PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15
% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastic dan sensitive,
bervariasi pada iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh.
Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin),
pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna
hitam kecokelatan pada genitalia orang dewasa.
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit
yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium. Kulit yang tebal
dan tegang terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan dan yang
berambut kasar terdapat pada kepala.
Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup dan menjamin
kelangsungan hidup. Kulit pun menyokong penampilan dan kepribadian seseorang.
Dengan demikian kulit manusia memiliki peranan yang penting, selain fungsi utama
yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunya arti lain yaitu estetik, ras,
indikator sistemik dan sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan
yang lain.
Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorbs, sekresi, persepsi, pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan
keratinisasi.
Kulit manusia tidak bebas hama (steril). Kulit steril hanya didapatkan
pada waktu yang sangat singkat setelah lahir. Kulit manusia tidak steril mudah
dimengerti oleh karena permukaan kulit mengandung banyak makanan (nutrisi) untuk
pertumbuhan organism, antara lain lemak, nitrogen, mineral dan lain-lain yang
merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau hasil apendiks kulit. Mengenai
hubungannya dengan manusia, bakteri dapat bertindak sebagai parasit yang dapat
menimbulkan penyakit atau sebagai komensal yang merupakan flora normal.
Saat ini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
semakin banyak pabrik-pabrik dibangun, jumlah kendaraan bermotor dan pencemaran
air limbah dimana-mana menyebabkan banyaknya penyakit yang menyerang kulit
manusia. Pada dasarnya, pola hidup manusia itu sendiri dapat merusak system
integument mereka sendiri. Oleh karena itu diperlukan edukasi dan promosi
kesehatan untuk mendidik masyarakat akan pentingnya menjaga organ kulit mereka.
Dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa penyakit yang menyerang
system integument manusia.
BAB 2
ANATOMI SISTEM INTEGUMEN
2.1 GAMBARAN UMUM KULIT
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme
biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan
pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh , produksi
sebum dan keringat dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari
bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan
terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu kelenjar
holokrin yang besar (Montagna, Renault, Debreuil).
Kulit terbagi atas 2 lapisan utama, yaitu :
1. Epidermis (kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar.
2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat)
Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit.
Para ahli histology
membagi epidermis dari
bagian terluar hingga ke
dalam
menjadi
lapisan, yakni :
1. Lapisan
tanduk
(stratum
corneum)
jernih
lucidum)
juga
lapisan barrier
3. Lapisan
berbutirbutir (stratum granulosum)
Epidermis
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena
kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang
digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis yang menjadi tujuan
utama. Dengan kemajuan teknologi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medic.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh. Yang paling
tebal berukuran 1 mm misalnya pada telapakkaki dan telapak tangan. Lapisan yang
tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel
1.
2.
Kulit.
Lapisan Jernih (Stratum Lucidum) terletak tepat di bawah stratum corneum,
merupakan lapisan yang tipis, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada
telapak tangan dan telapak kaki. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum
terdapat lapisan keratin tipis yang disebut reins barrier (Szakall) yang tidak bisa
3.
ditembus (impermeable).
Lapisan Berbutir-Butir (Stratum Granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit
yang berbentuk polygonal, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Stoughton
menemukan di dalam butir keratohyalin itu terdapat bahan logam, khususnya
4.
berisifilamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih
5.
Dermis
Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalamberbagai bentuk
dan keadaan. Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada
di substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida.
Serabut kolagen dapat mencapai 72 % dari keseluruhan berat kulit manusia bebas
lemak.
Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papilla
rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut,
ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat
pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hypodermis).
A. Keratinisasi
Sel-sel keratinosit pada lapisan basal atau lapisan induk akan memperbanyak
diri, berdiferensiasi, terdesak menuju ke permukaan kulit sehingga akhirnya
menjadi sel-sel yang mati, kering dan pipih pada stratum corneum. Kandungan
lemak dalam sel stratum germinativum sekitar 13-14 % turun menjadi 10 %
dalam stratum granulosum dan hanya tinggal 7 % atau kurang dalam stratum
corneum. Air yang terkandung dalam sel stratum corneum hanya sekitar 25 %,
sedangkan dalam lapisan lainnya hanya 70 %.
Proses pendewasaan dari stratum germinativum sampai menjadi sel tanduk
dalam stratum corneum dinamakan keratinisasi yang lamanya 14-21 hari dan
sering disebut Cell Turn Over Time.
B. Susunan Kimia Kulit dan Keratin
Struktur kimia dari sel-sel epidermis manusia memiliki komposisi berikut :
1. Protein
27 %
2. Lemak
3. Garam mineral
4. Air dan bahan-bahan larut air
2%
0,5 %
70,5 %
BAB 3
DAFTAR PENYAKIT KULIT
3.1 VERUKA VULGARIS
3.1.1 Batasan
Veruka (warts) disebabkan oleh Human Papilloa Virus (HPV) yang terdiri
dari berbagai tipe (lihat tabel 3.1).
Serotype HPV
HPV 1
HPV 2
HPV 3
HPV 4
HPV 6
HPV 16, 18
3.1.2
Patofisiologi
Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa
pengobatan.
Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Bedah beku (N2, N2O cair)
Bedah scalpel
Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut bila
dicari, misalnya hygiene, adanya flour albus atau kelembapan pada pria akibat
disirkumsisi.
3.3 HERPES
3.3.1 Batasan
Herpes zoster adalah salah satu penyakit kulit (radang kulit) disebabkan
oleh virus Varisella zoster dan memiliki sifat yang khas yaitu terdapat vesikel
yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan
dermatomnya dan biasanya unilateral.
3.3.2 Patofisiologi
Masa tunasnya 7-12 hari masa aktif penyakit berupa lesi baru dan yang
tetap timbul berlangsung kira-kira 1-2 minggu virus berdiam di ganglion
posterior susunan syaraf tepi dan ganglion kronialis.
3.3.3
Gejala
1. Gejala prodormal
Gejala sistemik seperti demam, pusing, malaise, dan lokal (nyeri
otot, tulang, gatal, pegal dsb) pada dermatom yang terserang.
2. Stadium
Timbul popula atau plakat berbentuk urtika setelah 1-2 hari akan
timbul gerombolan vesikel dengan dasar kulit yang eritematosa dan
odema vesikel air berisi cairan yang jernih.
Stadium Krutasi
Vesikel menjadi puruler dapat menjadi pustula dan krusta kadangkadang vesikel mengandung darah disebut herpes zoster haemorasik
krusta akan lepas dalam waktu 1-2 minggu dapat timbul infeksi
sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyumbatan tanpa
sikasrek sering terjadi neuralgia pasca hepatica terutama pada orangtua
yang dapat berlangsung berbulan-bulan yang bersifat sementara.
Ciri khas herpes zoster :
11
Nyeri radikuler
Unilateral
Gejala lainnya :
12
Penatalaksanakan
1. Therapi sistemik umumnya bersifat simptomatik untuk nyeri
diberikan analgetik jika disertai infeksi sekunder diberikan
antibiotik.
2. Bila syaraf oftalnikus cabang dari syaraf trigenirus terkena muka
dirujuk ke arah mata karena dapat terjadi perporasi kornea.
3. Pemberian kortikosteroid sistemik diri dapat mencegah timbulnya
neuralgia post herpatica dan untuk mencegah fibrosis garcialia.
4. Therapi topical bergantung pada stadium : Stadium vesikel agar
tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres
terbuka. Bila ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
5. Kompres pada daerah yang terserang : Bila lokal kering, bedak
berisi aodum berikulm 10%, Oksisum Zursi 10% dan mentol 1%.
Bila basah kompres garam tadi, kompres solutio burowl
6. Istirahat
3.3.5
Prognosis
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung
13
lapisan mukosa saluran napas atas penderita. Kemudian terjadi replikasi virus di
limfonodi setelah dua sampai empat hari sesudahnya, dan diikuti viremia
primer yang terjadi setelah empat sampai enam hari setelah inokulasi awal.
Virus kemudian menggandakan diri di liver, spleen, dan organ lain yang
memungkinkan.
Viremia kedua, ditandai dengan adanya partikel partikel virus yang
menyebar di kulit 14 sampai 16 hari sejak paparan awal, menyebabkan typical
vesicular rash. Ensefalitis, hepatitis, atau pneumonia dapat terjadi pada saat itu.
Periode inkubasi biasanya berlangsung antara 10 sampai 21 hari. Pasien
mampu menularkan penyakitnya sejak satu sampai dua hari sebelum muncul
rash sampai muncul lesi yang mengeras, biasanya lima sampai enam hari
setelah muncul rash pertama kali. Meskipun kebanyakan infeksi varicella
menimbulkan kekebalan seumur hidup, pernah dilaporkan infeksi ulangan pada
anak yang sehat.
Hal lain yang harus dijelaskan, setelah infeksi primer VZV bertahan
hidup dengan cara menjadi dormant di system saraf sensorik, terutama
Geniculatum, Trigeminal, atau akar Ganglia Dorsalis dan dormant. Mekanisme
imunologi host gagal menekan replikasi virus, namun VZV diaktifkan kembali
jika mekanisme host gagal menampilkan virus. Kadang kadang terjadi setelah
ada trauma langsung. Viremia VZV sering terjadi bersama dengan herpes
zoster. Virus bermigrasi dari akar saraf sensoris dan menimbulkan kehilangan
sensoris pada dermatom dan rash yang nyeri dan khas.
3.4.3
Gejala
1. Anamnesis
Pada masa prodormal, gejala gejala yang muncul sangat bervariasi.
Masa inkubasi adalah 10 sampai 20 hari.
Varicella yang terjadi pada anak anak sering tidak didahului dengan
gejala prodormal, melainkan ditandai dengan exanthema.
14
Satu sampai dua hari setelah seseorang terinfeksi virus, timbul rash
berupa vesikel vesikel, dan setelah empat sampai lima hari
kemudian, vesikel vesikel tersebut pecah dan menjadi krusta.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Adanya rash
b.
15
Penatalaksanakan
1. Laboratorium
Tzanck smear pada cairan vesikuler menunjukkan adanya giant cell
yang multinuklear dan badan inklusi eosinofil intranuklear pada sel
epitel
Isolasi virus VZV dengan melakukan kultur cairan vesikel
merupakan diagnosis defenitif, walaupun pembiakan virus VZV
merupakan cara yang sulit dan hasil positif diperoleh kurang dari 40%.
Dapat digunakan dua teknik pemeriksaan, yaitu :
1. Teknik imunofluoresensi langsung
Lebih sensitif dan cepat bila dibandingkan dengan kultur jaringan
2. Teknik PCR
Sangat sensitif dalam mengidentifikasi VZV. Dapat pula dilakukan
pemeriksaan serologis seperti EIA, IFA, Complemen fixation,
FAMA, dan Tes Aglutinasi Latex (4).
2. Pencitraan
Foto thoraks diindikasikan bila pada penderita menunjukkan adanya
tanda tanda gangguan pulmonal, untuk menyingkirkan kemungkinan
terjadinya pneumonia. Pada foto thoraks dapat ditemukan normal atau
adanya infiltrat bilateral yang difus pada pneumonia yang disebabkan
varicella.
3. Pemeriksaan Lain
1. Lumbal Punksi
Anak anak dengan tanda tanda gangguan neurologis
sebaiknya dilakukan pemeriksaan LCS melalui lumbal punksi.
LCS pada penderita dengan encefalitis varicella ditemukan
beberapa atau banyak sel, yaitu PMN atau mononuklear.
3.4.5
Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berbiak pada
epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian
atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata. Dua sampai tiga hari setelah
invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan
terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi
awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik
ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan
perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan
kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and
conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk,
pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari
penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler
warna kemerahan. Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan
hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap,
17
Kadang-kadang
terdapat
perdarahan
ringan
pada
kulit.
Terjadi
3.5.4
Penatalaksanakan
Terapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari:
a. pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh,
dll untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas
dan berkeringat karena demam.
b. kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan
c.
d.
e.
f.
g.
secara
in
vitro
terbukti
bermanfaat
untuk
19
3.5.5
3.6 LEPRA
3.6.1 Batasan
Lepra disebabkan oleh kuman mycobacterium leprat, kuman ini dapat
menyerang semua umur, akan tetapi sangat rentan terhadap anak-anak
dibandingkan dengan dewasa. Lepra searing dihubungkan dengan latara
belakanag social ekonomi yang rendah dan keadaan lingkungan yang buruk.
3.6.2
Patofisiologi
Pada tahun 1960 Shepard berhasil Menginokulasikan M .Leprae
20
menyeluruh yang dapat sembuh sendiri /Progresif. Oleh karena itu penyakit
kusta dapat disebut penyakit imunologik.
3.6.3
Gejala
Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan
Penatalaksanakan
Mengingat
bahwa
pengobatan
dapat
menghentikan
penularan
maka
2.
a.
b.
dicapai penderita.
Bila penderita tidak datang berobat ke poliklinik, dilakukan
sehingga
pengobatan
dapat
segera
diberikan
supaya
3.6.5
Prognosis
Baik.
3.7 TINEA PEDIS
3.7.1 Batasan
Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama
mengenai sela jari dan telapak kaki sedangkan yang terdapat pada bagian dorsal
pedis dianggap sebagai tinea korporis. Keadaan lembab dan hangat pada sela
jari kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai daerah tropis yang lembab
mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Efek ini lebih nyata pada sela
21
jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini paling sering terkena.
Kenyataaannya, tinea pedis jarang ditemukan pada populasi yang tidak
menggunakan sepatu. Sinonim dari tinea pedis adalah foot ringworm, athlete
foot, foot mycosis.
3.7.2 Patofisiologi
Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi
jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet, variasi suhu
dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan
sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora
harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat
daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini dilakukan melalui
sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan
nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme
pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah
dicapai, termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan
juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron. Di tingkat ini, derajat
peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem kekebalan tubuh.
Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting
dalam pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi
sela jari merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit.
Sekitar 60-80% dari seluruh penderita dengan gangguan sirkulasi (arteri dan
vena) kronik akibat onikomikosis dan/atau tinea pedis. Jamur penyebab ada di
mana-mana dan sporanya tetap patogenik selama berbulan-bulan di lingkungan
sekitar manusia seperti sepatu, kolam renang, gedung olahraga, kamar mandi
dan karpet.
Bukti eksperimen menunjukkan bahwa pentingnya faktor maserasi pada
infeksi dermatofita sela jari. Keadaan basah tersebut menunjang pertumbuhan
jamur dan merusak stratum korneum pada saat yang bersamaan. Peningkatan
flora bakteri secara serentak mungkin dan bisa juga memainkan peran. Terdapat
bukti tambahan bahwa selama beberapa episode simtomatik pada tinea pedis
22
Gejala
1. Interdigitalis
Bentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di
antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis.
Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela
jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering terdapat
maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila
bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru,
yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur.(1) Jika perspirasi
berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka
inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal.(7)
Bentuk
klinis
ini
dapat
berlangsung
bertahun-tahun
dengan
(7)
kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan
terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula
dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.(1) Tipe ini adalah bentuk kronik
tinea yang biasanya resisten terhadap pengobatan.
3. Lesi Vesikobulosa
Bentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan
kadang-kadang bula yang terisi cairan jernih. Kelainan ini dapat mulai
23
pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak
kaki. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk
lingkaran yang disebut koleret. Keadaan tersebut menimbulkan gatal
yang sangat hebat. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk
selulitis, limfangitis dan kadang-kadang menyerupai erisipelas. Jamur
juga didapati pada atap vesikel.
4. Tipe Ulseratif
Tipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke
dermis akibat maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi
pada sela-sela jari; dapat dilihat pada pasien yang imunokompromais
dan pasien diabetes
3.7.4
Penatalaksanakan
Secara umum penatalaksanaan tinea pedis didasarkan atas klasifikasi
dan tipenya
Tabel 1. Klasifikasi jenis Tinea Pedis dan pengobatannya
Tipe
Moccasin
Organisme
Penyebab
Trichophyton
rubrum
Epidermophyton
floccosum
Scytalidium
hyalinum
S. dimidiatum
Interdigital
T. mentagrophytes
(var. interdigitale)
T. rubrum
E. floccosum
S. hyalinum
Gejala Klinis
Pengobatan
Hiperkeratosis
yang difus, eritema
dan retakan pada
permukaan telapak
kaki; pada
umumnya sifatnya
kronik dan sulit
disembuhkan;
berhubungan
dengan defisiensi
Cell Mediated
Immunity (CMI)
Antifungal
topikal disertai
dengan obatobatan keratolitik
asam salisilat,
urea dan asam
laktat untuk
mengurangi
hiperkeratosis;
dapat juga
ditambahkan
dengan obatobatan oral
Obat-obatan
topikal; bisa juga
menggunakan
obat-obatan oral
dan pemberian
antibiotik jika
terdapat infeksi
24
S. dimidiatum
Candida spp.
Inflamasi /
Vesikobulosa
3.7.5
T. mentagrophytes
(var.
mentagrophytes)
bakteri; kronik :
ammonium
klorida
hexahidrate 20 %
Obat-obatan
topikal biasanya
cukup pada fase
akut, namun
apabila dalam
keadaan berat
maka indikasi
pemberian
glukokortikoid
Prognosis
Baik
3.8 SKABIES
3.8.1 Batasan
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan infestasi dan sensitasi
terhadap sarcoptei scabei var, hominis dan produknya.
3.8.2
Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Penularan dapat terjadi karena
bersalaman atau bergandengan tangan yang lama sehingga terjadi kontak kulit
yang kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain tangan, kuman
skabies dapat menyebabkan bintil (papul, gelembung berisi air, vesikel dan
kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul,vesikel, urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan dapat
timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
25
3.8.3
Gejala
Ada 4 tanda cardinal :
1.
2.
dan panas.
Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya
dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena
infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,
yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami
infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini
3.
4.
3.8.4
telapak kaki.
Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Penatalaksanakan
1. Belerang endap (sulfur prespitatum) dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep dan krim, tidak efektif pada stadium telur.
Penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Dapat dipakai pada
bayi berumur 2 tahun
26
3.8.5
3.9 PEDIKULOSIS
3.9.1 Batasan
Merupakan infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
pediculus humanus var. capitis.
3.9.2
Patofisiologi
Seekor kutu dewasa adalah 1 sampai 2 mm, yang memanjang, pipih
dorsoventral, dan bersayap. Kutu memiliki tiga pasang cakar kaki yang telah
disesuaikan untuk menangkap rambut dan dapat melakukan perjalanan hingga
23 cm per menit. Larva kutu, disebut nimfa atau instar, tampak seperti miniatur
kutu dewasa. Seekor kutu dewasa harus mengambil darah sebelum kopulasi.
Seekor kutu betina dapat menghasilkan 5 sampai 10 telur sehari selama masa
hidupnya dari 30 hari. kutu biasanya bertahan hidup hanya 1 sampai 2 hari dari
27
Gejala
Pedikulosis kapitis biasanya terbatas pada kulit kepala dengan telur kutu
28
3.9.5
3.10
Prognosis
Prognosis baik bila higiene diperhatikan
DERMATITIS
3.10.1 Batasan
Dermatitis berasal dari kata dermo- (kulit) -itis (radang/inflamasi),
sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit
mengalami inflamasi.
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang
dalam perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi
polimorf dan pada umumnya memberikan gejala subjektif gatal. (Mulyono :
1986)
Dermatitis adalah peradangan epidermis dan dermis yang memberikan
gejala subjektif gatal dan dalam perkembangannya memberikan efloresensi
yang polimorf. (Junaidi Purnawan : 1982)
3.10.2 Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat
iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi
sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa
reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun
allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis
adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas
daerah yang terkena dan adanya penyakit kulit lain.
3.10.3 Gejala
29
b)
c)
d)
Terapi umum
-
b)
Terapi Lokal
-
c)
Anti histamin.
3.10.5 Prognosis
Baik.
3.11
URTIKARIA
3.11.1 Batasan
Urtikaria adalah suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak (akut)
karena pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah
30
dermal di bawah kulit dan edema (pembengkakan) dengan sedikit infiltrasi sel
perivaskular, di antaranya yang paling dominan adalah eosinofil. Kelainan ini
disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama histamin, akibat degranulasi sel
mast kutan atau subkutan, dan juga leukotrien dapat berperan.
Histamin akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di bawah kulit
sehingga kulit berwarna merah (eritema). Histamin juga menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan dan sel, terutama
eosinofil, keluar dari pembuluh darah dan mengakibatkan pembengkakan kulit
lokal. Cairan serta sel yang keluar akan merangsang ujung saraf perifer kulit
sehingga timbul rasa gatal. Terjadilah bentol merah yang gatal.
Bila pembuluh darah yang terangsang adalah pembuluh darah jaringan
subkutan, biasanya jaringan subkutan longgar, maka edema yang terjadi tidak
berbatas tegas dan tidak gatal karena jaringan subkutan mengandung sedikit
ujung saraf perifer, dinamakan angioedema. Daerah yang terkena biasanya
muka (periorbita dan perioral).Urtikaria disebabkan karena adanya degranulasi
sel mast yang dapat terjadi melalui mekanisme imun atau nonimun.
Degranulasi sel mast dikatakan melalui mekanisme imun bila terdapat
antigen (alergen) dengan pembentukan antibodi atau sel yang tersensitisasi.
Degranulasi sel mast melalui mekanisme imun dapat melalui reaksi
31
3.11.3 Gejala
Klinis tampak bentol (plaques edemateus) multipel yang berbatas tegas,
berwarna merah dan gatal. Bentol dapat pula berwarna putih di tengah yang
dikelilingi warna merah. Warna merah bila ditekan akan memutih. Ukuran tiap
lesi bervariasi dari diameter beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter,
berbentuk sirkular atau serpiginosa (merambat).
Tiap lesi akan menghilang setelah 1 sampai 48 jam, tetapi dapat timbul
lesi baru.
Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear, pada urtikaria solar
lesi terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan panas
32
lesi akan terlihat pada daerah yang terkena dingin atau panas. Lesi urtikaria
kolinergik adalah kecil-kecil dengan diameter 1-3 milimeter dikelilingi daerah
warna merah dan terdapat di daerah yang berkeringat. Secara klinis urtikaria
kadang-kadang disertai angioedema yaitu pembengkakan difus yang tidak gatal
dan tidak pitting dengan predileksi di muka, daerah periorbita dan perioral,
kadang-kadang di genitalia. Kadang-kadang pembengkakan dapat juga terjadi
di faring atau laring sehingga dapat mengancam jiwa.
3.11.4 Penatalaksanakan
Identifikasi dan pengobatan adalah menghindari factor resiko,
ini yang paling penting dan hanya ini yang efektif untuk terapi jangka panjang.
Menghindari aspirin atau zat-zat aditif pada makanan, diharapkan dapat memperbaiki
kondisi sekitar 50% pasien dengan urtikaria kronik idiopatik
Pengobatan local
1.
Lotion anti pruritus atau emulsi dengan 0,25% menthol bisa membantu
f.
g.
urtikaria.
Profilaksis dengan steroid anabolic, misalnya : danazol, stanozolol
Hormon tyroid juga dilaporkan dapat meringankan urtikaria kronis dan
h.
angioderma
Terapi antibiotic juga dilaporkan bisa pada pasien yang terinfeksi
atau jaringan sekitarnya, atau anafilaksis sistemik yang dapat mengancam jiwa.
Urtikaria akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya cepat dapat
diatasi.Kebanyakan kasus dapat disembuhkan dalam 1-4 hari.Urtikaria kronik
lebih sulit diatasi karena penyebabnya sulit dicari.Hal ini juga tergantung dari
penyebab dari urtikaria itu sendiri.
3.12 LUKA BAKAR
3.12.1 Batasan
elektrolit.
Hal
itu
menyebabkan
berkurangnya
volume
cairan
34
1.
2.
3.
4.
5.
a.
b.
Ekskresi kalium
2.
Respon kardiovaskuler
35
Respon renalis
Respon umum yang biasa terjadi pada pasien luka bakar >20% adalah
penurunan aktifitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek
respon hipovolenik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya
perlukaan luas. Pemasangan NGT akan mencegah distensi abdomen, muntah
dan potensi aspirasi. Dengan resusitasi yang adekuat, aktifitas gastrointestinal
akan kembali normal pada 24 48 jam setelah luka bakar.
4.
Respon imunologi
a.
3.12.3 Gejala
Derajat luka bakar
a.
Derajat I
Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal disekitarnya, kulit
kering, sangat nyeri dan sering disertai sensasi menyengat. Jaringan yang
36
rusak hanya epidermis, lama sembuh 5 hari dan hasil kulit kembali normal.
b.
Derajat II
Derajat IIa
Derajat IIb
37
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
pasien)
14. Fisoterapi dada
15. Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter
dan tube setiap hari
16. Ganti kateter dan NGT setiap minggu
17. Observasi letak tube (ETT) setiap shift
18. Observasi setiap aspirasi cairan lambung
19. Periksa laboratorium darah : elektrolit, ureum/kreatinin, AGD,
proteim (albumin), dan gula darah (kolaborasi dokter)
20. Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit
21. Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter
d. Perawatan luka bakar di unit perawatan luka bakar
Terdapat dua jenis perawatan luka selama dirawat di bangsal yaitu :
1. Perawatan terbuka
Yakni luka yang telah diberi obat topical dibiarkan terbuka tanpa balutan
dan diberi pelindung cradle bed. Biasanya juga dilakukan untuk daerah yang
sulit dibalut seperti wajah, perineum, dan lipat paha
Keuntungan :
Waktu yang dibutuhkan lebih singkat
Lebih praktis dan efisien
Bila terjadi infeksi mudah terdeteksi
Kerugian :
Pasien merasa kurang nyaman
Dari segi etika kurang
2. Perawatan tertutup
Yakni penutupan luka dengan balutan kasa steril setelah dibeikan obat
topical.
39
Keuntungan :
41