adalah sebelumnya di payudara telah terbentuk kolustrum yang sangat baik untuk
bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibodi pembunuh kuman.
2. Pembagian periode postpartum
Menurut referensi dari Prawirohardjo (2009:238), pembagian nifas di bagi 3 bagian,
yaitu :
1) Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama
Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau tahunan.
3. Adaptasi fisiologis dan psikologis
3.1 Adaptasi fisiologis
a. Uterus
Involusi uterus melibatkan peng-reorganisasian dan pengguguran desidua atau
endometrium serta pengelupasan situs plasenta sebagaimana diperlihatkan
(Varney, 2004:252).
Segera setelah kelahiran bayi, plasenta dan membran, beratnya adalah kirakira 1100 gram dengan panjang kira-kira 15 cm, lebar 12 cm, serta 8 sampai 10
cm tebalnya. Ukuran itu adalah kira-kira dua atau tiga kali ukuran uterus non
hamil, multipara.
Uterus berkurang beratnya sampai menjadi kira-kira 500 gram pada akhir
minggu pertama post partum, 300 gram sampai 350 gram pada akhir minggu
kedua, 100 gram pada akhir minggu keenam, dan mencapai berat biasa non hamil
70 gram pada akhir minggu kedelapan post partum. Segera setelah kelahiran,
bagian puncak dari fundus akan berada kira-kira dua pertiga sampai tiga perempat
tingginya diantara simpisis pubis dan umbilikus.
Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilikus dalam tempo beberapa
jam. Ia akan tetap berada pada kira-kira setinggi (atau satu jari lebarnya di bawah)
umbilikus selama satu, dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke
pinggul, kemudian menjadi tidak dapat dipalpasi lagi bila di atas simhisis pubis
setelah hari ke sepuluh (Varney, 2004:252).
b. Involusi tempat plasenta
Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6 minggu. Proses ini
mempunyai kepentingan klinik yang amat besar, karena jika proses ini terganggu,
mungkin terjadi pendarahan nifas yang lama. Segera setelah kelahiran, tempat
plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat
ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya 3 sampai 4 cm.
Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat plasenta normalnya terdiri dari
banyak pembuluh darah yang mengalami trombosis yang selanjutnya mengalami
organisasi trombus secara khusus.
Pelvis ginjal dan ureter yang berdilatasi selama kehamilan, kembali normal
pada akhir minggu setelah melahirkan.
Segera setelah melahirkan kandung kemih tampak bengkak, sedikit
terbendung, dapat hipotonik, dimana hal ini dapat mengakibatkan overdistensi,
pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa urin yang berlebihan kecuali
bila diambil langkah-langkah yang mempengaruhi ibu untuk melakukan buang air
kecil secara teratur meskipun pada saat wanita itu tidak mempunyai keinginan
untuk buang air kecil. Efek dari trauma selama persalinan pada kandung kemih
dan ureter akan menghilang dalam 24 jam pertama setelah melahirkan (Varney,
2004:255).
i. Kehilangan Berat Badan
Seorang wanita akan kehilangan berat badannya sekitar 5 kg pada saat
melahirkan. Kehilangan ini berhubungan dengan berat bayi, plasenta dan cairan
ketuban. Pada minggu pertama post partum seorang wanita akan kehilangan berat
badannya sebesar 2 kg akibat kehilangan cairan (Varney, 2004:255).
j. Dinding Abdomen
Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi mereka bisa
berubah menjadi garis-garis yang halus berwarna putih perak (Varney, 2004:255).
Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan beberapa
hari sesudahnya, peritonium yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk
menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan rotundum
jauh lebih kendor daripada kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan waktu
cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah
dialaminya selama kehamilan tersebut.
k. Perubahan Hematologis
Leukositosis yang meningkatkan jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak
15.000 semasa persalinan, akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama dari
masa post partum. Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi lebih
tinggi sampai 25.000 atau 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan
erytrocyte akan sangat bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai akibat dari
volume darah, volume plasma dan tingkat volume sel darah yang berubah-ubah
(Varney, 2004:256).
l. Sistem Endokrin
1) Hormon Plasenta
Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon
yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon Human Placcental
Lactogen (HPL), estrogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase
membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun
secara yang bermakna pada masa puerperium.
2) Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Waktu dimulainya ovarium dan menstruasi pada wanita menyusui
berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya
cepat setelah bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkan selama masa
hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan
(Varney, 2004:156).
3.2 Adaptasi psikologis
Menerima peran sebagai orang tua adalah suatu proses terjadi dalam 3 tahap yang
meliputi:
1) Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung hari 1-2
setelah melahirkan, pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri.
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
perawatan bayi, ibu menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung.
3) Fase Letting Go
Fase untuk menerima tanggung jawab akan peran yang berlangsung 10
hari, setelah melahirkan, sudah beradaptasi dengan bayinya.
(Fitramaya, 2008:124)
4. Manajemen laktasi
Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi
menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari alveoli, melalui
saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu (sacs) yang berlokasi di
belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan susu alamiah terbaik bagi bayi karena
mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama
kehidupan bayi. Namun ada kalanya seorang ibu mengalami masalah dalam
pemberian ASI. Kendala yang utama adalah produksi ASI tidak lancar.
Proses laktasi dimulai setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung
hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan
ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tak ada lagi sehingga ASI
keluar. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ke-3 kehamilan, dimana tubuh
wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem
payudara. Proses bekerjanya hormon dalam menghasilkan ASI adalah sebagai berikut:
1) Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu akan mengirimkan
pesan ke hipotalamus.
2) Ketika menerima pesan itu, hipotalamus melepas rem penahan prolaktin.
3) Untuk mulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari
merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara ibu.
Hormon-hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI adalah sebagai
berikut.
1) Progesteron: memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Kadar
progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini
menstimulasi produksi ASI secara besar-besaran.
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). Gejala
yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.Gejala yang kadangkadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat
putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan
lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang
kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak
berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri
sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik
dan pucat
2. TROMBOPLEBITIS
2.1 Pengertian
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang
mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis
didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering
ditemukan pada masa nifas (Wiknjosastro, 2002).
2.2 Etiologi
a. Perubahan susunan darah
b. Perubahan laju peredaran darah
c. Perlukaan lapisan intema pembuluh darah
Pada masa hamil dan khususnya persalinan saat terlepasnya plasenta kadar
fibrinogen yang memegang peranan penting dalam pembekuan darah meningkat
sehingga memudahkan timbulnya pembekuan (Wiknjosastro, 2002).
2.3 Faktor Predisposisi
a. riwayat bedah kebidanan
b. usia lanjut
c. multi paritas
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 10
d. varices
e. infeksi nifas
Trombosis bisa terdapat pada vena-vena kaki juga pada vena-vena panggul.
Trombosis pada vena-vena yang dekat pada permukaan biasanya disertai
peradangan, sehingga merupakan tromboflebitis. Adanya septikhema, dapat
dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah (Cunningham Gary,
2005).
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan
ligamentum latum yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastika.
Vena yang paling sering terkena adalah vena ovarika dextra perluasan
infeksi dari vena ovarika sinistra ke vena renalis, sedangkan perluasan
infeksi dari vena ovarika dextra adalah ke vena cava inferior.(Cunningham
Gary;2005)
Gejala
a) Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas
b) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai
berikut :
c) Menggigil berulang kali, menggigil terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari.
Pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
d) Suhu badan naik turun secara tajam (36C-40C)
e) Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan
f) Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama ke
paru-paru
g) Gambaran darah
Terdapat leukositosis
Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat
sebelum mulai menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena
bakterinya adalah anaerob.
Pada pemeriksaan dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena
yang paling banyak terkena adalah vena ovarika
Komplikasi
a) Komplikasi pada paru-paru infark, abses, pneumonia
b) Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang diikuti
dengan proteinuria dan hematuria
c) Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan subkutan
(Cunningham Gary: 2005).
Penanganan
a) Rawat inap, penderita tirah baring untuk pemantauan gejala
penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli pulmonal.
b) Terapi medik, pemberian antibiotika atau pemberian heparin jika
terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonal
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 11
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 12
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang
ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
3.3 Cara Terjadinya Infeksi Pascapartum
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau
alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan
lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar
bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran
pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
3) Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang
suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan
atau pada waktu nifas.
4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
3.4 Faktor Predisposisi
Beberapa faktor dalam kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan
infeksi pascapersalinan antara lain :
1) Anemia
Kekurangan sel-sel darah merah akan meningkatkan kemungkinan infeksi.
Hal ini juga terjadi pada ibu yang kurang nutrisi sehingga respon sel darah
putih kurang untuk menghambat masuknya bakteri.
2) Ketuban pecah dini
Keluarnya cairan ketuban sebelum waktunya persalinan menjadi jembatan
masuknya kuman keorgan genital.
3) Trauma
Pembedahan, perlukaan atau robekan menjadi tempat masuknya kuman
pathogen, seperti operasi.
4) Kontaminasi bakteri
Bakteri yang sudah ada dalam vagina atau servik dapat terbawa ke rongga
rahim. Selain itu, pemasangan alat selama proses pemeriksaan vagina atau
saat dilakukan tindakan persalinan dapat menjadi salah satu jalan masuk
bakteri. Tentunya, jika peralatan tersebut tidak terjamin sterilisasinya.
5) Kehilangan darah
Trauma yang menimbulkan perdarahan dan tindakan manipulasi yang
berkaitan dengan pengendalian pendarahan bersama-sama perbaikan
jaringan luka, merupakan factor yang dapat menjadi jalannya masuk
kuman.
3.5 Manifestasi Klinis
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 13
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 14
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 15
3.6.3
3.6.4
3.6.5
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 16
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 17
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 18
Sakit kepala
Penglihatan bermasalah
Bulu di wajah bertambah
Penyebab:
Sebagian besar amenorrhea disebabkan kehamilan, faktor menyusui, atau
menopause. Namun, bisa juga disebabkan oleh penggunaan alat kontrasepsi,
penggunaan obat-obatan tertentu, gaya hidup, ketidakseimbangan hormon,
maupun masalah struktur organ reproduksi.
Penggunaan obat-obatan misalnya obat penurun tekanan darah, obat anti
depresi, atau kemoterapi kanker. Sedangkan yang termasuk gaya hidup adalah
faktor stres, berkurangnya berat badan atau berat badan di bawah rata-rata, serta
berolahraga berlebihan.
Ketidakseimbangan hormon bisa disebabkan oleh polycystic ovary syndrome
(POC), kelainan kelenjar tiroid, tumor pada kelenjar pituitari, atau menopause
awal. Masalah struktur organ misalnya rahim pernah terluka, kelainan struktur
vagina, atau tidak sempurnanya organ reproduksi
Faktor Risiko:
Faktor risiko amenorrhea yaitu riwayat amenorrhea di keluarga, berolahraga
berlebihan, serta mengalami anorexia, bulimia, dan sejenisnya.
Komplikasi:
Amenorrhea dapat memicu komplikasi, seperti ketidaksuburan ataupun
osteoporosis. Jika masa ovulasi tidak kunjung datang, penderitanya tidak akan
bisa hamil. Sementara, osteoporosis berkaitan dengan rendahnya hormon estrogen
penderita.
Penanganan:
Penanganan amenorrhea bergantung pada penyebabnya. Pengobatannya bisa
berupa pemberian pil KB, penggunaan obat-obat tertentu, ataupun operasi.
Operasi hanya dilakukan jika penyebabnya adalah tumor atau kelainan pada
struktur organ reproduksi.
1.2 OLIGOMENORRHE
Definisi:
Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari
Etiologi:
Perpanjangan stadium folikuler (lamanya 8-9 hari dimulai dari haid ke 5
menstruasi)
Perpanjang stadium luteal (lamanya 15-18 hari setelah ovulasi)
Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus
haid
Penyebab dari oligomenore bermacam-macam, diantaranya yaitu stres, PCOS
(Polycystic Ovary Syndrome), penyakit kronik, tumor yang memproduksi
estrogen, nutrisi kurang, gangguan pola makan (anoreksia nervosa, bulimia), dan
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 19
wanita atlet yang berdiet sangat ketat dengan aktivitas fisik berlebih. Selain itu,
oligomenorea dapat disebabkan karena ketidakseimbangan hormon.
Manifestasi klinis:
Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali
Perdarahan haid biasanya berkurang
Penanganan:
Pengobatan oligomenore tergantung dengan penyebab, berikut uraiannya:
a) Pada oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang
mendekati menopouse tidak memerlukan terapi.
b) Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat
memperbaiki keadaan oligomenore.
c) Oligomenore sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidak
seimbangan hormonal.
d) Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan:
Adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormon estrogen, maka
tumor ini perlu di tindak lanjuti seperti dengan operasi, kemoterapi, dll
e) Pengobatan alternatif lainnya dapat menggunakan akupuntur atau ramuan
herbal.
2. GANGGUAN KONSEPSI
2.1 INFERTILITAS
Definisi:
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki
keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama
secara teratur 2-3 x perminggu, tanpa mamakai metoda pencegahan selama 1
tahun.
Ada 2 jenis infertilitas :
Infertilitas primer: bila pasangan tersebut belum pernah mengalami
kehamilan sama sekali.
Infertilitas sekunder: bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan
namun setelah itu tidak pernah hamil lagi.
Etiologi:
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
a. Pada wanita
Gangguan organ reproduksi
1) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma ke vagina
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas
operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan
fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 20
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 21
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 22
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 23
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 24
Diyakini sejak awal, jaringan endometrium ini memang sudah ada saat
janin mulai tumbuh.
3. Peradangan rahim akibat proses persalinan.
Teori ini menyatakan ada hubungan antara adenomiosis dan proses
persalinan. Proses deklamasi endometrium pada periode paska persalinan
bisa menyebabkan pecahnya/putusya ikatan sel pada endometrium.
Dari teori diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa faktor risiko terkena
adenomiosis adalah persalinan baik cesar maupun normal.
Walaupun tidak berbahaya, nyeri dan perdarahan berlebihan yang
ditimbulkannya bisa menggangu aktifitas sehari-hari. Bahkan jika nyeri berulang
dapat menyebabkan gangguan psikologi pada penderita seperti depresi, sensi,
gelisah, marah dan rasa tidak berdaya. Perdarahan yang banyak dalam waktu
yang lama akan menyebabkan anemia.
Diagnosis adenomiosis didasarkan pada gejala dan tanda yang timbul,
pemeriksaan panggul, dan pemeriksaan penunjang seperti MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
Kadang juga dilakukan biopsi (pengambilan sampel) endometrium guna
menyingkirkan hal-hal serius sebagai penyebab perdarahan seperti adanya
keganasan (terutama jika usia sudah 40 tahun keatas). Memastikan diagnosis
hanya bisa dilakukan dengan pemeriksaan di bawah mikroskop pada jaringan
rahim yang sudah diangkat melalui operasi histerektomi.
Ada beberapa kondisi atau penyakit yang gejalanya mirip adenomiosis seperti
mioma rahim, endometriosis dan polip endometrium.
Adenomiosis biasanya sembuh sendiri saat menopause, sehingga pilihan
pengobatan tergantung masih lama tidaknya menopasue.
Pilihan pengobatan:
1. Obat-obat anti-peradangan (anti-inflamasi).
Jika usia mendekati menopause, maka bisa saja pengobatannya berupa
obat-obat anti-inflamasi yang disamping menghilangkan nyeri juga
memiliki efek anti-perdarahan seperti sama mefenamat, ibuprofen, dan
lain-lain. Obat dimakan 2-3 hari menjelang haid muncul dan dilanjutkan
sampai haid selesai.
2. Pengobatan Hormon.
Bisa dengan memakai pil kombinasi estrogen-progestin daat mengurangi
perdarahan dan nyeri yang timbul. Dengan progestin saja seperti suntik 3
bulan atau IUS yang mengandung progestin akan sering akan
menyebabkan tidak datang haid (amenorhea, sehingga otomatis tidak
akan ada nyeri dan darah.
3. Pengangkatan rahim (Histerektomi).Jika nyerinya luar biasa hebat dan
perdarahannya banyak, serta usia menopause masih lama, maka bisa
dipilih histerektomi.
Referensi:
1) Anonim. 2010. Amenorrhae, (http://masalahkesehatanwanita.blogspot.com/2010/02/
amenorrhea.html), diakses pada 4 Oktober 2013.
A p r i l i a P u s p i t a N i n g r u m ( 2 A - 1 2 0 1 1 0 0 0 3 1 ) | 25