1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Sista
Diah
Zena
Dara
Rafenia
Sintong
Nia
fakhri
Intan
Ivan
Riwayat nutrisi sebelum sakit : ASI usia 0 hari sampai sekarang , sejak lahir sampai usia 3 bulan susu
formula standar merk S 3-4 kali sehari @ 1 sendok takar dicampur dengan air panas sampai 60 ml. Sejak
usia 6 bulan, Wili diberi bubur bayi beras merah merk P 3 kali sehari @ 2 sendok makan (80 kalor) .
Kadang-kadang ibu membuat bubur saring sendiri yang terdiri dari tepung beras, kentang, wortel, bayam,
dan kaldu. Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula sudah benar.
Wili sudah pernah mendapat Imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan polio 1x.Wili dilahirkan dari
keluarga : ayah usia 35 tahun tidak tamat SD dan tukang becak, ibu usia 32 tahun tidak tamat SD ibu
rumah tangga, jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun, 5 tahun dan 3 tahun). Rumah masih menyewa,
3mx7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak sumur dengan MCK 6
meter.
Pemeriksaan fisik : kelihatan gemuk, kulit mengkilat, bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi
hitam dibeberapa tempat terutama di daerah yang mendapat tekanan, kesadaran kompos mentis, denyut
nadi 140x/menit, isi dan tegangan cukup, pernafasan 30x/ menit, suhu 35C.
Hasil pengukuran antropometri : berat badan 7000gram panjang badan 74 cm lingkar kepala 46cm, wajar
membulat tidak ada dismorfik.pada mata terdapat bercak seperti busa sabun, ada edema diseluruh tubuh,
tidak ada iga gambang , perut membucit , lengan dan tungkai edema . dan terdapat baggy pants.
Klarifikasi istilah
1.
2.
3.
4.
9. Polio : suspense virus polio yang di inaktivasi dan digunakan untuk imunisasi terhadap penyakit
polio myelitis.
10. Antropometri : ilmu yang mempelajari pengukuran dimenis tubuh (ukuran berat, volume dll) dan
karakteristik khusus dari tubuh seperti ruan gerak
11. Baggy pants : Kulit yang keriput karena jaringan lemak subcutis yang sangat sedikit sampai tidak
ada biasanya pada daerah bokong tampak seperti memakai celana longgar.
12. Dismorfik : gangguan kejiwaan dimana orang merasa risau secara berlebihan da n ada cacat dan
kekurangan yang dirasakan dari ciri fisiknya.
13. Iga gambang
Analisis masalah
1. Wili, anak laki-laki usia 18 bulan, dibawa ibunya ke rumah sakit tipe D karena bengkak seluruh
tubuh dan BAB cair sejak 7 hari yang lalu 4-5x/hari @1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lendir
dan tidak ada darah. Tidak ada muntah . Willi sebelumnya juga pernah menderita diare hampir
setiap bulan.
a. Patofisiologi bengkak 2, 10,8
membuat edema.
2. Riwayat nutrisi sebelum sakit : ASI usia 0 hari sampai sekarang , sejak lahir sampai usia 3 bulan
susu formula standar merk S 3-4 kali sehari @ 1 sendok takar dicampur dengan air panas sampai
60 ml. Sejak usia 6 bulan, Wili diberi bubur bayi beras merah merk P 3 kali sehari @ 2 sendok
makan (80 kalor) . Kadang-kadang ibu membuat bubur saring sendiri yang terdiri dari tepung
beras, kentang, wortel, bayam, dan kaldu. Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula
sudah benar.
a. Apa akibat dari pemberian susu formula terlalu cepat 3,8,4
Pemberian makanan pendamping ASI / MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman, sehingga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya diare
bagian belakang mulutnya karena gerakan ini melibatkan susunan refleks yang
4
Pembersihan
i. Ibu atau orang yang akan membuat susu formula mencuci tangan dengan sabun
pada air yang mengalir lalu keringkan dengan kain yang bersih
ii. Bersihkan botol dan peralatan lain untuk membuat susu formula dengan sabun,
lalu sikat bagian dalam dan luar. Pastikan tidak ada sisa atau bekas susu formula
pada botol tersebut.
iii. Bilas botol susu formula dengan air bersih
Sterilisasi
i. Isi panci dengan air
ii. Letakkan botol dan peralatan lain untuk membuat susu formula ke dalam panci
yang telah diisi air tersebut. Pastikan semua peralatan berada di dalam air dan
tidak ada gelembung yang terperangkap pada peralatan tersebut.
iii. Panci ditutup dengan tutup panci, lalu panaskan panci tersebut sampai mendidih
(jangan sampai kering).
iv. Biarkan panci dalam keadaan tertutup sampai peralatan untuk membuat susu
formula tersebut digunakan.
Penyimpanan
Cuci dan keringkan tangan sebelum memegang peralatan yang telah
disterilkan. Disarankan untuk menggunakan forceps yang telah disterilkan untuk
memegang peralatan tersebut. Jika hendak mengeluarkan botol dan dot dari alat
sterilisasi sebelum digunakan untuk membuat susu formula, pastikan tetap di dalam
tempat yang tertutup yang bersih. Botol susu dirakit jika hendak mengeluarkan dari
alat sterilisasi walau belum digunakan. Hal ini untuk mencegah bagian dalam botol,
dan bagian dalam dan di luar dot menjadi tercemar lagi.
Dinginkan botol segera dengan cara memegang botol pada tutupnya dan
siram bagian botol dengan air kran yang mengalir atau dengan meletakkan pada
air yang dingin.
ix. Keringkan botol bagian luar dengan kain sekali pakai yang kering.
x. Cek temperatur susu formula dengan meneteskan sedikit susu formula pada
pergelangan tangan. Susu formula harus terasa hangat kuku. Jika masih terasa
panas, dinginkan lagi.
xi. Berikan susu formula pada bayi.
Buang susu formula yang tersisa dalam waktu 2 jam.
6. Wili dilahirkan dari keluarga : ayah usia 35 tahun tidak tamat SD dan tukang becak, ibu usia 32 tahun
tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun, 5 tahun dan 3 tahun). Rumah
masih menyewa, 3mx7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak
sumur dengan MCK 6 meter.
a. Bagaimana hubungan riwayat keluarga dan lingkungan dengan penyakit yg dialaminya 8,3,10
Sosok social ekonomi orang tua yang rendah bisa menjadi faktor predisposisi gizi
buruk yang dialami Reygen karena kualitas (seperti higiene) dan kuantitas (proporsi dan
takaran gizi) makanan yang diberikan kepada Reygen tidak tercukupi.
Hipotesis : Wili anak laki laki 18 bulan diduga mengalami gizi buruk marasmus kwasiokor.
Template
a. Working diagnose 7,8,9
Marasmus
Kwashiorkor
Perubahan status
Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis
mental : cengeng,
merupakan campuran
terbungkus kulit
Rambut tipis
marasmus.
kemerahan seperti
pada penyakit
Otot paha mengendor (baggy
kwashiorkor yang
pant)
Edema
kelainan rambut
kelainan kulit,
kelainan biokimiawi
terasa lapar
yang membesar
dengan mudah dapat
diraba dan terasa
kenyal pada rabaan
permukaan yang licin
dan pinggir yang
tajam.
b. Patofisiologi 6,7,8
Kasus ini diawali dengan adanya berbagai faktor resiko yang saling berhubungan
satu sama lain, yaitu pendidikan orang tua yang rendah, kondisi sosioekonominya,
hygiene dan sanitasi buruk, dan gizi yang buruk.
Semua faktor resiko tersebut dapat menyebabkan tubuh bayi menjadi rentan
terhadap infeksi, dalam hal ini rentan terjadi diare. Diare pada kasus ini adalah diare
sekretorik. Diare sekretorik biasanya disebabkan adanya enterotoksin yang dikeluarkan
oleh organisme pada saat melekat pada permukaan sel. Beberapa mekanisme toksin
menimbulkan diare antara lain: (1) aktivasi adenil siklase dengan akumulasi cAMP intra
selular (Vibrio cholerae), (2) aktivasi guanil siklase dengan akumulasi cGMP intra selular
(ETEC), (3) perubahan kalsium intra selular (EPEC), dan (4) stimulasi sistem saraf
enterik (Vibrio cholerae). Beberapa enterotoksin lainnya menyebabkan diare melalui
induksi sekresi klorida atau inhibisi reabsorbsi natrium dan klorida.
Setelah diare sembuh baik diobati ataupun self limited, faktor resiko masih tetap
ada. Hal ini dapat memicu terjadinya diare kronis atau diare berulang. Diare berulang
dapat disebabkan beberapa hal :
1. Penyembuhan tidak baik, intoleransi makanan akibat fungsi usus belum kembali
sempurna
2. Ada pathogen lain lagi yang masuk, yang antibodinya belum terbentuk di tubuh anak
tersebut
3. Integritas mukosa anak di bawah 2 tahun belum baik
4. Malnutrisi menyebabkan :
-
c. Komplikasi 8.9,10
Hipotermi
Hipoglikemia
Kekurangan elektrolit
Dehidrasi
Anemia
Gangguan hormone (kortisol, insulin, GH, dan tiroid)
d. KDU 7,8,9
Malnutrisi energi-protein: 4A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus
dokter.
Learning issue
Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) Periode 2004 (revisi September 2003):
Umur pemberian imunisasi
Vaksin
Bulan
Lahir
Polio
DTP
Campak
3
1
3
1
12
MMR
Tifoid
Hepatitis A
Varisela
Umur
Vaksin
Keterangan
Saat lahir
Hepatitis B-1
Polio-0
1 bulan
0-2 bulan
Hepatitis B-2
BCG
adalah 1 bulan.
BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCGakan
diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji
2 bulan
DTP-1
tuberkulin negatif.
DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat
dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara
Hib-1
Polio-1
DTP-2
Hib-2
6 bulan
Polio-2
DTP-3
Hib-3
Polio-3
Hepatitis B-3
9 bulan
Campak-1
terbaik 5 bulan.
Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2
merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6
tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur
15-18 bulan
MMR
18 bulan
Gizi buruk
I.
Definisi
Hib-4
DTP-4
Polio-4
Gizi buruk merupakan suatu kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya
dibawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi butuk
karena kehilangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori
(disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada
anak balita dan ditampakkan doleh membusungnya perut (busung lapar).
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau
dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.
Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh
kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun
Anak balita sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap
bulan sampai usia minimal 2 tahun. Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan
pertumbuhan umur menurut standar WHO, maka ia bergizi baik. Jika sedikit dibawah
standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan
bergizi buruk.
Panduan Klasifikasi Malnutrisi Pediatrik
Status Nutrisi
Berat
Tinggi
Berat
% Berat Badan
Badan/Umur
Badan/Umur
badan/Tinggi
Ideal
Badan
Kurus
Normal
atau normal
< persentil 5
<85%-90%
Normal
Normal
atau Normal
< persentil 5
81-90%
atau Normal
< persentil 5
70-80%
rendah
Perawakan
< persentil 5
< persentil 5
pendek
Malnutrisi
Normal
ringan
rendah
Malnutrisi
Normal
sedang
rendah
Kwashiorkor
Normal
Marasmus
atau Normal
rendah
rendah
rendah
Normal
Normal
< 70%
(sangat kurus)
II.
rendah
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya
mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh
lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema
pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh. Kwashiorkor adalah malnutrisi disertai
edema dan hipoalbuminemia, bermanifestasi sebagai pitting edema yang dimulai dari
ekstremitas bawah dan meluas ke bagian atas tubuh seiring derajat keparahan.
Menurut teori klasik, kwashiorkor disebabkan asupan protein yang tidak adekuat
sedangkan asupan kalori cukup atau mendekati cukup. Faktor lain yang mungkin
berperan adalah infeksi akut, toksin, dan kemungkinan ketidakseimbangan mikronutrien
atau asam amino.
Manifestasi utama kwashiorkor adalah berat badan menurut usia 60-80%; BB saja tidak
dapat menjadi indicator status nutrisi yang akurat karena adanya edema. Pemeriksaan
fisik menunjukkan jaringan lemak subkutan masih ada disertai atrofi nyata massa otot.
Edema bervariasi mulai dari pitting edema ringan di punggung kaki sampai edema
generalisata yang mengenai kelopak mata dan skrotum. Rambut jarang, mudah dicabut,
dan tampak kusam, berwarna coklat, merah atau pirang. Terapi nutrisi memperbaiki
warna rambut, meninggalkan sebagian segmen rambut dengan pigmentasi yang berubah
diikuti sebagian segmen rambut dengan pigmentasi normal (tanda bendera). Perubahan
kulit umum dijumpai dan bervariasi mulai dari hyperkeratosis hiperpigmentasi sampai
ruam macular eritematosa (pellagroid) pada punggung dan ekstremitas. Pada bentuk
kwashiorkor yang paling berat, terjadi deskuamasi superficial bila permukaan kulit
ditekan (flaky paint rash). Keilosis angular, atrofi papilla filiformis lidah, dan
stomatitis monilis umum ditemukan. Pembesaran kelenjar parotis dan edema wajah
menyebabkan wajah membulat seperti bulan, tanda klinis khas lainnya adalah anak
apatis dan tidak tertarik untuk makan. Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukkan
pembesaran hati dengan konsistensi lunak dan batas tidak tegas. Jaringan limfatik
umumnya atrofik. Pada pemeriksaan dada mungkin ditemukan ronki basah di basal paru.
Terdapat distensi abdomen dan bising usus cendrung menurun.
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada
penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah edema
yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edemadisebabkan oleh kurangnya
protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi
ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada
penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal
natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain
defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial
lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya
membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada
ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa,
2008).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein
yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti
hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi
kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan
dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab - sebab marasmus adalah sebagai berikut:
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan
orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng,
deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI
kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia,
lactose intolerance
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab
maramus yang lain disingkirkan.
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang kurang
akan menimbulkan marasmus.
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan
kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari
tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis
akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus
IV.
VI.
Komplikasi Penyakit
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena
begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya
fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh
KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering
terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan
gangguan hormonal.
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena
kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak
tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal
yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon
pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormonhormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering
mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada KEP
berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar,
adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti
Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak.
Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme
pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi
komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).