AgroinovasI
AgroinovasI
Salah satu kendala yang dihadapi petani yang menjual hasil panen dalam bentuk beras di
lahan pasang surut adalah tingginya beras batik (50%), yaitu beras yang mutu dan harganya
rendah. Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan
sudah mengantisipasi hal tersebut, melalui bantuan mesin pengering padi box dryer bahan bakar
minyak (BBM) yang telah disebarkan ke berbagai wilayah, melalui Integrated Irrigation Sector
Project (IISP) tahun 1995. Namun mesin-mesin pengering tersebut baru efektif dimanfaatkan oleh
petani setelah tahun 2000, Badan Litbang Pertanian melalui Proyek Pengembangan Sistem Usaha
Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan telah melakukan pelatihan-pelatihan, demonstrasi
penggunaan mesin pengering untuk pengeringan gabah bersama-sama dengan petani dan operator
lokal melalui perbaikan mesin pengering gabah berbahan bakar minyak kapasitas 3 ton.
Pada tahun 2004 penggunaan box dryer BBM oleh para petani/pemilik RMU telah berkembang,
terutama di Delta Telang dan Delta Saleh. Dalam pengoperasiannya ternyata terdapat kendala
karena: (1) Ada bau dari residu minyak tanah karena menggunakan sistem pemanasan langsung
(2) Sulit mengontrol besar laju pembakaran pada kompor (burner) dan (3) kenaikan harga BBM.
Mesin pengering padi BBS merupakan teknologi baru dengan tujuan untuk mendapatkan hasil
beras yang bermutu tinggi dan biaya operasionalnya murah, sehingga beras di petani mempunyai
daya saing yang tinggi di pasaran. Dengan cara ini diharapkan akan meningkatkan nilai tambah bagi
petani secara optimal. Untuk mendapatkan kondisi seperti diatas diperlukan teknis pengeringan
yang benar sesuai dengan anjuran, kondisi kerja yang aman (kejerian kerja yang rendah) dan
efisien secara ekonomis. Perkembangan penggunaan teknologi pengering padi BBS yang relatif
pesat, akan membuka peluang perubahan-perubahan aspek teknis salah satunya adalah kapasitas
kerja. Kapasitas kerja yang tinggi, akan dapat menekan biaya operasional dan akan mengurangi
antrian gabah kering panen.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumsel dalam beberapa aktivitasnya berupaya untuk
mendiseminasikan pengering ini diantaranya melalui kegiatan gelar teknologi pengembangan
mesin pengering bahan bakar sekam di lahan pasang surut dalam bentuk; (1) Paparan tentang
rancang bangun mesin pengering padi bahan bakar sekam oleh nara sumber, (2) Praktek pabrikasi
mesin pengering BBS di bengkel Alsintan dan demontrasi pengoperasian mesin pengering padi
BBS.
Peserta gelar teknologi terdiri dari; (1) Kelompok tani, (2) Pengurus Gapoktan, (3) Pemilik/
pengusaha RMU, (4) Pemilik bengkel alsintan, (5) Petugas penyuluh lapangan (PPL),(6) Dinas/
instansi lingkup Pemerintah Daerah Prov Sumsel, Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin,
dan (7) Peneliti/penyuluh/teknisi di BPTP Sumatera Selatan. Praktek pabrikasi mesin pengering
BBS di laksanakan di bengkel Alsintan Santoso yang berlokasi di Plaju, Palembang. Pada kegiatan
ini, peserta gelar dijelaskan proses pembuatan mesin pengering padi BBS oleh nara sumber yaitu
Bapak Joko Santoso. Mesin pengering BBS pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama
yaitu: (1) Bak pengering, (2) Tungku sekam, (3)
Blower, dan (4) Engine penggerak blower.
Pelaksanaan demo pengeringan gabah
dilaksanakan di lokasi kelompok tani
penangkar benih dan lumbung pangan Suka
Ratu Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan
Kabupaten Banyuasin. Kelompok tani ini telah
mengoperasikan mesin pengering BBS sejak
tahun 2008. Mesin pengering digunakan untuk
mengeringkan gabah dan benih hasil panen
petani anggota. Untuk kepentingan penangkaran
benih dan lumbung pangan digunakan mesin
pengering dengan kapasitas 5 ton/operasi.
Gambar 1. Prototype mesin pengering bahan bakar Tidak ada perbedaan teknis pengeringan gabah
sekam dengan tungku ABC kapasitas 3t pertama kali dan benih, kecuali suhu pengeringan yang
dikenalkan di Desa Upang, Banyuasin.
digunakan. Untuk pengeringan gabah suhu
AgroinovasI
maksimal dapat mencapai 450C, sedangkan untuk produksi benih suhu maksimal adalah 400C.
Rancang Bangun Box Dryer Bahan Bakar Sekam (Bbs)
Rancang Bangun tungku Sekan Model ABC (Nama ini berasal dari APESSI, Bimasakti, dan
Cilamaya) kapasitas 3 ton dilakukan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) pada tahun
2003. Pada prinsipnya box dryer BBS terdiri dari 5 komponen, yaitu (1) bak pengering, (2) tungku
sekam, (3) blower, dan (4) engine penggerak blower. Sketsa rangkaian dari ke-4 komponen tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2.
Bak Pengering
Bak pengering berbentuk kotak mempunyai panjang (p), lebar (l), dan tinggi (t) tergantung
kepada kapasitas yang diinginkan. Bak pengering dari box dryer umumnya sudah ditetapkan
setinggi 110 cm, dengan pembagian 50 cm untuk ruang plenum, 50 cm untuk tebal gabah, dan 10
cm untuk pengamanan agar gabah tidak tumpah gambar 3)
Ruang pengering berfungsi untuk menempatkan gabah basah yang akan dikeringkan,
permukaan diratakan, tebal maksimum 50 cm, dan tidak diperlukan pembalikan. Antara ruang
pengering (bagian atas dan ruang plenum
(bagian bawah) dibatasi oleh besi pelat porus
(pelat lubang) dengan garis tengah lubang 2
mm. Ini dimaksudkan agar udara panas dengan
mudah masuk ke dalam gabah basah, tetapi
butir gabah tidak dapat jatuh ke ruang plenum.
Pada dinding ruang plenum dipasang sebuah
termometer jarum dengan kapasitas ukur 100
C untuk mengontrol suhu pengeringan sesuai
dengan yang diinginkan (tergantung kepada
komoditas dan tujuan dari pengeringan). Ruang
plenum berfungsi menampung udara panas
dengan suhu dan tekanan tertentu. Tekanan Gambar 1. Sketsa box dryer BBS
udara panas di dalam ruang plenum merupakan
tekanan statis, sehingga memungkinkan tekanan
terhadap semua titik pada luas permukaan
gabah di dalam ruang pengering sama. Hal ini
sangat penting sehingga kecepatan aliran udara
pengering menembus tumpukan gabah di semua
titik sama dan seluruh gabah qakan kering secara
bersamaan.
Metoda Pengeringan Biji-Bijian Lapisan
Tipis
Kelemahan utama pengeringan gabah
menggunakan box dryer yaitu kadar gabah
pada akhir pengeringan tidak seragam. Proses Gambar 3. Bak Pengering
pengeringan gabah dengan box dryer BBS
menggunakan metoda Pengeringan biji-bijian lapisan tipis, ketebalan gabah di dalam bak
pengering dibagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan bawah (B), lapisan tengah (T), dan lapisan
atas (A). Parameter pengeringan yang diukur antara lain : suhu udara lingkungan meliputi suhu
bola kering (Tbk) dan suhu bola basah (Tbb); suhu plenum (Tpl), suhu gabah per lapis meliputi
lapis bawah (TB), lapis tengah (TT), lapis atas (TA); suhu udara exhaust (Te); kadar air gabah
per lapis meliputi lapis bawah (MB), lapis tengah (MT), lapis atas (MA); kecepatan aliran udara
Edisi 20-26 April 2011 No.3402 Tahun XLI
AgroinovasI
pengering menembus tumpukan gabah (Vu). Proses pengeringan gabah baik dengan mesin
maupun penjemuran dapat dihentikan, apabila kadar air gabah rata-rata telah mencapai 14 %.
Penggilingan sebaiknya dilakukan setelah gabah kering diistirahatkan selama minimal 12 jam
terhitung sejak dihentikannya proses pengeringan.
Kadar air gabah lapisan bawah (MB) lebih rendah dibandingkan dengan gabah lapisan
tengah (MT), dan kadar air gabah lapisan tengah lebih rendah dibandingkan dengan kadar air
gabah lapisan atas (MA), atau MB<MT<MA, sebaliknya suhu gabah lapis bawah (TB) lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu gabah lapisaqn tengah (TT), dan suhu gabah lapisan tengah (TT) lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu gabah lapisan atas (TA) atau TB>TT>TA (Gambar 4).
Dari Gambar 4, maka tugas udara pengering
ada 2 macam : (1) Membawa panas masuk ke
gabah basah sehingga terjadi proses pengeringan,
dan (2) Mengangkut uap air keluar dari tumpukan
gabah. Panas yang masuk ke komoditas yang
dikeringkan (gabah) dikontrol oleh termometer
jarum yang dipasang pada dinding plenum, hal
ini tergantung kepada macam komoditas dan
tujuan dari pengeringan itu sendiri. Sedangkan
aliran udara pengering harus dapat menembus
tumpukan gabah, hal ini dapat dikontrol
dengan flow meter atau selembar kertas yang
ditempatkan pada permukaan gabah. Dengan
flow meter aliran udara menembus tumpukan
gabah sebesar 6,5 m/menit; sedangkan dengan
selembar kertas harus bergerak-gerak yang
menunjukkan bahwa aliran udara pengering
menmbus tumpukan gabah.
Teknik Pengeringan Biji-Bijian Menggunakan Box Dryer
Pengeringan gabah menggunakan box dryer akan dihasilkan gabah kering yang kadar airnya
tidak seragam. Kadar air gabah lapisan bawah lebih rendah dibandingkan dengan lapisan atas,
sehingga kadar air gabah pada akhir pengeringan merupakan kadar air rata-rata dari lapisan
bawah dan lapisan atas. Kadar air rata-rata ini harus didapatkan dari kadar air gabah lapis
bawah dan atas yang saling berdekatan. Misal mengeringkan gabah untuk tujuan digiling dengan
kadar air 14 %, maka teknik pengeringan harus dapat menghasilkan MB= 13 % dan MA=15%
sehingga kadar air rata-rata 14 %. Dalam prakteknya hal tersebut tidaklan sulit dicapai karena
gabah dengan bkadar air 13 % dan 15 % apabila diaduk sewaktu memasukkan ke dalam karung
akan mudah menjadi 14 % mengingat sifat dari gabah yang higroscopis. Kondisi seperti ini akan
memungkinkan apabila gabah kering disimpan di gudang dengan label kadar air 14% akan aman.
Hal ini akan berbeda dengan kondisi lain akibat teknik pengeringan yang tidak baik, yaitu angka
kadar air gabah kering rata-rata 14 % berasal dari MB=10 % dan MA=18 % yang apabila diaduk
sewaktu memasukkan ke dalam karung akan sulit menjadi 14 %. Apabila dismpan di gudang
dengan label kadar air 14 %, maka akan terjadi
masalah demikian pula apabila digiling.
Untuk mendekatkan kadar air gabah
antar lapis bawah dan atas, dapat ditempuh
dengan meningkatkan kecepatan aliran udara
pengering. Namun demikian perlu diingat
bahwa semakin cepat aliran udara pengering
menembus tumpukan gabah maka suhu udara
exhaust (Te) semakin tinggi, yang hal ini dapat
AgroinovasI
dipandang sebagai pemborosan bahan bakar. Oleh karena itu berdasarkan praktek pengeringan
gabah menggunakan box dryer yang sudah dilakukan kecepatan aliran udara pengering menembus
tiumpukan gabah yang dikontrol dengan flow meter sebesar 6,5 m/menit.
2. Tungku Sekam
Tungku sekam berfungsi sebagai sumber panas pengeringan. Oleh karena itu agar proses
pengeringan gabah dapat berlangsung seperti yang diharapkan, maka sumber panas harus mampu
menyediakan panas yang cukup (lebih mudah mengaturnya) dan berjalan secara kontinyu. Tungku
sekam model ABC ini terdiri dari 5 komponen utama yaitu : (1) Dinding tungku (head exchanger),
(2) Cerobong asap, (3) Hopper, (4) Nako, dan (5) Rumah tungku (Gambar 5).
Tungku model ABC bekerja secara alami dengan mengandalkan pengaruh cerobong (Chimney
effect) (Gambar 7). Api hasil pembakaran sekam memanaskan dinding tungku terbuat dari bahan
besi pelat tebal 3 mm berbentuk lengkung setengah lingkaran. Suhu dinding tungku ini tinggi dapat
mencapai 300-500C. Oleh karena itu pengoperasian tungku dilakukan pada saat blower berjalan.
Panas dari dinding tungku diambil oleh massa udara luar yang dialirkan oleh blower sehingga
menghasilkan udara pengering yang selanjutnya dikirim ke komoditas yang dikeringkan. Dengan
demikian pemanasan udara pengering berlangsung
secara tidak langsung (indirect heating) sehingga
dihasilkan udara pengering yang bersih, bebas dari
segala bentuk polusi dan dapat digunakan untuk
mengeringkan berbacai macam komoditas seperti
jagung, kopi, cengkeh, dan sebagainya dengan tanpa
mengganggu aromanya (multi komoditas).
Cara Mengoperasikan Box Dryer BBS Tungku
Model ABC
1. Buka nako (4) dan tebarkan sekam kering tipistipis pada alas pembakaran sekam di dalam
dinding tungku,
2. Tutup dan kunci nako kembali,
Gambar 8. Sistem pengering gabah bahan bakar sekam
3. Hamparkan sekam dari lubang hopper sehingga (BBS) kapasitas 10 t dengan tungku majemuk.
menutup lubang nako,
4. Mulai dengan pembakaran awal, dengan bantuan segumpal sekam yang telah dibasahi dengan
minyak tanah, yang diletakkan pada dasar hopper atau ujung atas dari nako (Gambar 5)
5. Kontrol suhu pengeringan di dalam ruang plenum melalui termometer jarum, 45C untuk
tujuan digiling, 40C untuk tujuan produksi benih,
6. Kontrol aliran udara pengering dengan menggunakan flow meter (6,5 m/menit) atau selembar
kertas (melayang,atau bergerak-gerak) diletakkan di permukaan gabah,
Proses pengeringan dapat dihentikan apabila kadar air gabah rata-rata 14 % untuk tujuan
AgroinovasI
AgroinovasI
jumlah cukup besar. Pengeringan dengan over load ini dapat berakibat terhadap menurunnya
mutu beras yang dihasilkan, yang dampaknya dapat menurunkan harga jual.
Pengeringan gabah BBS juga dilakukan di lokasi kelompok tani penangkar benih dan lumbung
pangan Suka Ratu Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin. Kelompok tani ini
telah mengoperasikan mesin pengering BBS sejak tahun 2008. Mesin pengering digunakan untuk
mengeringkan gabah dan benih hasil panen petani anggota. Untuk kepentingan penangkaran
benih dan lumbung pangan digunakan mesin pengering dengan kapasitas 5 t/operasi. Tidak ada
perbedaan teknis pengeringan gabah dan benih, kecuali suhu pengeringan yang digunakan. Untuk
pengeringan gabah suhu maksimal dapat mencapai 45oC, sedangkan untuk produksi benih suhu
maksimal adalah 40oC.
AgroinovasI
berkapasitas 7 ton selama 12-15 jam, dengan kebutuhan solar 15 ltr, sedangkan yang berkapasitas
10 ton pengering beroperasi selama 15-20 jam, dengan kebutuhan solar 25 ltr.
Kebutuhan olie mesin berkapasitas 10 ton tiap 250 jam sebanyak 5 ltr, sedangkan yang
berkapasitas 7 ton dan 3 ton tiap 100 jam dilakukan penggantian olie sebanyak 2 ltr. Selama masa
pengeringan 2,5 bulan dalam 1 tahun, untuk pengering yang berkapasitas 3 ton, 7 ton dan 10 ton
masing-masing beroperasi 50 kali, 40 kali dan 30 kali.
Rata-rata biaya perbaikan yang dikeluarkan untuk pengeringan di kecamatan Muara Telang
dan Air Saleh sebesar Rp 180.714/th dan Rp 150.000/th. Biaya variabel terdiri dari biaya
perbaikan, upah operator dan biaya bahan bakar dan pelumas. Sedangkan biaya tetap terdiri
dari penyusutan dan nilai bunga. Biaya total yang dikeluarkan untuk mengoperasikan pengering
selama masa operasi 2,5 bulan dalam satu tahun di Kecamatan Muara Telang dan Air Saleh,
masing-masing sebesar Rp15.823.245/th dan Rp 14.950.396/th.
Penerimaan yang diperoleh pemilik pengering dari ongkos pengeringan yang dibayar
pelanggan di Kecamatan Muara Telang dengan jumlah gabah yang dikeringkan sebanyak 291,83
ton/th sebesar Rp 30.033.527/th, sedangkan di Kecamatan Air Saleh dengan volume gabah yang
dikeringkan sebanyak 227,9 ton/th diperoleh penerimaan sebesar Rp 20.160.937/th.
Pendapatan pemilik pengeringan di kecamatan Muara Telang dan Air Saleh masing-masing
senilai Rp 14.210.281/th dan Rp 5.210.541/th. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk
mengeringkan 1 kg gabah di Kecamatan Muara Telang dan Air Saleh maka biaya yang dikeluarkan
pemilik pengering atau biaya pokok pengeringan sebesar Rp 54,22/kg dan Rp 65,60/kg.
Sedangkan ongkos yang harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk mengeringkan 1 kg gabah di
kecamatan Muara Telang dan Air saleh sebesar Rp 102,91 dan Rp 88,46. Dengan demikian untuk
1 kg gabah yang dikeringkan, maka pemilik mesin pengering di Kecamatan Muara Telang dan
Air Saleh mendapatkan keuntungan sebesar Rp 48,69/kg dan Rp 22,86/kg. Pemilik pengering
tersebut berada dalam keadaan impas (tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami
kerugian) mengoperasikan alatnya jika dalam satu tahun di Kecamatan Muara Telang dikeringkan
gabah sebanyak 153,7 ton dan di Kecamatan Air Saleh sebanyak 169 ton.
Uji coba Box Dryer BBS yang direkayasa menjadi kapasitas 10 ton di Desa Telang Rejo Jalur
8 jembatan 5 Delta Telang I Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan tahun 2008 menunjukkan
bahwa rendemen pengeringan box dryer BBS sebesar 87,5% sedangkan penjemuran 85%.
Rendemen giling beras yang dikeringkan dengan box dryer BBS sebesar 65%, sedangkan dengan
penjemuran 62% (Sutrisno, et al., 2008).
Hasil ujicoba pengeringan gabah dengan menggunakan box dryer BBS kapasitas 3 t pada tahun
2004-2005 menunjukkan bahwa: (1) Waktu pengeringan berkisar 8-12 jam atau rata-rata 10 jam,
lebih cepat dibandingkan dengan penjemuran yang lamanya 1-2 hari, (2) Rendemen pengeringan
rata-rata meningkat 2,5%, (3) Rendemen beras giling rata-rata meningkat 2,5 %, (4) persentase
beras kepala rata-rata meningkat 17%, (5) Biaya pengeringan rata-rata sebesar Rp. 25/kg GKP
berarti lebih rendah dibandingkan dengan biaya penjemuran (Rp. 50/kg GKP), dan (6) Harga jual
beras rata-rata meningkat sebesar Rp. 300/kg (Sutrisno, et al., 2007a). Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan, akibat terjadinya peningkatan rendemen dan mutu beras giling serta
penurunan biaya pengeringan, pendapatan petani dapat ditingkatkan sebesar Rp1.500.000,-/
ha (1 ha 6 t GKP).
Mutu beras yang dihasilkan oleh RMU yang mengeringkan gabah menggunakan mesin
pengering BBS pada 2 (dua) kecamatan sentra produksi beras di Kabupaten Banyuasin adalah
sebagai berikut:
Apabila mengacu pada Standard Nasional Indonesia (SNI 01-6128-1999), maka kualitas
beras tersebut memenuhi beberapa standard pada kelas mutu 5 yang disyaratkan (beras
kepala minimum 60%, beras utuh minimum 35 %, beras patah maksimum 35%, butir menir
maksimum 5%, butir merah maksimum 5%). Dengan demikian mutu beras giling pada RMU yang
menggunakan mesin pengering BBS di Kecamatan Air Saleh mendekati standard kelas mutu 5
untuk beras kepala dan memenuhi syarat kelas mutu 4 untuk beras utuh. Di Kecamatan Muara
Badan Litbang Pertanian
10 AgroinovasI
Telang bahkan memenuhi syarat kelas mutu 4 untuk beras kepala dan butir patahnya.
Untuk mewujudkan satu unit pengering tersebut nilai investasi alat pengering yang bisa
mencapai Rp 30.000.000, dirasakan sebagai kendala bagi pelaku usaha yang memiliki keterbatasan
modal. Namun secara kelompok, maka petani dapat saja melakukan usaha itu yang dikelola secara
bersama, dengan menghimpun dana dari kelompok tani bahkan gapoktan.
Respon positif terhadap penggunaan mesin pengering gabah bahan bakar sekam dapat dilihat
dari masing-masing pelaku usaha seperti pemilik RMU, petani dan pedagang beras. Pemilik RMU
memiliki persepsi positif terhadap penggunaan mesin pengering BBS antara lain; (1) Menjadi daya
tarik bagi petani untuk menggilingkan padi, (2) Kualitas beras yang dihasilkan lebih baik, sehingga
meningkatkan pendapatan dari peningkatan harga dan rendemen beras, dan (3) Dapat mengatasi
problem pengeringan pada saat panen raya di pasang surut yang bertepatan dengan musim hujan.
Bagi petani, penggunaan mesin pengering BBS mempunyai kelebihan; (1) Meningkatkan mutu
beras dengan berkurangnya beras batik, (2) Gabah dan beras dapat disimpan lebih lama dirumah,
sehingga ketersediaan untuk konsumsi lebih terjamin akibat adanya stok (3) Membantu mengatasi
problem pengeringan pada saat panen raya yang bertepatan dengan musim hujan, (3) Mengatasi
masalah kekurangan tenaga kerja pada saat panen raya, dan (4) Meningkatkan pendapatan akibat
peningkatan mutu dan harga beras.
Sedangkan bagi pedagang, dengan meningkatnya kualitas beras yang dihasilkan oleh petani di
lahan pasang surut dapat: (1) memudahkan penanganan dan pengolahan jika membeli gabah, (2)
dapat disimpan lebih lama serta (3) mempermudah pemasaran beras di Sumatera Selatan.
Budi Raharjo, Yanter Hutapea dan Rudy Soehendi,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
BPTP Sumatera Selatan Jl. Kolonel H. Berlian km 6 Palembang Telp. 0711 410155 Fax 0711 411845
E-mail: bptp-sumsel@litbang.deptan.go.id Web: www.ampung.litbang.deptan.go.id