Anda di halaman 1dari 21

FISIKA DASAR II

TEORI ATOM DAN DUALISME

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VII
PUTRI INDAH SUGIARTO (H31114508)
MUHAMMAD YASIN (H31114509)
NUR HARIS MUNANDAR (H31114510)
DIAN PUTRI AYUNITA (H31114511)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

A. Judul
Judul dari makalah kami adalah Teori Atom Dualisme Partikel Gelombang
B. Tujuan :
1. Mendeskripsikan radiasi benda hitam
2. Untuk mengetahui perbedaaan teori atom Bohr dan Rutherford
3. Untuk mengetahui persamaan schrodinger
4. Mendeskripsikan teori ketidakpastian Heisenberg
5. Menjelaskan efek Dualisme partikel De Broglie
C. Teori
Benda Hitam
Matahari merupakan sumber kehidupan di bumi. Energi yang dipancarkan
matahari membantu semua tumbuhan berklorofil untuk melakukan fotosintesis.
Energi yang dipancarkan oleh matahari membuat suhu dipermukaan bumi menjadi
hangat. Menuuuurut beberapa penelitian suhu dipermukaan matahari sekitar 60000C
Pengertian Radiasi benda hitam
1. Radiasi benda hitam
Hubungan antara banyaknya energy yang dpancarkan dengan dan suhu yang
dimiliki suatu benda , secara sederhana dapat diamati pada kegiatan berolahraga.
Pada pagi hari yang cerah akan terasa adanya kalor yang dipancarkan oleh cahaya
matahari ke tubuh, ketika sedang masuk ruangan akan terasa bahwa suhu ruangan
akan meningkat. Ini menunjukkan adanya kalor yang dipancarkan oleh tubuh
terhadap ruangan.

Contoh tersebut membuktikan bahwa benda akan memancarkan

radiasi elektromagnetik jika memiliki suhu tinggi. Radiasi elektromagnetik yang


dpancarkan oleh benda disebut Radiasi termal.Benda hitan adalah suatu sisitem yang
dapat menyerap semua radiasi kalor yang mengenai benda atau system tersebut.
2. Intensitas radiasi
Berdasarkan hasil percobaan bahwa intensitas radiasi termal berbanding lurus
dengan pangkat empat suhu benda , semakin tinggi suhu suatu benda , semakin besar
pula energy kalor yang dipancarkan . selain itu energy kalor dan intensitas radiasi
termal tergantung pada kondisi, bentuk dan permukaan yang dimiliki benda.
Sehingga berdasarkan Stefan Boltzman intensitas radiasi termal suatu benda
dinyatakan dengan :

Oleh karena intensitas adalah energi yang dipancarkan tiap satuan waktu dan
satuan luas, maka persamaan di atas akan menjadi :

Teori Atom Bohr dan Rutherford


Ernest Rutherford, 1st Baron Rutherford of Nelson (lahir di Brightwater,
Selandia Baru, 30 Agustus 1871 meninggal di Cambridge, Cambridgeshire, 19
Oktober 1937 pada umur 66 tahun) adalah seorang fisikawan kelahiran Selandia
Baru yang bekerja sama meneliti atom dengan J.J. Thomson di Universitas
Cambridge.
Rutherford berhasil menangkap adanya nukleus di dalam atom. Dengan
dukungan dari Frederick Soddy, ia mengemukakan bahwa radioaktivitas berasal dari
peluruhan atom-atom. Ia adalah orang pertama yang berhasil melakukan pembelahan
atom di dalam laboratorium.
Eksperimen yang dilakukan Rutherford adalah menembakan partikel alpha
pada sebuah lempeng tipis dari emas, dengan partikel alpha. Hasil pengamatan
Rutherford adalah partikel alpha yang ditembakan ada yang diteruskan, dan ada yang
dibelokkan. Dari eksperimen ini diketahui bahwa masih ada ruang kosong didalam
atom, dan ada partikel yang bermuatan positif dan negatif.

Dari hasil ini, selanjutnya Rutherford menyatakan bahwa; atom terdiri dari
inti atom yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron-elektron yang
bermuatan negatif. Elektron bergerak mengelilingi inti dengan lintasan yang
berbentuk lingkaran atau elips, Atom sebagian besar tediri dari ruang hampa dengan
satu inti yang bermuatan positif dan satu atau beberapa elektron yang beredar
disekitar inti, seperti Planet-Planet yang bergerak dalam sistem tata surya. Massa
atom sebagian besar terletak pada intinya.
Rutherford melakukan penelitian tentang hamburan sinar pada lempeng
emas. Hasil pengamatan tersebut dikembangkan dalam hipotesis model atom
Rutherford.
a. Sebagian besar dari atom merupakan permukaan kosong.
b. Atom memiliki inti atom bermuatan positif yang merupakan pusat massa atom.
c. Elektron bergerak mengelilingi inti dengan kecepatan yang sangat tinggi.
d. Sebagian besar partikel lewat tanpa mengalami pembelokkan/hambatan.
Sebagian kecil dibelokkan, dan sedikit sekali yang dipantulkan.

Atom secara keseluruhan bersifat netral, muatan positif pada inti sama
besarnya dengan muatan elektron yang beredar di sekitarnya. Muatan positif pada
inti besarnya sama dengan nomer atom dikalikan dengan muatan elementer. Inti dan
elektron tarik-menarik, Gaya tarik menarik ini merupakan gaya centripetal yang
mengendalikan gerak elektron pada orbitnya masing-masing seperti grafitasi dalam
tata surya. Pada Reaksi kimia, inti atom tidak mengalami perubahan,Yang
mengalami perubahan ialah elektron-elektron pada kulit terluar.
Ion + adalah atom yang kekurangan elektron (telah melepas e)

Ion adalah atom yang kelebihan elektron (menyerap e).

Teori Rutherford banyak mendapat sanggahan, karena teori yang


dikemukakan memiliki kelemahan yaitu :
a. Menurut hukum fisika klasik, elektron yang bergerak mengelilingi inti
memancarkan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Akibatnya, lamakelamaan elektron itu akan kehabisan energi dan akhirnya menempel pada inti.
b. Model atom rutherford ini belum mampu menjelaskan dimana letak elektron dan
cara rotasinya terhadap inti atom.
c. Elektron memancarkan energi ketika bergerak, sehingga energi atom menjadi
tidak stabil.
d. Tidak dapat menjelaskan spektrum garis pada atom hidrogen (H).
Pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki
kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen.
Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam
menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen
melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari
Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut:
1.

Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron
dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner
(menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.

2. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga
tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.

3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner
lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan
persamaan planck, E = hv.
4.

Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat


tertentu, terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum
sudut merupakan kelipatan dari h/2 atau nh/2, dengan n adalah bilangan
bulat dan h tetapan planck.
Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-

lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi
paling rendah adalah kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar
semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.

Untuk mengatasi hal ini dan kesulitan-kesulitan lainnya dalam menjelaskan


gerak elektron di dalam atom, Niels Bohr mengusulkan, pada 1913, apa yang
sekarang disebut model atom Bohr. Dua gagasan kunci adalah:
1.

Elektron-elektron bergerak di dalam orbit-orbit dan memiliki momenta yang


terkuantisasi, dan dengan demikian energi yang terkuantisasi. Ini berarti tidak
setiap orbit, melainkan hanya beberapa orbit spesifik yang dimungkinkan ada
yang berada pada jarak yang spesifik dari inti.

2.

Elektron-elektron tidak akan kehilangan energi secara perlahan-lahan


sebagaimana mereka bergerak di dalam orbit, melainkan akan tetap stabil di
dalam sebuah orbit yang tidak meluruh.
Arti penting model ini terletak pada pernyataan bahwa hukum mekanika

klasik tidak berlaku pada gerak elektron di sekitar inti. Bohr mengusulkan bahwa

satu bentuk mekanika baru, atau mekanika kuantum, menggambarkan gerak elektron
di sekitar inti. Namun demikian, model elektron yang bergerak dalam orbit yang
terkuantisasi mengelilingi inti ini kemudian digantikan oleh model gerak elektron
yang lebih akurat sekitar sepuluh tahun kemudian oleh fisikawan Austria Erwin
Schrdinger dan fisikawan Jerman Werner Heisenberg.

Sifat gelombang partikel


Di

paruh

pertama

abad

20,

mulai

diketahui

bahwa

gelombang

elektromagnetik, yang sebelumnya dianggap gelombang murni, berperilaku seperti


partikel (foton). Fisikawan Perancis Louis Victor De Broglie (1892-1987)
mengasumsikan bahwa sebaliknya mungkin juga benar, yakni materi juga
berperilaku seperti gelombang. Berawal dari persamaan Einstein, E = cp dengan p
adalah momentum foton, c kecepatan cahaya dan E adalah energi, ia mendapatkan
hubungan:
E = h = = c/ atau hc/ = E, maka h/ = p
De Broglie menganggap setiap partikel dengan momentum p = mv disertai
dengan gelombang (gelombang materi) dengan panjang gelombang didefinisikan
dalam persamaan di atas (1924). Tabel 2.2 memberikan beberapa contoh panjang
gelombang materi yang dihitung dengan persamaan di atas. Dengan meningkatnya
ukuran partikel, panjang gelombangnya menjadi lebih pendek. Jadi untuk partikel
makroskopik, particles, tidak dimungkinkan mengamati difraksi dan fenomena lain
yang berkaitan dengan gelombang. Untuk partikel mikroskopik, seperti elektron,
panjang gelombang materi dapat diamati. Faktanya, pola difraksi elektron diamati
(1927) dan membuktikan teori De Broglie.
Tabel 2.2 Panjang-gelombang gelombang materi.
kecepatan (cm s-1)

Panjang
(nm)

elektron (300K) 9,110-28

1,2107

6,1

elektron at 1 V

9,110-28

5,9107

0,12

elektron at 100
9,110-28
V

5,9108

0,12

He atom 300K

1,4105

0,071

Partikel

massa (g)

6,610-24

gelombang

Xe atom 300K

2,210-22

2,4104

0,012

Radiasi sebagai Partikel, Elektron Sebagai Gelombang


Fakta bahwa kedua radiasi, partikel elektron dan sifat gelombang
meningkatkan kesulitan konseptual yang mendalam, seperti yang terlihat dari bahan
pertimbangan. Tidak ada keraguan bahwa cahaya terdiri dari partikel, yang disebut
foton yang membawa semua energi dan momentum yang, pertama kali ditegaskan
oleh efek Compton. Mata manusia tidak dapat mendeteksi foton tunggal, hal ini
dimaksudkan untuk menghitung foton, karena di bawah keadaan optimal dibutuhkan
hanya 5-10 foton untuk mengaktifkan mata yang gelap. Ada perangkat, yang dikenal
sebagai pengganda foton, yang dapat dengan mudah mendeteksi foton tunggal.
Sebuah eksperimen menarik dibahas dalam buku Dirac ini di mekanika
kuantum. Ketika polarisasi cahaya yang pasti untuk menghasilkan elektron (seperti
dalam efek fotolistrik), terakhir memiliki pemancar tahun dengan distribusi sudut
tergantung pada polarisasi sinar foton. Karena efek fotolistrik dalam foton tunggal
mengeluarkan elektron tunggal, ini berarti bahwa fotontunggal, selain membawa
energi dan momentum, juga memiliki sifat polarisasi. Misalkan kita sekarang
mengirimkan seberkas cahaya terpolarisasi dengan intensitas awal I 0 melalui kristal,
hanya komponen cahaya terpolarisasi sepanjang sumbu tertentu bisa dilewati.
Sebaliknya jika polarisasi balok dalam pengelolaan awal sumbu,kemudian intensitas
awal I0 akan dimiliki. Jika vektor polarisasi sudut dengan sumbu, kemudian
I 0 cos 2 . Mari kita lihat hasil ini dalam hal foton tunggal. Jika

intensitas balok

berkas ini terpolarisasi sepanjang sumbu, kemudian semua foton yang membuat
balok harus memiliki arah polarisasi. Untuk balok terpolarisasi dalam arah yang
berbeda intensitas berkurang dengan faktor

cos 2 . Ini berarti bahwa hanya fraksi

foton ini yang melewati kristal. Namun, foton tidak dapat dibagi menjadi potonganpotongan, sehingga mengingat itu foton akan melewati kristal, atau tidak. Kami tidak
memiliki cara untuk memprediksi apakah foton akan selesai. Dapat kita katakan
untuk N,

Ncos

foton akan melewati, sehingga peluang atau probabilitas, yang


2

akan didapatkan foton khusus adalah melalui cos .

Kita juga tahu dari optik klasik bahwa sinar foton cahaya akan menunjukkan
sifat seperti gelombang yaitu, difraksi dan interferensi. Percobaan yang dilakukan
oleh GI Taylor pada tahun 1909 adalah yang pertama untuk menunjukkan seberkas
cahaya yang menimbulkan pola difraksi di sekitar jarum. Bahkan ketika Intensitas
cahaya sangat rendah hanya satu foton pada suatu waktu yang dapat dilewati oleh
jarum. Sejak saat itu, lebih banyak percobaan yang menunjukkan bahwa gangguan
dan difraksi tidak dapat terjadi karena efek kolektif dari foton dalam sinar. Ini
menimbulkan masalah baru. Pertimbangkan eksperimen, semua yang merupakan
varian dari percobaan Taylor, yang memiliki balok intensitas sangat rendah cahaya
diarahkan pada layar dengan dua celah di dalamnya. Foton terdeteksi di layar kedua
(Gambar di bawah). Intensitas adalah waktu yang diberikan oleh satu foton melewati
layar dua celah. Setelah banyak foton yang melewatinya, kita melihat pola difraksi
klasik. Secara klasik dipahami: Jika medan listrik pada titik r pada layar mendeteksi
gelombang elektromagnetik melintasi celah 1 dan 2 masing-masing adalah E 1 (r, t)
dan E2 (r, t), jarak layar di titik r dan t adalah jumlah bidang. Ini merupakan
konsekuensi dari aturan superposisi untuk medan listrik, merupakan konsekuensi
dari persamaan Maxwell untuk medan elektromagnetik yang linear. Intensitas di
layar adalah sebanding dengan kuadrat medan listrik total, dan dengan demikian

( E 1 ( r , t )+ E 2(r ,t ) )2 . Pola interferensi adalah

E1 ( r ,t ) . E2 (r , t)

lintas jangka

kuadrat jumlah bidang. Jika hanya satu celah terbuka maka intensitas sebanding

dengan

r , t 2
E 1 , dan jika hanya dua celah terbuka, intensitas sebanding dengan

r , t 2
E 2 . Jika kita sekarang mengartikan intensitas kedalam probabilitas, , sesuai
dengan diskusi kita tentang polarisasi, kita menemukan bahwa jika hanya satu celah
terbuka, probabilitas untuk menemukan foton di r adalah

P1 (r ,t ) , dan jika hanya

celah 2 terbuka, probabilitas untuk menemukan foton di r adalah

P2 (r ,t ) .

Namun, jika kedua celah terbuka, kemungkinan bukanlah jumlah dari probabilitas
pada setiap celah.
Satu-satunya cara untuk menyelesaikannya adalah dengan mengasumsikan
setiap foton dengan dirinya sendiri. Ini bisa diatasi oleh asumsi bahwa setiap foton
dijelaskan oleh medan listrik E (r, t), dan itu di hadapan pada dua celah, bidang foton
pada detektor adalah jumlah dari dua istilah. Ini terkait dengan kehadiran dua celah,
sehingga
e ( r , t )=e 1 ( r , t )+ e2 ( r ,t )

Gambar, Pola interferensi yang dihasilkan dan transisi dari sinar foton melalui
layar dengan dua celah terbuka
sama seperti untuk gelombang cahaya klasik. Catatan masih berbicara
tentang sebuah foton tunggal. Satu-satunya persyaratan (1) bahwa bidang

e (r , t )

memenuhi persamaan linear dan (2) dalam batas klasik tindakan foton sesuai dengan
persamaan Maxwell. Formulasi yang sebenarnya dari teori kuantum foton agak
rumit, dan kami meninggalkan diskusi tambahan ini untuk 18-A.
Pada titik ini kita mengubah fokus kita untuk elektron. Dari waktu penemuan
elektron mereka menggambarkannya sebagai partikel. Mereka muncul untuk
perjalanan sepanjang lintasan yang ditentukan oleh gaya listrik dan magnetik yang
bekerja padanya, mereka memiliki massa, dan mereka membawa energi dan
momentum. Namun demikian, mereka memiliki sifat seperti gelombang, seperti
pertama kali ditentukan dalam difraksi berkas elektron oleh kristal. Seperti
ditunjukkan oleh eksperimen dua celah A. Penelitian ini merupakan realisasi
percobaan yang ditandai sehubungan dengan foton.
Elektron tunggal muncul untuk memukul layar secara acak. Karena jumlah
electron meningkatkan pola interferensi yang diharapkan. Sekali lagi, tempat dimana
elektron tunggal tidak dapat terkena oleh fakta bahwa elektron lain sebelum, atau
yang akan datang setelah itu, sehingga munculnya pola harus mengikat masing-

masing elektron. Dengan analogi dari dugaan kami sehubungan dengan foton, kami
berharap bahwa sifat-sifat elektron tunggal dijelaskan dari satu foton medan listrik
e ( r , t ) . Pada kesempatan ini kami berharap elektron akan dijelaskan oleh fungsi
gelombang

(r , t) . Dalam rangka untuk mendapatkan elektron kita harus

bersikeras memenuhi persamaan linear (r , t) . Dalam kasus ini, memiliki jumlah


dua fungsi gelombang, sehingga aturan superposisi berlaku. Selain itu, kami
mengharapkan prediktabilitas dari mana electron itu (seolah-olah itu partikel klasik)
akan digantikan oleh sebuah pernyataan, fungsi gelombang

(r , t) , tentang

probabilitas elektron tiba di r. Sisa dari bab ini adalah untuk membawa kita ke
bentuk yang tepat dari persamaan linear yang memenuhi

(r , t) , persamaan

Schrodinger, probabilitas untuk menemukan elektron pada jarak r dan t waktu dalam
(r , t)

hal ini

dan sifat umum lain dari fungsi gelombang. Kami membangun

pendekatan ini dengan pendekatan gelombang yang mungkin mensimulasikan sifatsifat partikel. Studi paket gelombang akan membantu dalam hal ini, bahkan
meskipun dalam gagasan itu ada gelombang nyata bertindak seperti partikel, tidak
apa-apa.
Persamaan Schrdinger
Persamaan Schrdinger merupakan fungsi gelombang yang digunakan untuk
memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari partikel. Suatu persamaan
differensial akan menghasilkan pemecahan yang sesuai dengan fisika kuantum.
Persamaan Schrdinger Bebas-waktu
Aplikasi persamaan Schrdinger dalam banyak hal akan berkaitan dengan
energy potensial, yaitu besaran yang merupakan fungsi posisi dan tidak merupakan
fungsi waktu. Perhatian kita tidak tertuju pada keberadaan elektron dari waktu ke
waktu, melainkan tertuju pada kemungkinan dia berada dalam selang waktu yang
cukup panjang. Jadi jika faktor waktu dapat dipisahkan dari fungsi gelombang, maka
hal itu akan menyederhanakan persoalan. Kita tinjau persamaan Schrodinger kasus
satu dimensi dan menuliskan persamaan gelombang sebagai berikut

2
h2 1 d ( x )
+ V p (x )=E
2 m ( x ) d x2

Inilah persamaan Schrdinger satu dimensi yang bebas-waktu. Untuk tiga dimensi
persamaan itu menjadi :
2

h 2
+ [ EV p ( x , y , z ) ] =0
2m
Perlu kita sadari bahwa adanyan persamaan Schrdinger bebas-waktu
bukanlah berarti bahwa elektron atau partikel yang ingun kita pelajari dengan
mengaplikasikan persamaan ini adalah partikel bebas-waktu. Partikel tersebut
memiliki kecepatan gerak, dan kecepatan adalah turunan terhadap waktu dan posisi.
Oleh karena itu dalam memeberi arti pada penurunan matematis dan
persamaan

Schrdinger

bebas-waktu,

dalam

hal-hal

tertentu

kita

perlu

mempertimbangkan masalah waktu, sesuai dengan logika.


Dengan persamaan Schrdinger bebas-waktu atau fungsi gelombang yang dilibatkan
dalam persamaan ini juga fungsi gelombang bebas-waktu, (x) Dari bentuk
gelombang komposit untuk elektron

n
w

kn
t n j() x
j
e
u=S ( x ,t ) A 0 e j (w t k ) dengan S ( x , t )=
0

0x

kita mengambil bentuk (x) sebagai (x) A(x)e

jkx,

dengan A(x) adalah

selubung paket gelombang, untuk mencari solusi persamaan Schrdinger. Persamaan


Schrdinger adalah persamaan gelombang dan yang kita maksudkan adalah
gelombang sebagai representasi elektron atau partikel. Mencari solusi persamaan
Schrdinger adalah untuk memperoleh fungsi gelombang yang selanjutnya
digunakan untuk melihat bagaimana perilaku atau keadaan elektron. Hubungan

antara momentum p dan energi E dengan besaran-besaran gelombang (k,,f,)


adalah
p=h k=

h2 h
= E=h =hf

Fungsi Gelombang
Persamaan Schrdinger adalah persamaan diferensial parsial dengan adalah
fungsi gelombang, dengan pengertian bahwa
dx dy dz
Adalah probabilitas keberadaan elektron pada waktu tertentu dengan volume dx, dy,
dz di sekitar titik (x,y,z), * adalah konjugat dari . Jadi persamaan Schrdinger
tidak menentukan posisi elektron melainkan memberikan probabilitas bahwa ia akan
ditemukan di sekitar posisi tertentu. Kita juga tidak mengatakan secara pasti
bagaimana elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan momentum
elektron dibatasi oleh prinsip ketidakpastian Heisenberg.
Dalam kasus satu dimensi dengan bentuk gelombang.
2 sin
( x )=

( x 2 k ) A e

jkx

dan

2 sin
( x )=
Maka

( x 2 k ) A e

+ jkx

= A20

2 sin

x k
2
x

( )

Apa yang berada dalam tanda kurung pada persamaan tersebut adalah
selubung paket gelombang yang merupakan fungsi x sedangkan A0 memiliki nilai
konstan. Jadi selubung paket gelombang itulah yang menentukan probabilitas
keberadaan partikel.

Persyaratan Fungsi Gelombang, Fungsi gelombang

(x) hasil solusi

persamaan Schrdinger mempunyai arti fisis. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai


berikut.
Elektron sebagai suatu yang nyata harus ada di suatu tempat. Oleh karena itu

fungsi gelombang (untuk satu dimensi) harus memenuhi

dx=1

Fungsi gelombang (x), harus kontinyu sebab jika terjadi ketidak-kontinyuan hal
itu dapat ditafsirkan sebagai rusaknya elektron, suatu hal yang tidak dapat
diterima.
Turunan fungsi gelombang terhadap posisi, d

/ dx, juga harus kontinyu.

Kita telah melihat bahwa turunan fungsi gelombang terhadap posisi terkait
dengan momentum elektron sebagai gelombang. Oleh karena itu persyaratan ini
dapat diartikan sebagai persyaratan kekontinyuan momentum.
Fungsi gelombang harus bernilai tunggal dan terbatas sebab jika tidak akan
berarti ada lebih dari satu kemungkinan keberadaan elektron.
Fungsi gelombang tidak boleh sama dengan nol disemua posisi sebab
kemungkinan elektron haruslah nyata, betapapun kecilnya.

Prinsip ketidakpastian

Dari yang telah dipelajari tentang gelombang materi, kita dapat mengamati
bahwa kehati-hatian harus diberikan bila teori dunia makroskopik akan diterapkan di
dunia mikroskopik. Fisikawan Jerman Werner Karl Heisenberg (1901-1976)
menyatakan tidak mungkin menentukan secara akurat posisi dan momentum secara
simultan partikel yang sangat kecil semacam elektron. Untuk mengamati partikel,
seseorang harus meradiasi partikel dengan cahaya. Tumbukan antara partikel dengan
foton akan mengubah posisi dan momentum partikel.
Heisenberg menjelaskan bahwa hasil kali antara ketidakpastian posisi
ketidakpastian momentum

x dan

p akan bernilai sekitar konstanta Planck:


x p=h

Hubungan ini disebut dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg.


Latihan Ketidakpastian posisi elektron.
Anggap anda ingin menentukan posisi elektron sampai nilai sekitar 5 x 10 -12 m.
Perkirakan ketidakpastian kecepatan pada kondisi ini.
Jawab: Ketidakpastian momentum diperkirakan dengan persamaan (2.13).

p = h/

x = 6,626 x 10-34 (J s)/5 x 10-12 (m) = 1,33 x 10-22 (J s m-1). Karena massa elektron
9,1065 x 10-31 kg, ketidakpastian kecepatannya

v akan benilai:

v = 1,33 x 10-22(J

s m-1) / 9,10938 x 10-31 (kg) = 1,46 x 108 (m s-1).


Perkiraan ketidakpastian kecepatannya hampir setengah kecepatan cahaya
(2,998 x108 m s-1) mengindikasikan bahwa jelas tidak mungkin menentukan dengan
tepat posisi elektron. Jadi menggambarkan orbit melingkar untuk elektron jelas tidak
mungkin.
Hipotesis De Broglie
Berdasarkan fakta yang menyatakan bahwa secara konvensional cahaya
dianggap sebagai gelombang memeiliki sifat partikel . Dari hal ini,seorang fisikawan
yaitu Louis De Broglie berspekulasi bahwa benda - benda yang disebagi partikel
memiliki sifat gelombang. Berdasarkan hal ini , sinar elektron yang sangat kecil
yang berlaku sebagai partikel pada beberapa keadaan ada kemungkinan berlaku
sebagai gelombang . Gagasan ini pertama kali dikonfirmasi oleh Davidson dan
Germer pada tahun 1920.

Dimana dalam hal ini digambarkan bahwa elektron

tersebut melewati kristal grafit dan jika diamati dari pola interferensi prinsip ini

sama dengan prinsip yang dihasilkan ketika cahaya melewati serangkain celah .
Bukti lain dari dualisme sifat cahaya yaitu neutron.
Dalam gelombang klasik, selalu ada sesuatu yang 'melambai'. Jadi dalam
gelombang air permukaan air bergerak naik dan turun, dalam gelombang suara
berosilasi tekanan udara dan di gelombang elektromagnetik bidang listrik dan
magnetik yang bervariasi. Suatu gelombang dapat di hitung dengan menggunakan
ide-ide an rumus fisika kuantum . Dalam hal ini ada istilah yang disebut fungsi
gelombang . Adapun perbedaan teknis antara fungsi gelombang dan gelombang
klasik yaitu gelombang klasik berosilasi pada frekuensi gelombang, dan dalam
kasus yang sama fungsi gelombang tetap konstan dalam waktu.
Fungsi gelombang ini memainkan peran penting dalam penerapan fisika
kuantum untuk memahami situasi fisik nyata.
1. Pertama, jika elektron dibatasi dalam suatu wilayah tertentu, fungsi gelombang
membentuk gelombang berdiri dan sebagai akibatnya,adalah pada

panjang

gelombang .
2. Kedua, jika kita melakukan eksperim en untuk mendeteksi keberadaan elektron
dekat titik tertentu, kita lebih cenderung untuk menemukannya di daerah di mana
fungsi gelombang besar daripada di fungsi gelombang yang kecil.
Lebih jelasnya ide ini digunakan secara lebih kuantitatif oleh Max Born,
yang menyatakan bahwa probabilitas untuk menemukan partikel ialah di titik
tertentu yang sebanding dengan kuadrat besarnya fungsi gelombang pada titik
tersebu t. Dari apa yang dijelaskan sebelumnya, kita bisa nyatakan bahwa fungsi
gelombang terkait untuk membentuk pola gelombang berdiri.
Kecepatan Gelombang de Broglie
Bila kita memberi lambaing kecepatan gelombang De broglie w, kita boleh
menetapkan rumus : w = /
panjang gelombang merupakan panjang gelombang De broglie = h/m, untuk
mendapatkan frekuensinya kita menyamakan persamaan kuantum E = h dengan
rumus realitifistik untuk energi total E = mc2 untuk mendapatkan;
h = mc2 ; = mc2 /h
Sehinga persamaan De broglie menjadi : w = = mc2/h x h/mv = c2/v
D. Aplikasi
1. Aplikasi Kesetaraan Massa Energi

Dalam mengembangkan teorinya tentang relativitas, Einstein sampai kepada


satu kesimpulan yang di kemudian hari menjadi begitu penting. Einstein
menyimpulkan bahwa terdapat kesetaraan antara massa dan energi yang dirumuskan
dalam persamaannya yang terkenal, yang sangat identik dengan dirinya
Persamaan ini menyiratkan adanya kaitan antara massa sebuah benda dan
energinya, dimana dapat dikatakan bahwa massa dapat diubah menjadi energi.
Pada mulanya, kesetaraan massa dan energi belum menjadi prinsip penting.
Sampai disadari bahwa terdapat hubungan antara gaya ikat inti dan defek massa di
dalam inti atom. Jika prinsip kesetaraan massa dan energi ini diterapkan pada inti
atom, bisa dikatakan bahwa massa yang hilang (defek massa) telah diubah menjadi
energi untuk mengikat nukleon-nukleon di dalam inti atom. Jadi, defek massa
bersesuaian dengan energi ikat inti.
Demikian halnya dengan reaksi nuklir, teramati berkurangnya sejumlah
massa dalam reaksi nuklir dimana sebuah inti atom dapat diubah menjadi inti atom
lain disertai dengan pelepasan energi yang sangat besar. Energi yang sangat besar
yang dihasilkan dari reaksi nuklir berasal dari perubahan sejumlah massa inti yang
bereaksi.
Energi Nuklir
Jadi, bisa disimpulkan bahwa energi nuklir dihasilkan dari perubahan
sejumlah massa inti atom ketika berubah menjadi inti atom yang lain dalam reaksi
nuklir.
Mekanisme di dalam inti atom melibatkan berkurangnya sejumlah massa dari
inti atom yang diubah menjadi energi nuklir. Ketika inti atom bereaksi atau
mengalami pembelahan dan berubah menjadi inti atom yang lain disertai pelepasan
sejumlah partikel, sebagian massa inti atom menjadi berkurang yang ditandai dengan
pelepasan energi yang besar dari dalam inti berupa panas atau energi kinetik. Dalam
setiap mekanisme dimana massa berkurang maka telah terjadi perubahan massa
menjadi energi nuklir. Hal ini sesuai dengan prinsip kesetaraan massa-energi.
Energi nuklir yang dihasilkan dalam mekanisme inti atom dan reaksi nuklir
begitu besar. Ini tidak lepas dari kenyataan bahwa inti atom merupakan bagian dari
atom sebagai penyusun materi, dimana jumlah atom di dalam materi adalah jumlah
yang sangat besar yang diwakili oleh suatu bilangan yang dinamakan bilangan
avogadro. Bilangan ini adalah bilangan yang sangat besar.

Bayangkan, 1 kg massa inti yang mengalami pembelahan dapat


menghasilkan energi sebesar puluhan juta kilowatt jam (kWh). Ini sama saja dengan
energi yang dapat digunakan untuk menyalakan lampu 100 W selama 30 ribu tahun,
wow! Tidak heran jika efek dari bom nuklir demikian dahsyatnya, karena energi
yang dihasilkan memang sangat besar.
Dengan jumlah energi yang demikian dahsyat, sebagaimana yang kita lihat
dalam bom nuklir, energi nuklir menyimpan potensi yang luar biasa. Jika energi
yang dahsyat ini dapat dikendalikan dan dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih
bijaksana, tentu potensi energi nuklir layak untuk dipertimbangkan dan
dikembangkan sebagai salah satu alternatif sumber energi selain minyak bumi.
2. Aplikasi Fotolistrik
Sangat mengherankan jika kita mendengar bahwa aplikasi pertama efek
fotolistrik berada dalam dunia hiburan. Dengan bantuan peralatan elektronika saat itu
suara dubbing film direkam dalam bentuk sinyal optik di sepanjang pinggiran keping
film. Pada saat film diputar, sinyal ini dibaca kembali melalui proses efek fotolistrik
dan sinyal listriknya diperkuat dengan menggunakan amplifier tabung sehingga
menghasilkan film bersuara.
Aplikasi paling populer di kalangan akademis adalah tabung foto-pengganda
(photomultiplier tube). Dengan menggunakan tabung ini hampir semua spektrum
radiasi elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki efisiensi yang sangat
tinggi, bahkan ia sanggup mendeteksi foton tunggal sekalipun. Dengan
menggunakan tabung ini, kelompok peneliti Superkamiokande di Jepang berhasil
menyelidiki massa neutrino yang akhirnya dianugrahi hadiah Nobel pada tahun
2002. Di samping itu efek fotolistrik eksternal juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan
spektroskopi melalui peralatan yang bernamaphotoelectron spectroscopy atau PES.
Efek fotolistrik internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh masyarakat.
Ambil contoh foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor cahaya
berkecepatan tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi sebesar 40
Gigabit perdetik yang setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10-11
detik) masih dapat dibaca oleh sebuah foto-diode.
Sel surya yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi matahari
menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah semikonduktor yang
disinari dengan cahaya tampak akan memisahkan elektron dan hole. Kelebihan

elektron di satu sisi yang disertai dengan kelebihan hole di sisi lain akan
menimbulkan beda potensial yang jika dialirkan menuju beban akan menghasilkan
arus listrik.
Akhir-akhir ini kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang dilengkapi
dengan kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel,
kamera digital dengan resolusi hingga 12 Megapiksel, atau pemindai kode-batang
(barcode) yang dipakai diseluruh supermarket, kesemuanya memanfaatkan efek
fotolistrik internal dalam mengubah citra yang dikehendaki menjadi data-data
elektronik yang selanjutnya dapat diproses oleh komputer.
3. Aplikasi Sinar-X
Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan
gelombang pendek Gelombang elektromagnetik banyak jenisnya antara lain sinar
lampu, ultra violet, infra merah, gelombang radio, dan TV. Sinar-X mempunyai daya
tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan demikian sinar-X
dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan terapi di bidang kedokteran nuklir.
Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut dengan photo Rontgen sedangkan yang
untuk terapi disebut Linec (Linier Accelerator). Dengan perkembangan teknologi
dewasa ini maka photo Rontgen dapat di tingkatkan fungsinya lebih luas yaitu
melalui alat baru yang disebut dengan CT. Scan (Computed Tomography Scan).
Adanya peralatan peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan membantu dalam
mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat. Untuk di tingkat daerah peralatan yang menggunakan sinar-X
masih terbatas hanya pada pesawat Rontgen. Karena pesawat radioterapi
membutuhkan catu daya listrik yang cukup besar, pada hal sumber listrik di daerah
relatip masih rendah. Oleh sebab itu pembahasan disini lebih dititik beratkan pada
penggunaan sinar-X untuk pesawat Rontgen. Kata kunci : sinar-X, Photo Rontgen,
CT-scan, Linac.
4. Aplikasi Efek Compton
Teleskop compton nuklir (nct) adalah ditanggung balon-ray-lembut
(0,215mev) teleskop dirancang untukm engetahui sumber astrofisika dari garis emisi
nuklir dan pola isasi -ray. Nct menggunakan sebuah array dari 12 detekto
rpencitraan 3-d germanium (geds).sebuahprototipe 2-ged tentang dijadwalkan nct
akanditerbangkan

di

musim

semi

2004.

Program

nct

dirancang

untuk

mengembangkan dan menguji teknologi dan teknik analisis penting untuk compton
advanced hubble, selama belajar radiasi -ray dengan resolusi spektral yang sangat
tinggi, resolusi sudut moderat, dan sensitivitas yang tinggi. Nct memiliki sebuah
novel, desain ultra-kompak dioptimalkan untuk mempelajari garis emisi nuklir
dalam kisaran 0,5-2 kritis mev,dan polarisasi dalam kisaran 0,2-0,5 mev.
Penerbangan prototipe kritis akan menguji instrumen teknologi novel, teknik
analisis, dan prosedur penolakan latarbelakang kami telah dikembangkan untuk
telesko pberesolus itinggi compton. Dalam tulisa nini kami menyajikan gambara
ninstrum enprototipe NCT.
5. Aplikasi Difraksi Elektron
Berkas elektron digunakan dalam proses pengelasan,yang mengizinkan
rapatan energi sampai sebesar 107 Wcm2 diterapkan pada sasaran sempit
berdiameter 0,11,3 mm dan biasanya tidak memerlukan bahan isi. Teknik
pengelasan ini harus dilakukan dalam kondisi vakum, sehingga berkas elektron tidak
berinteraksi dengan gas sebelum mencapai target. Teknik ini dapat digunakan untuk
menyatukan bahan-bahan konduktif yang tidak cocok dilas menggunakan teknik
pengelasan biasa.
Litografi berkas elektron (EBL) merupakan suatu metode pengetsaan
semikonduktor dengan resolusi lebih kecil dari satu mikron. Teknik ini berbiaya
tinggi, lambat, dan perlu dioperasikan secara vakum dan cenderung mengakibatkan
sebaran elektron pada padatan. Oleh karena sebaran ini, resolusinya terbatas pada 10
nm. Oleh karenanya, EBL utamanya digunakan pada produksi sejumlah kecil sirkuit
terpadu yang terspesialisasi.
Pemrosesan berkas elektron digunakan untuk mengiradiasi material agar
sifat-sifat fisikanya berubah ataupun untuk tujuan sterilisasi produk makanan dan
medis. Dalam terapi radiasi berkas elektron dihasilkan oleh pemercepat liner untuk
pengobatan tumor superfisial. Oleh karena berkas elektron hanya menembus
kedalaman yang terbatas sebelum diserap, biasanya sampai dengan 5 cm untuk
elektron berenergi 520 MeV, terapi elektron berguna untuk mengobati lesi kulit
seperti karsinoma sel basal. Berkas elektron dapat digunakan untuk mensuplemen
perawatan daerah-daerah yang telah diiradiasi olehsinar-X.
Pemercepat partikel menggunakan medan listrik untuk membelokkan
elektron dan antipartikelnya mencapai energi tinggi. Oleh karena partikel ini

bergerak melalui medan magnetik, ia memancarkan radiasi sinkrotron. Intensitas


radiasi ini bergantung pada spin, yang menyebabkan polarisasi berkas elektron
(dikenal sebagai efek Sokolov-Ternov). Berkas elektron yang terpolarisasi ini dapat
digunakan dalam berbagai eksperimen. Radiasi sinkotron juga dapat digunakan
untuk pendinginan berkas elektron, yang menurunkan sebaran momentum partikel.
Seketika partikel telah dipercepat sampai pada energi yang ditentukan, elektron dan
positron ditumbukkan. Emisi energi yang dihasilkan oleh tumbukan tersebut
dipantau menggunakan detektor partikel dan dipelajari dalam fisika partikel.
6. Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Mengukur suhu-suhu bintang. Dengan mengukur intensitas radiasi yang
dipancarkan oleh setiap bintang maka suhunya dapat diprediksi menggunakan
hukum pergeseran Wien.

Anda mungkin juga menyukai