Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN 5

REAKSI REDOKS DAN PENGARUH ARUS LISTRIK


TERHADAP KOROSI BESI
I.

Pendahuluan
1.1

Tujuan Percobaan
Mempelajari proses redoks serta penentuan logam sebagai
katoda dan anoda pada proses korosi besi.

1.2

Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dikenal dengan besi
berkarat yaitu terbentuknya senyawa Fe2O3xH2O. Dalam berbagai
industri dibutuhkan cukup besar dana untuk mengatasi kerugian
yang disebabkan oleh korosi.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya korosi pada besi. Hal inilah yang mendorong praktikan
melakukan percobaan 5 yang berhubungan dengan reaksi redoks
yang sangat terkait dengan terjadinya proses korosi pada besi.

II.

Dasar Teori
Reaksi redoks adalah suatu proses perpindahan elektron dari
oksidator ke reduktor. Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron,
sedangkan reduksi adalah reaksi penangkapan elektron. Partikel (unsur,
ion, senyawa) yang dapat mengoksidasi partikel lain disebut pengoksidasi,
tetapi ia sendiri tereduksi, sebaliknya partikel yang dapat mereduksi
partikel lain disebut pereduksi, tetapi ia sendiri teroksidasi. Reaksi secara
umum dapat ditulis sebagai berikut:

Ared + Boks

Aoks + Bred

Partikel akan bersifat pengoksidasi bila mempunyai kecendrungan


menarik elektron dari partikel lain, yaitu unsur elektronegatif. Partikel
bersifat pereduksi bila mempunyai elektron yang terikat lemah, sehingga
mudah lepas dan ditarik oleh partikel lain. Dari sifat periodik unsur
1

diketahui bahwa unsur yang demikian adalah unsur elektropositif atau


logam (Syukri, 1999).
Reaksi oksidsi-reduksi, atau redoks, melibatkan perubahan dalam
keadaan oksidsi pereaksi-pereaksi. Dalam kebanyakan contoh sederhana
terdapat kehilangan elektron yang sesungguhnya oleh suatu pereaksi dan
perolehan elektron padanannya oleh pereaksi yang lain. Bila aliran
elektron yang menyertai suatu reksi membentuk arus listrik, maka
perubahan kimia itu dirujuk sebagai elektrokimia (Keenan, 1992).
Rekasi-reaksi kkimia yang melibatkan oksidasi-reduksi lebih
sering dipergunakan dalam analisa titrimetrik dari rekasi asam-basa,
pembentukan komplek ataupun pengendapan. Ion-ion dari berbagai unsur
hadir dalam wujud oksidsi yang berbeda-beda mengakibatkan timbulnya
begitu banyak kemungkinan rekasi-reaksi redoks (Underwood, 1998).
Suatu reaksi redoksdapat terjadi apabila suatu pengoksidasi
bercampur dengan zat yang dapat tereduksi. Dari perubahan masingmasing dapat ditentukan pereaksi dan hasil reaksi beserta koefisien
masing-masing. Caranya ada dua yaitu cara setengah rekasi dan cara
bilangan oksidasi atau metode biloks (Syukri, 1999).
Perubahan penting yang terjadi dalam suatu reaksi reduksi-oksidasi
paling mudah terlihat dengan cara memisahkan reaksi keseluruhan
kedalamnya setengah reaksi. Dalam setengah reaksi oksidasi atom-atom
tertentu mengalami peningkatan bilangan oksidasi dan elektron tampak pd
sebelah kanan persamaan setengah reaksi. Dalam setengh rekasi-reduksi,
bilangan oksidasi dari atom-atom menurun dan elektron tampak pd
sebelah kiri dari persamaan reaksi. Dalam suatu persamaan redoks
keseluruhan, jumlah elektron yang sama harus tanpa dalam masing-masing
persamaan setengah rekasi, ketentuan ini merupakan dasar dari persamaan
kesetimbangan redoks (Petrucci, 1987).
Suatu kelompok penting proses redoks adalah korosi atau
perkaratan (Petrucci, 1987).

Korosi adalah reaksi antara logam dengan zat lain yang menyentuh
permukaannya sehingga membentuk oksida logam. Korosi termasuk reaksi
redoks dan prosesnya merupakan proses sel Galvani. Pemicu korosi adalah
tetesan air dipermukaan logam yang mengandung oksigen, air dengan
4 OH - ).

oksigen cenderung tereduksi ( O2 + H2O + 4e

Fe 2+ + 2e )

Sedangkan besi cenderung teroksidasi ( Fe

dengan potensial reduksi masing-masing + 0,401 V dan 0,44 V. Oksigen


dari udara akan larut dalam tetesan air, dan konsentrasinya dipinggir
tetesan lebih besar daripada bagian tengah, akibatnya potensial reduksi
dipinggir lebih besar sehingga terjadi reduksi oksigen, dan ditengah terjadi
oksida besi, dengan kata lain bagian pinggir menjadi katoda dan tengah
menjadi anoda, dengan reaksi :
4 OH-

Katoda : O2 + H2O + 4e
Anoda : Fe
O2 + 2Fe + H2O

Fe2+ + 2e

X2
Fe2+ + 4CH-

Pada akhirnya padatan Fe(OH)3 ini mudah terhidrasi (menyerap air)


menjadi karat Fe2O3.x H2O berupa padatan yang agak coklat, berongga dan
rapuh (Syukri, 1999).
Faktor-faktor penyebab korosi antara lain yaitu kontak dengan
elektrolit, tingkat keasaman, dan kasar atau halusnya logam. Sedangkan
cara-cara mencegah terjadinya korosi antara lain yaitu mengecat
permukaan logam, mengoleskan minyak/oli, melapisi dengan logam yang
lebih mulia dan membuat paduan logam agar besi tersebut tidak mudah
berkarat (Keenan, 1992).
Besi merupakan logam yang mudah berkarat, mudah tidaknya
logam berkarat berkaitan dengan keaktifan logam itu, makin aktif logam
(makin negatif harga potensial elektrodanya), makin mudah berkarat.
Logam logam mulia atau setengah mulia mempunyai potensial elektroda
yang bertanda positif, berarti sukar teroksidasi dan sukar berkarat
(Petrucci, 1992).

Salah satu cara mencegah korosi besi adalah proteksi katodik.


Misalnya batang seng atau magnesium ditanam didekat pipa besi
kemudian dihubungkan dengan pipa tersebut yang akan dilindungi dari
korosi. Dalam hal ini pipa besi bertindak sebagai katoda dan logam seng
yang mempunyai potensial elektroda lebih negatif akan mengalami
oksidasi. Dengan

demikian pipa besi dapat terlindungi dari korosi

(Achmad, 1990).
Beberapa cara lain untuk mengurangi laju korosi besi adalah
mengontrol atmosfir dengan mengurangi konsentrasi O2 dan H2 pd
permukaan besi, melapisi dengan cat atau minyak gemuk, melapisi dengan
seng atap (Galvaniser), Sherardizing dengan PO43- yaitu mengabsorbsi ion
PO43- untuk menutupi permukaan besi, elektrolizin, mengontrol keasaman
dan mengusahakan agar zat korosif dalam jumlah seminimal mungkin
(Achmad, !990).
III.

Metodologi Percobaan
3.1

Alat dan Bahan


3.1.1

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, amplas, bekker gelas,
dan volt meter.

3.1.2

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah Aluminium foil (Al), tembaga (Cu), besi (Fe), seng
(Zn), masing-masing 2 buah. Larutan HCl 4 M, larutan
tembaga (II) sulfat 0,1 M, larutan besi (II) sulfat 0,1 M,
larutan magnesium sulfat 0,1 M, larutan natrium klorida 0,1
M, larutan timbal (II) nitrat 0,1 M, dan larutan seng sulfat 0,1
M, larutan K3Fe(CN)6, karbon , paku, indikator fenolftalein,
dan akuades.

3.2

Prosedur Kerja

3.2.1

Percobaan A
1.

Menyediakan potongan logam yang digunakan


seperti aluminium foil (Al), tembaga (Cu), besi (Fe), dan
seng (Zn).

2.

Mengambil masing-masing dua potong logam dan


membersihkan dengan amplas.

3.

Menyediakan empat tabung reaksi dan mengisinya


dengan air. Memasukkan masing-masing sepotong logam
kedalam tiap tabung rekasi yang berisi air hingga logam
tercelup, kemudian mengamati apa yang terjadi .

4.

Menyiapkan

empat

tabung

rekasi

lain

dan

mengisinya dengan HCl 4 M sebanyak 2 ml. Kemudian


memasukkan masing-masing sepotong logam kedalam
tiap tabung yang berisi HCl 4 M. Mengamati apa yang
terjadi.
3.2.2

Percobaan B
1. Menyediakan larutan tembaga (II) sulfat 0,1 M, larutan
besi (II) sulfat 0,1 M, larutan magnesium sulfat 0,1 M,
larutan natrium klorida 0,1 M, larutan timbal (II) nitrat
0,1 M, dan larutan seng sulfat 0,1 M.
2. Mengambil 7 potong aluminium dan membersihkannya
dengan amplas.
3. Menyediakan 7 tabung reaksi dan mengisi masing-masing
tabung dengan satu jenis larutan garam 0,1 M pada
prosedur nomor 1 sebanyak 2 ml.
4. Memasukkan sepotong aluminium ke dalam masingmasing tabung reaksi. Mengamati apa yang terjadi dan
menuliskan persaman reaksinya.

3.2.3

Percobaan C
1. menyusun alat seperti gambar dibawah ini :
C

Fe

Fe

AIR

AIR

+ -

+ -

12 V

12 V

Tabung I

Fe

AIR

Tabung II

Tabung III

2. Mengisi beaker gelas dengan air kran sampai air penuh.


3. Memasukkan satu tetes fenolftalein pada sisi beaker gelas
yang

terdapat

karbon

dan

memasukkan

tetes

K3Fe(CN)6.
4. Mengamati apa yang terjadi pada saat dan setelah
perlakuan.
IV.

Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Hasil percobaan A
Tabel 5.1 Hasil Percobaan A
No
Langkah Percobaan
1 Tabung reaksi 1
2

Aluminium foil (Al) + Air


Tabung reaksi 2

Hasil Pengamatan
Tidak terjadi perubahan

Tembaga (Cu) + Air


Tabung reaksi 3

Tidak terjadi perubahan

Besi (Fe) + Air


Tabung Reaksi 4

Tidak terjadi perubahan

Tidak terjadi perubahan

Seng (Zn) + Air


Tabung reaksi 5
Aluminium foil (Al) + 2

Terbentuk

ml HCl 4 M

gelembung

banyak
yang

secara

cepat naik ke permukaan,


tabung agak panas, warna
berubah dari jernih menjadi
kekeruhan
6

Tabung reaksi 6
Tembaga (Cu) + 2 ml HCl

Tidak terjadi perubahan

4M
Tabung reaksi 7
Besi (Fe) + 2 ml HCl 4 M

Terbentuk gelembung yang


secara

lambat

naik

ke

permukaan
8

Tabung reaksi 8
Seng (Zn) + 2 ml HCl 4 M

Terbentuk

sedikit

gelembung

yang

secara

lambat,

terbentuk

asap,

dinding

tabung

terasa

panas, warna berubah dari


jernih
berbau

4.1.2 Percobaan B
Tabel 5.2 Hasil Percobaan B

menjadi

keruh,

No
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1 Al + 2 ml CuSO4 (Biru Terbentuk sedikit
2

muda)
Al +

3
4
5
6

( Kekuningan)
Al + 2 ml MgSO4
Al + 2 ml NaCl
Al + 2 ml Pb(NO3)2
Al + 2 ml ZnSO4

ml

gelembung
FeSO4 Terbentuk sedikit
gelembung
Tidak terbentuk gelembung
Tidak terbentuk gelembung
Tidak terbentuk gelembung
Terbentuk sedikit
gelembung

4.1.3 Percobaan B
Tabel 5.3 Hasil Percobaan C
Langkah Percobaan

Hasil Pengamatan
Sebelum
Setelah

Gelas piala I

dinyalakan
Warna larutan

dinyalakan
Dipermukaan

Karbon (+) + besi

kekuningan

karbon karbon

(-) + air + 1 tetes pp

terbentuk

+ 5 tetes K3Fe(CN)6

gelembung (naik
ke permukaan
setelah
didiamkan),
dipermukaan besi
terbentuk
gelembung yang
naik ke
permukaan, warna

Gelas piala 2

Warna larutan

larutan tetap.
Dipermukaan

Karbon (-) + besi

kekuningan

karbon terbentuk

(+) + air + 1 tetes

gelembung yang

pp

naik ke

K3Fe(CN)6

tetes

permukaan, pada

besi terjadi
korosi, warna
larutan menjadi
biru kehijauan.
Gelas piala 3

Warna larutan

Karbon + besi + air kekuningan


+ 1 tetes pp + 5
tetes K3Fe(CN)6
4.2

Pembahasan
4.2.1

Percobaan A
Pada percobaan ini bahan-bahan yang digunakan antara
lain yaitu logam aluminium foil (Al), tembaga (Cu), besi
(Fe), dan seng (Zn) masing-masing 2 potong. Potongan
logam ini harus dibersihkan terlebih dahulu dengan amplas,
untuk mengurangi atau menghilangkanadanya korosi besi pa
potongan logam tersebut.
Dari hasil percoban yang telah dilakukan, ketika logam
aluminium foil (Al), tembaga (Cu), Seng (Zn), dan besi (Fe),
kedalam air, tidak terjadi perubahan yang berarti (mungkin
dalam jangka waktu yang panjang, akan terjadi perubahan).
Hal ini disebabkan oleh air (H2O) yang merupakan zat
nonelektrolit yang tidak dapat berdisosiasi karena daya
disosiasinya sangat lemah ( derajat ionisasinya kecil).
Keberadaan air sebagai molekul netral mengakibatkan tidak
adanya gerakan partikel-partikel bermuatan (ion-ion) dalam
larutan yang memungkinkan terjadinya perpindahan elektron
sebagai syarat berlangsungnya reaksi redoks.
Pada logam Al yang dicelupkan dalam larutan HCl 4 M
sebanyak 2 ml menunjukkan adanya perubahan yang terjadi
pada reaksi tersebut yaitu logam Al mulai melarut dan lama
kelamaan akan habis bereaksi, disamping itu juga terbentuk

10

banyak gelembung secara cepat (naik kepermukaan), tabung


yang digunakan pada reaksi inipun juga terasa agak panas,
dan juga terlihat adanya perubahan warna yang berubah dari
warna jernih menjadi kehitaman. Begitu pula ketika logam Fe
dan Zn dimasukkan kedalam HCl 4 M. Logam-logam
tersebut ketika dimasukkan kedalam HCl 4 M, menghasilkan
gelembung-gelembung, bahkan pada Zn , terbentuk asap,
berbau, dinding tabung panas dan warna larutan yang semula
jernih, berubah keruh. Pada logam Al. Fe, dan Zn yang
direaksikan dengan larutan HCl 4 M akan terjadi transfer
elektron dengan atom-atom logam yang menghasilkan
redoks, hal ini disebabkan karena larutan yang berdisosiasi
sempurna menjadi ion-ionnya. Zn dan al yang teroksidasi
menjadi ion Zn2+ dan Al3+ akan meleleh dan menyebakan
dinding tabung menjadi panas. Warna larutan yang mengeruh
pada reaksi larutan logam tersebut disebabkan karena logamlogam tersebut akan teroksidasi melepaskan elektron semakin
larut, dan menangkap ion negatif Cl- dalam larutan reaksi
tersebut. Persamaan reaksinya :
2 Al + 6 HCl

2 AlCl3 + 3 H2

Fe + 2 HCl

FeCl2 + H2

Zn + 2HCl

ZnCl2 + H2

Jika ditinjau dari Deret Volta :


K Ba Ca Na Mg Al Mn (H 2O) Zn Cr Fe
Cd Co Ni Sn Pb (H) Cu Hg Ag Pt Au
Makin kekiri letak suatu logam dalam Deret Volta, sifat
reduktornya makin kuat. Suatu logam dalam Deret Volta
maampu merduksi ion-ion disebelah kanannya, tetapi tidak
dapat mereduksi ion-ion disebelah kirinya.
Logam Al, Fe, dan Zn terletak disebelah kiri H,
sehingga logam-logam ini dapat bereaksi dengan asam

11

(mereduksi ion H+) untuk menghasilkan gas H2. Pada logam


Cu yang dicelupkan pada larutan HCl 4 M, tidak mengalami
perubahan serta tidak terlihat adanya gelembung yang
terbentuk. Hal ini dikarenakan seperti pada Deret Volta,
logam Cu terletak disebelah kanan H, sehingga Cu tidak
bereaksi dengan asam ( tidak dapat mereduksi ion H+),
persamaan reaksinya adalah :
Cu + HCl
4.2.2

Percobaan B
Pada percobaan B, logam Al direaksikan dengan
berbagai jenis l;arutan garam yang konsentrasinya masingmasing 0,1 M.
Ketika logam Al dimasukkan kedalam 2 ml larutan
CuSO4 0,1 M, terjadi reaksi, yaitu ditandai dengan munculya
gelembung-gelembung, walaupun jumlahnya tidak begitu
banyak. Perubahan itu juga terjadi ketika logam Al
dimasukkan kedalam larutan FeSO4 0,1 M dan larutan ZnSO4
0,1 M. Hal ini sesuai dengan data teoritis deret Volta, logam
Al terletak disebelah kiri Zn, Fe, dan Cu, sehingga Al dapat
bereaksi dengan larutan CuSO4, FeSO4, dan ZnSO4 untuk
mereduksi ion Zn2+, Fe2+, dan Cu2+. Logam Al sendiri akan
teroksidasi dan selanjutnya larut dalam larutan. Sementara
reaksi Al dengan larutan Pb(NO3)2, terjadi penyimpangan
dengan data teoritis deret Volta. Seharusnya pada campuran
tersebut juga terbentuk gelembung seperti pada 3 larutan
sebelumnya, dimana Al mereduksi Pb2+ (karena Al terletak
disebelah kiri Pb). Namun pada percoban ini tidak terjadi
perubahan pada reaksi Al dan larutan Pb(NO3)2 0,1 M.
Dengan kata lain praktikan mengalami kegagalan. Hal ini
mungkin dikarenakan logam Al yang dibersihkan dengan
amplas belum benar-benar bersih.

12

Sedangkan pada larutan MgSO4 0,1 M dan larutan NaCl


0,1 M tidak terjadi perubahan. Ini dikarenakan letak Al dalam
deret Volta berada disebelah kanan Mg dan Na, sehingga Al
tidak dapat mereduksi ion Mg2+ dan Na+.
Reaksi-reaksi yang terjadi adalah :

4.2.3

2 Al + 3 CuSO4

Al2(SO4)3 + 3 Cu

2 Al + 3 FeSO4

Al2(SO4)3 + 3 Fe

2 Al + 3 ZnSO4

Al2(SO4)3 + 3 Zn

Al + 3 Pb(NO3)2

Al(NO3)3 + 3 Pb

Percobaan C
Percobaan C ini menggunakan gelas piala, Voltmeter,
fenolftalein, larutan K3Fe(CN)6, besi (paku), dan karbon.
Pada gelas piala I batang karbon dihubungkan dengan kutub
positif (katoda) dan batang besi (paku) dengan kutub negatif
(anoda) yang dihubungkan dengan voltmeter. Selanjutnya
pada bagian karbon ditetesi indikator fenolftalein dan pada
bagian besi (paku) diberikan 5 tetes K3Fe(CN)6. sebelum
voltmeter dinyalakan warna air/ larutan berubah dari jernih
menjadi kekuningan.warna ini merupakan sifat khas indikator
fenolftalein

didalam

larutan

basa.

Hasil

pengamatan

menunjukkan karbon lebih reaktif dibanding besi. Pada


karbon dan besi masing-masing terbentuk gelembung udara.
Namun perlu diketahui, karbon merupakan logam yang lebih
mudah terurai dibanding besi. Pada karbon juga terkandung
lebih banyak gas / udara dan dapat larut dalam air. Besi hanya
sedikit mengandung gas udara dan tidak larut dalam air.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi redoks dimana C dan
Fe sebagai oksidator dan H2O sebagai reduktor.
Pada gelas piala II karbon dihubungkan dengan kutub
negatif (anoda) dan besi (paku) dihubungkan dengan kutub
positif (katoda). Larutan juga diberi perlakuan yang sama

13

yaitu dengan menambahakan 1 tetes fenolftalein dan 5 tetes


K3Fe(CN)6. Sebelum voltmeter dinyalakan, warna larutan
kekuningan. Setelah voltmeter dinyalakan pada besi terdapat
warna biru kehijauan. Warna ini juga bisa disebut biru turn
bull. Ini menunjukkan adanya korosi pada besi. Adanya arus
listrik menyebabkan besi (paku) teroksidasi dan adanya
K3Fe(CN)6 permukaan paku akan bereaksi serta adanya air
(H2O) dan O2 didalamnya yang menunjang terjadinya proses
korosi pada paku. Elektron yang diberikan dalam oksidasi
akan lewat sepanjang paku yang digunakan untuk mereduksi
O2 yang terlarut, hasil reduksi, OH- ditangkap oleh
fenolftalein. Pada proses korosi, Fe bertindak sebagai anoda
dan mengalami oksidasi, reaksinya :
Fe

Fe2+ + 2e

Pada karbon terbentuk gelembung udara. Namun gelembung


ini tidak larut dalam air. Dan reaksi yang terjadi pada karbon
sebagai katoda adalah sebagai berikut :
O2 + H2O + 2e

2 OH-

Gelas piala III mendapat perlakuan sama seperti pada


gelas piala sebelumnya, akan tetapi tidak dihubungkan
dengan arus listrik. Ternyata tidak terjadi perubahan, hny
warna larutan yang menjadi kekuningan karena pengaruh
K3Fe(CN)6.
V.

Penutup
5.1

Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, praktikan dapat
mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Redoks adalah proses perpindahan dari elektron dari oksidator ke
reduktor.
2. Kororsi adalah reaksi redoks logam dengan lingkungan sehingga
membentuk oksida logam pada permukaannya.

14

3. Arus listrik berpengaruh terhadap korosi.


4. Apabila besi menjadi anoda, besi akan mengalami oksidasi
akibatnya terjadi korosi besi. Apabila besi menjadi katoda, besi
akan tereduksi dan terlindungi dari korosi.
5. Dalam deret Volta makin kekiri letak suatu logam sifat
reduktornya makin kuat.
5.2

Saran
Dalam melakukan praktikum diperlukan adanya ketelitian
seperti waktu memipet larutan ataupun sewaktu membersihkan
logam yang akan direaksikan dengan amplas.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia, 1990, Elektro Kimia, ITB, Bandung
Keenan, Charles, 1992, Kimia Untuk Universitas, Jilid 2, Erlangga, Jakarta
Petrucci, Ralph. H., 1987, Kimia Dasar, Jilid 2, Gelora Aksara Pratama, Bogor
Syukri, S., 1999, Kimia DasarIII, ITB, Bandung
Underwood, A.L. daan R.A. Day, 1998, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi keenam,
Erlangga, Jakarta

15

TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan reaksi redoks
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidator dan reduktor
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan anoda dan katoda
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan korosi
5. Tuliskan deret volta dan perkiraan reaksi mana yang dapat berlangsung pada
percobaan yang dilakukan. Berikan juga reaksinya.

16

6. Tuliskan ciri-ciri berlangsungnya reaksi kimia dalam redoks


JAWABAN
1. Rekasi redoks adalah suatu proses perpindahan elektron dari suatu oksidator
ke reduktor.
2. Oksidator adalah zat yang menyebabkan atom lain mengalami kenaikan
bilangan oksidasi, sedang dia sendiri mengalami penurunan bilangn oksidasi.
Reduktor adalah zat yang menyebabkan atom lain mengalami penurunan
bilangan oksidasi, sedangkan dia sendiri mengalami kenaikan bilangan
oksidasi.
3. Anoda adalah elektroda tempat terjadinya oksidasi
Katoda adalah elektroda tempat terjadinya reduksi.
4. Korosi adalah proses perkaratan besi yaitu terbentuknya senyawa Fe2O3.x H2O
dan merupakan proses elektrokimia yaitu reaksi antara logam dengan zat lain
yang menyentuh permukaan sehingga membentuk oksida logam.
5. Deret Volta :
K Ba Ca Na Mg Al Mn (H 2O) Zn Cr Fe Cd Co Ni
Sn Pb (H) Cu Hg Ag Pt Au
Reaksinya :
Zn + 2 HCl

ZnCl2 + H2

Al + CuSO4

AlSO4 + Cu

Al + FeSO4

AlSO4 + Fe

Al + PbNO3

AlNO3 + Pb

Al + ZnSO4

AlSO4 + Zn

Anda mungkin juga menyukai