitas
pada pasien yang menjalani kolesistektomi terbuka pada tahun 1989, angka kematian
secara keseluruhan 0,17 %, pada pasien kurang dari 65 tahun angka kematian 0,03 %
sedangkan pada penderita diatas 65 tahun angka kematian mencapai 0,5 %4.
b).
Kolesistektomi laparoskopik
Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal, pemulihan
lebih cepat, hasil kosmetik lebih baik, menyingkatkan perawatan di rumah sakit dan
biaya yang lebih murah. Indikasi tersering adalah nyeri bilier yang berulang. Kontra
indikasi absolut serupa dengan tindakan terbuka yaitu tidak dapat mentoleransi
tindakan anestesi umum dan koagulopati yang tidak dapat dikoreksi. Komplikasi yang
terjadi berupa perdarahan, pankreatitis, bocor stump duktus sistikus dan trauma
duktus biliaris. Resiko trauma duktus biliaris sering dibicarakan, namun umumnya
berkisar antara 0,51%. Dengan menggunakan teknik laparoskopi kualitas pemulihan
lebih baik, tidak terdapat nyeri, kembali menjalankan aktifitas normal dalam 10 hari,
cepat bekerja kembali, dan semua otot abdomen utuh sehingga dapat digunakan untuk
aktifitas olahraga16.
c).
Kolesistektomi minilaparatomi.
Modifikasi dari tindakan kolesistektomi terbuka dengan insisi lebih kecil
dengan efek nyeri paska operasi lebih rendah.
Terapi
1.Ranitidin
Komposisi : Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50 mg/ml
injeksi.
Indikasi : ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap simetidina, ulkus

duodenum, hiperekresi asam lambung ( Dalam kasus kolelitiasis ranitidin dapat


mengatasi rasa mual dan muntah / anti emetik).
Perhatian : pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala karsinoma lambung,
dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
2.Buscopan (analgetik /anti nyeri)
Komposisi : Hiosina N-bultilbromida 10 mg/tablet, 20 mg/ml injeksi
Indikasi : Gangguan kejang gastrointestinum, empedu, saluran kemih wanita.
Kontraindikasi : Glaukoma hipertrofiprostat.
3. Buscopan Plus
Komposisi : Hiosina N-butilbromida 10 mg, parasetamol 500 mg,.
Indikasi : Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastik pada
saluran uriner, bilier, dan organ genital wanita.
4. NaCl
i. NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida yang dimana kandungan
osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di dalam plasma tubuh.
ii. NaCl 3 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida tetapi kandungan
osmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma tubuh.
Penatalaksanaan Diet
Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh jumlah lemak
yang dimakan karena sel sel hepatik mensintesis kolesterol dari metabolisme lemak,
sehingga klien dianjurkan/ dibatasi dengan makanan cair rendah lemak. Menghindari
kolesterol yang tinggi terutama yang berasal dari lemak hewani. Suplemen bubuk
tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim dan adapun makanan
tambahan seperti : buah yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuran yang
tidak membentuk gas, roti, kopi / teh.

Anda mungkin juga menyukai