Anda di halaman 1dari 4

Eksplorasi Panas Bumi

pada 37 november 1978. Pemboren dilakukan lagi sampai desember 1982. 18


buah sumur dibor dengan kedalaman 935-1800 m dan menghasilkan 535 ton uap
per jam
Setelah menilai potensi sumur dan kualitas uap, maka disimpulkan bahwa uap air di
Kamojang dapat digunakan sebagi pembangkit listrik. Kemudian dibangun PLTP
Kamojang sebesar 30 MW dan mulai beroperasi tanggal 7 februari 1983. Lapangan
terus dikembangkan. Unit II dan mmasing-masing sebesar 55 MW milai
dioperasikan berturut-tirut tanggal 29 juli 1987 dan 13 september 1987, sehingga
daya PLTP kaojang menjadi 140.25 MW. Untuk memenuhi kebutuhan
listrik,dimanfaatkan 26 dari 47 sumur. Sejak pertengahan tahun 1988, engoperasian
Mono Blok 0.25 MW dihentikan. Hingga saat ini jumlah daya terpasang PLTP masih
sebesar 140 MW.
1.

Lapangan Panas Bumi Darajat


Lapangan darajat terletak di jawa barat, sekitar 10 km dari lapangan kamojang
pengembangan lapangan darajat dimulai pada tahun 1984 dengan
ditandatanganinya kontrak operasi bersama antar pemerintah Indonesia dengan
Amoseas Ltd. Sejarahnya sebagai berikut :
1972 1975 : kegiatan eksplorsi rinci
1976 1978 : tiga sumur eksplorasi dibor, menghasilkan uap kering, temperatur
reservoir 235-247 0 C
1984 : KOB
1987 1988 : pemboran sumur produksi
Sept. 1994 : PLTP darajat (55 MW) dioperasikan

1.

Lapangan Panas Bumi Dieng


Eksplorasi Dimulai tahun 1972, dilanjutkan pemboran eksplorasi pada tahun 1977.
Sejarahnya yaitu :
1972 : Kegiatan eksplorasi dimulai
1977 : Sumur eksplorasi pertama di bor
1981 : Tiga sumur dibor menghasilkan fluida tiga fasa, uap-air. Temperaturrservoar
180-320 0 C
14 mei 1984 : Pembangkit listrik mono blok 2 MW dioperasikan
s/d 1995 : Telah dibor 29 sumur
status : KOB dengan Himpurna California energy
Lapangan di dieng ini menghasilkan fluida dua fasa (uap-air). Sampai akhir 1995
telah dibor sebanyak 29 sumur, akan tetapi belum diperoleh gambaran yang baik
mengenai sistem panas bumi yang terdapat di daerah ini. Selain itu, sumur-sumur
ini berproduksi mengandung H2S dan CO2 yang cukup tinggi, sehingga lapangan
di daerah ini belum dikembangkan.

1.

Lapangan Panas Bumi Lahendong


Merupakan lapangan panas bumi yang dikembangkan diluar jawa, 9 sumur yang
terdiri dari 7 sumur eksplorasi dan 2 sumur eksploitasi telah dibor. Sumur ini
menghasilkan fluida dua fasa (uap-air) bertemperatur tinggi dengan potensi sumur
rata-rata 6 MWe. Reservoir mempunyai temperature 280-325oC. Di lapangan ini
telah dibangun sebuah pembangkit listrik panas bumi binary geothermal powerplan
berkapasitas 2,5 MW. Pada pembangkit ini sudu-sudu turbin pembangkit binary
digerakkan oleh uap fluida organik yang dipanasi oleh fluida panas bumi melalui
mesin penukar kalor (heat exchanger). Saat ini sedang dibuat rencana

pengembangan lapangan lahendong untuk pembangunan pusat listrik panas bumi


berkapasitas 20 MW.
1.

RESIKO EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN LAPANGAN PANAS BUMI

1.

Resiko yang berkaitan dengan sumber daya, yaitu resiko yang berkaitan
dengan :

Kemungkinan tidak ditemukannya sumber energi panas bumi di daerah yang


sedang dieksplorasi (resiko eksplorasi).

Kemungkinan besarnya cadangan dan potensi litrik didaerah itu lebih kecil dari
yang diperkirakan atau tidak bernilai komersial (resiko eksplorasi).

kemungkinan jumlah sumur explorasi yg berhasil lebih sedikit dari yg diharapkan

kemungkinan potensi sumur (well output), baik sumur explorasi lebih kecil dari yg
diperkirakan semula (resiko eksplorasi)

kemungkinan jumlah sumur pengembangan yg berhasil lebih sedikit dari yg


diharapkan (resiko pengembangan)

kemungkinan biaya eksplorasi, pengembangan lapangan dan pengembangan


PLTP lebih mahal dari yg diperkirakan semula

kemungkinan terjadinya problem-problem teknis, seperti korosi dan scaling


(resiko teknologi) dan problem2 lingkungan

1.

Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan penurunan laju produksi /


penurunan temperatur lebih cepat dari yang diperkirakan semula (resource
degradation)

2.

Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan pasar dan harga


(market access dan price risk)

3.

Resiko pembangunan (construction risk)

4.

Resiko yang berkaitan dengan perubahan management

5.

Resiko yang menyangkut perubahan aspek legal dan kemungkinan perubahan


kebijaksanaan pemerintahan (legal dan regulatory risk)

6.

Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan bunga bank dan laju
inflasi (interest dan inflation risk)

7.

Force majeure

Anda mungkin juga menyukai