Latar Belakang
Padang lamun merupakan ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai
vegetasi yang dominan. Lamun atau rumput-rumputan laut (seagrass) adalah kelompok
tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkeping tunggal (monokotil) yang mampu
hidup secara permanen di bawah permukaan air laut. Lamun biasa tumbuh di atas paparan pasir
atau lumpur yang terendam air laut dangkal. Karena perlu berfotosintesis, komunitas lamun
berada di antara batas terendah daerah pasang surut sampai kedalaman tertentu di mana cahaya
matahari masih dapat mencapai dasar laut. Di daerah padang lamun, organisme melimpah,
karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan
arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau
detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewanhewan nekton juga banyak didapatkan pada padang
lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan
fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan
bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna. Luas padang lamun
yang terdapat di perairan Indonesia mencapai sekitar 30.000 km2 (Kiswara dan Winardi, 1994).
Pada padang lamun ini hidup berbagai macam spesies hewan, yang berassosiasi dengan
padang lamun. Di perairan Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang berassosiasi dengan
beberapa jenis ikan. Di Teluk Ambon di temukan 48 famili dan 108 jenis ikan. Di Teluk Ambon
ditemuklan 48 famili dan 108 jenis ikan adalah sebagai penghuni lamun, sedangkan di
Kepulauan Seribu sebelah utara Jakarta di temukan 78 jenis ikan yang berassosiasi dengan
padang lamun. Selain ikan, sapi laut dan penyu serta banyak hewan invertebrata yang
berassosiasi dengan padang lamun, seperti: Pinna sp, beberapa Gastropoda, Lambis, Strombus,
teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus doratum) yang ditemukan di
Florida selatan (Nybakken 1988). Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama,
sebagian padang lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah
Enhalus acoroides, sehingga burung-burung berdatangan mencari makann di padang lamun ini
(Nontji, 1987). Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut
dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting
dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
penelitian diketahui bahwa peranan kontribusi padang lamun dalam produktivitas ekosistem
pesisir sebagai berikut:
1. Sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan
ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al.
1975).
2. Sebagai habitat biota
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan
tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai
daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan
ikanikan karang (coral fishes) (Kikuchi dan Peres 1977).
3. Sebagai penangkap sedimen
Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak,
sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun
dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan
dasar permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat
mencegah erosi.
4. Sebagai pendaur zat hara
Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemenelemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae
epifit.
Adanya interaksi yang timbal balik dan saling mendukung, maka secara ekologis lamun
mempunyai peran yang cukup besar bagi ekosistem pesisir. Adapun peran lamun tersebut
(Nienhuis et al., 1989; Hutomo dan Azkab, 1987; Zulkifli, 2000) adalah sebagai berikut: (1)
produsen primer, dimana lamun memfiksasi sejumlah karbon organik dan sebagian besar
memasuki rantai makanan di laut, baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun
melalui dekomposisi serasah; (2) sebagai habitat biota, lamun memberi perlindungan dan tempat
penempelan hewan dan tumbuh-tumbuhan; (3) sebagai penangkap sedimen, lamun yang lebat
memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan ombak; (4) sebagai pendaur zat hara;
dan (5) sebagai makanan dan kebutuhan lain, seperti bahan baku pembuatan kertas. Sedangkan
dalam Fortes (1990), peran lamun bagi manusia baik langsung maupun tidak langsung, dapat
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dibagi menjadi dua yaitu: (1) peran tradisional, seperti sebagai bahan tenunan keranjang, kompos
untuk pupuk; (2) peran kontemporer, seperti penyaring air buangan; pembuatan kertas.
Tujuan dan Kegunaan Pratek Kerja Lapang
Pratek Kerja Lapang (PKL) ini bertujuan untuk :
1. Individu
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
:
:
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini akan sedikit mengganggu kegitan kantor, dan untuk itu
sebelumnya saya memohon maaf yang sebesar besarnya. Atas bantuan dan kerja samanya saya
ucapkan banyak terima kasih.
Makassar, 14 Agustus 2014
Abdul Gani Rahyamtel
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Menyetujui :
Ketua Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Mengetahui :
Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Lampiran
Data Diri
Nama
Alamat
: Pria
Agama
: Islam
No. Tlp
: Arul_rahyamtel@gmail.com
Kebangsaan
:Indonesia
Riwayat Pendidikan
2014 Sekarang
2011-2013
Jurusan
Seram Bagian
Timur (SBT)
2004-2007
1998-2004