SKILLS
REZA JULIANNOR
RIFKI ARIF RAHMAN
PROSES INTERVENSI
Merupakan keterampilan OD yang digunakan oleh
praktisi OD, baik manajer atau profesional OD.,
untk membantu pekerjaan tim agar lebih efektif.
Tujuan dari proses intervensi adalah untuk
membantu kinerja kelompok agar lebih berhatihati dalam pengoperasiannya dan juga antar
anggota satu dengan yang lainnya.
PROSES KELOMPOK
Komunikasi
Peran dan Fungsi Anggota
Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Norma-Norma Kelompok dan Pertumbuhan
Kepemimpinan dan Otoritas
KOMUNIKASI
Mengamati
Identifikasi
Gangguan
MENDENGARKAN
Mendengarkan mengacu pada mendengar
seluruh pesan, termasuk perasaan apapun
MENCERMINKAN PERASAAN
Merefleksikan perasaan mengacu pada
berkomunikasi kembali ke pembicara, perasaan
bagian dari pesan yang telah didengar.
MODELING
Anggota harus didorong untuk mengambil alih
peran dalam memberikan proses intervensi
MENGATUR AGENDA
Manajer atau praktisi dapat mendorong kelompok
kerja untuk mengalokasikan waktu di pertemuan
rutin untuk membahas proses pertemuan atau
mungkin menangani masalah
SARAN STRUKTURAL
Penting bagi praktisi untuk memberikan saran
struktural agar tidak terjadi ketergantugan
anggota kepada praktisi
STUDI KASUS
Permasalahan HIV/AIDS di Indonesia pada kelompok pengguna narkoba suntik semakin membesar. Pada akhir tahun
2002 diperkirakan terdapat 110-130 ribu orang yang suduah terinfeksi HIV/AIDS. Diperkirakan pula bahwa
sumbangan kasus dari faktor penularan melalui penggunaan jarum suntik mencapai 36% dari jumlah tersebut.
Upaya pencegahan HIV/AIDS pada kelompok pengguna narkoba suntik masih dapat dikatakan baru di Indonesia.
Salah satu model intervensi yang sudah diterapkan saat ini adalah Indigenous Leader Outreach Model (ILOM).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pengalaman 2 lembaga yang melakukan intervensi pada
pengguna narkoba suntik dengan menggunakan ILOM sebagai kerangka intervensinya. Tujuan lain adalah untuk
mengidentifikasi faktor panting yang berpengaruh dalam intervensi dari faktor internal dan ekstemal. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dari 2 lembaga yang melakukan intervensi. Data
sekunder dan primer berupa laporan, dokumentasi program, serta catatan basil observasi lapangan, wawancara dan
diskusi digunakan sebagai bahan penelitian. Data yang dikumpulkan dianlisa secara deskriptif untuk memberikan
gambaran mendalam tentang pelaksanaan intervensi. Dalam intervensi yang menggunakan ILOM, titik berat
intervensi adalah pada proses penjangkauan dan pendampingan di lapangan. Proses ini meliputi kegiatan dalam
membuka akses pads kelompok sasaran; pemberian informasi untuk meningkatkan kepedulian pada pengguna
narkoba suntik; melibatkan kelompok sasaran dalam proses penilaian risiko pribadi; mendukung dan
mempertahankan perubahan perilaku yang terjadi; dan melibatkan kelompok sasaran dalam upaya advokasi
pencegahan HlV/AIDS. Penelitian menunjukkan bahwa model ILOM dapat diterapkan dalam proses intervensi sesuai
dengan tujuan-tujuan yang menjadi strategi program intervensi. Proses penjangkauan lapangan yang dilakukan oleh
pare petugas lapangan yang berlatar belakang pengguna narkoba suntik terlihat dapat berjalan sesuai dengan arah
program. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi optimalnya intervensi antara lain: kepemimpinan dalam
pelaksanaan intervensi, peran koordinator lapangan dalam proses penjangkauan, dukungan terhadap petugas
lapangan, serta sistem dokumentasi proses penjangkauan. Pengalaman kedua program menunjukkan kebutuhan
yang tinggi terhadap dukungan pemerintah untuk menunjang suksesnya pelaksanaan intervensi. Dukungan berupa
pengakuan terhadap kerja penjangkauan lapangan dan sistem rujukan Iayanan kesehatan dirasa akan sangat
membantu proses kerja penjangkauan di lapangan.
Terimakasi
h