Disusun Oleh :
Mitha Yulia Sari
1C
K7113142
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu Pendidikan dengan judul Pendidikan
Anak Berbakat. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya termasuk kita
hingga akhir zaman.
Anak berbakat adalah sebuah anugrah yang diberikan oleh Allah SWT . potensipotensi tersebut sebenarnya sudah melekat pada diri manusia sejak kecil sehingga
lingkungannya haruslah mendukung agar potensi-potensi anak berbakat itu akan berkembang
dan berguna bagi kehidupan masyarakat. Lalu apa sebenarnya definisi dari anak berbakat itu?
Apa saja karakteristik atau ciri-ciri yang tampak dari anak berbakat? Bagaimana kita
mengidentifiksi anak berbakat? Bagaimana cara mendidik anak berbakat yang tepat sehingga
potensi yang ia miliki dapat kita gali dan kita kembangkan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
akan saya kupas tuntas dalam makalah ini.
Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya menyelesaikan makalah ini baik secara materi maupun non-materi, terutama kepada
Bapak Sutijan selaku dosen Ilmu Pendidikan saya, karena tanpa bimbingannya saya mungkin
tidak bisa me nyelasaikan makalah ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan
kepada teman-teman kelas 1C yang telah memberikan semangat berbaginya untuk saya. Kita
sama-sama belajar dan harus sukses pula dengan sama-sama.
Tak ada gading yang tak retak. Mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk
makalah ini. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Saya sadar, terdapat banyak
kekurangan yang terkandung dalam makalah ini. Untuk itu saya harapkan kritik dan saran
dari para pembaca demi baiknya makalah-makalah yang selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua manusa pintar dan tidak ada yang bodoh. Mengapa saya sampaikan
seperti itu ? karena, mari kita lihat, semua manusia bisa berjalan, bisa memakai
barang-barang di rumahnya, bisa berbicara, bisa melakukan apa yang dia mau,
tahu mengenai cara melakukan sesuatu dsb. Terkecuali yang mempunyai
kekurangan atau keterbatasan. Semua manusia unik, unik di sifatnya,
kemampuannya, kepribadiannya dsb. unik itu artinya berbeda dari yang lain.
Orang lain mungkin punya tapi tidak semuanya memiliki. Keunikan dalam bidang
kemampuan contohnya, ada seorang anak yang memiliki kemampuan lebih di
bidang seni, melukis, maka ketika ia diperintahkan untuk melukis, hasil
kepunyaannyalah yang lebih indah dan bagus dibandingkan milik temantemannya yang lain. Atau dalam keadaan seperti ini anak itu dapat dikatakan
berbakat
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi berbakat secara umum maupun menurut pendapat para
ahli
2. Mengetahui karakteristik dari anak berbakat
3. Mengetahui cara mengidentifikasi anak berbakat
4. Mengetahui cara mendidik anak berbakat dengan benar
5. Mengetahui perspektif Islam dalam keberbkatan seseorang
Bab II
Pembahasan
2.1Definisi berbakat
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), berbakat berarti mempunyai
dasar kepandaian yg dibawa sejak lahir; berpembawaan
2.2Karakteristik Keberbakatan
Semua siswa berbakat juga berbeda-beda dalam hal kekuatan dan talenta mereka
yang unik, dan mereka yang memperlihatkan talenta yang luar biasa salah satu bidang
dapat saja hanya memperlihatkan kemampuan rata-rata di bidang lainnya.
Siswa berbakat memiliki karaktersitik seperti: (Winner, 2000b)
Kemampuan belajar lebih cepat, mudah, dan mandiri dibandingkan temanteman lainnya.
Proses kognitif dan strategi belajar yang lebih canggih dan efisien
Fleksibelitas yang lebih besar dalam hal gagasan dan pendekatan terhadap
tugas.
Konsep diri yang positif khususnya dalam kaitan dengan usaha-usaha akademis.
bidang tertentu. Latihan yang dilakukan dengan serius dan teratur (deliberate practice)
adalah latihan yang muncul pada tingkat kesulitan yang sesuai pada individu tersebut,
member umpan balik yang koleratif, dan mungkin memungkinkan kesempatan untuk
pengulangan (Erickson, 1996). Dalam satu studi, musisi terbaik melakukan latihan
yang serius dan teratur dengan porsi dua kali lipat lebih banyak dibandingkan musisi
amatir (Ericsson,Krampe, & Tesch, 1993) .
Apakah anak-anak yang dari kecil sudah memiliki bakat tertentu berpotensi akan
berbakat pula pada saat dewasa dan menjadi orang yang sangat kreatif? Dalam
penelitian Terman, anak-anak yang memiliki IQ tinggi pada bidang tertentu akan
berpotensi menjadi orang yang ahli pada bidang tersebut. (Winner, 200) .
Sejak usia dini sudah dapat dilihat kemungkinan ada atau tidaknya bakat tertentu dari
anak. Sebagai contoh: anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih
alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah
mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka
akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang
tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak
berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika
sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika
mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara
seperti anak berusia lima tahun.
Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih
cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya.
Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering
merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat
istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang
besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi
"kehausan" akan informasi.
Di kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Anak-anak berbakat sering tidak
menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang
kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara
guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya.
Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yang tidak
diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan
perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan
perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis.
Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan motoriknya.
Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan
perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena
pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya. Tapi itu tidak terjadi pada
semua anak berbakat, hanya beberapa dari mereka saja.
Hal yang menyebabkan beberapa anak berbakat pada saat dewasa tidak menjadi
master piece atau ahli pada bidangnya adalah bahwa mereka ditekan terlalu keras oleh
oran tuanya dan guru yang terlalu keras mengajarnya. Akibatnya, mereka kehilangan
motivasi intrinsik (internal) mereka (Winner, 1996, 2006) . Di saat mereka dewasa,
mereka bertanya pada dirinya,Untuk siapa aku melakukan ini semua? jika
jawabannya bukan untuk dirinya sendiri berarti mereka tidak ingin melakukannya
lagi.
2.4
Tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang
penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya mandiri
dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi.
Kebutuhan pendidikan anak berbakat ditinjau dari kepentingan anak berbakat itu sendiri,
yaitu yang berhubungan dengan pengembangan potensinya yang hebat. Untuk mewujudkan
potensi yang hebat itu, anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi
potensi yang dimilikinya melalui penggunaan fungsi otak, peluang untuk berinteraksi, dan
pengembangan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi. Dari segi
kepentingan masyarakat, anak berbakat membutuhkan kepedulian, pengakomodasian,
perwujudan lingkungan yang kaya dengan pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk
berlatih secara nyata.
Selanjutnya dalam menentukan jenis layanan bagi anak berbakat perlu memperhatikan
beberapa komponen. Komponen persiapan penentunan jenis layanan seperti: Mengidentifikasi
anak berbakat merupakan hal yang tidak mudah, karena banyak anak berbakat yang tidak
menampakkan keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi anak berbakat,
perlu menentukan alasan atau sebab mencari mereka sehingga dapat menentukan alat
indentifikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Misalnya: jika memilih kelompok
Matematika, maka pendekatannya harus mengarah pada penelusuran bakat matematika.
Selanjutnya komponen alternatif implementasi layanan meliputi: ciri khas layanan,
strategi pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang diperhatikan dalam ciri khas layanan adalah
adaptasi lingkungan belajar seperti usaha pengorganisasian tempat belajar (sekolah unggulan,
kelas khusus, guru konsultan, ruang sumber, dll). Selain itu ada adaptasi program seperti:
usaha pengayaan, percepatan, pencanggihan, dan pembaharuan program, serta modifikasi
kurikulum (kurikulum plus, dan berdiferensiasi).
Berkaitan dengan strategi pembelajaran bahwa strtategi pembelajaran yang dipilih harus
dapat mengembangkan kemampuan intetelektual dan non intelektual serta dapat mendorong
cara belajar anak berbakat. Karena itu anak berbakat membutuhkan model layanan khusus
seperti bidang kognitif-afektif, moral, nilai, kreativitas, dan bidang-bidang khusus. Evaluasi
pembelajaran anak berbakat menekankan pada pengukuran dengan acuan kriteria dan
pengukuran acuan norma.
Pemberian program khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat karena anak-anak
berbakat mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Anak-anak ini telah menguasai banyak
konsep ketika mereka ditempatkan di satu kelas tertentu, sehingga sebagian besar waktu
sekolah mereka akan terbuang percuma. Mereka mempunyai kebutuhan yang sama dengan
siswa-siswa lainnya, yaitu kesempatan yang konsisten untuk belajar bahan baru dan untuk
mengembangkan perilaku yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan dan perjuangan
dalam belajar sesuatu yang baru. Akan sangat sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi
kebutuhan tersebut bila mereka ditempatkan dalam kelas yang heterogen.(Winebrenner &
Devlin, 1996) . Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan minat yang
berbeda dari kebanyakan anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat
materi lebih tinggi, pemberian materi disertasi aplikasi, dan selalu memberikan evaluasi
kepada peserta didik. (Pleiss & Feldhusen, 1995)
Program layanan kerja untuk masyarakat. Pada program ini, peserta didik yani anak
berbakat wajib mengaplikasikan ilmunya kepada masyarakat. Hal ini diberikan agar anak
berbakat dapat berbaur dengan masyarakat dan memberikan kesan kepada meraka bahwa
talenta sangat diperlukan oleh masyarakat sehingga anak berbakat akan terus mempelajari
ilmunya dan menghasilkan hal baru.
Guru atau mentor yang melaksanakan tugas-tugas kurikuler yang telah digariskan
mempunyai peranan yang penting agar apa yang akan diajarkan bisa merangsang
perkembangan seluruh potensi yang dimiliki serta berhasil melatih setiap aspek yang
berkembang memperlihatkan fungsi-fungsi kreatif dan produktif.
Mengenai pelaksanaan pendidikan khusus untuk anak berbakat pada umumnya
dikelompokkan dalam tiga bentuk:
Pengelompokan Khusus dilakukan secara penuh atau sebagian, yaitu bila sejumlah
anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh
pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya.
Selain bentuk-bentuk pembinaan tersebut di atas, ada pula cara-cara pembinaan yang lebih
bersifat informal, misalnya dengan pemberian kesempatan meninjau lembaga-lembaga
penelitian-pengembangan yang relevan, atau pengadaan perlombaan-perlombaan.
Peran orang tua dalam menghadapi anak berbakat adalah memberi perhatian terlalu banyak
atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat
dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi
dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah:
Anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain
dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau
sebaliknya.
Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan
masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan
bagi anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam
masyarakat dapat menjadi tutor untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang
lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar
keutamaannya. (Al israa ayat 21)
(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga
kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Anfaal 53).
6.
5.
Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan, Al- Insyira ayat
Islam juga memberi petunjuk kepada orang tua agar dalam mendidik selalu
memperhatikan tingkat kemampuan anak, seperti dalam hadist Rosul yang berbunyi :
( )
propaganda sekularisasi yang biasanya termuat dalam metode ilmiah barat hal ini bisa
berupa terjemahan dari buku-buku yang berasal dari barat.
Orang tua juga harus mendorong anaknya untuk terus meneliti, dengan mengarahkan
perhatian anak pada alam raya; memberi tahu tentang kebaikan dan keindahan yang
ada pada mahluk Allah dengan cara membiasakan anak untuk memperhatikan semua
ciptaan Allah yang ada di alam; dan mengadakan penelitian. Orang tua dapat
menyediakan alat untuk meneliti misalnya dengan mikroskop, teleskop dan
sebagainya. Dalam hal ini Allah memerintahkan pada manusia untuk selalu
memikirkan nikmat-nikmat-Nya dan apa yang telah Dia ciptakan, baik di langit
maupun di bumi.27 Dalam QS. Yunus :101 berbunyi:
Seseorang itu berdasarkan agama temannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada
siapa ia berteman.29
Selain upaya-upaya di atas anak perlu diberi dorangan motivasi karena motivasi
membuat percaya pada potensi yang dimiliki. (seperti yang telah dijelaskan di atas. )
Kedudukan motivasi dalam teori pendidikan disebutkan bahwa motivasi berkaitan
dengan fungsi psikis, menyangkut kejiwaan manusia. Dalam kaitan ini ajaran Islam
menyatakan bahwa disamping unsur fisik manusia juga dilengkapi dengan unsur
psikis/jiwa yang menjadi penggerak tingkah raga seseorang dalam wujud motivasi
untuk mengerjakan perbuatan tertentu.30 Adapun firman Allah yang menjadi sumber
motivasi adalah QS. Al-Zalzalah ayat 7-8.
(8) ( 7) .
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan) nya. (7).
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia
akan melihat balasannya pula. (8). 31
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa kecerdasan berhubungan dengan akal dan
otak, dimana keduanya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya mengenai
makanan (gizi). Dalam pendidikan Islam selain makanan yang bergizi/baik juga
mementingkan makanan yang halal,sebagaimana firman Allah QS An-Nahl: 114
...
artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu..
oleh karena itu meskipun bergizi/baik tetapi tidak halal maka tidak
diperbolehkan/diharamkan. Karena makanan dan minuman yang dimakan manusia
mempunyai pengaruh terhadap jasmani dan rohani untuk itu orang tua agar melarang
anak terlalu kenyang karena menimbulkan pengaruh yang kurang baik dalam diri
anak.
Masa perkembangan anak baik jasmani, akal dan mental sangat membutuhkan gizi
makanan yang baik. Syariat Islam menyarankan agar umatnya mengkonsumsi
berbagai zat makanan yang bergizi yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia.
Menurut H. Khairiyah Thaha MA dalam bukunya Konsep Ibu Teladan
menyebutkan bahwa agar pendidikan intelektual dapat mencapai hasil optimal ada
sejumlah cara dan metode yang bisa ditempuh antara lain :
1.Orang tua hendaknya menumbuhkan kesadaran untuk mendengar dan mengingatkan
hal-hal yang positif pada diri anak, dengan cara menyampaikan seluk beluk ajaran
Islam secara bertahap.
2.Menyediakan perpustakaan mini di kamar anak yang terdiri dari buku-buku tentang
kisah para nabi dan Rosul, para sahabat dan buku-buku pengetahuan yang bermanfaat
bagi masa depan anak sesuai dengan tuntutan usia, perkembangan serta
kemampuannya.
3.Mencarikan teman sepergaulan yang memiliki kecerdasan dan keunggulan ilmiah
yang memadai sehingga bisa mempengaruhi dalam berfikir dan berperilaku ilmiah.37
Demikianlah beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mendidik dan
memelihara anaknya yang berbakat yang diambil dari pendapat para ahli dan
diperkuat dengan al-quran dan hadist.
Berikut ini akan penulis contohkan anak berbakat dari Islam :
Abbdullah Ibnu Abbas ( seorang ahli tafsir dan ahli Fiqh.) Ia seorang yang cerdas
pada masa kecil, ini dilihat dari pikirannya yang lebih dewasa dari pada umurnya, dan
pengetahunnya lebih luas dari pada usianya, semua ayat al-quran yang telah Ia dengar,
Ia hafal di luar kepala dan semua hadist Rasulullah yang ia dengan, Ia mengerti dan Ia
pahami benar-benar. Abdullah sering juga bergaul dengan orang-ornga tua untuk
mendengarkan kisah-kisah tentang peristiwa-peristiwa Arab dari mereka. Oleh
karena itu pada usia delapan belas tahun Ia telah menjadi seorang pemuda yang luas
ilmu pengetahunnya sehingga orang-orang sering datang ke rumahnya untuk bertanya
tentang tawil ayat-ayat al-quran, hadist rasulullah SAW atau masalah yang
berhubungan dengan fiqh, bahasa dan peristiwa-peristiwa Arab.38
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat sudah ada sejak zaman
Rasulullah.
Daftar Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, www.kbbi.web.id . Diakses pada 26 Oktober 2013
http://kumpulanmakalah-kedokteran-psikologi.blogspot.com/2013/06/makalah-psikologipendidikan-pendidikan.html, Diakses pada 26 Oktober 2013