(Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Epizotiologi dan Analisis resiko)
Oleh:
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI MEDIK
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
VETERINER
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam beserta isinya yang senantiasa
melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya kepada kami hingga dapat menyelesaikan
laporan ini dengan cepat dan tanpa kendala. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada Nabi penutup akhir zaman, Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam, para sahabat, keluarga, dan semoga sampai kepada kita selaku
umatnya.
Laporan ini kami buat sebagai gambaran atas hasil tugas Analisis manfaat yang
kami laksanakan untuk memenuhi tugas Epizotiologi dan analisis resiko. Laporan ini
berisikan naskah dan hasil diskusi mendalam mengenai Analisis Manfaat
Penggunaan Ekstrak Daun Sisik Naga Dibandingkan Penggunaan Obat Jerawat Yang
Ada Sebagai Pengendali Bakteri P. acne.
Semoga laporan ini bisa menjadi salah satu penyemangat untuk teman-teman di
MKMIPB bahwa membangun kesadaran pribadi melalui diskusi ilmiah itu sangatlah
penting, dan juga bisa memberikan sumbangsih nyata kita kepada masyarakat sekitar
dengan beragam program dan penyelesaian masalah yang kita tawarkan sebagai hasil
diskusi ilmiah tersebut.
Demi tersempurnanya laporan ini kami nantikan kritik dan saran dari pembaca
yang membangun guna penulisan laporan berikutnya.
Penulis
Wenti Dwi F.
NRP. B253140091
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
vi
vii
1.4 Tujuan.........................................................................................
10
10
1.6 Hipotesis.....................................................................................
11
12
12
16
17
20
22
22
22
23
23
25
26
26
4.2 Pembahasan................................................................................
27
40
5.1 Kesimpulan.................................................................................
40
5.2 Saran...........................................................................................
40
41
DAFTAR TABEL
4.1 Tabel 1. Analisis manfaat antibiotik.........................................................
4.2 Tabel 2. Tahapan produksi bahan baku ...................................................
4.3 Tabel 3. Proses penyiapan bahan baku-distribusi ....................................
4.4 Tabel 4. Analisis keekonomisan antibiotik dengan obat jerawat .............
4.5 Tabel 5. Input............................................................................................
29
31
33
34
34
DAFTAR GAMBAR
2.1 Morfologi Daun Sisik naga......................................................................
2.2 Morfologi Bakteri Propionibacterium acne.............................................
2.3 Struktur kimia kloramphenikol................................................................
3.1 Skema alur penelitian ..............................................................................
4.1 Sel Propionibacterium acne.....................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
13
16
20
25
26
Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi cukup popular saat ini
sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk
pengobatan dengan tumbuhan obat. Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia
mengenal dan menggunakan tanaman obat berkhasiat sebagai salah satu upaya untuk
menanggulangi berbagai masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan
formal dan obat-obatan modern menyentuh lapisan masyarakat. Penggunaan tanaman
obat untuk penyembuhan suatu penyakit didasarkan pada pengalaman yang secara
turun-temurun diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya yang
lebih dikenal sebagai tanaman obat tradisional. Saat ini pemilihan bahan-bahan alami
untuk pengobatan didasarkan pada bukti penelitian, sehingga penggunaan bahanbahan alami diharapkan dapat lebih tepat sasaran dalam dunia pengobatan. Tanaman
berkhasiat obat mempunyai nilai lebih ekonomis dan efek samping lebih kecil
dibandingkan dengan obat-obat sintetis, karena itu penggunaan tumbuhan obat
dengan memanfaatkan tumbuhan tentunya lebih aman dan efektif (Wasitaatmadja
dalam Tjokronegoro, 1997).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa hingga 80% penduduk
di negara berkembang dan 65% penduduk di negara maju telah menggunakan obat
herbal (Dalimartha, 2005;12). Eksplorasi dan pengembangan budidaya tanaman obat
terus dikembangkan, karena diharapkan dapat mengurangi impor bahan baku obat
kimia.Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat yaitu sisik naga
(Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.). Sisik naga merupakan tanaman epifit yang
tumbuh liar di batang dan dahan pohon, sehingga dapat dengan mudah ditemukan di
lingkungan sekitar.
Secara tradisional, masyarakat menggunakan tanaman ini untuk mengobati
radang gusi, sariawan, dan pendarahan. Berdasarkanliteraturdanhasil-hasilpenelitian
sebelumnya diketahuibahwa kandungan kimia yang terdapat dalam sisik naga yaitu
saponin, polifenol, minyak atsiri, triterpen/sterol, fenol, flavonoid, tanin, dan gula
(Wattimena, J.R., et al. 1991). Daun sisik naga mengandung senyawa flavonoida,
saponin, dan tanin yang diketahui sebagai senyawa aktif antibakteri (Wattimena, J.R.,
et al. 1991).
Jerawat (Acne vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel
polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa
komedo, papul dan nodus pada daerah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas
dan lengan bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit terbuka dan tersumbat
dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi bakteri, faktor makanan, kosmetik, dan
bahan kimia lain (Wasitaatmadjadalam Tjokronegoro 2002). Penyakit ini tidak fatal,
namun cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri
akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. Apabila hal ini dibiarkan maka akan
terjadi resiko timbulnya peradangan lebih lanjut akibat menumpuknya minyak pada
pori-pori. Bakteri yang berperan dalam peradangan kulit khususnya penyebab jerawat
adalah Propionobacteriumacne (Wasistaatmadjadalam Tjokronegoro 2002).
Obatjerawat yang beredar di pasaran selama ini tidak semua aman,
diantaranya banyak mengandung bahan kimia obat (BKO) dengan kadar tinggi yang
berbahaya dan menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Bahan aktif yang
terkandung dalam beberapa obat jerawat adalah benzoil peroksida, asam retinoat, dan
hidrokuinon, dimana bahan ini memiliki efek samping seperti rasa terbakar pada
kulit, bercak, hingga pengelupasan pada kulit, kemandulan dan cacat pada janin pada
ibu hamil (Wasistaatmadjadalam Tjokronegoro 2002).
Penyakit jerawat disebabkan oleh bakteri. Bakteri tersebut dapat menyebabkan
penyakit peradangan kulit (Fardiaz, 1992:132), sehingga diperlukan adanya suatu
upaya penelitian, pengujian dan pengembangan sumber antibakteri dari tanaman yang
dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri terhadap infeksi P. acne. Salah satu
yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber alternatif antibakteri terhadap infeksi
P. acne
penelitian yang dilakukan oleh Somchit (2011) ditemukan bahwa ekstrak etanol daun
sisik naga memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis,
Escherecia coli, Staphylococcus aureus.
kerancuan
dalam
10
daun
sisik
naga
(Drymoglossum
piloselloides)
mempunyai
11
12
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Sub Kelas
: Polypoditae
Ordo
: Polypodiales
Famili
: Polypodiaceae
Genus
: Drymoglossum
Spesies
(Sumatera); pakis duwitan (Jawa), paku duduwitan (Sunda). Nama asing dari sisik
naga ini adalah dubbeltjesvaren, duiteblad, duitvaren (Belanda); bao shu lian (Cina)
(Sumber: Iptek.net.id, 2005).
2.1.2 Deskripsi tanaman sisik naga
a. Akar
Akar daun sisik naga ini termasuk rimpang merayap atau berdiri, mempunyai
ruas-ruas yang panjang dan jarang memperlihatkan batang yang nyata. Akar rimpang
panjang, kecil, merayap, bersisik, melekat kuat pada tumbuhan yang ditumpangi dan
berwarna coklat. Alat reproduksinya berupa spora (Sumber: Iptek.net.id, 2005).
b. Daun
13
Daun sisik naga antara satu sama lain tumbuh pada jarak yang pendek, tangkai
pendek, tidak terbagi, pinggir utuh, berdaging atau seperti kulit, permukaan buah
tidak berbulu sama sekali atau sedikit. Daun tebal berdaging, berbentuk jorong atau
jorong memanjang dengan ujung tumpul atau membundar, tepi daun rata dan
pangkalnya runcing. Permukaan daun tua gundul dan berambut jarang pada
permukaan bawah daun.
Daun
steril
Daun
fertil
Sori
14
2.1.3
Habitat
Sisik naga dapat ditemukan di seluruh daerah Asia tropik, merupakan tumbuhan
epifit (tumbuhan yang menumpang pada pohon lain), tetapi bukan parasit karena
dapat membuat makanan sendiri. Sisik naga dapat ditemukan tumbuh liar di hutan, di
ladang, dan tempat-tempat lainnya pada daerah yang agak lembab mulai dari dataran
rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl(Sumber: Iptek.net.id, 2005).
2.1.4
Kandungan kimia
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daun sisik naga mengandung
minyak atsiri, sterol (Triterpen), fenol, flavonoid, tanin, saponin dan gula. Berkhasiat
sebagai antiradang, antitoksik, peluruh dahak, pencahar (laksan), antibakteri dan
menghentikan pendarahan(Hariana, 2006).Senyawa aktif daun sisik naga yang
berkhasiat sebagaiantibakteri adalah saponin, flavonoid, dan tanin (Sumastuti dan
Sonlimar, 2002).
Berikut ini merupakan zat-zat aktif yang terkandung dalamdaun sisik naga :
a. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman
hijau, kecuali alga. Flavonoid juga termasuk senyawa fenolik alam yang potensial
sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Flavonoid yang
biasanya ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah flavon
dan flavonol. Golongan flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, sering ditemukan
dalam bentuk aglikonnya (Markham, 1988).
Flavonoid diketahui mempunyai efek farmakologik yaitu kemampuan untuk
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya
penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kadar resiko penyakit jantung
koroner, anti-inflamasi, mengurangi kandungan kolestrol, antioksidan, mengurangi
penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah (Robinson, 1991:155).
b. Tanin (polifenol)
Tanin merupakan zat komplek yang terdapat hampir di sebagian besar
tanaman. Tanin biasa terdapat di bagian tertentu dari tanaman seperti daun, buah,
15
kulit kayu dan di batang. Berbagai teori menyebutkan bahwa tanin mempunyai
efek antiseptik, dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh seranggadan
jamur.Tanin dapat mengendapkan protein suatu larutan yang akan membuat
resisten terhadap enzim proteolitik.Tanin juga termasuk senyawa heterosiklik
oksigen aromatik yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat rendah hingga tingkat
tinggi, zat tersebut mampu berikatan dengan adhesion faktor, protein ekstraseluler
yang menyebabkan denaturasi protein (proteolisis) penyususn dinding sel,
sehingga sel akan mengalami gangguan metabolisme, fisiologis, dan menyebabkan
proses kerusakan sel (Cowan, 1999).
Tanin juga berkhasiat dalam perawatan luka bakar karena menyebabkan protein
dapat terendap pada jaringan yang terbuka sehingga dapat melindungi lapisan
dibawahnya dan merangsang regenerasi (Claus, 1960 : 168).
c. Saponin
Saponin merupakan kelompok glikosid yang tersebar luas pada tanaman
tingkat tinggi. Saponin mempunyai karakteristik antara lain membentuk larutan
koloid dalam air dan jika dikocok menghasilkan busa dan bersifat hemolitik.
Rasanya pahit, pedas, sehingga obat yang mengandung zat ini biasanya bersifat
keras dan kadang mengiritasi membran mukosa. Selain itu, dapat menyebabkan
kerusakan sel darah merah dengan hemolisis dan toksik pada hewan yang berdarah
dingin. Selama hidrolisis menghasilkan zat yang disebut sapogenin yaitu zat yang
dapat mengkristal selama proses asetilisasi.
2.1.5
16
: Bacteria
Filum
: Actinobacteria
Famili
: Actinomycetales
Genus
: Propoinibacterium
Spesies
17
orang
kulit
kebanyakan,
dan
hidup
di asam
sebaceous pada sebum disekresikan oleh folikel . Hal ini juga dapat ditemukan di
seluruh saluran pencernaan pada manusia dan hewan lainnya.
2.3 Zat antimikroba
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat membunuh mikroorganisme
(mikrobicidal) atau menghambat pertumbuha mikroorganisme (mikrobiostatic).
Bahan antimikroba menurut Pelczar dan Chan (1998:450) diartikan sebagai
bahan yang mengganggu pertumbuhan mikroba. Sedangkan Volk dan Wheeler
(1990:48) mendefinisikan bahan antimikroba sebagai suatu komponen kimia yang
berkemampuan mematikan mikroorganisme. Secara umum dapat dinyatakan bahwa
antimikroba merupakan penghambatan pertumbuhan dan bila dimaksudkan untuk
kelompok-kelompok organisme yang khusus, sering digunakan istilah seperti
antibakteri.
2.3.1
18
mempertahankan
kelangsungan
aktivitas
mikroba,
sehingga
19
zat
antimikroba,
semakin
besar
kemungkinan
matinya
adalah
antibiotik
berspektrum
luas
yang
mempunyai
20
2.4.1
berupa salep, krim, lotion, jeli dan sabun. Obat jerawat topikal dibagi menjadi 2
yaitu: dengan komedolitik dan antibiotik.
a) Obat jerawat jenis komedolitik/ keratolitik
Obat jenis ini bisa didapat di pasaran sebagai obat bebas. Zat aktif yang
terkandung dalam obat jerawat adalah benzoil peroksida, asam salisilat,
resorsinol. Benzoil peroksida bekerja secara perlahan-lahan melepaskan
oksigen aktif yang memberikan efek bakteriostatik juga mempunyai efek
keratolitik dan mengeringkan. Resorsinol mempunyai efek antibakteri,
sedangkan asam salisilat mempunyai sifat keratolitik yang dapat
melunakkan kulit sehingga dapat membantu penyerapan obat. Sedangkan
obat jerawat dengan resep dokter adalah azelaic acid, tretinoin.
21
Efek samping
Obat jerawat yang mengandung asam salisilat dan resorsinol tidak boleh
digunakan pada permukaan kulit yang luas terutama anak-anak dapat
menimbulkan alergi pada kulit.
22
b. Kuning telur ayam memiliki kandungan zat besi, fosfor, vitamin A,D,E,K,
ataupun vitamin B, termasuk vitamin B12. Kuning telur mengandung senyawa
kompleks dari lipid netral, fosfolipid dan protein (Bruley, 1970). Kuning telur
sebagai sumber protein yang berkisar antara 15-16% dan vitamin A. Lemak
dalam kuning telur tidak bersifat bebas, akan tetapi terikat dalam bentuk
partikel lipoprotein.
c. P. acne adalah flora normal kulit terutama di wajah yang tergolong dalam
kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri ini berperan pada patogenesis
jerawat yang dapat menyebabkan inflamasi. Bakteri ini berbentuk batang
hingga coccus dan tergolong bakteri gram positif
3.3 Analisis data
Analisis baiaya manfaat dilakukan dengan tahapan:
a. Ditentukan biaya variabel yang diperlukan untuk melaksanakan program
produksi pembuatan obat anti jerawat.
b. Ditentukan lamanya waktu dari manfaat dan biaya serta tahun dimana manfaat
sepenuhnya bisa dirasakan.
c. Dibuat daftar biaya awal (biaya investasi) yang akan diperlukan dan tetapkan
kapan biaya-biaya tersebut disertakan
d. Analisa data menggunakan kriteria: Benefit Cost Ratio (BCR)
Selain tahapan-tersebut diatas juga terdapat langkah yang penting dalam
melakukan analisa biaya manfaat yang berkaitan dengan obat jerawat, adalah
dilakukan
analisis
biaya
produksi.
Biaya
produksi
dimaksudkan
untuk
memperkirakan besarnya kebutuhan dan permintaan pasar yang akan datang, saranasarana pemeliharaan, investasi dan produktivitas obat (Gittinger 1986).
Untuk mengetahui keuntungan dari produksi masker sebagai obar jerawat
adalah dengan menggunakan analisis CBR, dimana perhitungan CBR adalah:
Cost benefit ratio =
Output
input
= >1
23
1. Aspek Produksi
a) Letak usaha
b) Produksi bahan baku
c) Transportasi
d) Upah tenaga kerja
e) Fasilitas (alat)
f) Proses
2. Analisis biaya
a) Input
b) Out put
c) Uji kelayakan produksi (Perhitungan besar prosentase keuntungan pada
tahun ke- ) dengan menggunakan rumus:
1. ROI =
x 100%
24
Pemeriksaan AGPT
Pembuatan
medium
Diblender/dihaluskan
Serbuk
Serbuk halus
100kuning
gram telur dikombinasikan dengan ekstrak daun sisik naga
dentifikasi (Uji Biokimia dan Pewarnaan Gram), Kurva pertumbuhan
bakteri
P.acne
(sebagai masker)
Dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 750 ml
Simplisia
diuapkan dengan vacuum Rotary Evaporator
Ekstrak etanol daun sisik naga
Serial dosis
Serial dosis
Uji KLT
Uji Akhir
Hasil
Hasil
Analisis
Analisis
Kesimpulan
Kesimpulan
25
Gram. Hasil pengamatan sel P. acne dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Karakterisasi Morfologi dan Biokomia
Karakterisasi
Bakteri 1
Bentuk koloni
Batang
Warna Gram
Positif
Nitrat
Positif
Indol
Positif
Methyl merah
Karbohidrat
Pengecatan endospora
Negatif
Nama spesies
Propionibacterium acne
Keterangan: - tidak dilakukan uji
: bakteri 1adalah bakteri gram positif
: bakteri 1adalah bakteri gram negatif
Bakteri 2
Batang
Negatif
Positif
Positif
Negatif
Shigella dysentriae
Hasil pewarnaan Gram pada bakteri P. acne dapat dilihat pada Gambar 4.2 .
Sel P.
acne
26
27
diamati dengan mikroskop berbentuk batang dan berwarna biru, hal ini menunjukkan
bahwa bakteri yang diamati adalah benar bakteri P. acne yang merupakan bakteri
Gram positif sesuai dengan literatur (Jawetz, 2005).
Penelitian analisis manfaat penggunaan ekstrak daun Sisik naga dibandingkan
penggunaan obat jerawat yang ada sebagai pengendali bakteri P. acne dilakukan
secara in vivo. Pengujian tingkat keefisienan dan keefektifan senyawa antibakteri
dengan memformulasikan ekstrak daun sisik naga dengan serbuk kuning telur (yolk)
menjadi formulasi masker serbuk kering yang dioleskan pada hewan coba (kelinci)
pada permukaan epidermis.
Ekstrak etanol daun sisik naga mampu menghambat pertumbuhan bakteri P.
acne dikarenakan aktivitas antibakteri yaitu senyawa Gossipetin yang merupakan
senyawa anggota flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun sisik naga terlarut.
Penelitian ini menggunakan pelarut etanol, etanol adalah senyawa hidrokarbon
dengan rumus senyawa C2H5OH.
Flavonoid ini terkandung Gossipetin yang bersifat polar, dapat larut dalam air
dan alkohol (Harbone, 1978:84).Gossipetin adalah golongan antosianin yang
merupakan turunan flavonoid (Maryani dan kristiana, 2008:6). Sedangkan tanin
sendiri dalam mekanisme merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tannin
dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau
substrat, tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Tanin adalah
senyawa polifenol yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan protein sehingga
mengganggu aktivitas enzim-enzim pencernaan, akibatnya akan menurunkan
bioaktivitabilitas zat gizi dan akan menghambat pertumbuhan. Khasiat antiseptik
tanin membantu mencegah pertumbuhan bakteri (Iradisa, 2009:18).
Flavonoid, saponin, dan tanin pada ekstrak daun sisik naga memilki sifat
antibakteri yang terbukti menghambat pertumbuhan bakteri P. acne. Cara kerja
flavonoid, saponin, dan tanin dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme yaitu
dengan cara mendenaturasi protein sel, dengan terdenaturasinya protein sel maka
semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein
28
(Pelczar dan chan, 1998:88). Dari sinilah pertumbuhan bakteri P. acne terhambat oleh
aktivitas tersebut.
Pengujian
pada
hewan
coba
dilakukan
untuk
mengetahui
tingkat
keefektifitasan dari cara kerja ekstrak daun sisik naga dalam menghambat
pertumbuhan bakteri P.acne yang sebelumnya hewan coba diinjeksi dengan bakteri
P.acne dengan dosis bertingkat 1%, 10%, 20%, 30%, 40%, antibiotik 0,1% sebagai
kontrol positif dan aquades steril sebagai kontrol negatif. Indikator tingkat
keefektifitasan kerja ekstrak daaun sisik naga ini adalah dilihat dari terbentuknya
papul/ nodus di epidermis kulit kelinci selama proses injeksi bakteri selama kurang
lebih 3-5 hari dimana sebelumnya probandus/ hewan coba ini pada permukaan kulit
epidermis diberi perlakuan olesan formulasi masker (kuning telur dan ekstrak daun
sisik naga). Hasil perlakuan pemberian formulasi ini pada probandus akan
dibandingkan dengan hasil aktifitas antibiotik (kontrol positif) dan aquades steril
(kontrol negatif). Perbedaan pemberian dosis bertujuan untuk mengetahui seberapa
efektif pemberian formulasi masker dalam menghambat bakteri P.acne.
Keefisiensian Penggunaan Daun Sisik naga (Teknik Analisis Manfaat)
Tabel 1. Analisis manfaat antibiotik jerawat dengan ekstrak daun sisik naga
No Antibiotik
Tidak Langsung:
1.
Lebih diarahkan menghilangkan
2.
gejala
Bersifat sympthomatis
3.
4.
29
No
Antibiotik
saja
5.
menahun
Reaksi lambat namun bersifat
konstruktif .
2.
3.
meningkat
Kesehatan terhadap jerawat
meningkat
Perekrutan tenaga kerja,
4.
30
Keterangan
Terhindar dari polusi udara
dan toksik
Pemilihan daun yang segar
dan hijau
Sanitasi yang bersih
Dilihat dari bentuk dan ada
tidaknya spora
Memisahkan kotoran yang
pohon
terdapat
Proses
pengeringan
dengan
pada
permukaan
daun
Tidak boleh langsung terkena
sinar matahari untuk menjaga
kandungan
dan
senyawa
pengeringan
dengan
memantau
kamar
kering
untuk
menjaga
tidak
rusak
proses pengeringan
Ditujukan
mendapatkan
selama
untuk
dan
pada
sisik
naga
pengekstrak an
Dengan menggunakan rotari
31
evaporator,
untuk
sisik naga
Disimpan dalam suhu dingin
c) Transportasi
Kualitas bahan baku/simplisia akan sangat menentukan kualitas obat
herbal yang dihasilkan. Maka dilakukan pemilihan bahan baku yang
berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan, dan tidak hanya
semata didasarkan atas harga yang murah. Dalam menjaga kulaitas juga
sarana transportasi yang penting untuk dipertimbangkan. Baik dari segi
pengemasan dan distribusi bahan baku.
d) Upah tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung pada kapasitas produksi
yang digunakan. Jumlah tenaga kerja yang menangani bagian pengolahan,
produksi, dan pengemasan sekitar 10 20 orang. Untuk itu perlu efisiensi
untuk perekrutan tenaga kerja, agar mengahsilkan benefit yang diinginkan.
Per satu kali produksi @Rp. 700.000,00
e) Fasilitas (alat)
Proses produksi yang dilakukan hanya sedikit menggunakan mesin,
prosesnya relatif sederhana, dan produk yang dihasilkan berupa serbuk.
Mesin yang dapat digunakan pada teknologi ini adalah mesin penyortir,
mesin pencuci, dan mesin pengahncur bahan, dan mesin packaging. Mesin
yang dapat digunakan pada teknologi yang lebih modern ini adalah
ekstraktor, evaporator, aroma recovery, dan retrifikasi (pemurnian).
f) Proses
Tabel 3. Proses penyiapan bahan baku-distribusi
Tahapan
Penyiapan bahan baku
Penyortiran bahan baku
32
Pencucian
Pengeringan
Pengahalusan
Pengekstrakan
Alat cuci
3-7 tidak langsung terkena sinar matahari
Alat penghalus bahan, freedryer
Rotary evaporator, timbangan, simplisia
bobot,
mikroba,
pertumbuhanjamur)
Mesin pengemas
Alat, dan mesin labeling
Suhu kamar/ suhu dingin
Pemantauan
Pengemasan
Pelebelan
Penyimpanan
Distribusi
2. Analisis biaya
Tabel 4. Analisis ekonomis antibiotik jerawat dengan ekstrak daun sisik naga
No Jenis Antibiotik
Efek samping
Harga
1.
Antibiotik
Klindamisin (kapsul
Alergi kulit
Rp. 51.400,00
2.
3.
4.
300mg)
Eritromicin
Vancomycin
Azithromycin
Rp. 87.900,00
Rp. 123.400,00
Rp. 93.425,00
ginjal
a) Tabel 5. Input
N
Tahun 0
Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi
Input
Biaya
o
1.
2.
3.
4.
5.
sisik naga
Penyiapan 100 kuning telur
Penyiapan 20 hewan coba
Penyiapan bakteri P.acne /isolat
Penyiapan label dan tempat
Rp.
250.000,00
Rp. 1.000.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 150.000,00
Rp. 500.000,00
@Rp.
50.000,0
0
Rp. 12.500.000,00
33
6.
7.
8.
9.
kemasan 250pcs
Transportasi
Sewa alat dan sewa tempat
Upah pegawai
Lain-lain
Total
Rp. 300.000,00
Rp. 5.000.000,00
Rp. 14.000.000,00
Rp. 200.000,00
Rp. 21.400.000,00
Tahun pertama
Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi
Input
Biaya
o
1.
Rp.
2.
3.
sisik naga
Penyiapan 200 kuning telur
Penyiapan bakteri P.acne
Rp. 2.000.000,00
Rp. 150.000,00
4.
/isolat
Penyiapan label dan tempat
Rp.
5.
7.
kemasan 400pcs
Transportasi
Upah pegawai
Total
Benefit
250.000,00
Rp. 12.500.000,00
Rp. -8.900.000,00
Rp. 20.000.000,00
per pcs
@Rp.
50.000,00
1.000.000,00
Rp. 300.000,00
Rp. 14.000.000,00
Rp. 17.700.000,00
Rp. 20.000.000,00
Rp. 2.300.000,00
Tahun kedua
Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi
Input
Biaya
o
1.
Rp.
2.
3.
sisik naga
Penyiapan 200 kuning telur
Penyiapan bakteri P.acne
Rp. 2.000.000,00
Rp. 150.000,00
4.
/isolat
Penyiapan label dan tempat
Rp.
5.
7.
kemasan 600pcs
Transportasi
Upah pegawai
Rp. 300.000,00
Rp. 14.000.000,00
250.000,00
1.000.000,00
@Rp.
50.000,00
Rp. 30.000.000,00
34
Total
Benefit
Rp. 17.700.000,00
Tahun ketiga
Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi
Input
Biaya
o
1.
Rp.
2.
3.
sisik naga
Penyiapan 200 kuning telur
Penyiapan bakteri P.acne
Rp. 2.000.000,00
Rp. 150.000,00
4.
/isolat
Penyiapan label dan tempat
Rp.
5.
7.
Rp. 30.000.000,00
Rp. 12.300.000,00
250.000,00
Penjualan
Rp. 37.500.000,00
per pcs
kemasan 750pcs
Transportasi
Upah pegawai
Total
Benefit
@Rp.
50.000,00
1.000.000,00
Rp. 300.000,00
Rp. 14.000.000,00
Rp. 17.700.000,00
Rp. 37.500.000,00
Rp. 19.900.000,00
ROI =
x 100%
: Rp.
: Rp. 19.100.000
: Rp. 6.800.000
2.300.000 (-)
35
Sisa =
6.8 00.000
21.4 00.000
x 1 tahun = 0,32
Dari perhitungan payback diatas maka di tahun kedua sudah dapat mengembalikan
modal yang diharapkan dengan periode waktu 2,32 tahun, maka dari perhitungan
mencapai titik impas (Break Even Point) pada waktu 2,32 tahun yang berarti bahwa
pada tahun ke 3 mulai dapat mengambil keuntungannya dari produksi masker herbal
daun sisik naga.
Analisa Return On Investment (ROI)
Untuk mengetahui berapa persentase manfaat yang dihasilkan oleh produksi obat
herbal tersebut dapat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan
usaha ini.
Adapun perhitungan ROI usaha ini adalah :
-
: Rp. 21.400.000
: Rp. 1.000.000
: Rp. 1.500.000
: Rp. 2.500.000(+)
Total Biaya
: Rp. 26.400.000
: Rp. 2.300.000
: Rp. 12.300.000
: Rp. 19.900.000
Total Manfaat
: Rp. 34.500.000
36
ROI =
3 4 . 5 0 0.000600.0 00.000
6 00.000
x 100%
x 100% = 5.65%
Dari analisa ROI diketahui bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan pada tahun
ke 3 sebesar 5.65 % dari biaya pengembangannya sehingga usaha ini layak
dikembangkan.
Analisis manfaat selain dilihat dari segi keefektifitasan juga dilihat dari segi
keekonomisan/ harga. Di pasaran banyak antibiotik yang beredar sebagai obat
antijerawat, dimana kandungan antibiotik tersebut dapat mengakibatkan hal yang
tidak diinginkan (gangguan fungsi ginjal dan hati), metabolisme, hingga peradangan.
Ditinjau dari segi ekonomis antibiotik relatif mahal dibandingkan dengan obat herbal,
karena antibiotik cara kerjanya lebih cepat namun mempunyai resiko dan dampak
tertentu dan dapat merusak organ/ target yang lain. Hal ini jika dibandingkan dengan
obat herbal/ alam khususnya ekstrak daun sisik naga yang dikombinasikan dengan
yolk/ kuning telur dalam sediian/ formulasi masker tentu akan jauh berbeda dari segi
manfaat dan dampak yang hampir tidak menimbulkan efek samping, sehingga mudah
dan aman untuk tujuan komersil.
Untuk mengetahui keuntungan dari produksi masker sebagai obar jerawat
adalah dengan menggunakan analisis CBR, dimana perhitungan CBR adalah:
total manfaat
Cost benefit ratio =
= >1
Total biaya
Rp . 34 .5 00.000,00
Rp . 26.4 00.000,00
= 1,3
Dari perhitungan analisis cost benefit ratio diatas didapatkan hasil bahwa nilai
menunjukkan 1,3 dimana syarat dari uji kelayakan pada analisis disini nilai yang
didapat adalah >1. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari tingkat keefektifitasan dan
37
keefisienan lebih aman, efektif, dan ekonomis menggunakan masker herbal sisik
naga.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan faktor utama yang menentukan
cara zat antimikrobial bekerja adalah jumlah mikroorganisme, dosis, pH, suhu, dan
masa pengeraman (Volk and Wheler, 1990: 219).
5.1 Kesimpulan
Berdasarkanpenelitian yang telahdilakukandapatdisimpulkansebagaiberikut:
38
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai:
a. Uji antibakteri dari bagian daun sisik naga lainnya sepertiakar, dan batang.
b. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai manfaat daun sisik nagas selain
sebagai antibakteri.
c. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai hasil atau produk daun sisik naga
sebagai obat antibakteri.
39
DAFTAR PUSTAKA
Agtini, Soeharno, Lesmana, Punjabi, Simanjuntak, Wangsaputra, dan Nurdin. 2005.
The Burden of Diarrhoea, Shigellosis, and Cholera in North Jakarta,
Indonesia: Findings from 24 Months Surveillance. Biomed Central. {serial
online}. http://biomedcentral.com [28 Desember 2014].
Ardiansyah,
T.
2001.
AntimikrobadariTumbuhan
(http://www.beritaiptek.com_2007.shtm) [28 Desember 2014]
(Bagiankedua).
2005.
MikrobiologiKedokteran.
Jakarta:
40
MikrobiologiFakultasKedokteran
U.I.
PenentuanPraktikumMikrobiologiKedokteran.Jakarta: BinarupaAksara.
2008.
Triayu, S.I. 2009. Formulasi Krim Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis
(Citrus
Aurantifolia)
dan
Uji
Daya
Antibakteri
Secara
In
Vitro.etd.eprints.ums.ac.id/3382/I/K100040238.pdf.[28 Desember 2014]
Volk danWheeler. 1990. MikrobiologiDasarJilid II. Jakarta: Erlangga.
Volk danWheeler .1989. MikrobiologiDasarJilid I. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, J danWahyuni, D. 2011: PetunjukPraktikumMikrobiologiUmum. Jember:
FKIP UNEJ.
Wattimena, J.R.et al. 1991. FarmakodinamikadanTerapiAntibiotik. Yogyakarta:
GajahMadaUniversity Press.
World Health Organization (WHO). 2004. Traditional Medicine. Geneva: WHO
Document Production Service