Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Kanker dan Kanker Serviks


Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan hormon

sehingga menyebabkan tumbuhnya daging pada tubuh yang normal.


Pertumbuhan daging yang tidak normal ini dapat terjadi pada jaringan mana saja
termasuk pada alat kelamin wanita, khusunya leher rahim (serviks).13
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah berkembangnya sel kanker
menyelimuti leher rahim, dimana hal ini berlangsung lama. Sebelum menjadi kanker, sel
kanker mengalami perubahan, dimana tanda perubahan mengindikasikan kanker mungkin
berkembang. 2
2.2.

Penyebab Kanker1
Secara umum kanker disebabkan oleh banyak faktor. Secara umum faktor-

faktor yang dianggap sebagai penyebab kanker adalah :


1. Faktor Kimia
DiInggris ditemukan banyak kanker kulit pada pekerja pembersih cerobong
asap. Kanker kulit juga banyak ditemukan pada pekerja pabrik cat.
2. Penyinaran
Sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari dianggap penyebab kanker,
ditemukan pada kulit putih yang berjemur di matahari. Sinar lain seperti sinar X
(rontgen) dan radiasi bom atom disebut pula sebagai penyebab kanker.

Universitas Sumatera Utara

3. Virus
Adapun virus yang menyebabkan kanker serviks adalah virus golongan DNA
yaitu virus Herpes Simplex 2 dan Human Papilloma Virus (HPV).
4. Makanan
Salah satu contoh yang dihasilkan oleh jamur pada kacang dan padi-padian
sebagai penyebab kanker hati.
5. Hormon
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, terlihat pada kanker payudara, rahim
dan ovarium.
2.3.

Mekanisme Kanker1
Beberapa konsep dasar tentang mekanisme penyebab terjadinya kanker adalah

Dolls Nature, nurture and luck dan teori promotion dan initiation.
2.3.1. Dolls Nature, Nurture and Luck1
Nature adalah bawaan genetika dari invidu sejak lahir, misalnya orang kulit putih
lebih berkemungkinan menderita kanker kulit daripada orang berkulit berwarna.
Nurture berkaitan dengan apa yang telah dilakukan sejak lahir, seperti gaya hidup
seseorang. Luck berkaitan dengan kata nasib atau faktor kemungkinan, misalnya ada
orang mati muda 40 tahun dengan kanker dan ada yang hidup sampai 70 tahun tanpa
kanker, dimana keduanya mempunyai faktor genetika (nature) dan gaya hidup (nurture)
yang sama.
Gabungan ketiga faktor di atas yang menentukan terjadinya kanker. Nature dan
nurture memberikan kemungkinan seseorang mendapat kanker, dan kemudian bersama
faktor luck menentukan terjadinya kanker.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Teori Promotion and Initiation1


Permulaan terjadinya kanker dimulai dengan adanya zat bersifat initiation, yang
merangsang permulaan perubahan sel. Untuk terjadinya kanker, initiation perlu disusul
dengan zat promotion yang mempunyai efek reversible terhadap perubahan sel sehingga
diperlukan rangsangan yang lama dan berkesinambungan.
Tahap initiation merupakan sebuah keterpaparan tunggal yang singkat tetapi
tinggi, dapat menginduksi perubahan pada sel berupa ploriferasi setempat. Perubahan ini
belum sampai pada tingkat menyebabkan tumor. Agent initiation berupa unsur kimia
fisik atau biologis yang berkemampuan beraksi langsung dan mengubah struktur dasar
komponen genetik/DNA sel. Keadaan selanjutnya diikuti dengan tahap promotion,
dimana proses ini ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya
formasi tumor yang dapat berlangsung lama, minggu sampai tahunan.
2.4.

Faktor Risiko
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seorang perempuan terkena kanker

serviks adalah :
a. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda
Hubungan seksual pada usia muda yaitu kurang dari 15 tahun dapat meningkatkan
risiko relatif sebanyak 12 kali untuk terkena kanker serviks.14 Serviks yang belum matang
(immatur) dari wanita muda (20 tahun ke bawah), hanya diliputi lapisan sel yang halus,
oleh karena itu mempunyai daya tahan rendah terhadap infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) yang ditularkan pada waktu hubungan seksual. 15

Universitas Sumatera Utara

b. Kegiatan seksual yang banyak


Terjadinya rangsangan terus menerus pada serviks, misalnya karena frekuensi
seksusal yang cukup tinggi merupakan hal yang membahayakan, karena bisa terjadi
radang atau luka, termasuk yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan adanya
benda-benda yang merangsang serviks. Ini potensial menyebabkan kanker dikemudian
hari.2
c. Trauma kronis pada serviks
Trauma ini terjadi karena persalinan yang berulang kali (paritas) adanya infeksi
dan iritasi menahun. 16 Di perkirakan risiko 3-5 kali lebih besar pada wanita yang sering
partus untuk terjadi kanker serviks.17 Robekan pada bagian leher rahim yang tipis
kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya suatu peradangan dan selanjutnya berubah
menjadi kanker.13
d. Higiene
Alat genital yang kurang bersih, akan mempermudah terjadinya servisitas yang
dipercaya erat kaitannya dengan terjadinya kanker serviks, misalnya melakukan
hubungan seks saat menstruasi. 13
e. Tingkat Pendidikan
Menurut

distribusi

kanker

serviks

disub.bagian

onkologi

ginekologi

FKUI/RSCM (1997-1998) pada umumnya penderita kanker serviks berpendidikan ratarata 3,94-6,71 tahun (Sekolah Dasar).2

Universitas Sumatera Utara

f. Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi oral lebih dari 4 atau 5 tahun dapat meningkatkan resiko
terkena kanker serviks 1,5 - 2,5 kali. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kontrasepsi oral menyebabkan perempuan sensitif terhadap HPV yang dapat
menyebabkan adanya peradangan pada genetalia sehingga beresiko untuk terjadi kanker
serviks. 18
g. Human Papilloma Virus (HPV)
Human Papilloma Virus (HPV) adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi
pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi virus papilloma sering terdapat pada
wanita yang aktif secara seksual. Dari beberapa pemeriksaan laboratorium, terbuk ti
bahwa lebih 90% kondiloma serviks, semua kanker serviks mengandung DNA HPV
hubungan yang kuat, dengan setiap tipe HPV mempunyai hubungan patologik yang
berbeda.18
Dari 70 tipe HPV yang diketahui saat ini ada 10 tipe yang erat kaitannya dengan
kejadian kanker serviks antara lain tipe, 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58. Tipe
HPV virus ini diberi nomor sesuai dengan urutan ditemukannya. DNA virus dapat
berintegrasi dengan sel serviks menyebabkan terjadinya kemungkinan mutasi, dan bila
mutasi terjadi pada gen p 53 (suatu gen untuk menekan proses pertumbuhan neoplasma)
maka fungsinya terganggu.19 Penelitian yang dilakukan RSCM bekerjasama dengan
Universitas Leiden, Belanda (2000) menunjukkan HPV ditemukan pada 96% penderita
kanker serviks.20 Menurut Sylvia yang dikutip dari penelitian Schwartz (2001)
memperlihatkan bahwa perempuan dengan HPV tipe 18 memiliki angka mortalitas
tertinggi dan prognosis lebih buruk.21

Universitas Sumatera Utara

2.5.

Patogenesis 17
Secara histopatologis pertumbuhan sel kanker serviks diklasifikasikan ke dalam

empat stadium, yaitu : displasia, karsinoma in situ, karsinoma mikroinvasif, karsinoma


invasif.
2.5.1. Displasia
Displasia adalah satu lesi di dalam epitel yang menunjukkan sel-sel atipia dari
berbagai tingkat yang dapat terjadi pada epitel skuamosa dan epitel metaplastik berasal
dari mukosa endoserviks.13 Terjadi pertumbuhan aktif disertai gangguan proses
pematangan epitel serviks uteri yang dimulai pada bagian basal sampai ke lapisan
superfisial. Awal perubahan dimulai di inti sel dimana rasio inti-sitoplasma bertambah,
warna lebih gelap, bentuk dan besar sel mulai bervariasi, susunan tidak teratur dan
mitosis aktif.
Berdasarkan derajat perubahan sel individu dan lapisan sel epitel yang jelas
mengalami perubahan, displasia dibagi dalam 3 derajat pertumbuhan, yaitu: displasia
ringan, sedang, berat.
a. Displasia Ringan
Terjadi kekacauan polaritas yang minimal dimana inti sel selalu besar, tidak
teratur, dan berwarna hitam/gelap. Mitosis kadang dapat ditemukan dan sel atipia
menempati sampai sepertiga bawah ketebalan epitel.
b. Displasia Sedang
Derajat atip ia lebih nyata dan sel atipia menempati sampai dua pertiga ketebalan
epitel. Enampuluh persen displasia ringan dan sedang akan menjadi karsinoma invasif.
c. Displasia Berat

Universitas Sumatera Utara

Disini sel atipia sangat mencolok dan disertai kekacauan polaritas yang mencolok.
Tampak sel berukuran besar dengan inti yang lebih gelap dan mitosis sangat mudah
ditemuka dan hampir menempati seluruh ketebalan epitel.
2.5.2. Karsinoma In Situ
Karsinoma in situ adalah satu lesi dimana seluruh epitel menunjukkan gambaran
sel karsinoma. Tidak ada invasi dalam stroma di bawahnya. Tampak kekacauan polaritas
yang nyata dengan sel berinti kecil hiperkromatik. Mitosis normal maupun atipik mudah
ditemukan tersebar diseluruh lapisan epitel. Lesi ini sering mengikutsertakan kelenjer
serviks.22
2.5.3. Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif disamping derajat pertumbuhan sel meningkat, juga
sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stroma sejauh tidak lebih 5 mm
dari membrana basalis. Biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada
skrining kanker atau ditemukan bertepatan pada pemeriksaan penyakit lain di serviks
uteri. Pada pemeriksaan fisik juga tidak terlihat perubahan pada porsio. Akan tetapi
dengan pemeriksaan kolposkopi dapat diprediksi adanya prakarsinoma. 22
2.5.4. Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol, besar dan
bentuk sel bervariasi, inti gelap dan khromatin berkelompok tidak merata serta susunan
sel makin tidak teratur. Sekelompok atau lebih sel tumor menginvasi membran basal dan
tumbuh infiltratif ke dalam stroma. Kadang-kadang terlihat invasi sel tumor pada
pembuluh getah bening ataupun pembuluh darah (angio invasi). Karsinoma invasif dibagi
dalam tiga subtipe yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Karsinoma Sel Skuamos dengan Keratin


Sekelompok sel mengandung keratin dan biasanya jenis tumor ini tumbuh di area
ektoserviks dan kurang sensitif terhadap radioterapi.
b. Karsinoma Sel Skuamos tanpa Keratin
Tumor tumbuh di area peralihan sel skuamos-kolumnar, dimulai dari pertumbuhan
metaplasia sel skuamos. Jenis tumor ini cukup sensitif terhadap radioterapi.
c. Karsinoma Sel Kecil (Small Cell Carcinoma)
Pertumbuhan tumor berasal dari sel cadangan epitel di area endoserviks. Ukuran
sel kecil, bentuk memanjang atau oval. Tumor ini sensitif terhadap radiasi.

Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan sel kanker seviks secara histopatologi dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
A. Displasia

B. Karsinoma
Insitu

C. Karsinoma
Mikroinvasif

D. Karsinoma Invasif

Gambar 1. Stadium Kanker Serviks Secara Histopatologi23

Universitas Sumatera Utara

2.6.

Pertumbuhan Karsinoma Invasif 17


Karsinoma invasif muncul di area bibir posterior atau anterior serviks dan

biasanya meluas ketiga jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan
korpus uteri. Kemudian meluas perkontinuitatum ke dinding vesika urinaria, rektum,
ligamentum uterosakral dan organ sekitarnya. Dalam pertumbuhan karsinoma serviks
invasif dikenal tiga bentuk kelainan yaitu pertumbuhan eksofitik, pertubuhan endofitik
dan pertumbuhan nodul.
2.6.1. Pertumbuhan Eksofitik
Bentuk bunga kol, tumbuh ke arah va gina dan dapat mengisi setengah dari vagina
tanpa infiltrasi ke dalam parametrium. Bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
pendarahan.
2.6.2. Pertumbuhan Endofitik
Biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progresif meluas ke forniks posterior
dan anterior ataupun ke corpus uteri dan parametrium.
2.6.3. Pertumbuhan Nodul (Tong)
Biasanya dijumpai pada endoserviks yang lama kelamaan lesi berubah menjadi
berbentuk ulkus.
Perbedaan bentuk tidak ada hubungannya dengan jenis histopatologi, kecuali
bentuk nodul yang berasal dari endoserviks dimana sebagian besar merupakan karsinoma
sel kecil.

Universitas Sumatera Utara

2.7.

Gejala Klinik
Pada kanker serviks gejala yang sering ditemukan adalah keputihan, pendarahan

sentuh, dan pengeluaran cairan encer. Pada awal penyakit sering tidak terdapat gejala
apapun. Jika ditemukan keputihan kemungkinan kanker serviks perlu diwaspadai
walaupun gejala tersebut bukanlah gejala yang khas dari kanker serviks dan pada keadaan
yang lanjut dapat ditemukan perdarahan dari kemaluan setelah melakukan senggama
(perdarahan pasca senggama), jika lebih berat lagi dapat terjadi perdarahan yang tidak
teratur (metrorhagia).
Pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi pengeluaran cairan kekuningan
kadang-kadang bercampur darah dan berbau sangat busuk dari liang senggama. Muka
penderita tampak pucat karena terjadi perdarahan dalam waktu yang lama. Anemia sering
ditemukan sebagai akibat perdarahan-perdarahan pervagina dan akibat penyakit, berat
badan biasanya baru menurun pada stadium klinik III.24
Rasa nyeri di daerah pinggul atau di ulu hati dapat disebabkan oleh tumor yang
terinfeksi atau radang panggul. Rasa nyeri di daerah pinggang dan punggung dapat terjadi
karena

terbendungnya

saluran

kemih

sehingga

ginjal

menjadi

membengkak

(hidronefrosis) atau karena penyebaran tumor kelenjer getah bening di sepanjang tulang
belakang (para aorta). Juga pada stadium lanjut dapat timbul rasa nyeri di daerah
panggul, disebabkan penyebaran tumo r ke kelenjer getah bening dinding panggul.
Timbulnya perdarahan dari saluran kemih dan perdarahan dari dubur dapat disebabkan
oleh penyebaran tumor ke kandung kemih dan ke rektum. 24
Semakin lanjut dan bertambah parahnya penyakit, penderita kanker serviks akan
menjadi kurus, anemia, malaise, nafsu makan hilang (anoreksia), gejala uremia, syok dan

Universitas Sumatera Utara

dapat sampai meninggal dunia.. Tiga puluh persen dari kanker serviks ditemukan pada
waktu Tes Pap tanpa keluhan. 16
2.8.

Stadium Klinik dan Prognosis Kanker Serviks

2.8.1. Stadium Klinik

16

Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan prognosis,


menentukan jenis pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari berbagai stadium
dapat dibandingkan.
Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dianjurkan oleh
International Federation Of Gynecology and Obstetricts (IFGO), yaitu sebagai berikut
Stadium 0

: Karsinoma in situ atau karsinoma intraepitel, selaput basal masih


utuh.

Stadium I

: Karsinoma dengan jelas terbatas pada serviks (perluasan ke korpus


harus diabaikan)

IA

: Karsinoma mikroinvasif, proses telah menembus selaput basal,


tetapi tidak melebihi 3 mm, dan tidak terdapat sel ganas di
pembuluh darah atau pembuluh limfe.

IB.occ : (IB, occult = IB yang tersembunyi), secara klinis tumor ini belum
tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik
ternyata tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
IB

:Secara klinis sudah diduga adanya tumor ganas dan secara


histologik terdapat invasi ke stroma.

Universitas Sumatera Utara

Stadium II

: Karsinoma tumbuh meluas keluar serviks ke vagina tetapi belum


mencapai 1/3 distal vagina ataupun dinding pelvis.

IIA

:Proses sudah meluas ke vagina dalam batas 2/3 proksimal.


Parametrium masih bebas dari proses.

IIB

: Proses sudah meluas ke parametrium tetapi belum sampai ke


dinding panggul, proses pada vagina tidak menjadi persoalan
selama masih dalam batas 2/3 proksimal.

Stadium III

: Penyebaran telah terjadi ke 1/3 distal vagina atau ke parametrium


sampai dinding panggul.

IIIA

: Penyebaran ke 1/3 distal vagina, tetapi belum sampai ke dinding


panggul.

IIIB
Stadium IV

: Penyebaran telah sampai ke dinding panggul.


: Proses telah mencapai mukosa rectum atau kandung kencing atau
telah terjadi metastasis ke luar panggul kecil atau ke tempat-tempat
jauh.

IVA

: Proses telah mencapai mukosa rektum atau kandung kencing atau


telah terjadi metastasis ke luar panggul kecil, metastasis jauh
belum terjadi (penyebaran pertumbuhan ke organ-organ
bersebelahan).

IVB

: Telah terjadi metastasis jauh (menyebar ke organ yang jauh).

Universitas Sumatera Utara

2.8.2.

Prognosis
Makin tinggi stadium klinik kanker serviks maka prognosisnya semakin buruk.

Untuk itu program pencegahan kanker tingkat I dan II harus ditingkatkan. Program
pencegahan tingkat I yaitu penerangan kepada masyarakat. Sedangkan tingkat II yaitu
pemeriksaan kolposkopi dan sediaan apusan vagina.16
2.9. Epidemiologi
Insidens kanker serviks menurut Depatemen Kesehatan (2000), 100 per 100.000
perempuan pertahun, sedangkan dari data laboratorium patologi anatomi seluruh
indonesia, frekuensi kanker serviks adalah paling tinggi diantara kanker yang ada di
Indonesia maupun di Rumah Sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, bila dilihta
penyebarannya 92,4% terakumulasi di Jawa dan Bali.9
Insiden kanker seviks di Indonesia menunjukkan puncaknya pada kelompok umur
45-54 tahun sebesar 32,40%

dan kelompok umur 35-45 tahun sebesar 31,40% dari

26.169 penderita kanker seviks pada semua kelompok umur. Pada perempuan usia 25-55
tahun dan masih aktif berhubungan seksual berisiko terkena kanker serviks sekitar 510%.2
Secara umum, stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok umur 30-39
tahun, sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49
tahun. Pada stadium III dan IV ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun. Di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (1998) stadium I-IIB sering ditemukan pada kelompok umur
35-44 tahun (34,29%), sedangkan stadium III-VIB ditemukan pada kelompok umur 4554 tahun (32,50%) dari 452 penderita kanker seviks pada semua kelompok umur .9
Menurut penelitian Sirait di RSCM (1997) probabilitas ketahanan hidup penderita kanker

Universitas Sumatera Utara

serviks masih rendah karena sebagian besar (75,45%) penderita datang dalam keadaan
stadium lanjut dan sekitar 18 % tidak meneruskan pengobatannya.25
Kanker serviks mempunyai insidens yang tinggi dinegara berkembang dan di
Indonesia khususnya, frekuensi relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan data patologi
atau 16% berdasarkan data Rumah sakit. Lebih dari tida perempat kanker ginekologik
(kandungan) di RSCM adalah kanker serviks dan 62% diantaranya dangan stadium lanjut
dan merupakan penyebab kematian terbanyak diantara kematian kanker ginekologik yaitu
66%. 18
2.10.

Diagnosa Kanker Serviks


Kanker serviks pada masa prakanker ataupun stadium awal tidak menimbulkan

gejala ataupun keluhan sehingga dengan membuat diagnosis sedini mungkin dan
memulai pengobatan yang sesuai, hasil yang diperoleh akan lebih baik sehingga jumlah
perempuan yang meninggal akibat kanker serviks dapat berkurang atau dicegah. Case
finding sangat penting dan perlu diutamakan disamping upaya pencegahan. Tiga puluh
persen dari kanker serviks ditemukan pada waktu skrining Tes Pap tanpa keluhan. 24
2.10.1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan serviks merupakan prosedur mutlak yang perlu dilakukan untuk
melihat perubahan portio vaginalis dan mengambil bahan apusan untuk pemeriksaan
sitologi ataupun biopsi. Setelah biopsi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi bimanual
vagina dan rektum untuk mengetahui luas massa tumor pada serviks, parametrium dan
rektum.

Universitas Sumatera Utara

2.10.2. Tes Pap (Paps smear)


Tes Pap merupakan salah satu pemeriksaan sel serviks untuk mengetahui
perubahan sel, sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Apusan sitologi
pap diterima secara universal sebagai alat skrining kanker serviks. Metode ini peka
terhadap pemantauan derajat perubahan pertumbuhan epitel serviks termasuk displasia
dan karsinoma in situ, sehingga pertumbuhan lebih lanjut dapat dicegah.9
Pemeriksaan Tes Pap dianjurkan dilakukan secara berkala meskipun tidak ada
keluhan apa-apa terutama bagi yang berisiko (1-2 kali setahun). Berkat teknik Tes Pap,
angka kematian kanker serviks turun sampai 75%.26
2.10.3. Kolposkopi
Kolposkopi adalah alat ginekologi yang digunakan untuk melihat perubahan
stadium dan luas pertumbuhan abnormal epitel serviks. Metode ini mampu mendeteksi
prakarsinoma serviks dengan akurasi diagnostik yang cukup tinggi.28 Namun kolposkopi
memerlukan biaya yang besar, pemeriksaan memerlukan waktu dan prosedur
pemeriksaan kurang praktis dibandingkan dengan Tes Pap. Itulah sebabnya kolposkopi
hanya digunakan selektif pada sitologi Tes Pap abnormal yaitu displasis dan karsinoma in
situ ataupun pada kasus yang klinis mencurigakan maligna. Kombinasi kolposkopi dan
Tes Pap memberi ketepatan diagnostik yang lebih kuat lagi.9 Sensitivitas tes Pap dan
kolposkopi masing- masing 55% dan 95%, dan spesifisitas masing- masing 78,1% dan
99,7%.19

Universitas Sumatera Utara

2.10.4. Konisasi
Kalau pemeriksaan Kolposkopi tidak memuaskan, konisasi harus di lakukan yaitu
pengawasan endoserviks dengan serat asetat selulosa dimana daerah abnormal ternyata
masuk ke dalam kanalis servikalis.9
2.10.5. Biopsi
Biopsi memerlukan prosedur diagnostik yang penting sekalipun sitologi apusan
serviks menunjukkan karsinoma. Spesimen diambil dari daerah tumor yang berbatasan
dengan jaringan normal.9 Jaringan yang diambil diawetkan dengan formalin selanjutnya
diproses melalui beberapa tahapan hingga jaringan menjadi sediaan yang siap untuk
diperiksa secara mikroskopis.26
2.11.

Pencegahan
Pencegahan adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka

kesakitan dan angka kematian akibat kanker serviks. Pencegahan terdiri dari beberapa
tahap yaitu

pencegahan primodial, pencegahan primer, pencegahan sekunder,

pencegahan tertier.27
2.11.1. Pencegahan Primodial
Tujuan pencegahan primodial adalah mencegah timbulnya faktor risiko kanker
serviks bagi perempuan yang belum mempunyai faktor risiko dengan cara, seperti
pendidikan seks bagi remaja, menunda hubungan seks remaja sampi pada usia yang
matang yaitu lebih dari 20 tahun. 19

Universitas Sumatera Utara

2.11.2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)


Pencegahan primer adalah upaya yang bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan faktor risiko bagi perempuan yang mempunyai faktor risiko. Untuk
mengetahui bagaimana pencegahan primer dapat dilakukan pada kanker serviks, maka
perlu diketahui karsinogenesisnya yaitu bagaimana kanker dapat timbul. Pencegahan
dilakukan dengan menghindari diri dari bahan karsinogen atau penyebab kanker. Berikut
adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:28,29
a. Segi kebiasaan
i. Hindari hubungan seks terlalu dini
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang perempuan yang sudah benarbenar matang. Ukuran kematangan bukan hanya di lihat dari ia sudah menstruasi atau
belum, tetapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa yang terdapat di selaput
kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah
perempuan berusia 20 tahun ke atas. Terutama untuk perempuan yang masih dibawah 16
tahun mempunyai risiko yang tinggi terkena kanker serviks bila telah melakukan
hubungan seks. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks
perempuan. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih
rentan terhadap rangsangan sehingga belum siap menerima rangsangan dari luar,
termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma sehingga sel-sel ini bisa berubah sifat
menjadi kanker.
ii. Hindari kebiasaan berganti- ganti pasangan seks
Resiko terkena kanker serviks lebih tinggi pada perempuan yang berganti- ganti
pasangan seks daripada yang tidak. Hal ini terkait dengan kemungkinan tertularnya

Universitas Sumatera Utara

penyakit kelamin, salah satunya Human Papiloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah
sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi banyak, bila terlalu banyak dan
tidak sesuai dengan kebutuhan, akan menjadi kanker
iii. Hindari kebiasaan pencucian vagina
Kebiasaan mencuci vagina dengan obat-obatan antiseptik bisa menimbulkan
kanker serviks, douching atau cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks seperti
penggunaan betadin untuk pencucian vagina. Iritasi berlebihan dan terlalu sering akan
merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya menjadi kanker. Sebaiknya
pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tidak dilakukan secara rutin. Kecuali bila
ada indikasi, misalnya, infeksi yang memerlukan pencucian zat- zat kimia dan atas saran
dokter. Terlebih lagi pembersih tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman
termasuk kuman Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk
mempertahankan pH vagina, bila pH vagina tidak seimbang, maka kuman-kuman
patogen, seperti jamur dan bakteri, mempunyai kesempatan untuk hidup di vagina.
iv. Hindari kebiasaan menaburi talk
Ketika vagina terasa gatal dan merah- merah, sering kali seorang perempuan
menaburkan talk di sekitarnya. Pemakaian talk pada vagina perempuan usia subur bisa
memicu terjadi kanker di daerah serviks dan ovarium (indung telur), karena pada usia
subur sering ovulasi dan saat ovulasi dipastikan terjadi perlukaan di ovarium. Bila
partikel talk masuk dan menempel di atas luka akan merangsang bagian luka untuk
berubah sifat menjadi kanker dan kanker di ovarium akan menyebar ke area lainnya
termasuk serviks. Apabila talk tersebut menumpuk dan mengendap maka akan menjadi
benda asing dalam tubuh yang dapat merangsang sel normal menjadi kanker.

Universitas Sumatera Utara

v. Upayakan pola hidup sehat dan Periksa kesehatan secara berkala dan teratur.
b. Segi makanan28,29
i. Pengaturan pola makanan sehari-hari juga diperlukan agar tubuh mempunyai
cadangan antioksidan yang cukup sebagai penangkal radikal bebas yang merusak tubuh.
ii. Perbanyak makan buah dan sayuran berwarna kuning atau hijau karena banyak
mengandung vitamin seperti betakaroten, vitamin C, mineral, klorofil, dan fitonutrien
lainnya. Klorofil bersifat radio protektif, antimutagenik, dan antikarsinogenik.
iii. Kurangi makanan yang diasinkan, dibakar , diasap, atau diawetkan dengan
nitrit karena dapat menghasilkan senyawa kimia yang dapat berubah menjadi karsinogen
aktif.
iv. Konsumsi makanan golongan kubis seperti kubis bunga, kubis tunas, kubis
rabi, brokoli karena dapat melindungi tubuh dari sinar radiasi dan menghasilkan suatu
enzim yang dapat menguraikan dan membuang zat beracun yang beredar dalam tubuh.
2.11.3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk menentukan kasuskasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan, termasuk skrining,
deteksi dini (Paps smear) dan pengobatan.
Deteksi dini penyakit kanker dengan program skrining, dimana dengan program
skrining dapat memperoleh beberapa keuntungan yaitu : memperbaiki prognosis pada
sebagian penderita sehingga terhindar dari kematian akibat kanker, tidak diperlukan
pengobatan radikal untuk mencapai kesembuhan, adanya perasaan tentram bagi mereka
yang menunjukkan hasil negatif dan penghematan biaya karena pengobatan yang relatif
murah.

Universitas Sumatera Utara

Di beberapa negara maju yang telah melakukan program skrining penyakit kanker
serviks dalam upaya menemukan penyakit pada tingkat prakanker, dapat menurunkan
kematian sampai lebih dari 50%.28 Adapun strategi skrining kanker serviks di Indonesia
:19
Mengingat di Indonesia kanker serviks masih menduduki urutan yang teratas,
perlu dilakukan upaya untuk menanggulangi atau paling sedikit menurunkan angka
kejadiannya. Konsep patogenesis kanker serviks mempunyai arti penting dalam skrining
kanker serviks. Secara teoritis suatu program skrining penyakit kanker harus tepat guna
dan ekonomis. Hal ini hanya dapat tercapai bila :
a. Penyakit ditemukan relatif sering dalam populasi
b. Penyakit dapat ditemukan dalam stadium pra-kanker
c.Teknik mempunyai kekhususan dan kepekaan tinggi untuk mendeteksi stadium prakanker
d. Stadium pra-kanker ini dapat diobati secara tepat guna dan ekonomis
e. Terdapat bukti pengobatan stadium pra-kanker menurunkan insiden kanker invasif.
Kanker serviks mengenal stadium pra-kanker yang dapat ditemukan dengan
skrining sitologi yang relatif murah, tidak sakit, cukup akurat; dan dengan bantuan
kolposkopi, stadium ini dapat diobati dengan cara-cara konservatif seperti krioterapi,
kauterisasi atau sinar laser, dengan memperhatikan fungsi reproduksi.

Universitas Sumatera Utara

Adapun pengobatan yang dilakukan untuk penderita kanker serviks sebagai


pencegahan tingkat kedua adalah :
a.Operasi (bedah)19,28
Pada prinsipnya operasi sebagai pengobatan apabila kanker belum menyebar yang
tujuannya agar kanker tidak kambuh lagi..Operasi terutama dilakukan untuk kuratif
disamping tujuan paliatif (meringankan). Operasi dilakukan pada karsinoma in situ dan
mikrovasif, dalam operasi tumor dibuang dengan konisasi, koagulasi, ataupun
histerektomi. Khusus karsinoma mikrovasif banyak ahli ginekoligik memilih tindakan
histerektomi radikal (seluruh rahim diangkat berikut sepertiga vagina, serta penggantung
rahim akan dipotong hingga sedekat mungkin dengan dinding panggul). Pada perempuan
yang masih menginginkan anak atau penderita yang menolak histerektomi dapat
dipertimbangkan konisasi atau elektrokoagulasi.
Pada karsinoma invasif stadium IB dan IIA, lebih banyak dipilih tindakan operasi
pengangkatan rahim secara total berikut kelenjer getah bening sekitarnya (histerektomi
radikal).
b. Radioterapi17,19
Radioterapi adalah terapi untuk menghancurkan kanker dengan sinar ionisasi.
Kerusakan yang terjadi akibat sinar tidak terbatas pada sel-sel kanker saja tetapi juga
pada sel-sel normal disekitarnya, tetapi kerusakan pada sel kanker umumnya lebih besar
dari pada sel normal, karena itu perlu diatur dosis radiasi sehingga kerusakan jaringan
yang normal minimal dan dapat pulih kembali.
Radioterapi dilakukan pada karsinoma invasif stadium lanjut (IIB, III, IV). Terapi
biasanya hanya bersifat paliatif (mengurangi atau mengatasi keluhan penderita), dititik

Universitas Sumatera Utara

beratkan pada radisi eksternal dan internal. Kemajuan teknologi radioterapi pada saai ini
dimana radiasi dapat diarahkan pada massa tumor secara akurat, sehingga pemberian
dosis tinggi tidak memberikan penyulit yang berarti. Pada stadium IV lebih banyak
memilih mutilasi eksentaris total yaitu mengangkat kantong kemih, rektum dan dibuat
uretra dan anus tiruan (Praeter naturalis).
c. Khemoterapi22
Khemoterapi ialah terapi untuk membunuh sel-sel kanker dengan obat-obat anti
kanker yang disebut sitostatika. Pada umumnya sitostatika hanya merupakan terapi
anjuvant (terapi tambahan yaitu : terapi yang bertujuan untuk menghancurkan sisa-sisa
sel kanker yang mikroskopik yang mungkin masih ada) setelah terapi utama dilakukan.
Khemoterapi yang sering dipergunakan pada karsinoma serviks adalah Methotrexate,
Cyclophospahanimide, Adiamycin dan Mitomicin-C. Sitostatika biasanya diberi
kombinasi.
2.11.4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)28,29
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker serviks. Penderita yang menjadi cacat karena komplikasi penyakitnya atau karena
pengobatan perlu direhabilitasi untuk mengembalikan bentuk dan/atau fungsi organ yang
cacat itu supaya penderita dapat hidup dengan layak dan wajar di masyarakat.
Rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk penderita kanker serviks yang baru menjalani
operasi contohnya seperti melakukan gerakan-gerakan untuk membantu mengembalikan
fungsi gerak dan untuk mengurangi pembengkakan, bagi penderita yang mengalami
alopesia (rambut gugur) akibat khemoterapi dan radioterapi bisa diatasi dengan memakai
wig untuk sementara karena umumnya rambut akan tumbuh kembali.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai