Anda di halaman 1dari 3

Ada tiga hal yang memperkuat tujuh pilar konservasi yang diusung Universitas Negeri

Semarang. Yakni pituah, pitutur, dan pitulungan.


Sesuai dengan tujuh pilar konservasi yang di antaranya paperless, manajemen sampah, dan
clean energy, tiga hal yang memperkokohnya pun berkonsep pitu, tandas Rektor Unnes Prof
Dr Sudijono Sastroatmodjo MSi, saat membuka rapat kerja Badan Pengembang Konservasi,
Senin (20/2).
Rektor memaparkan, hal pertama adalah pituah atau petuah yang berarti nasihat. Dengan
semangat mencapai tujuan bersama, keluarga besar universitas konservasi haruslah saling
mengingatkan satu sama lain demi kebaikan dan kebersamaan.
Kedua adalah pitutur yang dapat dimaknai perbincangan (bertutur). Dalam konteks ini,
berbagai ide maupun gagasan yang dilontarkan untuk kemajuan bersama, akan lebih matang
jika mendapat masukan dari berbagai pihak.
Ketiga, pitulungan yang berarti tulung-tinulung (tolong-menolong). Selain bekerja sesuai
dengan bidang masing-masing, semua lini di universitas konservasi juga diharuskan saling
membantu.
Rektor mengatakan, semenjak 1965 hingga 2010 Universitas Negeri Semarang tidak banyak
mendapat perhatian. Selama 45 tahun itu, seperti halnya universitas lain, perguruan tinggi
eks-IKIP ini seakan sulit bersanding dengan universitas lain.
Tak ubahnya manusia, 45 tahun memang usia yang matang untuk melakukan apapun,
termasuk ketika tahun 2010 Unnes menjatuhkan pilihan pada konservasi. Selain hasil ikhtiar
panjang, konservasi merupakan amanat yang harus dijalankan dengan segera, ujarnya
dihadapan puluhan pejabat, dosen, kepala biro, dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
di lingkungan Unnes.
Konsekuensi dari hal itu, Rektor mengatakan, semua lini di universitas ini harus menjaga
nilai-nilai luhur bangsa yang telah ada. Manisfestasi dari tata nilai konservasi yang kita
usung harus memberikan manfaat bagi sesama, tuturnya.
Berkenaan dengan hari bahasa ibu yang diperingati hari ini (Selasa, 21/2), Rektor
menegaskan supaya berbagai istilah lokal yang telah ada, hendaknya tetap dipertahankan
sebagaimana mestinya. Kalaupun berbahasa asing merupakan suatu kebutuhan, jangan
pernah melupakan asal kita sendiri. Pitung pilar konservasi takjaluk dibasajawake nganggo
tembung-tembung sing gampang dimangerteni (tujuh pilar konservasi saya minta
dibahasajawakan dengan kata-kata yang mudah dimengerti), ujarnya.
Masih berlebih
Kepala Badan Pengembang Konservasi Unnes Margaretha Rahayuningsih memaparkan hal
yang telah dicapai selama ini. Capaian itu diantaranya telah dibuatnya sistem monitoring one
man one tree Siomon, dan makin banyaknya program penanaman utamanya di sekitar
kampus Sekaran. Hal yang menjadi koreksi adalah masih borosnya penggunaan listrik di
lingkungan kampus, terutama penggunaan piranti pendingin ruangan, katanya. Selain itu dia
juga menyoroti penggunaan lift di gedung H. Lift merupakan piranti dengan konsumsi listrik
terbesar, paparnya.

Menanggapi hal itu, Rektor menandaskan berbagai kendala harus diselesaikan tahun ini,
termasuk borosnya penggunaan listrik. Sesungguhnya bila sirkulasi udara dan cahaya yang
masuk ke ruangan telah mencukupi, tidak dibutuhkan AC maupun lampu pada siang hari.
Termasuk bila perlu lift dimatikan, toh naik tangga lebih sehat, tandas Rektor serta
menegaskan kembali visi Unnes sebagai universitas konservasi.

Universitas Negeri Semarang merupakan salah satu universitas yang mendeklarasikan


sebagai universitas konservasi. Sebagai universitas konservasi, UNNES menerapkan tujuh
pilar konservasi. Ketujuh pilar tersebut adalah Biodiversitas, Arsitektur Hijau & Transportasi
Internal, Pengolahan Limbah, Nir Kertas, Energi Bersih, Etika, Seni dan Budaya, Kader
Konservasi. Pilar-pilar tersebut merupakan acuan dan misi UNNES dalam rangka tercapainya
visi UNNES yaitu Sehat, Unggul, Sejahtera. Berbagai upaya telah dilakukan oleh civitas
akademika. Salah satunya mahasiswa bidik misi.
Mahasiswa bidik misi merupakan mahasiswa berprestasi akan tetapi kurang beruntung dalam
segi finansial. Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka pembinaan mahasiswa bidik
misi menjadi mahasiswa yang cerdas dalam bidang intelektual, spiritual, dan emosional juga
selalu bermuatan konservasi. Muatan konservasi ini dapat tercermin dalam beberapa hal dari
menjaga biodiversitas, transportasi internal, nir kertas, dan ikut serta dalam menjaga
kelestarian seni dan budaya. Diharapkan, mahasiswa bidik misi memegang peranan penting
dalam mewujudkan lingkungan yang lestasi dan berkelanjutan.
Untuk meneguhkan diri menjadi sebuah universitas konservasi, telah dikembangkan "Taman
Keanekaragaman Hayati" yang meliputi program penghijauan, pemilahan sampah organik
dan anorganik, dan pengolahan sampah organik menjadi kompos. Salah satu kegiatan yang
dilakukan adalah pada waktu kegiatan out bond bidik misi yang dilaksanakan pada hari
Kamis, Jumat 28-29 Juli 2011. Bertempat di Rusunawa, mahasiswa bidik misi mendapatkan
pengarahan berkaitan dengan cara penanaman pohon, kegiatan Jumat bersih, penanaman
pohon di Rusunawa, dan juga penyerahan bantuan bibit tanaman dan tong sampah di
Kelurahan Kalisegoro.
Selain itu, mahasiswa bidik misi juga ikut berpartisipasi dalam mewujudkan transportasi
internal yang ramah lingkungan. Pada bulan Oktober 2011, sebanyak 100 mahasiswa bidik
misi mendapatkan pinjaman sepeda dan dapat dibawa ke tempat kos masing-masing. Lama
peminjaman adalah lima bulan. Setelah lima bulan, sepeda tersebut dipinjamkan kepada
teman bidik misi yang lainnya. Pemberian pinjaman sepeda ini, tentu dapat mengurangi
polusi udara, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mempermudah mahasiswa bidik misi
dalam melakukan aktivitas di kampus.
MEMPERKUAT visi sebagai universitas, Universitas Negeri Semarang (Unnes) akan
menerapkan kurikulum berbasis pendidikan karakter dan konservasi di seluruh kegiatan
perkuliahan.
Pembantu Rektor Bidang Akademik PR I) Unnes, Agus Wahyudin mengatakan, penerapan
kurikulum berbasis pendidikan karakter dan konservasi akan segera diterapkan mulai 2012.
Buku panduannya sudah ada. Kurikulum segera diterapkan tahun ini, ucapnya pada
pembukaan Dies Natalis ke-47 Unnes, Jumat (10/2).
Penerapan kurikulum ini, ia katakan, merupakan upaya Unnes memberikan kontribusi kepada

masyarakat sebagaimana diamanahkan visi konservasi, yakni yang disebutkan pilar


konservasi kedua, berupa konservasi moral, etika, budaya, dan peradaban.
Seseuai buku panduan yang telah tersusun, setiap dosen ketika melakukan pembelajaran di
dalam kelas nantinya wajib menyisipkan nilai-nilai karakter dan konservasi sehingga ilmu
yang ditransformasikan nantinya bisa memberikan maslahat bagi masyarakat luas. Misalnya
dosen akuntansi, ketika menjelaskan harus bisa memberikan pemahaman kepada mahasiswa
bahwa akuntansi sebagai sebuah alat itu harus mendatangkan maslahat secara luas, bukan
sekedar memperlajari angka-angka pada laporan keuangan, jelasnya.
Berkaitan dengan peringatan dies natalis ke-47 Unnes, ia menjelaskan, perguruan tinggi yang
didirikan pada 1965 itu terus berupaya menguatkan jati diri sebagai universitas konservasi.
Selain konservasi karakter dan moral, Unnes juga akan menggiatkan konservasi fisik berupa
pelestarian lingkungan, seperti memperluas program penghijauan dan mendorong
pengurangan penggunaan kertas.
Pembukaan rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-47 Unnes yang dilangsungkan di lapangan
Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) ditandai pelepasan balon berhadiah uang tunai sebesar
satu juta empat puluh tujuh ribu rupiah oleh PR I Unnes Agus Wahyudin. Pembukaan juga
ditandai pemberian bibit tanaman, senam masal konservasi, jalan sehat, dan pembagian bibit
tanaman kepada masing-masing pimpinan fakultas di lingkungan Unnes.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Harjono selaku penanggung jawab kegiatan mengatakan,
dies natalis bertema Menguatkan Konservasi, Mengukuhkan Jati Diri ini juga diramaikan
sejumlah kegiatan. Di antaranya sen Nasional bersama Mendikbud Muhammad Nuh,
beberapa kegiatan konservasi, kejuaraan olahraga dan lomba seni, kegiatan sosial. Perayaan
bakal dipuncaki 30 Maret dengan pergelaran tari bedaya dan wayang kulit, tandas Harjono.
(sna/nji)

Anda mungkin juga menyukai