Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan, terbukti tingginya
angka kematian ibu, bayi dan balita serta rendahnya tingkat kecerdasan yang berakibat pada
rendahnya produktifitas, tingginya pengangguran, kemiskinan dan akan menghambat
pertumbuhan ekonomi. Hal ini mendasari masalah gizi menjadi salah satu faktor penting
penentu pencapaian Millenium Development Goals.
Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah
lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya
Indonesia masih cukup tinggi.Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya karena
keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk.
Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas
nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena
kekurangan gizi serta buruknya kualitas makanan. Badan kesehatan dunia (WHO)
memperkirakan bahwa 54 persen kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang
buruk.Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian
anak (WHO, 2011).
Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator Millenium Development Goals
(MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu
terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau kekurangan gizi
pada anak balita menjadi 15,5 persen (Bappenas, 2010).
Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umurnya, dengan rujukan (standar) yang telah
ditetapkan . Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar (-2 SD s/d +2 SD) ,
anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar ( -3 SD s/d -2 SD ) disebut gizi kurang.
Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk( < -3 SD ) .
Kasus kematian bayi pada tahun 2009 di kota Padang sebanyak 107 kasus/16.449 KH,
tahun 2010 sebanyak 86 kasus/16.492 dan tahun 2011 ini ada kecendrungan penurunan kasus
menjadi 81 kasus/16.584 KH.

Trend Kasus Kematian bayi di Kota Padang

Kasus kematian balita pada tahun 2009 sebanyak 117 kasus dan pada tahun 2010
sebanyak 96 kasus. Tahun 2011 ini kematian balita menurun menjadi 85 kasus.
Trend Kasus Kematian Balita di Kota Padang

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi (PSG), prevalensi gizi buruk dengan
indikator BB/TB pada tahun 2009 di kota Padang adalah 0.74 % dan tahun 2010 jumlahnya
meningkat yaitu 2,2 % . Tahun 2011 ini menurun menjadi 0,10 %.
Angka gizi buruk pada tahun 2012 sejak bulan Januari sampai Agustus di wilayah
kerja puskesmas Andalas sudah mencapai angka 6 anak gizi buruk dan 1 anak diantaranya
telah meninggal dunia.
Banyak hal yang menyebabkan masalah gizi kurang antara lain hal ketersediaan
pangan dalam rumah tangga, asuhan gizi keluarga , akses keluarga terhadap pelayanan
kesehatan, dan juga adanya penyakit infeksi yang diderita bayi/ balita yang mendasari gizi
buruk.
Adapun tipe tipe dari gizi buruk antara lain adalah KEP, Kwashiorkor, Marasmus,
dan Marasmic-Kwashiorkor.Tiap tipe memiliki ciri khas masing-masing dan pengelolaannya
pun juga berbeda.
Agar gizi buruk dapat terdeteksi perlu dilakukan penilaian status gizi dengan
pemantauan data SKDN. Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan
kegiatan penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas
kegiatan (N/S).
Masih kurangnya partisipasi masyarakat ke posyandu menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan terdapatnya angka gizi buruk di wilayah kerja puskesmas Andalas. Oleh karena
itu, Puskesmas Andalas sebagai unit pelaksana fungsional berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan serta
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan yang penting dalam
penanggulangan angka kejadian gizi buruk.
Wilayah kerja Puskesmas Andalas sebagai salah satu wilayah yang masih terdapatnya
angka gizi buruk dengan adanya enam kasus gizi buruk yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas Andalas dalam semester pertama tahun 2012, maka sangat perlu dilakukan upaya
penangulangan kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
Upaya penanggulangan ini dilakukan melalui Lima Langkah Pengelolaan Program
Gizi Puskesmas di Puskesmas, sebenarnya telah diatur oleh program gizi ditingkat Kabupaten
(Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota), namun demikian agar program perbaikan gizi di
Kecamatan dapat langsung memberikan dampak pada tingkat kabupaten, seyogyanya harus
di kelola dengan baik. Langkah langkah tersebut adalah identifikasi masalah, analisis
3

masalah, menentukan kegiatan perbaikan gizi, melaksanakan program perbaikan gizi,


pemantauan dan evaluasi.
1.2 Perumusan Masalah
Mengidentifikasi masalah masih terdapatnya bayi gizi buruk dalam kurun waktu satu
semester di kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas Andalas.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Menentukan Plan of Action dalam upaya menurunkan angka gizi buruk di wilayah
kerja puskesmas Andalas melalui pembentukkan tim operasi sadar gizi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a.Mengidentifikasi masalah gizi yang ada di Puskesmas Andalas
b.
Menganalisis penyebab masih tingginya angka gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas Andalas
c.Menentukan alternative pemecahan masalah masih tingginya angka gizi buruk di
wilayah kerja Puskesmas Andalas
d.
Mengoptimalkan pemantauan status gizi bayi dan balita yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Andalas
e.Mengoptimalkan pengelolaan masalah gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas
Andalas
f. Terbentuknya suatu Tim Operasi Sadar Gizi di wilayah kerja Puskesmas Andalas
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak
puskesmas dalam upaya penangulangan kasus gizi buruk di wilayah kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai