Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis
dalam

reaksi-reaksi

biologis.

Enzim

dapat

juga

didefenisikan

sebagai

biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju


reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir
seluruhnya adalah protein. Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam,
meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985).
Saliva terdiri dari sekresi serosa, yaitu 98% air dan mengandung enzim
amilase serta berbagai jenis ion, juga sekresi mukus. (Sloane, 1995).
Enzim amilase berfungsi untuk merubah polisakarida menjadi disakarida.
Enzim ini dapat digunakan sebagai indikator normal atau tidaknya kerja dari
kelenjar air liur seseorang dalam menghasilkan sekretnya, enzim ini diinaktivasi
pada saluran cerna dengan pH yang rendah (Almeida, 2008).
Selain itu enzim amilase saliva mempunyai peranan penting sebagai
antibakteri dalam rongga mulut, sehingga gangguan aktivitas enzim amilase saliva
dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri dalam rongga mulut (Schenkels, 1995).
Menurut Murray (2009) faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
amilase, di antaranya adalah:
1. pH
Ketika aktivitas enzim diukur pada berbagi nilai pH, aktivitas optimal
secara khas terlihat di antara nilai-nilai pH 5 dan 9. pH dapat mempengaruhi
aktivitas enzim dengan mengubah struktur atau dengan mengubah muatan residu
fungsional pada pengikatan substrat atau katalisis. pH juga berpengaruh dalam

perubahan konformasi enzim. Oleh karena itu, pH yang tidak sesuai dengan enzim
tertentu, akan mempengaruhi aktivitas dari enzim tersebut.
2. Suhu
Kecepatan reaksi mula-mula akan meningkat seiring meningkatnya suhu
akibat peningkatan energi kinetik pada molekul-molekul yang bereaksi. Akan
tetapi, pada akhirnya, energi kinetik enzim akan melampaui rintangan energi
untuk memutuskan ikatan hidrogen dan hidrofobik yang lemah, yang
mempertahankan struktur sekunder-tersiernya. Pada suhu ini terutama terjadi
denaturasi, disertai hilangnya aktivitas katalitik secara cepat.
3. Konsentrasi substrat
Kecepatan reaksi akan bertambah seiring dengan meningkatnya konsentrasi
substrat hingga tercapai suatu keadaan yang enzimnya dikatakan jenuh oleh
substrat.
4. Konsentrasi enzim
Konsentrasi enzim selalu sebanding dengan kecepatan awal suatu reaksi
yang dikatalisisnya. Kecepatan awal suatu reaksi adalah kecepatan yang diukur
sebelum produk terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk memungkinkan
terjadinya reaksi balik.
5. Inhibitor
Inhibisi terjadi pada tapak pengikatan substrat (katalitik). Struktur kimia sebuah
inhibitor analog substrat umumnya menyerupai struktur kimia substrat. Oleh
karana itu substrat dan inhibitor akan saling bersaing memperebutkan tapak
pengikatan yang sama pada permukaan enzim.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui kandungan enzim yang terdapat dalam saliva
2. Mengetahui sistem kerja enzim dalam saliva

1.3 Obyek Praktikum


Obyek Praktikum berupa 1 ml saliva

1.4 Metode
Metode percobaan yang digunakan adalah dengan menggunakan larutan
Benedict.

BAB II
PROSEDUR PEMERIKSAAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat :
- tabung reaksi
- waterbath
- gelas reaksi
- termometer
Bahan :
- 1 mL saliva
- 9 mL air yang telah disaring
- Amilum 2%
- NaCL 0,5%
- Larutan Benedict

2.2 Cara kerja


a. Siapkan larutan enzim amilase yang merupakan campuran dari 1 ml
air liur, 9 ml air yang telah disaring, dan 60 ml NaCl 0,5 %.
b. Teteskan 2 ml larutan enzim pada setiap tabung
c. Teteskan 2 ml larutan amilum 2 % pada setiap tabung dan campurkan
d. Letakkan tabung tersebut pada waterbath bersuhu 37 derajat celcius
selama 10 menit
e. Ambil tabung tersebut dari waterbath dan teteskan 2 ml regensia
Benedict ke tiap tabung dan letakkan dalam air yang mendidih
selama 5 menit
f. Perhatikan warna yang terbentuk :
Biru
: maltosa (-), amilase tidak bekerja
Hijau
: maltosa (+), amilase bekerja
Kuning
: maltosa (++), amilase bekerja
Orange
: maltosa (+++), amilase bekerja
Merah
: maltosa (++++), amilase bekerja

DAFTAR PUSTAKA
de Almeida, P.D.V., Grgio, A.M.T., Machado, M..N., de Lima, A.A.S.,
Azevedo, L.R., 2008. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive
Review. J Contemp Dent Pract:072-080.
Murray, R.K., 2009. Biokimia Harper. 25th ed. Jakarta: EGC.
Pane, Indah P.S. 2011. Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air
Liur pada Perokok Filter dan Nonfilter di Kalangan Penarik Becak Bermotor di
Kota Medan Tahun 2011. Medan : USU press.
Schenkels, L.C., Veerman, E.C., Nieuw Amerongen, A.V. 1995.
Biochemical composition of human saliva in relation to other mucosal fluids. Crit
Rev Oral Biol Med, 6(2), 161-75.
Sloane, Ethel. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Suhtanry, Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Badan Kerja Sama Perguruan
Negeri Indonesia Bagian Timur, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai