SEFALGIA
Oleh :
Tia Amalia Puti
07923022
Pembimbing :
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I.1. Cephalgia
I.1.1. Definisi
Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah
atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital
dan sebagian daerah tengkuk). Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis
orbitomeatal. Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara
daerah orbital dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.
I.1.2. Etiologi
Penyebab yeri kepala bersifat multifaktorial, seperti kelainan emosional,
cedera kepala, migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa
intrakranial, penyakit mata, telinga / hidung.
I.1.3. Manifestasi Klinik
a) Lokasi Nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam
rongga tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan
di daerah distribusi saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua
pertiga bagian depan kranium, di fosa kranium tengah dan depan, serta di
supratentorium serebeli dirasakan di daerah frontal, parietal di dalam atau
belakang bola mata dan temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui cabang
pertama nervus Trigeminus.
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa
posterior (misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga,
di atas persendian serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk. Nervi kraniales
IX dan X dan saraf spinal C1, C2 dan C3 berperan untuk perasaan di bagian
infratentorial. Bangunan peka nyeri ini terlibat melalui berbagai cara yaitu oleh
peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi pembuluh darah.
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung
cenderung di frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat
menunjukkan kemungkinan massa intrakranial yang membesar (hematoma
subdural, anerysma, tumor otak).
b) Durasi Nyeri
Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan (pressure
headache) disebabkan oleh ketegangan emosional dapat berlangsung berhari-
Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak dan
2.
3.
4.
cabang-cabangnya.
Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A. Frontalis,
A. Temporalis, A. Discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri
6.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim ventrikel,
pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen meliputi
konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat dibangkitkan
oleh karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan
intrakranial dan dapat memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan
atau massa intrakranial.
I.1.5. Klasifikasi
leher.
b.
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial
atau servikal
c.
d.
Nyeri
kepala
yang
berkaitan
dengan
substansi
atau
withdrawalnya.
e.
f.
g.
h.
3) Neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial primer dan nyeri kepala lainnya
Terbagi menjadi :
a.
b.
primer.
I.1.6. Nyeri Kepala Primer
A. Migraine
Definisi
Migraine adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4 72 jam. Karekteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau
berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan mual
dan/atau fotofobia dan fonofobia.
Etiologi
Penyebab pasti migraine tidak diketahui, namun 70 80 % penderita migraine
memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat migraine juga. Risiko terkena
migraine meningkat 4 kali lipat pada anggota keluarga para penderita migraine
dengan aura. Namun, dalam migraine tanpa aura tidak ada keterkaitan genetik
yang mendasarinya, walaupun secara umum menunjukkan hubungan antara
riwayat migraine dari pihak ibu. Migraine juga meningkat frekuensinya pada
orang-orang dengan kelainan mitokondria seperti MELAS (mitochondrial
myopathy, encephalopathy, lactic acidosis, and strokelike episodes). Pada pasien
dengan kelainan genetik CADASIL (cerebral autosomal dominant arteriopathy
with subcortical infarcts and leukoencephalopathy) cenderung timbul migrane
dengan aura.
Klasifikasi
Secara umum migraine dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Migraine dengan aura
Migraine dengan aura disebut juga sebagai migraine klasik. Diawali
dengan adanya gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh
nyeri kepala unilateral, mual, dan kadang muntah, kejadian ini terjadi
5
berurutan dan manifestasi nyeri kepala biasanya tidak lebih dari 60 menit
yaitu sekitar 5-20 menit.
b) Migraine tanpa aura
Migraine tanpa aura disebut juga sebagai migraine umum. Sakit
kepalanya hampir sama dengan migraine dengan aura. Nyerinya pada
salah satu bagian sisi kepala dan bersifat pulsatil dengan disertai mual,
fotofobia dan fonofobia. Nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam.
Diagnosis
a. Migraine tanpa aura
1) Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria 2-4.
2) Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak
berhasil diobati).
3) Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
Lokasi unilateral
Kualitas berdenyut
Intensitas nyeri sedang atau berat
Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita
menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik
tangga).
4) Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
Mual dan/atau muntah
Fotofobia dan fonofobia
5) Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
b. Migraine dengan aura
Kriteria diagnostik :
1) Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi criteria 2-4.
2) Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi
tidak dijumpai kelemahan motorik:
Gangguan visual yang reversibel seperti : positif (cahaya yang
berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif
(hilangnya penglihatan).
Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and
1. Terapi Abortif
Sumatriptan
- Indikasi: serangan migren akut dengan atau tanpa aura
- Dosis & Cara Pemberian: dapat diberikan secara subkutan
dengan dosis 4-6 mg. Dapat diulang sekali setelah 2 jam
kemudian jika dibutuhkan. Dosis maksimum 12 mg per 24
jam.
Zolmitriptan
- Indikasi: Untuk mengatasi serangan migraine akut dengan
atau basilar.
Dosis & Cara Pemberian : Pada uji klinis, dosis tunggal 1; 2,5
dan 5 mg efektif mengatasi serangan akut. Pada perbandingan
dosis 2,5 dan 5 mg, hanya terjadi sedikit penambahan manfaat
dari dosis lebih besar, namun efek samping meningkat. Oleh
karena itu, pasien sebaiknya mulai dengan doss 2,5 atau lebih
rendah. Jika sakit terasa lagi, dosis bisa diulang setelah 2 jam,
- Topiramat
Methysergid, derivatif ergot 2-6 mg/hari untuk beberapa minggu
sampai bulan efektif untuk mencegah serangan migraine.
dan
tengkuk
M.splenius
kapitis,
M.temporalis,
M.maseter,
C. Cluster Headache
Definisi
Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala vaskular yang juga
dikenal sebagai nyeri kepala Horton, sfenopalatina neuralgia, nyeri kepala histamine,
sindrom Bing, erythrosophalgia, neuralgia migrenosa, atau migren merah (red
migraine) karena pada waktu serangan akan tampak merah pada sisi wajah yang
mengalami nyeri.
Etiologi
Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut :
Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat dilatasi pembuluh
darah sekitar.
Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
Pelepasan histamin.
Letupan paroxysmal parasimpatis.
Abnormalitas hipotalamus.
Penurunan kadar oksigen.
Pengaruh genetik
Glyceryl trinitrate.
Alkohol.
Terpapar hidrokarbon.
Panas.
Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
Stres.
10
Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh International Headache
Society (IHS) adalah sebagai berikut:
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri
tersebut.
Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk
mengobati serangan akut cluster headache. Pasien tidur telentang
dengan kepala dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30 dan beralih
ke sisi sakit kepala. Tetes nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 ml
lidokain 4% yang dapat diulang setekah 15 menit.
11
b.
Preventif
Verapamil, dosis 80 mg tiga kali sehari, dosis harian akan
ditingkatkan secara bertahap dari 80 mg setiap 10-14 hari. Dosis
ditingkatkan sampai serangan cluster menghilang, efek samping atau
jelas)
6. Muntah yang terjadi mendahului sakit kepala
7. Sakit kepala yang dicetuskan oleh bending, mengangkat beban, dan batuk
8. Sakit kepala timbul segera setelah bangun tidur
9. Usia lebih dari 55 tahun
10. Sakit kepala pada anak
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam
kompartemen supertentorial maupun infratentorial. Keganasan tumor otak yang
memberikan implikasi pada prognosanya didasari oleh morfologi sitologi tumor
dan konsekuensi klinis yang berkaitan dengan tingkah laku biologis. Sifat-sifat
keganasan tumor otak didasari oleh hasil evaluasi morfologi makroskopis dan
histologis neoplasma, dikelompokkan atas :
a. Benigna (jinak)
Morfologi tumor tersebut menunjukkan batas yang jelas, tidak
infiltratif dan hanya mendesak organ-organ sekitar. Selain itu, ditemukan
adanya pembentukan kapsul serta tidak adanya metastasis maupun rekurensi
setelah dilakukan pengangkatan total. Secara histologis, menunjukkan
struktur sel yang reguler, pertumbuhan la,a tanpa mitosis, densitas sel yang
rendah dengan diferensiasi struktur yang jelas parenkhim, stroma yang
tersusun teratur tanpa adanya formasi baru.
b. Maligna (ganas)
Tampilan mikroskopis yang infiltratif atau ekspansi destruktur tanpa
batas yang jelas, tumbuh cepat serta cenderung membentuk metastasis dan
rekurensi pasca pengangkatan total.
Tumor otak menyebabkan timbulnya gangguan neurologik progresif.
Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua faktor,
yaitu gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan intrakranial. Gangguan fokal
terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi
langsung pada aprenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan
suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi
sebagai hilangnya fungsi secara akut dan gangguan serebrovaskular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa
tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitar sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
Berikut ini klasifikasi tumor intracranial menurut WHO :
Jenis Tumor
Asal
Status
Keganasan
14
Persentase
Dari Semua
Tumor Otak
Yang Sering
Terkena
Kordoma
Glioma (glioblastoma
multiformis, astrositoma,
oligodendtrositoma)
Jinak tetapi
kolumna spinalis
invasif
Ganas atau
Sel-sel embrionik
jinak
Sel-sel penyokong
Ganas atau
otak, termasuk
relatif jinak
astrosit &
Dewasa
1%
Anak-anak
Anak-anak &
65%
Pembuluh darah
Jinak
Meduloblastoma
Sel-sel embrionik
Ganas
1-2%
Jinak
20%
Tulang tengkorak
Jinak
2&
Osteosarkoma
Tulang tengkorak
Ganas
<>
Jinak
1%
Jinak
2%
Jinak
3%
Adenoma hipofisa
Schwannoma
Sel-sel di kelenjar
pinealis
Sel-sel epitel
hipofisa
Sel Schwann yg
Anak-anak &
dewasa
Anak-anak
Osteoma
Pinealoma
dewasa
oligodendrosit
Hemangioblastoma
Meningioma
<>
Dewasa
Anak-anak &
dewasa
Anak-anak &
dewasa
Anak-anak
Anak-anak &
dewasa
Dewasa
membungkus
persarafan
Tabel 2. Klasifikasi Tumor Intrakranial (WHO)
peningkatan TIK, dengan cara hiperventilasi ringan disertai dengan analisa gas
darah untuk menghindari global iskemia pada otak.
9) Diuretika Osmosis
Manitol 20% dengan dosis 0,25-1 gr/kgBB diberikan cepat dalam 30-60 menit
untuk membantu mengurangi peningakatan TIK dan dapat mencegah edema
serebri.
LAPORAN KASUS
STATUS NEUROLOGI
I.
IDENTITAS
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pekerjaan
Agama
Status Pernikahan
Alamat
Pendidikan
A. Keluhan Utama
: Ny. AM
: Perempuan
: 38 tahun
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Menikah
:
: Tamat SLTA
18
Tidak disertai muntah, takut melihat cahaya ataupun takut mendengar suara.
Pasien sering sakit kepala seperti ini sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri hilang
timbul. Setiap keluhan timbul intensitas bervariasi dari ringan ke berat, dan saat
keluhan timbul, keluhan menetap pada lokasi yang sama. Lamanya setiap
serangan tidak menentu, biasanya paling cepat sehari dengan obat dan saat ini
nyeri kepala berlangsung paling lama. Nyeri dikatakan pasien biasa datang
dengan frekuensi tidak menentu, terkadang sebulan satu kali, namun semakin
lama semakin sering dan tidak hilang dengan minum obat warung. Pasien
mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul jika telat makan, stress, saat
membaca, menonton tv, ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi.
Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktivitas dan sedikit berkurang
bila pasien berbaring atau beristirahat. Keluhan tidak dipengaruhi oleh siklus
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : TSS
Kesadaran
: CM, GCS E4M6V5=15
19
Sikap
Kooperasi
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
: duduk aktif
: kooperatif
: 100/70 mmHg
: 76x/ menit
: Afebris
: 18x/menit
B. Keadaan Lokal
Trauma Stigmata
Pulsasi Aa.Carotis
Pembuluh Darah Perifer
Kelenjar Getah Bening
Columna Vertebralis
Pemeriksaan
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: baik
: tidak ada
: regular, cukup, equal kanan dan kiri
: CRT <2`
: tidak teraba membesar
: lurus di tengah
Perkusi
:
- Batas atas
: ICS III linea parasternalis sinistra
- Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
- Batas kiri
: ICS V, linea midklavikularis sinistra
Auskultasi
: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: datar
: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
Auskultasi
Ekstrimitas
III.
membesar
: timpani
: bising usus (+) normal
: akral hangat, oedem
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
A. Rangsang Selaput Otak
Kaku Kuduk
Laseque
Laseque Menyilang
Kernig
Brudzinski I
Brudzinski II
: (-)
:
:
:
:
:
Kanan
Kiri
>70
(-)
> 135
(-)
(-)
>70
(-)
> 135
(-)
(-)
20
:
:
:
:
Kanan
baik
baik
baik
tidak dilakukan
Kiri
baik
baik
baik
Kanan
Kiri
N. III, IV, VI
Kedudukan Bola Mata
ortoforia
Kelopak mata
Normal
ortoforia
Normal
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
bulat, 3 mm
(+)
(+)
baik
baik
N. V
Cabang Motorik
Cabang Sensorik
Ophtalmik
Maxilla
Mandibularis
N.VII
Kanan
baik
Kiri
baik
:
:
:
baik
baik
baik
baik
baik
baik
Motorik Orbitofrontal :
Motorik Orbicularis :
Pengecap lidah
:
Kesan parese (-)
N.VIII
Vestibular
Vertigo:
Nistagmus
Kanan
baik
baik
baik
Kiri
baik
baik
baik
Kanan
Kiri
:
(-)
:
(-)
(-)
21
(-)
Cochlear
Tes Rinne
Tes Webber
Tes Swabach
N.IX, X
Motorik
Sensorik
N.XI
:
:
:
Mengangkat bahu
:
Menoleh
:
N.XII
Pergerakan Lidah
: baik
Atrofi
: (-)
Fasikulasi
: (-)
Tremor
: (-)
Kesan parese
: (-)
D. Sistem Motorik
Ekstrimitas Atas Proksimal Distal
5555 5555
Ekstrimitas Bawah Proksimal Distal
5555 5555
E. Gerakan Involunter
Tremor
: (-)
Chorea
: (-)
Athetose
: (-)
Mioklonik
: (-)
Tics
: (-)
F. Trofik
: eutrofik
G. Tonus
: normotonus
H. Sistem Sensorik
Kanan
:
baik
I. Fungsi Cerebellar dan Koordinasi
Ataxia
: (-)
Tes Rhomberg
: (-)
Disdiadokinesa
: (-) / (-)
Jari-Jari
: (-) / (-)
Jari-Hidung
: (-) / (-)
Tumit-Lutut
: baik / baik
Rebound Phenomenon : (-) / (-)
Hipotoni
: (-)
J. Fungsi Luhur
Astereognosia
: (-)
Apraksia
: (-)
Afasia
: (-)
K. Fungsi Otonom
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Sekresi Keringat
: baik
L. Refleks-refleks Fisiologis
Kanan
Kornea
:
(+)
Berbangkis
:
(+)
Pharing
:
(+)
22
Kiri
baik
baik
Kiri
baik
Kiri
(+)
(+)
(+)
Bisep
:
Trisep
:
Radius
:
Dinding Perut
:
Otot Perut
:
Lutut
:
Tumit
:
Sfingter Ani
:
M. Refleks-refleks Patologis
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
+2
+2
+2
(+)
(+)
+2
+2
tidak dilakukan
Kanan
Hoffman Trommer :
(-)
Babinsky
:
(-)
Chaddock
:
(-)
Gordon
:
(-)
Gonda
:
(-)
Schaeffer
:
(-)
Klonus Lutut
:
(-)
Klonus Tumit
:
(-)
N. Keadaan Psikis
Intelegensia
: baik
Tanda regresi
: (-)
Demensia
: (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH RUTIN
Hemoglobin
13,8 g/dl
Hematokrit
43 %
Lekosit
7700
Trombosit
358.000/ul
Eritrosit
4.76 jt/ul
VER/HER/KHER/RDW
VER
89.3 fl
HER
28.9 pg
KHER
32.4 g/dl
RDW
13.7 %
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinis
Diagnosis Etiologi
Diagnosis Topik
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
N = 13.2-17.3 g/dl
N = 33-45 %
N = 5.000-10.000/ul
N = 150.000-440.000/ul
N = 4.40-5.90 jt/ul
N = 80.0 100.0 fl
N = 26.0 34.0 pg
N = 32.0 36.0 g/dl
N = 11.5 14.5 %
: Cephalgia
: Tension type headache kronis
: (-)
PENATALAKSANAAN
Psikologik (psikoterapi)
Fisiologik (relaksasi)
Farmakologik:
Tizanidina 2mg tab 1x1
Eperisone HCL tab 3x1
Metampiron 500mg tab 3x1
RENCANA PEMERIKSAAN
EMG
PROGNOSIS
Ad Vitam
: ad bonam
23
+2
+2
+2
(+)
(+)
+2
+2
Ad Functionam
Ad Sanationam
: ad bonam
: dubia ad bonam
DISKUSI
Pasien, perempuan, usia 38 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada seluruh kepala
terutama bagian belakang sejak 3 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan seperti
berdenyut dan seperti ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher.
Lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul. Nyeri kepala dirasakan terus menerus
selama 3 hari ini, tidak hilang dengan minum obat, disertai mual. Pasien mengaku
sudah sering sakit kepala seperti ini sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan hilang
timbul. Setiap keluhan timbul intensitas bervariasi dari ringan ke berat, dan saat
keluhan timbul, keluhan menetap pada lokasi yang sama. Lamanya setiap serangan
tidak menentu, biasanya paling cepat sehari dengan obat dan saat ini nyeri kepala
berlangsung paling lama. Nyeri dikatakan pasien biasa datang dengan frekuensi tidak
menentu, terkadang sebulan satu kali, namun semakin lama semakin sering dan tidak
hilang dengan minum obat warung. Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul
jika telat makan, stress, saat membaca, menonton tv, ataupun pekerjaan lain yang
24
membutuhkan konsentrasi. Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktivitas
dan sedikit berkurang bila pasien berbaring atau beristirahat. Pada pemeriksaan fisik
dan neurologi didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan darah rutin dalam batas
normal. Pada pemeriksaan CT scan kepala tidak tampak kelainan intra parenkim
cerebri dan dicurigai adanya infark lacuner di temporal kiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lumbantombing, SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2004
2. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2004. hal
303-20 & 374-75.
3. Misbach J. Hamid AB, Mayza A. Standar Pelayanan Medis dan Standar Prosedur
Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia 2006.
4. Pertemuan Nasional III Nyeri, Nyeri Kepala & Vertigo PERDOSSI, Solo, 4 - 6 Juli
2008
5. Sidharta, Priguna. Tension Headache dalam Kumpulan naskah Headache. FKUI.
Jakarta.
25