Anda di halaman 1dari 12

MILIARIA

I.

PENDAHULUAN
Miliaria adalah gangguan umum pada kelenjar ekrin yang sering terjadi pada kondisi di

mana terjadi peningkatan panas dan kelembaban.1,3. Miliaria disebabkan terjadinya sumbatan dari
bagian intraepidermal saluran keringat sehingga cairan kelenjar ekrin tertahan di dalam
epidermis atau dermis yang terjadi secara mendadak dan menyebar alami

1,2,3,5,6,7

ditandai dengan adanya papul vesikuler atau pustul yang bersifat milier dan gatal.

. Miliaria

1,3,5

. Sinonim

dari penyakit ini adalah biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickly heat, sweating
fever, heat scaling, dermatitis hidrotica, hydroa, heat rash dan sweat blisters. 2,3,4,5

II.

EPIDEMIOLOGI

Umumnya, miliaria terdapat pada bayi-bayi dengan kondisi yang tidak layak. Namun,
seiring dengan pertumbuhan anak, kemungkinannya berkurang sehingga hanya sekitar 40 %
dewasa yang mempunyai kecenderungan untuk terkena miliaria. Hal ini tampaknya
mencerminkan peningkatan kekuatan stuktur dari saluran ekrin berdasarkan umur, sehingga
disamping perkembangan dari penutupan pori dan anhidrosis, ruptur saluran gagal terjadi dan
tidak terdapat bentuk vesikel dari miliaria. Di dalam kondisi tropis yang ekstrim dan kronik,
jumlah dari orang dewasa yang kemungkinan terkena miliaria terbukti meningkat dari 70 %
menjadi 90 %, dan lebih dari 40 % pada kondisi panas yang sedang. Tidak ada predisposisi
berdasarkan jenis kelamin ataupun ras dan kondisi ini didapatkan pada semua umur. Paparan
panas dalam jangka waktu lama, lingkungan yang lembab, seperti terdapat pada daerah tropis
dan pekerjaan yang berhubungan dengan hal itu, memungkinkan untuk terkena miliaria. Miliaria
kristalina biasanya diperlihatkan pada umur tua, pasien lemah yang relatif berbaring tidak
bergerak di tempat tidur, keadaan yang meminimalkan kemungkinan rupturnya vesikel-vesikel
ini. Tidak ada keadaan penyakit yang diketahui memungkinkan sebagai penyebab miliaria.1,2,3,5
Data terbaik mengenai insidens miliaria pada bayi baru lahir adalah hasil survey di Jepang
pada lebih dari 5000 bayi. Survei ini mengatakan bahwa Miliaria Kristalina didapatkan 4,5 %
dari neonatus, dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria Rubra didapatkan 4 % dari neonatus
4

dengan usia rata-rata 11 14 hari. Di seluruh dunia, miliaria paling banyak di lingkungan tropis,
utamanya orang-orang yang baru saja pindah dari lingkungan tropis yang temperaturnya lebih
panas. Miliaria telah menjadi masalah penting bagi personil tentara Amerika dan Eropa yang
bertugas di Asia Tenggara dan Pasifik. 5
III.

ETIOLOGI
Miliaria terjadi ketika aliran keringat ekrin terhambat karena terhalangnya bagian

kalenjar keringat intraepidermal. Ketidakmatangan saluran keringat mungkin merupakan faktor


predisposisi penting pada awal usia bayi, sebagaimana kecenderungan bagi bayi untuk dirawat
dalam kondisi hangat dan lembab.1,2,3,5
Miliaria crystallina terjadi disebabkan obstruksi kalenjar keringat pada stratum korneum.
Hal ini sangat sering terjadi selama periode neonatal, mungkin terutama karena patensi pori
keringat yag tertunda.1,2,3,4,5 Miliaria rubra terjadi disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat
epidermis yang lebih dalam, mungkin disebabkan dengan peningkatan aktivitas dari intraductal
microflora. 1,2,3,4,5
Immaturitas dari saluran ekrin. Neonatus dipikirkan mempunyai saluran ekrin yang
immatur yang memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat keluar. Ruptur ini mengakibatkan
terjadinya miliaria. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim. Miliaria biasanya terjadi pada
individu yang pindah dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini biasanya berubah setelah
individu tinggal di kondisi panas dan lembab selama beberapa bulan. 1,2,3,4,5
Kondisi panas dan lembab, iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator, dan demam
mungkin dapat menyebabkan miliaria. Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan
miliaria. Bethanecol, obat yang dapat menyebabkan keringat, isotretinoin, obat yang
menyebabkan diferensiasi folikel dilaporkan dapat menyebabkan miliaria. 1,2,3,4,5
Bakteri

Staphylococci berhubungan dengan miliaria, dan antibiotik dapat mencegah

miliaria. Radiasi ultraviolet, beberapa peneliti menemukan bahwa miliaria kristalina terjadi pada
kulit yang terekspos sinar ultraviolet. 1,2,3,4,5
IV.

PATOGENESIS

Miliaria adalah penyakit obstruksi yang jinak dengan tanda vesikopustula. Penyakit ini
mengkhawatirkan orang tua karena onset dan penyebarannya yang akut.

Stimulus primer dari

perkembangan miliaria adalah kondisi panas dan kelembaban yang tinggi yang menyebabkan
pengeluaran keringat yang banyak. Oklusi kulit karena penggunaan pakaian, perban atau seprei
plastik dapat menyebabkan pengumpulan keringat di permukaan kulit dan overhidrasi dari
stratum korneum. Pada orang yang beresiko, termasuk bayi, yang relative mempunyai kelenjar
ekrin immatur, overhidrasi dari stratum korneum kemungkinan sudah bisa menyebabkan
sumbatan acrosyringium. 5
Jika kondisi panas dan lembab masih bertahan, keringat akan banyak diproduksi kembali,
tetapi tidak dapat disekresikan ke permukaan kulit karena adanya penyumbatan saluran.
Sumbatan ini menyebabkan terjadinya kebocoran keringat dalam perjalanannya ke permukaan
kulit, baik di dermis maupun epidermis yang berhubungan dengan anhidrosis. Dengan adanya
kebocoran tersebut, akan menyebabkan inflamasi dan lesi yang sifatnya asimptomatik. 5
Bakteri normal kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus,
kemungkinan juga berperan dalam patogenesis miliaria. Pasien dengan miliaria mempunyai
bakteri per unit area kulit 3 kali lebih banyak dibanding orang yang sehat. 1,3,5
Pada fase akhir miliaria, bisa ditemukan hiperkeratosis dan parakeratosis dari
acrosyringium. Adanya sumbatan hiperkeratotik bisa menyumbat saluran ekrin. Sumbatan
parakeratotik pada saluran keringat mungkin dihasilkan dari luka sel-sel epidermal yang melapisi
saluran keringat. Pada keadaan yang biasa, luka ini disebabkan maserasi akibat air keringat.
Sumbatan juga dapat terjadi pada dermatosis yang meradang. Perubahan kimia yang terjadi
sehingga kelembaban merangsang pembentukan luka pada keratin belum diketahui. Akan tetapi,
hal ini sekarang di percaya tidak terlalu berpengaruh dan bukan penyebab utama penyumbatan
keringat. 1,2,3,5

V.

KLASIFIKASI

1. Miliaria Kristalina
6

Disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di lapisan paling atas epidermis yaitu di stratum
korneum khususnya antara dua lapisan sel tanduk. Karekteristik dengan vesikel superfisial
tanpa inflamasi, kecil, jelas dan self limiting lesion. Vesikel yang mudah pecah, sering pada
bayi.1,2,3,4,5
2. Miliaria Rubra
Disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat pada epidermis yang dalam (acrosyringium)
yaitu pada stratum spinosum sehingga keringat keluar dan masuk ke dalam epidermis bagian
bawah. Tersangat gatal dengan eritematous papulovesikel, rasa terbakar, prickling dan
tingling .1,2,3,4,5
3. Miliaria Profunda
Disebabkan oleh penyumbatan pada bagian distal duktus atau pada dermal-epidermal
junction (papilla dermis). Tidak gatal, warna kulit. Banyak terdapat pada

trunk dan

ekstremitas. 1,2,3,4,5
4. Miliaria Pustulosa
Merupakan varian dari miliaria rubra yang mengalami respon inflamasi atau terjadi infeksi
sekunder atau setelah terjadi serangan berulang-ulang miliaria rubra. 1,2,3,4,5

VI.

DIAGNOSIS

a) Gambaran klinis
7

1. Miliaria Kristalina

Gambar 1 : Miliaria kristalina pada lengan atas bayi 7 hari. 5

Miliaria kristalina terdiri dari vesikel transparan, superficial, intrakorneal atau


subkorneal dan tidak meradang. Vesikel tersebut berukuran 1 2 mm dan mudah pecah
ketika tersentuh oleh tangan. Sifat dari vesikelnya asimptomatik dan biasanya diketahui
secara kebetulan pada waktu pemeriksaan fisik serta sembuh dengan deskuamasi halus di
bagian superfisial. Pada bayi, lesi sering terjadi pada kepala, leher, dan bagian atas
badan. Sedangkan pada dewasa, lesi terjadi pada badan. Miliaria tipe ini dapat sembuh
sendiri, cukup dengan menghindari panas, yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang
baik, pakaian yang tipis, dan menyerap keringat. Selain itu, juga terdapat varian dari tipe
ini yang disebut miliaria kristalina alba yang kelihatan berwarna perak akibat adanya
korneosit pada lesi.1,2,3,4,5
2. Miliaria Rubra

Gambar 2 : Miliaria Rubra pada pipi bayi. Dikutip dari . (Courtesy of Dr Richard Logan,
Bridgend General Hospital, Bridgend, Mid Glamorgan, UK.) 5

Penyakit ini lebih berat daripada miliaria kristalina, terdapat pada badan dan tempattempat tekanan atau gesekan pakaian. Miliaria rubra meliputi lesi papul yang eritematous
8

dan papulovesikel berdiameter kurang lebih 1 4 mm disertai dengan makula eritem,


gatal yang luar biasa, serta sensasi seperti terbakar, tertusuk atatu perasaan geli. Pada bayi
lesi terjadi pada leher, dan aksilla. Sedangkan pada dewasa, lesi terjadi pada daerah kulit
yang tertutup di mana terjadi gesekan, area ini termasuk leher, bagian atas badan, dan
sela-sela tubuh. Terdapat juga pada muka dan area pergelangan, tetapi minimal. Pada
stadium akhir, anhidrosis terjadi pada kulit yang terkena. 1,2,3,4,5
3. Miliaria Profunda

Gambar 3 : Miliaria Profunda

Bentuk ini agak jarang kecuali pada daerah tropis. Miliaria profunda biasanya timbul
setelah miliaria rubra dengan ciri-ciri tidak gatal, berwarna seperti daging, lebih dalam,
dan papul yang putih berukuran 1 3 mm . Asimptomatik biasanya kurang dari 1 jam
setelah kepanasan yang berlebihan, dan terfokus pada ekstremitas. Selain wajah, aksilla,
tangan, dan kaki, dan kemungkinan merupakan kompensasi dari hiperhidrosis, semua
kelenjar keringat tidak berfungsi. Oklusi terdapat pada bagian atas dermis. Pada kasus
yang berat yang memungkinkan terjadinya pengaliran panas, hiperpireksia dan takikardia
dapat ditemukan. 1,2,3,4,

4. Miliaria Pustulosa

Gambar 4 : Miliaria Pustulosa

Miliaria pustulosa selalu didahului oleh beberapa dermatitis lainnya yang dihasilkan
oleh suatu luka, kerusakan atau sumbatan saluran keringat. Pustulanya jelas, superficial,
dan terlepas dari folikel rambut. Pustula yang gatal, paling sering pada daerah
intertriginosa, pada permukaan flekso ekstremitas, pada skrotum, atau pada bagian
belakang pasien yang terbaring di tempat tidur. Dermatitis kontak, liken simpleks kronik,
dan intertrigo dari gabungan beberapa penyakit, walalupun miliaria pustulosa dapat
terjadi beberapa minggu setelah penyakit sembuh. Biasanya isi dari pustula bersifat steril,
akan tetapi mengandung coccus non patogenik. 1,2,,3,4,5
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Miliaria mempunyai banyak perbedaan secara klinis, oleh karena itu, beberapa tes
laboratorium cukup diperlukan. Pewarnaan positif pada PAS ( periodic acid-Schiff )
untuk mendeteksi amorfus pada miliaria rubra. 5
Pemeriksaan Sitologik
Pada miliaria kristalina, pemeriksaan sitologik untuk kandungan vesikel tidak didapatkan
sel-sel radang atau sel giant multinukleat (seperti yang terdapat pada vesikel dari penyakit
herpes). 5
Pada miliaria pustulosa, pemeriksaan sitologik memperlihatkan adanya kandungan dari selsel radang dan coccus gram positif. Tidak seperti eritema toksik neonatorum, eosinofil
tidak terlalu menonjol pada miliaria pustulosa. 5
10

Pemeriksaan Histopatologik
Pada miliaria kristalina, terdapat vesikel intrakorneal atau subkorneal yang berhubungan
dengan saluran keringat dan sumbatan keratin. 1,3,4,5
Pada miliaria rubra, vesikel spongiotik terdapat di dalam stratum spinosum, di bawah
sumbatan keratin dan infiltrat radang kronis terdapat di sekitarnya dan di dalam vesikel
serta mengelilingi dermis, infiltrasi limfositik perivaskuler dan vasodilatasi terlihat pada
dermis superfisial. Dengan perwarnaan khusus dapat terlihat coccus gram positif di bawah
dan di dalam sumbatan keratin. Pada saluran keringat intraepidermal diisi dengan substansi
amorf yang Periodic Acid Schiff (PAS) positif dan diastase resistant. 1,2,3,4,
Pada miliaria profunda, terlihat sumbatan pada daerah taut dermoepidermal dan pecahnya
saluran keringat pada dermis bagian atas dan juga adanya edema intraseluler periduktal
pada epidermis (spongiosis) serta infiltrat radang kronis 1,2,3,4
Pada miliaria pustulosa, terdapat campuran infiltrat dengan sel-sel mononuklear dan lekosit
polimorfonuklear dan sumbatan ekrin pada taut dermoepidermal dengan gangguan pada
sistem ekrin dermal. 3,5
Pemeriksaan Patologi Klinik
Pada pemeriksaan ini, tidak didapatkan hasil pemeriksaan yang abnormal. 5

VII.

PENATALAKSANAAN

Terapi lini pertama


1.

Preventif
Usaha-usaha preventif dilaksanakan dengan mengontrol panas dan kelembaban sehingga
keringat tidak distimulasi. Cara-caranya antara lain mengobati demam, tidak
11

menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat, mencegah evaporasi, aktivitas yang
terbatas, penggunaan air conditioner, atau pindah ke tempat yang iklim lebih dingin2,3,4
2.

Pengobatan simptomatik dengan pengobatan topikal 5


Pengobatan topikal seperti calamine, boric acid atau menthol 0.25-2%, bedak salisilat
2% dan penggunaan sabun pada waktu mandi. 1,4,5
Losio faberi dapat pula diberikan, dengan komposisi :
Acid. Salicylic. 1 %
Talc. venetum 10 %
Oxyd. Zinc. 10 %
Amyl. Oryzae 10 %
Spiritus ad. 200 cc
Untuk memberikan efek antipruritus dapat ditambahkan mentholum atau camphora pada
losio faberi. 4,5

3.

Pengobatan agen antibiotik


Pengobatan ini dipercaya dapat mengurangi terjadinya miliaria. Ascorbic acid
2x500mg/hari dapat mengurangi keparahan miliaria5

Terapi lini kedua


1.

Pengobatan kortikosteroid topical( hidrokortison salep pada wajah- oles pagi,siang)


(betametason pada badan- oles pagi,siang)

2.

Pengobatan sistemik1.3,4.
Profilaksis miliaria dengan antibiotik oral(eritromisin, cefadroxil, doxisiklin) dengan
retinoid oral, vitamin A dan vitamin C dilaporkan sukses. 1,3,4

Terapi lini ketiga


Pengobatan lanolin anhydrous yang dipercaya mencegah penyumbatan saluran, sehingga
keringat dapat mengalir ke permukaan kulit. 1,2,3,4,5
Kategori
Dosis Dewasa

Lanolin Anhidrous
Calamine Lotion
Digunakan pada kulit Digunakan pada kulit
yang terkena miliaria yang terkena miliaria
sebelum

Dosis Anak

melakukan

aktivitas di cuaca panas


Sama seperti dewasa
12

Sama seperti dewasa

Kontraindikasi
Interaksi
Pemakaian

Hipersensitivitas
Tidak dilaporkan
Pemakaian Luar

Hipersensitivitas
Tidak dilaporkan
Pemakaian Luar

VIII. DIAGNOSIS BANDING


1. Folikulitis
Folikulitis adalah infeksi bakteri lokal pada single hair follicle. Disertai dengan pustule dan
eritema. Folikulitis pada wajah dikenal sebagai acne vulgaris. Pada tahap lanjut menjadi
furuncle atau carbuncle. Lesi pada kulit bisa terjadi krusta dalam beberapa hari dan kambuh
tanpa scarring pada kebanyakkan kasus.4

Gambar 5 : Staphylococcal folliculitis.1

2. Kandidosis
Kandidosis adalah infeksi pada kulit atau mukosa yang disebabkan oleh jamur genus
candida. Tes KOH (+). Satellite lesion (+). 4

13

Gambar 5 : Intertriginous with typcal satellite lesions.6

IX.

KESIMPULAN

1. Miliaria adalah gangguan umum pada kelenjar ekrin yang sering terjadi pada kondisi di mana
terjadi peningkatan panas dan kelembaban. Miliaria disebabkan karena terjadinya sumbatan
dari bagian intraepidermal saluran keringat sehingga cairan kelenjar ekrin tertahan di dalam
epidermis atau dermis yang terjadi secara mendadak dan menyebar alami.
2. Miliaria ditandai dengan adanya papul, vesikuler atau pustul yang bersifat milier dan gatal.
3. Sinonim dari penyakit ini adalah biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat,
sweating fever, heat scaling, dermatitis hidrotica, hydroa, heat rash dan sweat blisters.
4. Ada 4 bentuk miliaria, antara lain :
a. Miliaria Kristalina
b. Miliaria Rubra
c. Mi/liaria Profunda
d. Miliaria Pustulosa

14

15

Anda mungkin juga menyukai