Anda di halaman 1dari 2

Penelitian Imitasi

Rossi Sanusi (15 Januari 2012)


Keaslian adalah plagiarisme yang tidak terdeteksi.
William Ralph Inge (1860-1954, Penulis)
Banyak dosen dan editor berkala ilmiah mempermasalahkan penelitian imitasi karena dianggap
tidak asli atau tidak bermanfaat untuk pengembangan teori. Penelitian imitasi adalah penelitian
replikasi yang menggunakan proposisi dan rancangan yang persis sama seperti yang digunakan
penelitian sebelumnya. (Sebutan lain untuk penelitian imitasi: exact replication, precise
replication, strict replication). Sebagai contoh, naskah beberapa peneliti yang mengimitasi
penelitian Daryl Bem, seorang peneliti psikologi ternama, tentang prekognisi (i.e., penentuan
pilihan saat ini dipengaruhi kejadian dikemudian hari) ditolak oleh penerbit Journal of
Personality and Social Psychology berdasarkan alasan-alasan tersebut. Berkala terkemuka ini,
yang ditelaah sejawat (peer-reviewed), sebelumnya memuat laporan penelitian Bem yang
menyimpulkan bahwa hasil penelitiannya mendukung hipotesis prekognisi. Penelitian-penelitian
replikasi yang menyusul tentang proposisi yang sama menyimpulkan sebaliknya dan beberapa
pihak menganggap perbedaan pendapat ini sebagai suatu kegagalan telaah sejawat (peer review
failure). (http://www.sciencebasedmedicine.org/index.php/the-value-of-replication/)
Sebenarnya melakukan penelitian imitasi, bahkan yang diulang di tempat yang sama dengan
subyek-subyek yang sama, dapat asli dan berguna untuk pengembangan teori. Laporan
penelitian imitasi, seperti laporan semua jenis penelitian yang lain, dinilai tidak asli jika
terdeteksi memuat informasi atau data hasil pemalsuan, perkaan, atau penjiplakan (tulisan atau
gagasan) oleh si peneliti. Penelitian imitasi asli yang dilakukan dengan benar diperlukan untuk
falsifikasi teori. Artinya, penelitian imitasi dapat menyangkal suatu teori yang didukung oleh
penelitian-penelitian sebelumnya jika hasil penelitian imitasi tersebut tidak mendukung
proposisi(-proposisi) yang menyusun teori yang bersangkutan. Jadi, yang sebaiknya diperhatikan
ialah kriteria kelayakan penelitian imitasi: (1) berada di garis depan dari perkembangan suatu
teori yang praktis (yaitu, yang bermanfaat untuk memecahkan masalah kehidupan nyata); dan,
(2) proposisi-proposisi yang menyusun teori tersebut belum dapat digugurkan oleh penelitianpenelitian sebelumnya dengan rancangan yang kuat (i.e., dengan metoda pengumpulan,
pengolahan dan penafsiran data yang valid).
Penelitian Daryl Bem (http://dbem.ws/FeelingFuture.pdf) sebenarnya tidak layak untuk diimitasi
jika kedua kriteria di atas digunakan. Tidak ada teori praktis yang secara eksplisit memayungi
proposisi yang dikaji; dan, proposisi yang bersangkutan telah digugurkan oleh Eric-Jan
Wagenmakers dkk. dengan metoda pengolahan data yang lebih valid.
(http://caps.ucsf.edu/wordpress/wp-content/uploads/2011/02/bem2011comments.pdf) Ada yang
berpendapat bahwa teori eksplisit tidak diperlukan di dalam suatu penelitian. Namun, jika
seorang peneliti ingin mengembangkan teori ia sebaiknya memeriksa terlebih dahulu apakah
semua proposisi yang dikandungnya sudah diteliti dengan rancangan yang kuat. Dengan peta

atau rekam-jejak proposisi yang lengkap semua pihak (peneliti, dosen, penelaah, editor) dapat
mengidentifikasi proposisi yang belum diteliti, yang sudah diteliti dengan rancangan yang lemah
dan yang sudah diteliti dengan rancangan yang kokoh. Penelitian proposisi golongan yang
terakhir ini yang perlu diimitasi. Falsifikasi dari proposisi(-proposisi) ini menandakan bahwa
perubahan diperlukan pada letak dan isi dari proposisi-proposisi, konstruk-konstruk atau
variabel-variabel.

Anda mungkin juga menyukai