Anda di halaman 1dari 3

Dalam setiap kejadian sekecil apapun selalu ada hikmah yang bisa diambil.

Itulah ciri orang yang cerdas dalam menyikapi hidup (Al Hikam karya Ibn
Athoillah Al Askandari)
Hari itu saya memang berniat Ngabuburit dan Tarawih di salah satu masjid tertua
di Surabaya, Masjid Sunan Ampel. Masjid yang hingga saat ini selalu ramai
dikunjungi peziarah dari seluruh nusantara. Waktu itu jam sudah menunjukkan
pukul 4 sore, setelah ambil air wudlu saya sholat tahiyatul masjid dan berlanjut
membaca Alquran sambil menunggu waktu berbuka. Sewaktu saya nderes
Alquran, sayup-sayup saya dengar ada suara ceramah dari luar masjid. Saya
pun

menyudahi

bacaan

saya

dan

menuju

serambi

masjid

untuk

ikut

mendengarkan ceramah dari seorang Ust. Beliau terlihat dikelilingi oleh banyak
jamaah yang kebanyakan terdiri dari para sepuh (orang tua).
Saya duduk di barisan paling belakang, beliau menjelaskan tentang tafsir, entah
kitab apa yang beliau baca. Namun dari clue yang beliau berikan, saya menebak
kitab yang beliau baca adalah tafsir Ibnu Katsir atau mungkin Tafsir Jalalain Karya
Syekh Jalaluddin Assuyuthi & Jalaluddin Almahalli. Jamaah terlihat khusyu
menyimak penjelasan beliau yang membahas tentang kisah zaman Nabi-nabi
terdahulu. Saya pun ikut fokus menyimak penjelasan beliau yang runut disertai
dengan intonasi suara yang pas. Tak terasa waktu pun sudah menunjukkan jam 5
lebih 25 menit. Beliau kemudian mengakhiri pengajiannya dan jamaah terlihat
segera antri menyalami beliau.
Akhirnya momen yang paling ditunggu pun tiba, yakni bagi-bagi takjil (hehe),
saya beserta jamaah lain dengan sabar menunggu giliran, (budaya antri harus
ditegakkan..hehe).

Setelah

memperoleh

sebungkus

nasi,

saya

kembali

mengambil air wudlu dan berjamaah sholat maghrib. Sehabis membaca wirid
secukupnya, saya melahap menu buka dari panitia, begitu makanan sudah
hampir habis saya baru sadar kalau belum punya air minum. Ndilalah (tak
dinyana) ada orang yang berpenampilan sangat sederhana membelikan saya
minum Aq*a dengan cuma-cuma, saya pun langsung beterimakasih pada beliau,
karena hampir saja saya keselek jika tidak segera minum. hehe
Setelah buka puasa, acara berlanjut sholat Tarawih berjamaah, seperti yang
saya dengar sebelumnya, di masjid Ampel ini sekali Tarawih paling tidak 1 juz
harus khatam. Pada sholat pertama dan kedua masih tidak masalah, begitu
masuk sholat ke tiga dan ke empat, mata saya terasa berat sekali. Dan pada
sholat ke lima akhirnya saya mundur ke belakang karena sudah tidak kuat

menahan kantuk. Begitu saya mundur ke belakang, aneh bin ajaib kantuk saya
langsung sirna seketika. Luar biasa..hehe
Ada beberapa hikmah yang saya petik dari kejadian-kejadian di atas. Pertama
kita bisa belajar dari siapa saja dan dimana saja. Meskipun ilmu tersebut sudah
pernah kita pelajari sebelumnya, toh apa salahnya mengupdate ilmu yang
mungkin ada beberapa yang hilang dari ingatan kita. Para pencari ilmu sejati
bukanlah mereka yang bosan mendengar topik yang sama berulang-ulang, akan
tetapi mereka selalu semangat menyimak dengan serius seakan-akan ada
infromasi baru dan penting yang harus mereka simak.
Hikmah Kedua, sewaktu sang Ust. Selesai memberikan pengajian, para jamaah
berebut menyalami beliau meskipun banyak dari mereka yang bahkan mungkin
nama sang Ust belum tentu tahu, akan tetapi mereka tetap menyalami beliau
sebagai

bentuk

penghormatan

kepada

seorang

guru.

Mereka

begitu

menghormati beliau karena telah memberikan ilmunya. Hal ini penting karena
Ridho guru adalah segalanya bagi seorang murid. Ini yang mungkin terkadang
salah kaprah di era sekarang, banyak murid yang kurang menghargai guru,
terlepas apakah guru tersebut memeliki kompetensi yang mumpuni atau tidak.
Murid seyogyanya tetap menaruh hormat pada guru. Bisa jadi ilmu yang kita
peroleh dari seorang guru tidak banyak, namun jika ilmu tersebut barokah
karena hormat kita pada guru, maka suatu saat ilmu tersebut pasti akan
bermanfaat dikemudian hari. Hal inilah yang seharusnya dipahami oleh pelajar
(murid), bukan semata-mata cerdasnya otak, akan tetapi indahnya akhlak adalah
penting bagi para pencari ilmu.
Hikmah

Ketiga,

ada

orang

yang

sama

sekali

tidak

meyakinkan

secara

penampilan dengan cuma-cuma memberikan saya minum. Saya dan anda


mungkin- termasuk orang yang berpikiran penampilan adalah segalanya, bahwa
mereka yang penampilannya elegan patut kita hormati, sedangkan yang
penampilannya

sederhana

tidak

perlu.

Padahal

pikiran

tersebut

tidak

sepenuhnya benar, kita tentu sama-sama tahu bahwa banyak orang yang
berpenampilan menarik ternyata penipu, pencuri bahkan perampok. Sebaliknya,
mereka yang berpakaian sederhana ternyata memiliki hati yang tulus dan mulia.
Tapi bukan berarti saya dan anda tidak perlu berpakaian rapi, Nabi jelas
menganjurkan ummatnya agar berpakaian rapi. rapi tidak harus mahal dan
mewah, banyak cara untuk rapi tanpa perlu dana yang berlimpah meskipun
harus kita akui bersama bahwa setiap orang memiliki style yang berbeda-beda

dalam berpakaian. Seperti saya misalnya, selalu berpakaian rapi, rapi

yang

cenderung sederhana..hehe.
Hikmah yang terakhir, jika anda tidak terbiasa sholat tarawih berlama-lama,
jangan coba-coba sholat tarawih di masjid Ampel. Anda bisa manjadi korban
tepar selanjutnya selain saya. Itu saja, sederhana saja tidak usah terlalu njlimet
mikirnya.
Badu Wanar Pucuk Lamongan
2 Syawal 1435 H
Alfakir
Muhammad Syafi

Anda mungkin juga menyukai