Dulu kita bertanya, mengapa Husain lebih diratapi daripada Al Hasan, atau bahkan Ali?
Mereka sama-sama terbunuh terzhalimi. Terlepas bahwa pembunuhan Husain memang
tampak lebih dahsyat kezhalimannya, tapi ternyata Muharram punya makna tersendiri.
Sepuluh Muharram bukan hanya tanggal terbunuhnya Husain. Pada tanggal yang kurang
lebih sama di tahun 14 H, demikian menurut Saif ibn Umar At Tamimi sebagaimana dikutip
Ibn Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, pasukan Sad ibn Abi Waqqash yang diutus
Umar ibn Al Khaththab untuk Futuhat Persia menghancurkan pasukan agung Imperium
Sassaniyah di bawah pimpinan Rustum Farrakhzad di Qadisiyah. Muharram bukan cuma
duka untuk Husain, ia juga ratapan untuk sebuah kekalahan yang takkan dilupakan.
Kini mudah menjawab, mengapa meski Syiah membenci Abu Bakr, Umar, dan Utsman
sebagai perampas hak Ali, kebencian itu dibidikkan lebih ganas kepada Umar. Haditshadits yang dikarang untuk menista Umar sampai pada tingkat keterlaluan hingga risi
menyebutnya. Mengapa bukan Abu Bakr si perampas pertama? Barangkali, karena
Umarlah yang meleburkan kebanggaan psikologis bangsa Iran itu, sesuatu yang diterakan
dalam jiwa sebagai kenangan pahit; Imperium Sassaniyah Persia.
Dan Umar pun, Allah ridha padanya, syahid di mihrab, di tangan seorang budak Persia
bernama Firouz.