Anda di halaman 1dari 22

PROCESS INTERVENTION

SKILLS
REZA JULIANNOR
RIFKI ARIF RAHMAN

PROSES INTERVENSI
Merupakan keterampilan OD yang digunakan oleh
praktisi OD, baik manajer atau profesional OD.,
untk membantu pekerjaan tim agar lebih efektif.
Tujuan dari proses intervensi adalah untuk
membantu kinerja kelompok agar lebih berhatihati dalam pengoperasiannya dan juga antar
anggota satu dengan yang lainnya.

PROSES KELOMPOK

Komunikasi
Peran dan Fungsi Anggota
Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Norma-Norma Kelompok dan Pertumbuhan
Kepemimpinan dan Otoritas

KOMUNIKASI
Mengamati
Identifikasi
Gangguan

PERAN DAN FUNGSI ANGGOTA


Manajer atau Praktisi harus menyadari peran
anggota yang berbeda yang ada didalam kelompok

PEMECAHAN MASALAH DAN


PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sebuah kelompok kerja yang efektif harus
mampu mengidentifikasi masalah, memeriksa
tindakan yang mungkin, dan membuat keputusan

NORMA-NORMA KELOMPOK DAN


PERTUMBUHANNYA
Proses intervensi mengajarkan kelompok agar
memahami norma- norma yg harus mereka
patuhi dan rasakan

KEPEMIMPINAN DAN OTORITAS


Proses intervensi membantu kelompok kerja
memahami dampak dari gaya kepemimpinan dan
masalah otoritas

JENIS PROSES INTERVENSI

Klarifikasi dan Meringkas


Mensintesis dan Generalisasi
Menyelidiki dan Mempertanyakan
Mendengarkan
Mencerminkan Perasaan.
Memberikan Dukungan, Pelatihan, dan Konseling
Modeling
Mengatur Agenda
Memberi Pengamatan Kembali
Saran Struktural

KLARIFIKASI DAN MERINGKAS


Klarifikasi mengacu pada menyelesaikan
kesalahpahaman atau persepsi yang salah dalam
apa yang dikatakan anggota

MENSINTESIS DAN GENERALISASI


Generalisasi mengacu pada mengambil ide-ide
dari perasaan satu orang yang menyatakan
keberatan

MENYELIDIKI DAN MEMPERTANYAKAN


Menyelidiki dan mempertanyakan mungkin
sangat berguna pada awal diskusi jika anggota
yang mencapai kesimpulan yang terburu-buru.

MENDENGARKAN
Mendengarkan mengacu pada mendengar
seluruh pesan, termasuk perasaan apapun

MENCERMINKAN PERASAAN
Merefleksikan perasaan mengacu pada
berkomunikasi kembali ke pembicara, perasaan
bagian dari pesan yang telah didengar.

MEMBERIKAN DUKUNGAN, PELATIHAN,


DAN KONSELING
Seorang manajer yang pelatih meminta tim atau
individu untuk ide-ide mereka tentang bagaimana
meningkatkan proses kerja bukan hanya
memberitahu mereka apa yang harus dilakukan

MODELING
Anggota harus didorong untuk mengambil alih
peran dalam memberikan proses intervensi

MENGATUR AGENDA
Manajer atau praktisi dapat mendorong kelompok
kerja untuk mengalokasikan waktu di pertemuan
rutin untuk membahas proses pertemuan atau
mungkin menangani masalah

MEMBERI PENGAMATAN KEMBALI


Umpan balik mungkin lebih berguna jika dibatasi
dalam ruang lingkup dan kuantitas, dan diberikan
selama periode waktu tertentu

SARAN STRUKTURAL
Penting bagi praktisi untuk memberikan saran
struktural agar tidak terjadi ketergantugan
anggota kepada praktisi

HASIL DARI PROSES INTERVENSI


Proses keterampilan intervensi dapat membantu
untuk manajer dalam menangani bawahan dan
rekan-rekan dalam menghadapi masalah terkait
organisasi

STUDI KASUS
Permasalahan HIV/AIDS di Indonesia pada kelompok pengguna narkoba suntik semakin membesar. Pada akhir tahun
2002 diperkirakan terdapat 110-130 ribu orang yang suduah terinfeksi HIV/AIDS. Diperkirakan pula bahwa
sumbangan kasus dari faktor penularan melalui penggunaan jarum suntik mencapai 36% dari jumlah tersebut.
Upaya pencegahan HIV/AIDS pada kelompok pengguna narkoba suntik masih dapat dikatakan baru di Indonesia.
Salah satu model intervensi yang sudah diterapkan saat ini adalah Indigenous Leader Outreach Model (ILOM).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pengalaman 2 lembaga yang melakukan intervensi pada
pengguna narkoba suntik dengan menggunakan ILOM sebagai kerangka intervensinya. Tujuan lain adalah untuk
mengidentifikasi faktor panting yang berpengaruh dalam intervensi dari faktor internal dan ekstemal. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dari 2 lembaga yang melakukan intervensi. Data
sekunder dan primer berupa laporan, dokumentasi program, serta catatan basil observasi lapangan, wawancara dan
diskusi digunakan sebagai bahan penelitian. Data yang dikumpulkan dianlisa secara deskriptif untuk memberikan
gambaran mendalam tentang pelaksanaan intervensi. Dalam intervensi yang menggunakan ILOM, titik berat
intervensi adalah pada proses penjangkauan dan pendampingan di lapangan. Proses ini meliputi kegiatan dalam
membuka akses pads kelompok sasaran; pemberian informasi untuk meningkatkan kepedulian pada pengguna
narkoba suntik; melibatkan kelompok sasaran dalam proses penilaian risiko pribadi; mendukung dan
mempertahankan perubahan perilaku yang terjadi; dan melibatkan kelompok sasaran dalam upaya advokasi
pencegahan HlV/AIDS. Penelitian menunjukkan bahwa model ILOM dapat diterapkan dalam proses intervensi sesuai
dengan tujuan-tujuan yang menjadi strategi program intervensi. Proses penjangkauan lapangan yang dilakukan oleh
pare petugas lapangan yang berlatar belakang pengguna narkoba suntik terlihat dapat berjalan sesuai dengan arah
program. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi optimalnya intervensi antara lain: kepemimpinan dalam
pelaksanaan intervensi, peran koordinator lapangan dalam proses penjangkauan, dukungan terhadap petugas
lapangan, serta sistem dokumentasi proses penjangkauan. Pengalaman kedua program menunjukkan kebutuhan
yang tinggi terhadap dukungan pemerintah untuk menunjang suksesnya pelaksanaan intervensi. Dukungan berupa
pengakuan terhadap kerja penjangkauan lapangan dan sistem rujukan Iayanan kesehatan dirasa akan sangat
membantu proses kerja penjangkauan di lapangan.

Terimakasi
h

Anda mungkin juga menyukai